Anda di halaman 1dari 11

BAB VI ( MANUSIA DAN KEADILAN)

1. Keadilan

Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban.
Berdasarkan kesadaran etis kita diminta untuk tidak hanya menuntut hak dan lupa
menjalankan kewajiban, tindakan tersebut akan mengarah kepada pemerasan dan
memperbudak orang lain. Dan jika kita hanya menjalankan kewajiban dan lupa menuntut hak,
maka kita akan mudah diperbudak orang lain. Keadilan merupakan konsensus nasional
Indonesia seperti yang terletak pada sila ke lima Pancasila yaitu “Keadilan yang Adil dan
Beradab”. Ada berbagai macam keadilan dalam masyarakat yaitu keadilan legal, keadilan
distributif, dan keadilan komutatif. Pada hakikatnya keadilan tercipta untuk mewujudkan
masyarakat yang adil, sejahtera, dan sentosa.

2. Keadilan dan Ketidakadilan

Menurut Burhan M. Magenda ada dua sumber penyebab komitmen masyarakat kita yang
begitu tinggi terhadap asas keadilan. Yang pertama adalah tradisi kultural dari semua
kebudayaan dan dan pemerintahan tradisional di Indonesia dan yang kedua adalah dari
komitmen masyarakat kita terhadap keadilan adalah pengalaman rakyat selama revolusi
kemerdekaan dengan segala akibatnya. Menurut Socrates keadilan itu bilamana pemerintah
dengan rakyatnya terdapat saling pengertian yang baik, beliau menitikberatkan pada
pemerintah karena pemerintah merupakan pimpinan rakyat. Ketidakadilan dalam masyarakat
sering kali tidak dibiarkan begitu saja oleh masyarakat yang bersangkutan. Adapun teori yang
membuktikan kalau ketidakadilan merupakan akibat logis dari suatu sistem yang berlaku baik
ekonomi, sosial, maupun politik.

3. Kejujuran

Kejujuran berarti apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya. Jujur juga
berarti menghindari perbuatan yang dilarang agama dan hukum. Jujur berarti pula menepati
janji baik yang sudah dikatakan maupun yang masih diniatkan. Kejujuran mewujudkan
keadilan karena kejujuran dilandasi oleh kesadaran moral yang tinggi, kesadaran pengakuan
akan adanya sama hak dan kewajiban, serta rasa takut terhadap kesalahan atau dosa. Dalam
kehidupan sehari-hari jujur atau tidak jujur merupakan bagian hidup yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia itu sendiri. Untuk mempertahankan kejujuran, berbagai
cara dan sikap perlu dipupuk.
4. Kecurangan

Kecurangan berarti apa yang dikatakan tidak sesuai dengan hati nuraninya dengan maksud
memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan usaha. Kecurangan menyebabkan manusia
menjadi serakah dan tamak. Sebab orang melakukan kecurangan terdiri dari empat aspek jika
ditinjau dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya yakni aspek ekonomi, kebudayaan,
peradaban, dan teknik. Apabila aspek tersebut dilaksanakan secara wajar, maka segalanya
akan berjalan sesuai dengan norma moral dan hukum. Akan tetapi jika hati seseorang telah
digerogoti jiwa tamak, iri, dengki, maka terjadilah kecurangan.

5. Pemilihan Nama Baik

Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela.
Setiap orang menjaga dengan hati hati agar namanya tetap baik. Tingkah laku atau perbuatan
yang baik dengan nama baik itu pada hakikatnya sesuai dengan kodrat manusia, yaitu : 1)
Manusia menurut sifat dasarnya adalah makhluk moral; 2) Ada aturan-aturan yang berdiri
sendiri yang harus dipatuhi manusia untuk mewujudkan dirinya sendiri sebagai pelaku moral
tersebut. Pada hakikatnya pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala
kesalahannya, bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran modal atau tidak
sesuai dengan akhlak. Untuk memulihkan nama baik, manusia harus tobat atau meminta maaf
yang tidak hanya diucapkan di bibir tapi juga melalui tingkah laku.

6. Pembalasan

Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain yang dapat berupa perbuatan yang
serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, dan tingkah laku yang seimbang.
Pembalasan dapat berupa pembalasan yang positif yang merupakan pembalasan jasa dan
pembalasan negatif. Dalam Alquran terdapat ayat yang menyatakan bahwa Tuhan juga
mengadakan pembalasan. Baik yang bertakwa maupun yang ingkar.

7. Manusia dan Keadilan

Masalah keadilan sosial akan terus dicari dan diperjuangkan manusia sampai kapan pun,
sebab masalah keadilan hakikatnya adalah masalah “kemanusiaan”. Keadilan menentukan
harkat dan martabat manusia, sebab masalah keadilan selalu berhubungan dengan masalah
hak. Berbuat adil berarti menghargai atau menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
Dan berbuat tidak adil berarti menginjak-injak harkat dan martabat manusia.
BAB VII (MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP)

1. Cita-cita
Cita-cita itu perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang ada dalam hati. Sering kali
diartikan sebagai angan, keinginan, kemauan, niat, dan harapan. Sejak bayi lahir atau dalam
kandungan orang tua telah mencita-citakan agarn anaknya kelak menjadi seperti keinginan
orang tuanya. Keinginan orang tua bergantung kepada pendidikan, pengalaman, dan
lingkungan orang tua. Setelah anak besar, bertambah pengetahuan dan pengalaman, maka
berubahlah angan-angan seorang anak atau mungkin juga tetap.

Ada tiga kategori keadaan hati seseorang. Pertama, orang yang berhati keras, dia tak berhenti
berusaha sebelum cita-citanya tercapai tanpa menghiraukan rintangan, tantangan, dan segala
kesulitan yang dihadapinya. Orang yang berhati keras biasanya mencapai hasil yang gemilang
dan sukses dan sukses hidupnya. Kedua, orang yang berhati lunak, dalam usaha mencapai cita
cita dia menyesuaikan dengan situasi dan kondisi namun dia tetap berusaha. Ketiga, orang
yang berhati lemah, orang ini mudah terpengaruh oleh situasi dan kondisi. Bila menghadapi
kesulitan ia cepat berganti haluan dan keinginan.

2. Kebajikan
Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik, makhluk bermoral. Atas
dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik. Untuk melihat apa itu kebajikan,
kita harus melihat dari tiga segi.

Pertama, manusia sebagai pribadi, dapat menentukan baik dan buruk dari suara hati, jadi suara
hati itu merupakan hakim terhadap diri sendiri. Suara hati sebenarnya telah memilih yang
baik, namun manusa seing kali tidak mau mendengarkan. Kedua, manusia sebagai anggota
masyarakat, yang menentukan baik buruk adalah suara hati masyarakat. Suara hati manusia
adalah baik tapi belum tentu dianggap baik masyarakat. Ketiga, sebagai makhluk Tuhan,
manusia pun harus mendengarkan suara hati Tuhan. Jadi, untuk mengukur perbuatan baik dan
buruk kita harus dengar pula suara Tuhan yang berbentuk hukum Tuhan dan hukum agama.

Namun, ada pula kebajikan semu, yaitu kejahatan yang berselubung kebajikan. Kebajikan
semu ini sangat berbahaya, karena pelakunya orang-orang munafik, yang bermaksud mencari
keuntungan sendiri.
3. Sikap Hidup
Sikap hidup adalah keadaan hati dalam menghadapi hidup ini. Apa kita mempunyai sikap
negatif atau positif, optimis atau pesimis? Sikap itu ada di dalam hati kita dan hanyalah kita
yang tahu. Orang lain hanya tahu setelah kita bertindak. Sikap itu penting, setiap manusia
mempunyai sikap dan sudah tentu berbeda-beda sikapnya. Sikap dapat dibentuk sesuai
dengan kemauan yang membentuknya yang terjadi melalui pendidikan. Sikap dapat juga
berubah karena situasi, kondisi, dan lingkungan. Dalam menghadapi kehidupan, terdaoat
sikap etis dan non etis. Sikap etis merupakan sikan positif seperti berani, rendah hati, dan
tenang. Sedangkan sikap non etis atau negatif contohnya kasar, sombong, dan rendah diri.
Dalam rangka menciptakan keadilan sosial bagi bangsa Indonesia, pemerintah berusaha
menanamkan sikap-sikap positif bagi bangsa Indonesia seperti bekerja keras, tolong
menolong, dan menghargai orang lain.
T.M Newcomb mencoba membagankan hubungan sikap manusia sebagai konstruk yang
berhubungan erat dengan konstruk lain yaitu : nilai-nilai, sikap, motivasi, dan dorongan.
Dorongan adalah keadaan organisme yang menginisiasikan kecenderungan ke arah aktivitas
umum. Motivasi adalah kesiapan yang ditujukan pada sasaran. Sikap adalah kesiapan secara
umum untuk suatu tingkah laku bermotivasi. Dan nilai adalah sasaran atau tujuan yang
bernilai terhadap berbagai pola sikap.

4. Manusia dan Pandangan Hidup


Akal dan budi sebagai milik manusia ternyata membawa ciri tersendiri akan diri manusia.
Kesadaran akan kelemahan dirinya memaksa manusia mencari kekuatan di luar dirinya.
Dengan harapan dapat terlindung dari ancaman-ancaman yang selalu mengintai dirinya baik
yang fisik maupun non fisik. Akhirnya manusia menemukan apa yang disebut dengan
“sesuatu” dan “kekuatan” di luar dirinya, ternyata keduanya adalah “agama” dan “Tuhan”,
dengan demikian bahwa pandangan hidup merupakan masalah yang asasi bagi manusia.
Sayangnya tidak semua memahami dan menyadarinya, sehingga banyak orang yang beragama
hanya pada lahirnya saja dan tidak sampai batinnya. Padahal urusan agama ada urusan akal,
seperti dikatakan Nabi Muhammad SAW “Agama adalah akal, tidak ada agama bagi orang-
orang yang tidak berakal”. Pandangan hidup penting untuk kehidupan sekarang dan akhirat.
Sudah sepantasnya setiap manusia memilikinya. Maka pilihan pandangan hidup harus betul-
betul berdasarkan pilihan akal, bukan sekedar ikut-ikutan saja. Dan perlu kita sadari bahwa
baik Tuhan maupun agama merupakan kebutuhan yang terus menerus dan abadi sebab kita
memerlukan petunjuk agama sampai di akhir nanti.
BAB VIII (MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB)
1. Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang
disengaja maupun tidak disengaja. Manusia pada hakikatnya merupakan manusia yang
bertanggung jawab. Karena selain merupakan makhluk individual dan makhluk sosial, juga
merupakan mahkluk Tuhan. Manusia memiliki tuntutan yang besar untuk bertanggung jawab
mengingat ia memantaskan sejumlah peranan dalam konteks sosial, individual, maupun
teologis. Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang
dibebankan terhadap seseorang, maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab
terhadap kewajiban. Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh kebahagiaan, sebab
dapat menunaikan kewajibannya. Sebaliknya orang yang tidak bertanggung jawab akan
menghasilkan kesulitan, sebab ia tidak mengikuti aturan, norma, dan nilai-nilai yang berlaku.
2. Macam Tanggung Jawab
Pertama, tanggung jawab kepada keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab
kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tanggung juga
merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.
Kedua, tanggung jawab kepada masyarakat. Manusia merupakan anggota masyarakat, maka
dalam berpikir, bertingkah laku, berbicara, dan sebagainya terikat oleh masyarakat dan harus
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
Ketiga, tanggung jawab kepada Bangsa/Negara. Dalam berpikir dan bertindak manusia terikat
oleh norma yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semau sendiri, bila
perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada negara.
Keempat, tanggung jawab kepada Tuhan. Sebagai hamba Tuhan manusia harus bertanggung
jawab atas segala perbuatan yang salah itu dengan istilah agama atas segala dosanya.
3. Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat maupun tenaga sebagai
perwujudan kesetiaan yang dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian timbul akibat adanya rasa
tanggung jawab. Pengabdian dapat terbagi menjadi empat. Pertama, pengabdian kepada
keluarga. Dapat berupa pengabdian kepada istri dan anak-anak, istri kepada suami dan anak-
anaknya, dan anak-anak kepada orang tuanya. Kedua, pengabdian kepada masyarakat yaitu
dengan senantiasa menjaga nama baik tempat tinggal dan saling membantu. Ketiga,
pengabdian kepada negara yang merupakan perwujudan cinta tanah air. Dan yang ketiga
adalah pengabdian kepada Tuhan yaitu penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan.
4. Kesadaran
Kesadaran adalah keinsyafan akan perbuatnnya. Sadar artinya merasa, tahu atau ingat pada
keadaan yang sebenarnya, keadaan ingat akan dirinya, ingat kembali, siuman, tahu, dan
mengerti. Jadi, kesadaran adalah hati yang telah terbuka atau pikiran yang telah terbuka
tentang apa yang telah dikerjakan. Kesadaran moral amat penting untuk diperhartikandan
dijaga oleh setiap individu karena pelanggaran moral dapat merusak nama. Bukan berarti
kesadaran yang lain tidak penting. Semua kesadaran penting, karena ketidaksadaran
mengakibatkan kepincangan dalam hidup.
5. Pengorbanan
Pengorbanan berasal dari kata korban, artinya memberikan secara ikhlas, harta, benda, waktu,
tenaga, pikiran, bahkan mungkin nyawa demi cinta atau ikatan dengan sesuatu atau demi
kesetiaan dan kebenaran. Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat
terbagi menjadi empat.
Pertama, pengorbanan kepada keluarga. Dasar hidup berkeluarga ialah kasih sayang dan kasih
sayang memerlukan pengorbanan.Kedua, pengorbanan kepada bangsa dan negara. Demi
negara tiap orang tidak sayang kehilangan harta benda, bagian badan, bahkan nyawa pun
dipertaruhkan dengan ikhlas kapan saja dan dimana saja rakyat berkewajiban membela
negara. Ketiga, pengorbanan demi kebenaran. Demi kebenaran orang tidak takut menghadapi
apapun. Perang kemerdekaan itu pada hakikatnya adalah perang untuk membela kebenaran,
manusia mempunyai hak hidup, dan hak kemerdekaan hidup. Oleh karena itu penjajahan
bertentangan dengan kodrat alam. Yang terakhir, pengorbanan kepada agama dan Tuhan.
Berkorban kepada agama berarti juga berkorban demi cintanya kepada Allah. Manusia ada
karena diciptakan Allah, karena itu wajiblah manusia berkorban demi cintanya kepada agama
dan Tuhannya.
6. Manusia dan Tanggung Jawab
Manusia memiliki akal dan budi dan menempatkan manusia sebagai makhluk yang bebas
menentukan dirinya sendiri. Tapi, akal dan budi juga memberi beban bagi manusia untuk
selalu bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya. Setiap anggota masyarakat dituntut
tanggung jawab, demi tegaknya peraturan semua perilaku masyarakat harus dapat diterima
oleh masyarakat bersangkutan. Bila ada pelanggaran maka dia akan mendapat hukuman dari
masyarakat baik hukuman fisik maupun nonfisik.
Tanggung jawab manusia yang lain adalah tanggung jawab kepada terhadap Tuhan yang
Maha Kuasa. Tuhan yang telah menciptakan manusia dan diberi tugas untuk menjadi khalifah
di dunia untuk mengatur alam semesta supaya tetap baik, harmonis dan dapat dimanfaatkan.
BAB IX (MANUSIA DAN KEGELISAHAN)
1. Pengertian Kegelisahan
Kegelisahan berasal dari kata gelisah yang artinya rasa yang tidak tenteram di hati atau
merasa selalu khawatir, tidak dapat tenang (tidurnya), tidak sabar lagi (menanti), cemas, dan
sebagainya. Perasaan cemas menurut Sigmund Freud ada tiga macam. Pertama, kecemasan
objektif yaitu kegelisahan terhadap seseorang. Kedua, kecemasan neurotik yaitu kegelisahan
yang timbul akibat pengamatan tentang bahaya dari naluri. Ketiga, kecemasan moral, hal ini
muncul dari emosi diri sendiri seperti iri, dengki, dendam, hasud, marah, rendah diri, dan
sebagainya.
Sebab-sebab orang gelisah pada hakikatnya karena orang takut kehilangan hak-haknya yang
merupakan akibat dari suatu ancaman baik dari luar maupun dari dalam. Mengatasi
kegelisahan harus mulai dari diri sendiri yaitu dengan bersikap tenang agar dapat menemukan
penyelesaiannya.
2. Kegelisahan Apa dan Mengapa?
Kegelisahan berkaitan dengan rasa yang berkembang dalam diri manusia. Tiap manusia pasti
akan mengalami kegelisahan baik sebentar atau lama, ringan atau berat. Kegelisahan sangat
wajar karena manusia mempunyai hati dan perasaan.
Dalam bab terdahulu telah dikemukakan bahwa novel-novel indonesia sejak tahun 70-an
menggambarkan manusia Indonesia yang gelisah. Jakop Sumardjo menjawab, dulu banyak
sastrawan menulis dengan nama samaran, hidup kebudayaan dikuasai oleh komunis. Tidak
ada rasa aman untuk berekspresi secara merdeka. Dia menegaskan, bahwa pengalaman batin
para pembaca novel tahun 70-an adalah pengalaman kegelisahan akibat situasi budaya kita
yang belum mapan.
3. Keterasingan
Keterasingan berarti sendiri, tidak dikenal orang, tersisihkan dari pergaulan, terpisahkan dari
yang lain, atau terpencil. Sebab-sebab hidup keterasingan bersumber dari dua hal. Pertama,
perbuatan yang tidak dapat diterima masyarakat. Kedua, sikap rendah diri yaitu sikap yang
memandang dirinya selalu atau tidak berharga, tidak atau kurang laku, tidak atau kurang
mampu di hadapan orang lain. Sebab sebab sikap rendah diri mungkin karena cacat fisiknya,
latar belakang sosial-ekonominya, rendahnya pendidikan, atau mungkin karena kesalahan
perbuatannya. Untuk mengatasi keterasingan perlu kesadaran tinggi dengan banyak belajar
dan banyak bergaul. Pergaulan itu dilakukan sedikit demi sedikit dan terus meningkat,
sehingga akhirnya juga manjadi biasa sehingga dapat mengatasi sikap rendah diri.
4. Kesepian
Kesepian berasal dari kata sepi yang artinya sunyi, lengang, tidak ramai, tidak ada orang atau
kendaraan, tidak ada apa-apa dan sebagainya. Bermacam-macam penyebab terjadinya
kesepian. Salah satunya frustasi, orang yang frustasi tidak mau diganggu. Ia lebih senang
dalam keadaan sepi, tidak suka bergaul, dan sebagainya. Kesepian merupakan akibat dari
keterasingan yang disebabkan karena orang itu takut kehilangan hak-haknya. Salah satunya,
hak kenamaan atau nama baik. Walaupun seseorang sudah hati-hati menjaga nama baik masih
ada orang yang berusaha mencemarkan nama baiknya. Untuk itu seringkali yang
bersangkutan terpaksa hidup mengasingkan diri sehingga dia pun merasa kesepian.
5. Ketidakpastian
Ketidakpastian berasal dari kata tidak pasti yaitu tidak menentu (pikirannya) atau mendua,
atau apa yang dipikirkannya tidak searah, kemana tujuannya tidak jelas. Menuruts Siti
Meichati dalam bukunya Kesehatan Mental ada beberapa sebab orang tidak dapat berpikir
dengan pasti.
Pertama, Obsesi yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang terus menerus, biasanya
tentang hal yang tidak menyenangkan, atau sebab-sebabnya tidak diketahui penderita. Kedua,
Phobie yaitu rasa ketakutan yang tidak terkendalikan, tidak normal kepada suatu hal atau
kejadian tanpa diketahui sebabnya. Ketiga, Kompulsi yaitu keragu-raguan yang mengenai apa
yang telah dikerjakan. Sehingga ada dorongan yang tidak disadari untuk selalu melakukan
perbuatan yang serupa berulang kali. Keempat, Histeria yaitu neurosa jiwa yang disebabkan
oleh tekanan mental, kekecewaan, pengalaman pahit yang menekan, kelemahan syaraf, tidak
mampu menguasai diri, atau sugesti dari sikap yang lain. Kelima, Delusi yaitu pikiran yang
tidak beres karena berdasarkan suatu keyakinan yang palsu. Keenam, Halusinasi yaitu
khayalan yang terjadi tanpa ransangan pancaindra. Ketujuh, Keadaan Emosi.
6. Manusia dan Kegelisahan
Gelisah tergolong penyakit batin yang dapat menyerang siapa saja, dari golongan apa, dan
bangsa apapun. Cara kita untuk memperkeci rasa gelisah yaitu dengan senantiasa bersyukur
pada semua yang kita punya. Dan kembali kepada Tuhan karena hanya kepadaNya lah semua
masalah dikembalikan. Rasa gelisah sangat berhubungan dengan keimanan seseorang. Jika
iman seseorang tebal maka dia akan terhindar dari rasa gelisah. Dia selalu mengingat Tuhan
dan yakin bahwa apa yang akan terjadi pada dirinya merupakan suratan Tuhan dan dia kan
senantiasa ikhlas menerimanya. Seperti pada firman Allah dalam surat Ar-Ra’d ayat 28 yang
artinya “Ketahuilah bahwa hanya dengan selalu mengingat Allah hati akan menjadi tenang
tentram”.
BAB X (MANUSIA DAN HARAPAN)
1. Pengertian Harapan
Harapan berasal dari kata harao yang artinya keinginan supaya sesuatu terjadi. Harapan
artinya keinginan yang belum terwujud. Setiap orang mempunyai harapan. Tanpa harapan
manusia tidak ada artinya sebagai manusia. Abraham Maslow mengkategorikan harapan
menjadi lima macam yaitu:
- Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival)
- Harapan untuk memperoleh keamanan (safety)
- Harapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai
(beloving and love)
- Harapan untuk memperoleh status atau untuk diterima atau diakui lingkungan
- Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self-actualization)
2. Harapan Sebuah Fenomen Nasional
Harapan bisa disebut fenomen yang universal sifatnya. Artinya, harapan adalah sesuatu yang
wajar berkembang dalam diri manusia dimanapun juga. Harapan mengacu kepada keinginan
atau kebutuhan seseorang yang mempunyai harapan itu sendiri. Keinginan dan kebutuhan
tersebut dapat berupa lahiriah dan batiniah.
Mengutip pandangan A.F.C. Wallace dalam bukunya Culture and Personality menegaskan
bahwa kebutuhan merupakan salah satu isi pokok dari unsur kepribadian yang merupakan
sasaran dari kehendak, harapan, keinginan, dan emosi seseorang. Kebutuhan tersebut bisa saja
positif dalam arti kebutuhan tersebut dapat dipenuhi secara memuaskan. Dan bisa pula
menjadi negatif apabila kebutuhan tersebut tidak bisa dipenuhi atau tidak memuaskan.
Mengenai kebutuhan individu dapat dijabarkan melalui:
- Kebutuhan Organik Individu
Yaitu terdiri dari : kebutuhan organik individu yang bernilai positif seperti makan dan
minum, istirahat dan hidup, seks, keseimbangan suhu, buang hajat, dan bernafas. Juga
kebutuhan individu yang bernilai negatif seperti makan dan minum tidak lezat,
istirahat dan tidur terganggu, kegagalan seks, ketidakseimbangan suhu, kesulitan
buang hajat, dan sesak nafas
- Kebutuhan Psikologi Individu
Yaitu terdiri dari kebutuhan psikologi bernilai positif seperti pengendoran ketegangan
dan bersantai, kemesraan dan cinta, kepuasan altruistik : kesempatan berbuat baik,
kepuasan ego, kehormatan, dan kepuasan dan kebanggan mencapai tujuan.
3. Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya yang artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran.
Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan
kebenaran. Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan yang
artinya diberitahu Tuhan langsung atau tidak langsung kepada manusia. Dalam hal beragama
tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang beragama yang
didasari oleh keyakinan masing-masing. Kepercayaan dapat dibedakan menjadi:
- Kepercayaan pada Diri Sendiri
Kepercayaan ini perlu ditanamkan pada pribadi setiap manusia agar merasa mampu
untuk melakukan segala sesuatu
- Kepercayaan pada Orang Lain
Kepercayaan pada orang lain sudah tentu percaya kepada kata hati atau terhadap
kebenarannya
- Kepercayaan pada Pemerintah
Berdasarkan pandangan theokritis menurut buku Etika, Filsafat Tingkah laku karya
Prof. I.R Poedjawiyatna, negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah
dan memimpin bangsa manusia.
- Kepercayaan pada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan amat penting karena keberadaan manusia itu bukan
dengan sendirinya tetapi diciptakan oleh Tuhan.
4. Manusia dan Harapan
Kita ingat akan diibaratkan demikian “Manusia tanpa cita-cita ibarat sudah mati sebelum
ajal.” Artinya orang yang tidak suka atau tidak mempunyai cita-cita bagaikan orang mati.
Dalam hubungannya dengan pendidikan moral, untuk mewujudkan “harapan” itu sebagai
berikut
- Harapan seperti apa yang baik
- Bagaimana caranya mencapai harapan itu
- Bagaimana bila harapan itu tidak tercapai

Bila kita ingat dengan kehidupan itu tidak hanya di dunia saja, namun juga di akhirat, bahkan
kehidupan disana lebih abadi. Maka sudah selayaknya harapan untuk hidup bahagia dikedua
tempat itu sudah kita niati. Dan seandainya harapan yang dicita-citakan belum berhasil kita
harus tetap sabar tanpa mengurangi usaha. Sebab Tuhan tidak akan mengubah nasib
seseorang, bila ia sendiri tidak mau berusaha menggapai cita-citanya.

RESUME BUKU ILMU BUDAYA DASAR


2
Password : Reading never stop. If I stop reading one minute, I will be stupid. No
days without reading.

No Bangku : 32

Disusun Oleh :

Nama : Nururraihan Azzahrah

NIM : 180200317
Grup : E

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Anda mungkin juga menyukai