PATOFISIOLOGI KEPERAWATAN
OSTEOSARCOMA
oleh :
NURUL ARIFAH
010710361 B
FAKULTAS KEPERAWATAN
1
2008-2009
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah YME karena atas rahmat dan hidayah-Nya saya
selaku penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah Patofisiologi Keperawatan
dengan tema “Osteosarcoma” sebagai tugas individu dalam semester gasal ini.
Tidak lupa ucapan terima kasih penulis haturkan kepada semua pihak yang
membantu terselesaikannya makalah ini. Khususnya kepada Bapak Joni Haryanto,
S.Kp., MS selaku dosen yang membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas
makalah ini.
Makalah ini disusun dari berbagai sumber reverensi yang relevan, baik
buku-buku diktat kedokteran dan keperawatan, jurnal diatas tahun 2000, artikel-
artikel nasional dan internasional dari internet dan lain sebagainya. Semoga saja
makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri khususnya maupun bagi
para pembaca pada umumnya.
Tentu saja sebagai manusia, penulis tidak dapat terlepas dari kesalahan.
Dan penulis menyadari makalah yang dibuat ini jauh dari sempurna. Karena itu
penulis merasa perlu untuk meminta maaf jika ada sesuatu yang dirasa kurang.
Penulis mengharapkan masukan baik berupa saran maupun kritikan demi
perbaikan yang selalu perlu untuk dilakukan agar kesalahan - kesalahan dapat
diperbaiki di masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………………………………………01
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………………..02
Daftar Isi……………………………………………………………………………………………………03
Bab I Pendahuluan
1.1Latar Belakang…………………………………………………………………………….04
1.2Permasalahan………………………………………………………………………………05
1.3Tujuan………………………………………………………………………………………..06
1.4Manfaat………………………………………………………………………………………06
Bab VI Penutup
6.1 Simpulan…………………………………………………………………………………….40
6.2 Saran………………………………………………………………………………………...40
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………………...41
Lampiran.......................................................................................................43
BAB I
3
PENDAHULUAN
4
1974 dan 1994 adalah 63% (59% untuk laki-laki, 70% untuk perempuan).
Insiden ini sedikit lebih tinggi pada kulit hitam daripada kulit putih.
Osteosarkoma adalah kematian bentuk kanker musculoskeletal yang paling
sering menyebabkan pasien mati dari penyakit metastatik berkenaan dengan
paru-paru. Kebanyakan osteosarkoma muncul sebagai kurungan lesions yang
cepat berkembang dalam bidang tulang panjang. Ada 3 daerah-daerah terpencil
adalah tulang paha, yang proximal tulang kering, dan proximal humerus, tetapi
hampir setiap tulang dapat terpengaruh.
Tidak semua osteosarkoma timbul dalam kurungan sama, karena beberapa
bagian dapat menjadi nyata dalam jangka waktu sekitar 6 bulan ( sinkronis
osteosarcoma), atau beberapa bagian dapat dicatat selama lebih dari 6 bulan
(metachronous osteosarcoma). Hal itu tersebut adalah jelas multifocal
osteosarcoma langka, tetapi ketika terjadi, ia cenderung pada pasien muda
kurang dari 10 tahun.
Kasus-kasus klasik atau primer yang meliputi 75% osteosarkoma.
Osteosarkoma dapat pula timbul secara sekunder pada tulang yang menjadi
tempat kelainan yang sudah ada terlebih dahulu. Dalam kategori ini, kelainan
yang paling sering mempengaruhinya yaitu penyakit Paget.
Osteosarkoma yang merupakan penyulit dan penyakit Paget, sering muncul
pada tulang-tulang pipih yang memiliki lesi “pagetik”; terjadi pada usia diatas 50
tahun dan sangat agresif. Hanya beberapa penderita dapat bertahan hidup lebih
dari 2 tahun.
1.2 Permasalahan
5
5. Bagaimanakah diagnosa keperawatan yang dapat dilakukan pada kasus
Osteosarcoma ?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
TINJAUAN KASUS
6
2.1 Definisi Kasus
Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana
kanker berasal.
Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal ke bagian
tubuh yang lain. Kanker yang paling sering menyebar ke paru-paru.
7
Mungkin juga menyebar ke tulang lain. Tentang satu di lima pasien dengan
osteosarkoma dengan kanker yang telah metastasized pada saat itu dapat
terdiagnosa. Dalam multifocal osteosarkoma, tumor muncul dalam 2 atau
lebih tulang, tetapi belum menyebar ke paru-paru.
Metastatic penyakit di diagnosa
Penyakit Metastatic adalah kanker yang telah menyebar dari tempat di
mana ia mulai bagian tubuh yang lain. Bila kanker telah menyebar ke paru-
paru, masa adalah lebih baik jika kanker adalah satu-satunya di paru-paru
dan di tempat-tempat lebih sedikit di paru-paru. Untuk kanker yang telah
menyebar ke tulang, ramalannya adalah lebih baik jika tumor adalah
semua tulang yang sama.
Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali ( recurred) setelah
itu telah dirawat. Hal itu dapat datang kembali dalam jaringan dimana
pertama kali atau mungkin datang kembali di bagian lain dari tubuh.
Osteosarkoma paling sering terjadi dalam paru-paru. Ketika osteosarkoma
ditemukan, biasanya dalam waktu 2 sampai 3 tahun setelah perawatan
selesai. Nanti kambuh lagi adalah mungkin terjadi, tetapi langka.
2.2 Etiologi
Penyebab tumor ini hampir semua keganasan yang lain, masih merupakan
teka-teki yang belum terpecahkan. Radiasi dan virus onkogenik, yang telah
terlihat dalam terjadinya keganasan yang lain, telah dianggap sebagai agen
penyebab.
Beberapa faktor etiologik telah diindentifikasi pada osteosarkoma orang
dewasa yang lebih jarang terjadi, tetapi hanya sedikit kasus saja. Osteosarkoma
epidemik dilaporkan pada pelukis lempeng jam radium disebabkan oleh
penumpukan radioaktif jam radium didalam tulang (lihat Bab 18), Thorotrast-dulu
menggunakan bahan kontras radiografik yang mengandung radioaktif thorium
dioxide erat hubungannya dengan timbulnya osteosarkoma seperti pada
neoplasma hati.
8
Selain itu, juga terdapat faktor kecenderungan genetik. Osteosarkoma
pada masa kanak-kanak mungkin sekali memiliki dasar genetik, meskipun tak
seorangpun pernah menemukannya. Mungkin kelainan genetik pada kromosom
13 dapat menyebabkan osteosarkoma pada kelompok pasien ini. Terjadi dysplasia
tulang, termasuk penyakit Paget, dysplasia fibrosa, enchondromatosis, dan turun
temurun beberapa exostoses dan retinoblastoma (kuman-garis bentuk) adalah
faktor risiko. Kombinasi konstitusional mutasi genetik dari RB (germline
retinoblastoma) dan terapi radiasi dikaitkan dengan risiko tinggi terutama
pengembangan osteosarkoma, Li-Fraumeni Sindrom (mutasi germline p53), dan
Rothmund-Thomson Sindrom (autosomal yang terdesak asosiasi dari bawaan
cacat tulang , dysplasia rambut dan kulit, hypogonadism, dan katarak).
2.3 Epidemologi
2.4 Patologi
9
kartilago. Tulang yang terkena membesar akibat adanya tumor, yang dapat
menginfitrasi rongga medulla dan jaringan lunak di luar tulang. Secara radiologist,
osteosarkoma tampak sebagai lesi-lesi destruktif irregular. Derajat kalsifikasi
menentukan radioopasitas.
Osteosarkoma merupakan neoplasma agresif yang menginfitrasi secara
luas. Metastasis hematogen, paling sering pada paru, terjadi secara dini. Jarang
terjadi metastasis limfatik dan tumor pada kelenjar limfe.
Secara mikrokopis, osteosarkoma tersusun dari osteoblas ganas disertai
anaplasia dan laju mitonik yang tinggi. Berdasarkan derajat anaplasia,
osteosarkoma diklasifikasikan menjadi derajat I-III; pasien tumor derajat I
memiliki daya tahan hidup lebih lama
Osteoid dalam jumlah yang bervariasi dihasilkan oleh sel-sel tumor dan
dapat mengalami kalsifikasi (tumor tulang). Adanya osteoid pada tumor tulang
ganas menegakkan diagnosis osteosarkoma. Pembentukan kartilago juga sering
terjadi dan dapat luas (osteosarkoma kondroblastik). Pada beberapa kasus, dapat
terlihat banyak sel raksasa. Pada kasus lain, ruang vascular kavernosa
mendominasi gambaran histologik (osteosarkoma teleangiektatik).
Adapun gejala atau tanda yang ditimbulkan yang paling umum gejala
osteosarkoma adalah rasa sakit dan bengkak di kaki atau lengan. Hal ini paling
sering terjadi di lagi tulang dari tubuh - seperti di atas atau di bawah lutut atau di
lengan atas dekat bahu. Sakit mungkin buruk selama bergerak atau di malam
hari, dan benjol atau bengkak dapat mengembangkan di kawasan hingga
beberapa minggu setelah mulai sakit. Sakit yang berlebihan dapat
membangunkan di malam hari atau sakit saat istirahat menjadi perhatian khusus.
Dalam beberapa kasus, pertama tanda penyakit itu yang rusak lengan atau kaki,
karena kanker telah melemahkan tulang untuk membuatnya rentan untuk
istirahat.
Pada kasus ini, resiko osteosarkoma paling sering dilihat pada remaja anak
laki-laki, dan bukti-bukti menunjukkan bahwa remaja yang tinggi daripada rata-
10
rata memiliki risiko tambahan untuk mengembangkan penyakit. Anak-anak yang
telah mewarisi salah satu langka sindrom kanker juga berada di risiko tinggi untuk
osteosarkoma. Sindrom ini termasuk retinoblastoma (tumor jahat yang yang
berkembang di retina, biasanya pada anak-anak berusia di bawah umur 2) dan Li-
Fraumeni Sindrom (jenis mewarisi mutasi genetik). Karena terhubungan ke radiasi
lain, dapat memicu DNA mutasi, anak-anak yang telah menerima perawatan
radiasi untuk episode sebelum kanker juga meningkat di risiko untuk
osteosarkoma.
2.6 Penatalaksanaan
1. Perawatan Standar
Tiga jenis perawatan standar yang digunakan:
Bedah (mengambil yang kanker dalam suatu operasi).
Kemoterapi (menggunakan obat untuk membunuh kanker sel).
Terapi radiasi (menggunakan tinggi dosis x-ray untuk membunuh
sel kanker).
Selain standar terapi ini, perawatan yang disebut perawatan biologis terapi
sedang diuji untuk lokal dan metastatic osteosarcoma. Terapi biologis adalah
perawatan yang menggunakan sistem kekebalan tubuh pasien untuk melawan
11
kanker. Zat yang dibuat oleh badan atau dilakukan di laboratorium yang
digunakan untuk meningkatkan, langsung, atau mengembalikan perlawanan
alami tubuh terhadap kanker. Jenis kanker ini perawatannya disebut biotherapy
atau immunotherapy.
A. BEDAH
12
Pada pasien dengan osteosarkoma yang belum tersebar di luar tulang,
peneliti menemukan tidak adanya perbedaan dalam keseluruhan hidup apakah
pasien memiliki anggota badan-hemat operasi atau apakah mereka telah
melakukan operasi dengan amputasi. Bila kanker dapat dibawa keluar tanpa
amputasi, perangkat buatan atau tulang dari tempat-tempat lain di dalam tubuh
dapat digunakan untuk menggantikan tulang yang telah dibuang. Proses
pembangunan kembali (kembali) merupakan bagian dari tubuh diubah dengan
operasi sebelumnya disebut rekonstruksi operasi. Pilihan untuk rekonstruksi di
operasi dengan pasien osteosarkoma tergantung pada banyak faktor, termasuk di
mana letak tumor, bagaimana besarnya, usia pasien, dan lain sebagainya.
B. KEMOTERAPI
13
Neoadjuvant kemoterapi
Kebanyakan perawatan osteosarkoma menggunakan protokol untuk
periode awal selama sistemik kemoterapi sebelum reseksif definitif dari
dasar tumor (reseksi dari metastases untuk pasien dengan penyakit
metastatik). Patolog yang menilai nekrosis di tumor yang terdeteksi. Pasien
dengan lebih besar atau sama dengan 90% nekrosis di dasar tumor
setelah induksi kemoterapi memiliki prognosa lebih baik dibandingkan
dengan kurang nekrosis. Pasien dengan nekrosis kurang (<90%) di dasar
Tumor berikut awal kemoterapi memiliki pengulangan lebih tinggi dalam 2
tahun pertama dibandingkan dengan pasien yang lebih baik dengan jumlah
kebekuan (≥ 90%). Foto Modalitas seperti dinamis resonan magnetik
imaging mungkin bisa noninvasive menawarkan metode untuk menilai
nekrosis. Kurang nekrosis tidak boleh diartikan dengan arti yang telah
kemoterapi tidak efektif; tarif untuk menyembuhkan pasien dengan sedikit
atau tidak kebekuan berikut induksi kemoterapi jauh lebih tinggi
dibandingkan harga obat untuk pasien yang tidak menerima kemoterapi.
C. TERAPI RADIASI
Menggunakan terapi radiasi x-ray atau energi sinar yang tinggi lainnya
untuk membunuh sel kanker dan Tumor yang bersembunyi. Radiasi untuk
osteosarcoma umumnya berasal dari mesin di luar tubuh (eksternal terapi
radiasi).
2. Perawatan dalam percobaan klinis
14
Untuk beberapa pasien, mengambil bagian dalam percobaan klinis
mungkin merupakan pilihan terbaik dalam perawatan. Percobaan klinis adalah
bagian dari proses penelitian kanker. Uji klinis dilakukan untuk mengetahui
apakah pengobatan kanker yang baru itu aman dan efektif atau lebih baik dari
standar perawatan.
Banyak dari hari ini standar perawatan untuk kanker didasarkan pada awal
uji klinis. Pasien yang mengambil bagian dalam percobaan klinis mungkin
menerima perlakuan standar atau termasuk orang-orang yang pertama untuk
menerima perlakuan yang baru.
Pasien yang mengambil bagian dalam uji klinis juga membantu
meningkatkan cara dalam penanganan kanker di masa depan. Bahkan bila uji
klinis tidak efektif untuk memimpin perawatan baru, mereka sering menjawab
pertanyaan penting dan membantu penelitian berkembang.
Beberapa uji klinis hanya mencakup pasien yang belum menerima
perlakuan. Lain, tes uji coba untuk perawatan pasien kanker yang belum pulih
dengan lebih baik. Ada juga tes uji klinis cara baru untuk berhenti dari kanker
berulang (datang kembali) atau mengurangi efek samping dari pengobatan
kanker.
Uji klinis ada di banyak negara bagian. Dalam daftar berikut perawatan
untuk berbagai tahapan, link ke hasil pencarian untuk saat ini adalah termasuk uji
klinis untuk masing-masing bagian. Untuk beberapa jenis kanker atau tahap,
mungkin tidak ada apapun yang tercantum didalamnya.
3. Perawatan Baru
15
menguji perawatan yang baru menggunakan kombinasi kemoterapi dan lokalisasi,
radiasi dosis tinggi.
16
Jika diagnosa osteosarkoma terjadi, tenaga kesehatan akan memesan CT
scan tulang dada, kadang-kadang, studi MRI tambahan. Ini akan ditampilkan jika
kanker telah menyebar ke mana-mana bagian tubuh yang melebihi tumor asli.
Tes Ini akan diulang setelah pengobatan dimulai untuk menentukan seberapa
baik itu bekerja dan apakah kanker terus menyebar.
17
Banyak dari obat-obatan yang digunakan dalam kemoterapi juga
membawa risiko baik masalah jangka pendek dan jangka panjang. Efek jangka
pendek termasuk anemia, pendarahan yang tidak normal, dan peningkatan risiko
infeksi karena kerusakan pada tulang sumsum, serta kerusakan ginjal dan
penyimpangan haid. Beberapa obat membawa risiko radang kandung kemih dan
pendarahan ke dalam air kencing, gangguan pendengaran, dan kerusakan hati
Lainnya dapat menyebabkan masalah jantung dan kulit. Tahun-tahun setelah
kemoterapi untuk osteosarkoma, pasien memiliki peningkatan risiko kanker
lainnya yang berkembang.
18
Setelah osteosarkoma diolah, prognosis juga tergantung pada berikut:
Berapa banyak yang dibunuh oleh kanker kemoterapi; dan / atau
Berapa banyak dari tumor telah diambil oleh operasi.
Perlakuan perawatan tergantung pada pilihan berikut:
Lokasi yang bengkak
Tahapan dari kanker
Apakah kanker recurred (kembali) setelah perawatan
Usia dan kesehatan umum pasien
19
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
20
Konsep keperawatan meliputi empat faktor yaitu human (individu),
environment (masyarakat), kesehatan (sehat-sakit) serta keperawatan. Dimana,
disempurnakan dengan karakteristik teori keperawatan yang merupakan
hubungan konsep-konsep keperawatan itu sendiri.
Empat faktor dari konsep keperawatan tersebut adalah :
1) Manusia/ Individu
Manusia adalah organisme yang hidup dalam keseimbangan yang tidak
stabil (meliputi: biologi-psikologi-sosial-spiritual-kultural)
2) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar indiviu. Manusia
berada dan ikut menentukan kondisi lingkungan yang penuh dengan
penyebab stressor.
3) Kesehatan
Menurut WHO, sehat berarti keadaan yang sempurna baik fisik, mental,
dan social, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sedangkan
menurut Undang – Undang No. 23 1992, sehat berarti keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial
dan ekonomi.
4) Keperawatan
Keperawatan ialah perkembangan sistematik dari keperawatan menuju
kepada keperawatan sebagai profesi, bermula dari pandangan dan
pernyataan dari Florence Nightingale yang mempunyai visi yang sangat
maju tentang keperawatan.
21
pendapatnya bahwa pada praktik keperawatan terdapat tiga komponen,
yaitu:
a) Mengidentifikasi kebutuhan klien/ pasien;
b) Melaksanakan bantuan yang diperlukan; dan
c) Mengevaluasi dan menyatakan (mensahkan) bahwa bantuan yang
diberikan memang bermanfaat.
Teori keperawatan ini kemudian dikenal sebagai “ the helping art of clinical
nursing”.
2) Dorothea E. Orem (1971)
Orem melihat individu sebagai suatu kesatuan utuh yang terdiri atas
suatu yang bersifat fisik, psikologik dan social, dengan derajat kemampuan
mengasuh diri sendiri (self care ability) yang berbeda – beda. Berdasarkan
pandangan ini, ia berpendapat bahwa kegiatan atau tindakan keperawatan
ditujukan kepada upaya memacu kemampuan mengasuh diri sendiri. Ia
menyatakan bahwa teorinya, yaitu “self-caredeficit theory of nursing”
merupakan teori umum (general theory).
Pada teori ini, ia menggambarkan kapan keperawatan diperlukan,
keperawatan diberikan jika: (1) kemampuan kurang dibandingkan dengan
kebutuhan, (2) kemampuan sebanding dengan kebutuhan, tetapi diprediksi
untuk masa yang akan datang kemungkinan terjadi penurunan
kemampuan dan peningkatan kebutuhan.
22
Menurut Thomas Kuhn (1979) paradigma sebagai model, pola atau
pandangan dunia yang dilandasi pada dua karaktieristik yaitu penampilan dari
kelompok yang menunjukkan keberadaannya terhadap sesuatu yang diyakini dan
terbuka untuk penyelesaian masalah dalam kelompoknya.
Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau
cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan
terhadap fenomena yang ada dalam keperawatan (La Ode Jumadi, 1999 : 38).
Berdasarkan beragam pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara kita
melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap
berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan.
Dengan demikian, paradigma keperawatan memberi arah kepada perawat
dalam menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi profesi
keperawatan seperti aspek pendidikan dan pelayanan keperawatan serta
kehidupan profesi.
23
3. Konsep Sehat Sakit
Sehat adalah keadaan utuh secara fisik, jasmani, mental dan sosial dan
bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit cacat dan
kelemahan (WHO).
Kesakitan adalah perasaan tidak nyaman pada seseorang akibat
penyakit sehingga mendorongnya untuk mencari bantuan (Kozier, 2000) .
Status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh :
1. Politik, yang mencakup keamanan, penekanan, penindasan
2. Prilaku manusia, mencakup kebutuhan, kebiasaan dan adat istiadat
3. Keturunan, genetik, kecacatan, etnis, faktor risiko dan ras
4. Pelayanan kesehatan, upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
5. Lingkungan, tanah, udara, dan air
6. Sosial dan ekonomi meliputi pendidikan dan pekerjaan
4. Lingkungan
Konsep lingkungan dalam paradigma keperawatan difokuskan pada
lingkungan masyarakat yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial, budaya
dan spiritual.
24
Proses keperawatan awalnya diperkenalkan pada tahun 1950-an sebagai
proses yang terdiri dari tiga tahap, yaitu pengkajian, perencanaan dan evaluasi.
Kajian selama bertahun – tahun, penggunaan dan perbaikan telah mengarahkan
perawat pada pengembangan proses keperawatan menjadi lima langkah yang
konkrit (pengakajian, identifikasi masalah, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi).
Proses keperawatan adalah suatu metode dimana suatu konsep
diterapakan dalam praktek keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu
pendekatan problem-solving yang memerlukan ilmu; teknik, dan keterampilan
interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien/keluarga.
Tujuan proses keperawatan secara umum adalah untuk membuat suatu
kerangka konsep berdasarkan kebutuhan individu dari klien, keluarga, dan
masyarakat dapat terpenuhi.
Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang “sequensial” dan
berhubungan yakni pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Tahap tersebut berintegrasi terhadap fungsi intelektual “problem
solving”, ketrampilan, dan sikap dalam mendefinisikan tindakan keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Fase proses keperawatan ini
mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber primer (klien) dan
sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar
untuk diagnosa keperawatan.
Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar data (baik subjektif yakni
dari klien atau objectif berdasarkan observasi) tentang kebutuhan, masalah
kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya
hidup yang dilakukan klien. Informasi yang terkandung dasar data adalah dasar
untuk mengindividualisasikan rencana asuhan keperawatan, mengembangkan dan
memperbaiki sepanjang waktu asuhan perawatan untuk klien.
25
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat sebagai akontabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
manurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpernito, 2000).
NANDA menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah “keputusan
klinik tentang respon individu, keluarga, dan masyarakat tentang masalah
kesehatan aktual dan potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatansesuai dengan kewenangan
perawat”. Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh data, dimana
menurut NANDA diartikan sebagai “definisi karakteristik”. Definisi karakteristik
tersebut dinamakan “tanda dan gejala”. Tanda adalah sesuatu yang dapat
diobservasi dan gejala adalah sesuatu yang dirasakan oleh klien.
Tujuan dari diagnosa keperawatan adalah untuk mengidentifikasi masalah
dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit, faktor-
faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah (etiologies),
kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.
Dalam menentukan diagnosa keperawatan ada 4 langkah yang harus kita
tempuh, yaitu:
a.Klasifikasi dan Analisa Data
b.Interpretasi Data
c.Validasi Data
d.Perumusan diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa
keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan
menyimpulkan rencana dokumentasi (Iyer et al., 1996).
Secara tradisional, rencana keperawatan diartikan sebagai suatu dokumen
tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan dan intervensi.
26
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, rencana keperawatan merupakan metode
komunikasi tentang asuhan keperawatan kepada klien. Setiap klien yang
memerlukan asuhan keperawatan perlu suatu perencanaan yang baik.
Tujuan perencanaan meliputi :
a. Tujuan Administratif
Untuk mengidentifikasi fokus keperawatan kepada klien atau kelompok
Untuk membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi kesehatan
lainnya.
Untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi
keperawatan.
Untuk menyediakan klasifikasi klien.
b.Tujuan Klinik
Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan.
Mengkomunikasikan dengan staf perawat ; apa yang diajarkan, apa
yang diobservasi, dan apa yang dilaksanakan
Menyediakan kriteria hasil (outcomes) sebagai pengulangan dan
evaluasi keperawatan
Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu,
keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya untuk melaksanakan tindakan.
4. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik (Iyer et al., 1996). Tahap implementasi dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing oders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karana itu rencana tindakan yang spesifik
27
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
implementasi sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan dan implementasi.
28
Proses evaluasi terdiri dari 2 tahap :
Mengukur pencapaian tujuan klien
Membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian
tujuan.
Tujuan dari evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan
dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan mengakhiri rencana
tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan),
memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan dalam
mencapai tujuan), meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan
waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan).
BAB IV
WEB OF CAUSION
KELAINAN GENETIK
PADA LENGAN PANJANG MASUK KEDALAM TUBUH
KROMOSOM 13
TIMBUL LESI
DESTRUKTIF
TULANG HUMERUS TULANG RUSAK
IREGULAR
PARU
METASTASIS PARU
MK:GANGGUAN
RASA NYAMAN MK:
TIMBUL BENJOLAN INFEKSI
29
TERAPI MK:KERUSAKAN MK:KOMPLIKASI
INTEGRITAS KULIT PENYAKIT
RADIASI X-RAY
BEDAH
KEMOTERAPI
MK:KELETIHAN
ALOPESIA MUAL/
BIOPSI AMPUTASI MUNTAH
MK:
KERUSAKAN
INTEGRITAS
KULIT
MK: BERAT MK:
GANGGUAN BADAN PERUBAHAN
RASA MK:GANGGUAN
CITRA TUBUH TURUN NUTRISI
NYAMAN
BAB V
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Diagnosis
30
A. Berdasar data pengkajian, diagnosis keperawatan utama meliputi berikut ini:
31
Perubahan Nutrisi yaitu kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah, dan diare
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia, penurunan berat
badan, dan/atau perubahan sekunder terhadap kemoterapi
Risiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
ekstravasasi kemoterapio vesikan seperti adriamisin dan/atau vinkristin
Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan efek samping
kemotrapi ifosfamid (IFEX) atau kemoterapi sitoksan dosis tinggi yang
mengakibatkan hematuria dan/atau toksisitas ginjal
Perubahan persepsi/sensotik, kinestetik berhubungan dengan toksisitas
SSP kerena Ifosfamide (IFEX)
32
-Alat-alat persiapan pembedahan dan pembersihan usus
-Pengangkatan prostesis dan alat lainnya
-Keterbatasan gerak
-Kehilangan ekstremitas
o Sediakan bahan-bahan pengajaran/video pengetahuan tentang
pembedahan
o Jelaskan kebiasaan rutin yang dilakukan setelah pembedahan
-Mekanisme pembersihan paru, pengelolaan gerak pasien, dan rasa
nyeri
-Kemungkinan penggunaan alat-alat seperti drain, penutup luka,
slang toraks, slang nasogastrik, kateter urine, dll.
33
-Tanda dan gejala komplikasi yang berhubungan dengan gangguan
mobilitas (konstipasi, pemecahan kulit, pneumonia, retensi urine,
anoreksia)
-Pengelolaan nyeri (nyeri fantom setelah amputasi)
-Kemampuan untuk melakukan latihan rentang gerak dan/atau
penggunaan alat bantu (tongkat penyangga, prostesis, dll)
-Kemampuan untuk merawat puntung amputasi dan prostesis
o Koordinasikan terapi rehabilitasi dengan tim multidisiplin (terapis
fisik, terapis pekerjaan, ahli prostesis, dll)
o Rancang pertemuan dengan pasien rehabilitasi jika memungkinkan
o Ajarkan pasien:
-Bahas pentingnya terapi fisik (latihan rentang gerak, kemampuan
berjalan)
-Ajarkan pentingnya nutrisi yang baik dan hidrasi
-Bahas dengan pasien/keluarga kemungkinan komplikasi yang
berhubungan dengan amputasi (iritasi kulit, perubahan penyangga,
pembengkakan atau nyeri yang lebih hebat, demam, masalah
mekanis dengan prostesis)
-Tekankan pentingnya komunikasi yang terbuka
-Sediakan informasi untuk mendapatkan dukungan kelompok bagi
pasien/keluarga
Nyeri berhubungan dengan intervensi pembedahan
Gangguan citra tubuh berhubngan dengan amputasi, reseksi luas
terhadap jaringan lunak, atau pemendekan anggota badan karena
sarcoma
Risiko terhadap perubahan sensori/persepsi yakni taktil berhubungan
dengan kemungkinan adanya kerusakan saraf karena pembedahan
sebagian anggota gerak
Risiko terhadap koping individu takefektif berhubungan dengan
penggunaan donor mayat untuk tandur tulang
34
Risiko terhadap kerusakan kulit berhubungan dengan trauma jaringan
dan terapi radiasi
Keletihan berhubungan dengan efek samping terapi radiasi
Kurang pengetahuan berhubungan dengan terapi radiasi pada daerah
ekstremitas yang sakit
4. Intervensi Keperawataan
35
bila perawat hadir selama diskusi antara dokter dan pasien. Pasien didorong agar
bisa sedapat mungkin mandiri.
Pengontrolan Nyeri. Teknik penatalaksanaan nyeri psikologik dan
farmakologik dapat digunakan untuk mengontrol nyeri dan meningkatkan tingkat
kenyamanan pasien. Perawat bekerja sama dengan pasien dalam merancang
program manajemen nyeri yang paling efektif, sehingga akan meningkatkan
pengontrolan pasien terhadap nyeri. Perawat mempersiapkan pasien dan
memberikan dukungan selama prosedur yang menyakitkan.
Setelah pembedahan, pasien akan merasakan nyeri baik di bagian yang
dibedah maupun tempat donor. Analgetika opioid sesuai resep dapat digunakan
selama periode pascaoperasi awal. Kemudian, setelah itu analgetika non-opioid
oral sudah memadai untuk mengurangi nyeri.
Mencegah Fraktur Patologik. Tumor tulang akan melemahkan tulang
sampai ke titik di mana aktivitas normal atau perubahan posisi dapat
mengakibatkan fraktur. Selama asuhan keperawatan tulang yang sakit harus
disangga dan ditangani dengan lembut. Penyangga luar (misal, bidai) dapat
dipakai untuk perlindungan tambahan.
Pembatasan beban berat badan yang dianjurkan harus diikuti. Pasien
diajar bagaimana mempergunakan alat Bantu dengan aman dan bagaimana
memperkuat ekstremitas yang sehat.
Koping Efektif. Pasien dan keluarganya didorong untuk mengungkapkan
rasa takut, keprihatinan, dan perasaan mereka. Mereka membutuhkan dukungan
dan perasaan diterima agar mereka mampu menerima dampak tumor tulang
maligna. Perasaan terkejut, putus asa, dan sedih pasti akan terjadi. Maka rujukan
ke perawat psikiatri, ahli psikologi, konselor, atau rohaniawan perlu diindikasikan
untuk bantuan psikologik khusus.
Meningkatkan Harga Diri. Kemandirian versus ketergantungan
merupakan isu pada pasien yang menderita keganasan. Gaya hidup akan berubah
secara dramatis, paling tidak sementara. Keluarga harus didukung dalam
menjalankan penyesuaian yang harus dilakukan. Perubahan citra diri akibat
pembedahan dan kemungkinan amputasi harus diketahui. Peyakinan yang masuk
akal mengenai masa depan dan penyesuaian aktivitas yang berhubungan dengan
36
peran harus dilakukan. Perawatan diri dan sosialisasi harus didorong. Pasien
harus berpatisipasi dalam perencanaan aktivitas harian. Keterlibatan pasien dan
keluarganya sepanjang terapi dapat mendorong kepercayaan diri, pengembalian
konsep diri, dan perasaan dapat mengontrol hidupnya sendiri.
Penyembuhan Luka. Penyembuhan luka dapat terlambat karena trauma
jaringan akibat pembadahan atau radiasi sebelumnya. Tekanan pada daerah luka
harus dioptimalkan untuk memperbaiki peredaran darah ke jaringan. Balutan luka
nontraumatik dan aseptik akan mempercepat penyembuhan. Pemantauan dan
pelaporan temuan laboratorium memungkinkan pemberian intervensi untuk
memperbaiki homeostasis dan penyembuhan luka.
Mengubah posisi pasien sesering mungkin akan mengurangi insidensi
kerusakan kulit akibat tekanan. Nyeri dan penghindaran gerakan menunjukan
potensial terjadinya kerusakan kulit. Tempat tidur terapeutik khusus diperlukan
untuk mencegah kerusakan kulit dan memperbaiki penyembuhan luka setelah
pembedahan plastik konstruktif dan grafting ekstensif.
Nutrisi Adekuat. Karena kehilangan selera makan, mual, dan muntah
sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, maka perlu diberikan
nutrisi yang memadai untuk mempercepat penyembuhan dan kesehatan.
Antiemetika dan teknik ralaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal.
Stomatitis dapat dikontrol dengan obat cuci mulut anestetik atau antijamur.
Hidrasi yang memadai sangat penting. Suplemen nutrisi atau parenteral total
dapat diresepkan untuk mendapatkan nutrisi yang memadai.
Infeksi Luka Operasi. Antibiotik profilaksis dan teknik balutan aseptik
ketat dilakukan untuk mengurangi terjadinya osteomielitis dan infeksi luka
operasi. Selama penyembuhan, infeksi lain (misal: infeksi saluran napas atas)
harus dihindari sehingga penyebaran hematogen tak akan berakibat osteomielitis.
Bila pasien mendapat kemoterapi, hitung jenis dan harus dipantau dan
pasien harus diintruksikan untuk menghindari bertemu dengan orang yang
sedang menderita demam atau infeksi.
Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan Rumah. Persiapan
dan koordinasi untuk perawatan ksehatan berkelanjutan dimulai sejak dini
sebagai suatu tindakan multidisiplin. Pendidikan pasien ditujukan pada
37
pengobatan, pembalutan, dan program terapi, selain program terapi fisik dan
okupasi. Penggunaan peralatan khusus secara aman harus dijelaskan. Pasien dan
keluarga harus mempelajari tanda dan gejala kemungkinan komplikasi. Pasien
diminta untuk mencatat nomor telepon orang yang dapat segera dihubungi bila
sewaktu-waktu timbul masalah. Kadang, perjanjian dibuat bersama agen asuhan
kesehatan untuk supervisi perawatan di rumah dan tindak lanjut. Perlunya
supervisi kesehatan jangka panjang ditekankan untuk meyakinkan telah terjadi
penyembuhan atau untuk mendeteksi kekambuhan tumor atau metastasis.
5. Evaluasi
38
d. Meminta bantuan bila perlu
39
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
40
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
41
http://en.wikipedia.org/wiki/Osteosarcoma
http://www.cancerindex.org/ccw/faq/osteo.htm#q51
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001650.htm
http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/osteosarcoma
http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/osteosarcoma/Healt
hProfessional/
http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=338687
http://www.emedicine.com/orthoped/TOPIC531.HTM
http://www.cancer.org/docroot/CRI/CRI_2_3x.asp?dt=52
http://www.cancer.org/docroot/CRI/CRI_2_1x.asp?rnav=criov&dt=52
http://emedicine.medscape.com/article/1256857-overview
http://content.nejm.org/cgi/content/full/356/26/2721
http://content.nejm.org/cgi/content/full/341/16/1217
http://content.nejm.org/cgi/content/full/350/16/1655
http://kidshealth.org/parent/medical/cancer/cancer osteocacoma.html
http://translate.google.co.id/translate?
hl=id&sl=en&u=http://kidshealth.org/parent/medical/cancer/cancer_ost
eosarcoma.html&sa=X&oi=translate&resnum=3&ct=result&prev=/sear
ch%3Fq%3Dosteosarcoma%26hl%3Did
www.google.co.id/gwt/n?
eosr=on&q=osteosarkoma&hl=in&ei=uWdASciXGoSE6AO7saeaAg&
source=m&sa=X&oi=blended&ct=res&cd=2&rd=1&u=http%3A%2F
%2Fwww.indonesiaindonesia.com%2Ff%2F9862-kanker-tulang-
primer%2F
http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/osteosarcoma
42
LAMPIRAN
43
Picture 2. Clinical appearance of a teenager who presented with osteosarcoma of
the proximal humerus. Note the impressive swelling throughout the deltoid
region, as well as the disuse atrophy of the pectoral musculature.
44
Picture 6. Magnetic resonance image appearance (T1-Weighted Image) of
Osteosarcoma of the proximal humerus. Note the dramatic tumor extension into
adjacent soft-tissue regions.
Picture 7. Core needle biopsy instruments commonly used for bony specimens.
Craig needle set.
45
Picture 9. Intraoperative photograph of Van Ness rotationplasty procedure
osteosynthesis of the tibia to the residual femur is being performed.
46