Anda di halaman 1dari 31

Tari Adat Sumatra

1. Tari Piring

Tari Piring

Tarian tradisional pertama adalah tari piring, dimana jumlah penari


biasanya bersifat ganjil antara 3-7 orang, penari pun bisa laki-laki atau
perempuan, bahkan bisa berpasang-pasangan.
Awalnya tarian ini dibuat untuk ucapan terima kasih
dari masyarakat setempat karena hasil panennya melimpah. Ritual pun
akan dilakukan dengan membawa sesajen. Namun ketika agama Islam
masuk, ritual itu dijadikan sebuah tarian yang bersifat menghibur saja.
Gerakan tarian ini bersifat dinamis, ciri khasnya para penari
membawa 1 piring di setiap telapak tangannya dan diayun-ayunkan
seperti pada gambar, dimulai dari gerakan lambat hingga gerakan cepat.
Diiringi musik sarunai, talempong, bansi dan saluang.
Namun ada syaratnya, piring-piring tersebut diusahakan tidak boleh
jatuh atau lepas. Ditengah tarian, biasanya penari akan menginjak
pecahan piring yang telah disediakan. Walau berkesan menyeramkan
namun inilah sesi yang sangat menarik, dan anehnya para penari tidak
terluka. Konon katanya sebelum tarian dipentaskan, pecahan piring
tersebut diberi doa agar tidak menyakiti kaki para penari.
Kostum dalam tarian ini adalah kostum adat Bundo Kanduang,
tengkuluk, dan minsia untuk pernak pernik dalam baju penari.
Sedangkan untuk warnanya diutamakan berwarna cerah.
2. Tari Payung

Tari Payung

Tari Payung juga salah satu tarian tradisional dari


Minangkabau, Sumatera Barat. Tarian ini biasanya berjumlah 4-8 orang
penari yang berpasang-pasangan.Tarian ini melambangkan kasih sayang,
hal ini terlihat dari media yang digunakannya.
Menurut masyarakat sekitar, payung adalah wujud perlindungan
dari hujan dan panasnya terik matahari.
Jadi makna yang terkandung dalam tarian ini adalah sepasang
kekasih yang sedang membina kehidupan rumah tangga, biasanya
gerakan penari laki-laki seolah sedang melindungi kepala penari wanita.
Sedangkan kain selendang yang digunakan oleh wanita mengartikan
ikatan cinta suci yang sedang terjalin. Romantis bukan?
Dalam gerakan tari payung di zaman sekarang sudah dimodifikasi
sesuai perkembangan zaman, walau begitu dalam beberapa gerakannya
masih ada yang tidak diubah dalam artian masih murni warisan dari
nenek moyang.
Lagu pengiring dalam tarian ini berjudul Babendi-bendi ke
Sungai. Alat musik yang digunakan masih alat musik tradisional seperti
rebana, akordion, gamelan padang, gendang, dan gong.
3. Tari Indang

Tari Indang

Tarian tradisional berikutnya sudah tidak asing lagi ditelinga kita, tari
Indang yang saya sebut di awal artikel, tari ini ternyata kadang disebut
tari badindin.
Biasanya ditarikan dengan jumlah 7 orang dan dibawakan oleh pria,
namun seiring dengan zaman, wanita pun banyak yang menarikan tarian
ini.
Sejarahnya, tarian ini dibuat untuk menyebarkan dakwah agama
Islam ketika dibawa Syekh Burhanudin. Namun sekarang, tarian ini
diadakan bila ada seminar budaya dan bersifat hiburan saja.
Makna yang terkandung didalamnya mengajarkan kita kerja sama
dengan orang lain. Hal ini terlihat dari gerakannya yang sangat dinamis,
ceria dan kompak.
Dan mengenai lagu latar yang berjudul “Dindin Badindin”
mengandung makna yang mengajak orang-orang untuk bertegur sapa.
4. Tari Lilin

Tari Lilin

Sudah kebayang kan tarian tradisional berikutnya pasti


menggunakan lilin sebagai media utamanya.
Asal muasalnya, tari lilin diambil dari cerita rakyat ketika seorang
gadis yang ditinggal tunangannya berdagang, selama ditinggal gadis
tersebut kehilangan cincin pertunangannya dan ia berusaha mencarinya
ditengah malam dengan membawa lilin di atas piringan kecil di
tangannya, akhirnya gerakan gadis tersebut dijadikan tarian dan lahirlah
tari lilin.
Gerakan dalam tarian tersebut diantaranya meliak liuk,
membungkuk, dan memutar-mutar lilin. Hanya saja lilin tidak boleh
padam dan piringannya pun tidak boleh jatuh. Jenis lilin pun tidak
sembarangan.
Kostum yang digunakan busana adat Minangkabau, dengan khiasan
kepala dan baju batabur serta sarung.
5. Tari Pasambahan Minang

Tari Pasambahan

Tarian tradisional berikutnya adalah tari pasambahan minang,


jangan salah mengeja ya. Karena saat saya pertama kali baca seperti
“Persembahan”.
Lanjut saja ya, tarian ini bertujuan untuk menyambut tamu istimewa
sebagai ucapan selamat datang dan juga ungkapan rasa hormat pada
tamu yang diundang. Biasanya sebagai penyambutan pengantin pria ke
rumah wanita, dan akan dilanjutkan dengan suguhan daun sirih.
Gerakan tari yang digunakan mencakup gerakan silat, langkah
berserak dan membungkuk.Seiring dengan zaman, tarian ini selalu ada
dalam pementasan seni dan bersifat untuk hiburan saja.
Tari ini tidak diharuskan ditarikan oleh wanita, laki-laki pun bisa
menarikannya. Alat musik yang digunakan adalah telempong, serunai,
bansi, gandang tambui, dan tassa.
Kostum yang digunakan pun dipilih dari warna-warna yang kuat
seperti merah, hitam dan hijau.
6. Tari Rantak

Tari Rantak

Tarian daerah berikutnya berasal dari Kabupaten Kerinci, berbeda


dengan tarian lainnya. Bila tarian lain mengandung gerakan lunggak
lenggok dan keanggunan, tari rantak justru memiliki ciri ketegasan
dalam setiap gerakan, disertai hentakan kaki yang dapat menimbulkan
bunyi, dan beberapa gerakan pencak silat.
Tarian ini bisa dibilang tarian pertama yang mengambil dari gerakan
pencak silat.
Tarian ini bisa dibawa oleh wanita ataupun laki-laki, dan
diperkirakan telah berumur sangat lama. Namun karena kurangnya
perhatian, tarian ini pernah terkubur. Untungnya, tarian ini
dipertahankan oleh daerah Minang walau masih kurang pementasannya.
Kostum yang digunakan biasanya menggunakan warna tegas seperti
merah dengan kostum adat Minangkabau.
7. Tari Ambek-ambek Koto Anau

Tari Ambek-Ambek Koto Anau

Nama tariannya, Koto Anau diambil dari nama daerah di Sumatera


Barat. Karena dipercayai tarian ini berasal dari daerah tersebut. Tarian
ini bisa dibawakan oleh wanita ataupun laki-laki.
Sejarah singkatnya, tarian ini diambil dari kegiatan anak-anak yang
sedang bermain dengan teman-temannya dan dijadikan tarian.
Gerakannya pun ada yang duduk, berkeliling, berjalan-jalan,
berhadapan, adapun sedikit gerakan pencak silat.
Kostum yang digunakan untuk laki-laki biasanya kostum adat
penghulu, untuk wanita menggunakan Buno Kanduang. Namun bisa saja
menggunakan pakaian adat lainnya.
8. Tari Randai

Tari randai

Tarian ini lumayan menarik para wisatawan asing, di beberapa


negara tarian ini dipertunjukan sebagai seni mancanegara. Jelas saja,
ketika saya lihat pun tari randai sangat keren.
Jumlah penari utamanya satu orang dimana ia akan memberi aba-
aba pada teman-teman se-penarinya untuk gerakan selanjutnya. Total
penarinya tidak disyaratkan karena tergantung dari cerita rakyat yang
akan dibawakan.
Sejarah singkatnya, dulunya tari ini adalah sebagai media
penyampaian tentang cerita rakyat melalui syair yang dilantunkan dan
gerakan-gerakan tarian tersebut. Tidak aneh, bila ada sebagian penari
yang menambahkan dialog ditengah tarian tersebut.
Awalnya ketika saya melihat gerakan tari randai sangat membuat
terkesima. Pasalnya, gerakan tarian tersebut sangat unik. Terdapat
gerakan pencak silat, gesekan kaki, kuda-kuda, jalan-jalan dan gerakan
yang paling menarik buat saya adalah gerakan ketika penari menabuh
kostum celana diantara kaki mereka yang menghasilkan suara gebukan
seperti pada gambar, selain itu terdapat gerakan tepuk tangan yang
selaras dan kompak.
Buat saya pribadi tarian ini sangat menarik, karena memberi 2 ilmu
bagi para penonton. Pertama tentang tarian tradisionalnya, yang kedua
tentang cerita rakyat yang dibawa oleh para penari. Tidak heran tarian
ini telah merambah ke mancanegara seperti Hawaii dan Thailand.
Mirisnya, sekarang tari randai sangat asing di Minangkabau, karena
kurangnya perhatian terhadap tarian ini.
9. Tari Alang Babega

Tari Alang Babega

Tari tradisional selanjutnya bernama Tari Alang Babega, jumlah


penarinya tidak disyaratkan namun biasanya tarian ini ditarikan oleh 2-6
orang. Penaripun bisa laki-laki atau wanita. Bisa juga disatukan wanita
dan laki-laki.
Tarian ini sangat sederhana namun ternyata sudah merambat ke luar
negeri dalam acara kebudayaan. Sejarah singkatnya, tarian ini diambil
dari seekor Elang yang sedang mencari mangsa dan dijadikan menjadi
sebuah tarian.
Gerakannya pun sangat sederhana, dinamis dan atraktif. Dimana
para penari akan melentangkan tangan dan seolah sedang mencari
mangsa. Wajar saja, gerakannya pun diambil dari seekor elang.
Sekarang tarian ini dianggap lebih kontemporer dibanding tarian
lainnya. Dan menjadi tarian sekolah Sumatera Barat.
Tarian ini menjadi salah satu tarian yang dibanggakan oleh
masyarakat Sumatera Barat dan lebih sering dipertunjukan bila ada acara
tertentu seperti pertunjukkan seni, kebudayaan, dan pertunjukan hiburan.
Makanan khas Sumatra

1) Sambal Tuktuk

Sambal Tuktuk dalah makanan khas tradisional Batak, yang berasal


dari Tapanuli. Sebenarnya bahan-bahan untuk membuat sambal
tuktuk tidak berbeda dengan bahan sambal-sambal lainnya, sederhana
saja. Yang membuat sambal ini sedikit lebih berbeda dengan sambal
yang lain adalah andalimannya. Biasanya sambal tuktuk dicampur
dengan ikan aso-aso (sejenis ikan kembung yang sudah dikeringkan),
tapi jika tidak menemukan ikan aso-aso bisa diganti dengan ikan teri
tawar.
2) Arsik

Arsik adalah salah satu masakan khas kawasan Tapanuli yang


populer. Masakan ini dikenal pula sebagai ikan mas bumbu kuning. Ikan
mas adalah bahan utama, yang dalam penyiapannya tidak dibuang
sisiknya. Bumbu arsik sangat khas, mengandung beberapa komponen
yang khas dari wilayah pegunungan Sumatera Utara,
seperti andaliman dan asam cikala (buah kecombrang), selain bumbu
khas Nusantara yang umum, seperti lengkuas dan serai. Bumbu-bumbu
yang dihaluskan dilumuri pada tubuh ikan beberapa saat. Ikan kemudian
dimasak dengan sedikit minyak dan api kecil hingga agak mengering.

3) Manuk Napinadar
Manuk Napinadar atau Ayam Napinadar adalah masakan
khas Batak yang biasanya dihidangkan pada pesta adat tertentu. Untuk
mengerjakan resep yang satu ini agak sedikit rumit, butuh waktu dan
kesabaran. Pastinya inti dari masakan ini adalah di saos darah ayam itu
sendiri.
Masak Ayam Napinadar ini, ayamnya harus dipanggang terlebih
dahulu, setelah itu lalu disiram dengan saos spesial yakni darah ayam
(manuk) itu sendiri, dan dicampur dengan andaliman, bawang
putih bubuk (yang sudah digiling sampai halus) lalu dimasak. Sama
seperti kita menuangkan saos ke atas ayam yang sudah dipanggang.

4) Saksang

Saksang atau sangsang adalah masakan khas dari tanah Batak yang
terbuat dari daging babi (atau daging anjing) yang dicincang dan
dimasak dengan menggunakan darah, santan dan rempah-rempah
(termasuk jeruk purut dan daun salam, ketumbar, bawang
merah, bawang
putih, cabai, merica, serai, jahe, lengkuas,kunyit dan andaliman).
Saksang menjadi makanan wajib dalam adat pernikahan Batak
5) Dengke Mas na Niura

Makanan ini dikenal juga dengan sebutan Ikan Mas Na Niura yang
mana merupakan makanan tradisonal khas Batak yang berasal dari
Tapanuli. Dahulu masakan na niura dikhususkan untuk raja saja, namun
karena rasanya yang enak sehingga semua orang-orang batak ingin
menyantap dan membuatnya.
Ikan Mas Na Niura ini merupakan sebuah penyajian Lauk Pauk
yang cara membuatnya tidak dimasak, direbus, digoreng atau
semacamnya, karena na niura dalam bahasa Batak artinya ikan yang
tidak dimasak, ikan mentah tersebut disajikan dengan bumbu yang
lengkap sehingga yang akan membuat ikan tersebut lebih enak dirasa
tanpa dimasak, yang artinya bahwa bumbu-bumbu itulah yang memasak
ikan mas tersebut.
6) Itak Gurgur

Makanan tradisional khas Batak yang pada umumnya digunakan


pada acara adat Batak tertentu. Itak gurgur dibuat dengan bahan yang
sama dengan lampet, yaitu beras yang telah dihaluskan secara tradisional
yang kemudian disebut itak. Rasa yang dihasilkan juga hampir sama
dengan lapet, yaitu manis dan gurih.
Namun cara membuat itak gurgur berbeda dengan cara membuat
lampet. Itak gurgur dibuat dengan cara yang sangat sederhana, yaitu
dengan mengadon itak, kelapa muda yang telah diparut, gula pasir, dan
sedikit air panas. Setelah dicampur sampai rata, kemudian adonan
tersebut dicetak secara manual dengan tangan sendiri. Sudah, begitu
saja. Itak Gurgur pun siap dihidangkan.
Kata gurgur di sini dapat diartikan sebagai “membara”. Pemberi itak
gurgur selalu berharap si pemakan jadi memiliki semangat yang
membara-bara. Agar benar-benar membara, itak gurgur dapat dikukus
setelah air mendidih.
7) Kue Ombusombus

Makanan atau jajanan khas Batak yang berasal


dari Siborongborong, Tapanuli Utara. Kue ombusombus terbuat dari
tepung beras yang diberi gula di tengahnya dan dibungkus dengan daun
pisang.
Nama Ombusombus itu konon dibuat harus memberi tiupan
(menghembuskan nafas) ketika memakannya dan kue ini enak dimakan
di saat masih hangat.
Tak jelas sejak kapan penganan ini mulai “membudaya”, namun
pada acara seremonial adat Batak tertentu, biasanya lampet atau
ombusoombus tetap menjadi hidangan sela dan dibarengi kopi atau teh.
8) Kacang Sihobuk

Makanan ringan/jajanan khas Batak yang berasal dari Desa


Sihobuk, Tarutung, Tapanuli Utara.
Nama Sihobuk adalah nama merk dagang yang diambil dari nama
desa Sihobuk menjadi merk, tidak terlalu berbeda dengan kacang lain,
namun kacang tersebut telah dipilih dan dipilah untuk dijual. Kacang
sihobuk telah menjadi oleh-oleh terkenal, bahkan sampai ke luar negeri.
Kacang sihobuk tersebut (tanpa dikuliti) dimasak di kuali besar
yang telah diisi dengan pasir, diaduk atau digongseng supaya kacang
masak, dan garing secara merata
9) Sasagun

Makanan ringan tradisional khas batak dari Sumatera


Utara. Makanan ini dibuat dari tepung beras yang digongseng dengan
kelapa dan dicampur dengan gula merah/aren. Soal rasa bisa dicampur
dengan nenas atau durian, kacang atau sesuai dengan selera.
Senjata Tradisional Sumatera Selatan

1. Keris Palembang

Keris merupakan senjata tradisional yang sudah terkenal di


Sumatera Selatan. Berbeda dengan keris-keris pada umumnya,
keris asli Sumatera ini mempunyai lekukan ganjil dari mulai 7
lekukan, 9, hingga 13 lekukan. Walaupun pada zaman sekarang ini
replika keris digunakan sebagai pelengkap pakaian adat tradisional
dari Sumatera Selatan.
2. Tombak Trisula

Senjata tradisional di Sumatera Selatan memang banyak kesamaan


dengan senjata tradisional di provinsi lainnya di Pulau Sumatera dan
Kepulauan Riau. Tetapi ada satu senjata memang merupakan senjata
paling dan terkenal yaitu Tombak Trisula. Seperti halnya kujang dari
Sunda, mandau dari Kalimantan, tombak trisula sudah dikenal berasal
dari Palembang Sumatera Selatan.
Akan tetapi belum diketahui secara pasti sejak kapan tombak trisula
ini menjadi senjata tradisional di tanah Palembang. Menurut para ahli,
diduga perkembangan tombak trisula ini berkaitan dengan
perkembangan kebudayaan Hindu pada masa kerajaan Sriwijaya yang
memang berpusat di Palembang.
Hal tersebut bisa dilihat dari bentuk tombak trisula yang mirip
dengan bentuk trisula yang ada di kuil-kuil Hindu yakni senjata yang
dipegang oleh Dewa Siwa. Meskipun senjata tradisional ini digunakan
oleh banyak negara, akan tetapi yang menjadi ciri khas dari tombak
trisula ini adalah kedua sisi tombak bisa digunakan sebagai senjata. Di
satu sisi tombak berbentuk trisula dan sisi yang lainnya adalah mata
tombak biasa.
3. Skin

Skin yang sering juga disebut jembio, rambai ayam (berbentuk


menyerupai ekor ayam) atau taji ayam, adalah suatu artefak yang berupa
senjata tusuk genggam yang bentuknya meruncing dengan tajaman di
salah satu sisi bilahnya

Skin mempunyai kedudukan yang penting bagi seseorang, sehingga


fungsinya tidak hanya sebagai senjata, melainkan juga sebagai benda
keramat yang memiliki unsur kimpalan mekam atau kimpalan sawah
(mempunyai kekuatan magis)
Pakaian adat sumatera

1. Sumatera Utara

Pakaian adat tradisional Sumatera Utara adalah Ulos. Pakaian adat


Ulos dianggap oleh masyarakat suku Batak Karo sebagai ajimat yang
mempunyai daya magis tertentu.

2. Sumatera Barat

Pakaian Penghulu Pakaian Bundo kandung


Di Sumatera Barat terdapat 2 pakaian adat. Biasa nya disebut
dengan pakaian adat penghulu dan pakaian adat bundo Kanduang.
Pakaian Penghulu sebenarnya terkandung banyak sekali rahasia
yang menyangkut sifat-sifat dan martabat serta larangan seorang
Penghulu begitupun tugasnya dan kepemimpinannya.

3. Sumatera Selatan

Baju adat Sumatera Selatan terisnpirasi dari zaman kerajaan


sriwijaya yang dulunya berjaya di daerah sunatera selatan. Pakaian adat
tradisional nya bernama " Aesan Gede".
Berbeda dengan Aesan Paksangko, baju adat Aesan Gede lebih
mengkombinasikan warna merah jambu dan emas. Kedua warna tersebut
mencerminkan keagungan para bangsawan dan kebesara

.
Rumah adat Sumatera

1. Rumah Adat Aceh (Krong Bade)

Rumah adat Sumatera yang pertama adalah rumah adat Aceh atau
krong bade. Rumah adat aceh adalah rumah dengan menggunakan
struktur panggung yang memiliki tinggi 2-3 meter dari permukaan tanah.
Secara keseluruhan rumah ini terbuat dari bahan kayu kecuali bagian
atapnya dan bagian lantainya.
Pada umumnya rumah adat aceh memiliki atap yang terbuat dari
daun rumbia atau daun enau yang telah dianyam. Dan pada bagian
lantainya terbuat dari bambu yang telah disusun hingga menjadi sebuah
lantai. Karena menggunakan struktur panggung, rumah adat aceh
memiliki ruang bawah tanah.
Biasanya ruangan itu digunakan untuk menyimpan bahan pangan
atau difungsikan sebagai gudang. Selain itu juga digunakan sebagai
aktivitas para kaum wanita, misalnya untuk menenun kain khas aceh.
Dan inilah salah satu faktor yang menjadi ciri khusus rumah adat aceh.
Untuk bisa memasuki rumah ini, yang harus kita lakukan pertama
kali adalah menaiki tangga. Anak tangga yang terdapat pada rumah ini
biasaya berjumlah ganjil. Apabila kita sudah masuk dalam rumah adat
ini, kita akan melihat lukisan-lukisan yang menempel di dinding rumah.
2. Rumah Adat Sumatera Barat
(Rumah Gadang)

Rumah adat Sumatera yang kedua adalah rumah adat Sumatera


Barat atau rumah gadang. Pada dasarnya rumah ini adalah rumah adat
suku minagnkabau, yang juga memiliki sebutan lain, yaitu rumah
godang. Rumah ini adalah salah satu rumah panggung yang memiliki
ukuran yang besar dan berbentuk persegi panjang.
Sama seperti rumah adat pada umumnya, rumah ini juga terbuat dari
material yang berasal dari alam. Seperti tiang penyangga, dinding dan
lantai yang terbuat dari bahan kayu atau bambu. Sementara pada bagian
atap terbuat dari ijuk, dan atap rumah gadang memiliki bentuk seperti
tanduk kerbau.
Walaupun secara keseluruhan terbuat dari bahan alam, namun
rumah ini juga memiliki arsitektur yang kuat. Rumah ini juga didesain
sebagai rumah anti gempa untuk menyesuaikan kondosi alam yang
sering terjadi gempa bumi. Selain menjadi simbol suku minang, rumah
ini juga di fungsikan untuk tempat tinggal suku minang.
3. Rumah Adat Sumatera Utara (Rumah Bolon)

Rumah adat Sumatera yang ketiga adalah rumah adat Sumatera


Utara atau rumah bolon. Rumah bolon adalah salah satu budaya yang
dimiliki oleh suku batak di Sumatera Utara. Sama seperti rumah lainnya
rumah ini juga terbuat dari bahan yang ada di alam sekitar.
Tiang yang digunakan untuk menyangga rumah ini memiliki tinggi
sekitar 1,75 meter dari permukaan tanah. Yang terbuat dari kayu
gelondongan dengan ukuran diameter lebih dari 40 cm. Dindingnya
terbuat dari anyaman, lantainya terbuat dari papan dan atapnya terbuat
dari daun rumbia atau ijuk.

4. Rumah Adat Sumatera Selatan


(Rumah Limas)
Rumah adat Sumatera yang keempat adalah rumah adat Sumatera
Selatan atau rumah limas. Seperti namanya rumah ini memiliki
bangunan yang berbentuk seperti bangun limas. Rumah lilmas adalah
salah satu rumah adat yang berukuran besar, karena luasnya bisa
mencapai 400 sampai 1000 meter persegi.
Karena memiliki ukuran yang sangat luas, biasanya rumah ini
difungsikan sebagai tempat hajatan atau acara adat lainnya. Sebagian
besar komponen rumah ini terbuat dari kayu tembesu seperti dinding,
pintu dan lantai. Tetapi tiang untuk penyangga rumah ini terbuat dari
kayu unglen yang tahan air.

5. Rumah Adat Lampung (Nuwou Sesat)

Rumah adat yang kelima adalah rumah adat Lampung atau nuwou
sesat. Seperti rumah adat Sumatera lainnya, rumah adat lampung adalah
rumah panggung yang terbuat dari bahan kayu atau papan. Rumah ini
difungsikan masyarakat sekitar sebagai balai atau tempat pertemuan
masyarakat kampung.
Pada awalnya masyarakat sekitar membuat rumah ini dengan tujuan
agar penghuninya terhidar dari serangan hewan buas. Karena hutan
lampung adalah hutan yang memiliki kekayaan hayati yang tinggi. Yang
tidak menutup kemungkinan hal tersebut dapat menyebabkan binatang
buas turun ke pemukiman warga.
6. Rumah Adat Bangka Belitung
(Rumah Panggung)

Rumah adat Sumatera yang keenam adalah rumah adat Bangka


Belitung atau rumah panggung. Bangka Belitung adalah salah satu
provinsi yang memiliki kebudayaan seperti halnya orang melayu.
Termasuk juga dengan rumah adat Bangka Belitung, juga menggunkan
desain seperti orang melayu.
Seperti rumah adat melayu lainnya rumah ini berbentuk rumah
panggung yang terbuat dari material yang didapat dari alam. Seperti
bagian tiang dan lantainya yang terbuat dari bahan dasar kayu. Selain itu
juga atap rumah ini yang terbuat dari dau rumbia dan ijuk.
Tiang yang digunakan untuk penyangga rumah ini berjumlah
sembilan buah tiang. Satu tiang di berukuran besar dijadikan sebagai
tiang utama yang di letakkan ditegah-tengah bangunan. Dengan maksud
agar rumah ini dapat berdiri dengan tegak dan agar tidak mudah roboh.
Selain menjadi sebagai salah satu simbol dan ikon yang dimiliki
oleh masyarakat Bangka Belitung. Pada jaman dahulu rumah ini
digunakan sebagai tempat untuk acara atau sebagai tempat tinggal warga
Bangka Belitung. Rumah ini terdiri dari dua ruang yaitu, ruang utama
dan dapur.
7. Rumah Adat Bengkulu (Bubungan Lima)

Rumah adat Sumatera yang ketujuh adalah rumah adat Bengkulu


atau bubungan lima. Bubungan lima adalah rumah panggung yang
didesain agar dapat menahan dari getaran gempa bumi. Mengingat,
karena Provinsi Bengkulu adalah salah satu daerah yang rawan terjadi
gempa bumi.
Desain yang mampu menahan dari getaran gempa bumi ada pada
bagian tiang penyangganya. Karena rumah ini memiliki tiang penyangga
dengan jumlah 15 dengan tinggi mencapai 2 meter. Tiang pada rumah
ini diletakkan di atas batu yang telah dipendam sebelumnya, agar tidak
goyah saat terjadi gempa.
Mama bubungan lima sebenarnya diambil berdasarkan nama dari
desain atap rumah ini. Selain bubungan lima, rumah adat Bengkulu juga
memiliki nama lain seperti bubungan haji bubungan limas dan bubungan
jembatan. Rumah ini biasanya digunakan untuk tempat tinggal para tetua
adat dan para penghulu.
8. Rumah Adat Jambi (Kajang Leko)

Rumah adat Sumatera yang kedelapan adalah rumah adat Jambi atau
kajang leko. Seperti rumah adat pulau sumatera lainnya, rumah ini
memiliki desain rumah dengan panggung. Selain itu kajang leko
merupakan rumah dengan desain tertua yang ada di Jambi.
Kajang leko adalah sebuah rumah panggung yang menggunakan
konsep dari arsitektur Marga Batin. Apabila dilihat dari atas maka
kajang leko akan berbentuk persegi panjang, dengan ukuran 12 x 9
meter. Juga dilengkapi oleh 30 tiang penyangga, 24 tiang sebagai tiang
penyangga utama dan sisanya sebagai tiang pelambang.
Karena didesain sebagai rumah panggung, rumah ini juga memiliki
tangga sebagai penghubung antara tanah dengan lantai rumah ini.
Uniknya rumah kajang leko, rumah ini memiliki 2 buah tangga yang
berbeda. Satu tangga berada di sebelah kanan rumah sebagai tangga
utama dan satu lagi disebut dengan tangga penteh.
Pada saat ini rumah kajang leko berperan sebagai simbol atau ikon
budaya Jambi di kancah Nasional. Tetapi, sebetulnya masyarakat dahulu
menggunakan kajang leko sebagai tempat tinggal mereka sehari-hari.
Namun hal ini tidak banyak diketahui oleh sebagian besar orang
Indonesia.
9. Rumah Adat Riau (Balai Salaso Jatuh)

Rumah adat Sumatera yang kesembilan adalah rumah adat Riau.


Apabila kita hidup di Pulau Jawa, nama ini terdengar aneh dan asing di
telinga kita. Akan tetapi bagi penduduk Riau mereka pasti tau betul
tentang arti dari nama rumah balai salaso jatuh tersebut.
Balai salaso jatuh pada dasarnya adalah sebuah rumah adat yang
berasal dari Riau, digunakan untuk musyawarah dan kegiatan bersama.
Bisa disimpulkan bahwa balai salaso jatuh tidak di gunakan sebagai
rumah pribadi. Tetapi bangungan ini difungsikan sebagai sarana
musyawarah dan kegiatan umum lainnya.
Sesuai dengan kegunaan atau manfaat dari balai salaso jatuh,
bangunan ini mempunyai sebutan-sebutan lain yang dikenal di
masyarakat sekitar. Misalnya balai panobatan, balirung sari, balai
karapatan dan lain-lain. Akan tetapi fungsi dari bangunan ini telah
digantikan oleh rumah penghulu atau masjid.
10. Rumah Adat Kepulauan Riau
(Rumah Melayu Atap Lontik)

Rumah adat Sumatera yang selanjutnya adalah rumah adat


Kepulauan Riau atau rumah melayu atap lontik. Rumah melayu atap
lontik berasal dari Kab. Kampar Provinsi Riau. Disebut dengan rumah
melayu atap lontik karena rumah ini memiliki hiasan pada dinding
bagian depan.
Rumah ini akan terlihat seperti rumah-rumah perahu yang di buat
warga apabila dilihat dari kejahuan. Rumah ini juga sering disebut oleh
warga sekitar dengan sebutan lancing dan pancalang rumah. Selain dua
sebutan itu rumah ini juga disebut dengan sebutan lontik, mengapa
demikian? Karena rumah ini memiliki atap yang meletik ke atas.
Salah satu hal yang menjadi ciri khas rumah ini terdapat pada anak
tangga yang ada. Karena jumlah anak tangga pada rumah ini telah
ditentukan, yaitu berjumlah 5 atau bilangan ganjil lainnya. Tujuan
memilih angka 5 atau bilangan ganjil lainnya adalah karena mereka
meyakini tentang Ajaran Islam.

Anda mungkin juga menyukai