Abstrak
Anak-anak sangat dekat dengan permainan. Dalam kehidupan sehari-hari, permainan
baik tradisional maupun modern selalu dilakukan anak-anak. Permainan yang dilakukan
merupakan sesuatu yang dianggap wajib dilakukan sebagai sarana untuk perkembangan fisik
motorik bagi Anak Usia Dini. Permainan modern yang sekarang ini sering dimainkan oleh
anak-anak di perkotaan lebih cenderung mengasah kemampuan otak daripada kemampuan
otot, oleh karena itu kepada para orang tua yang tinggal di perkotaan disarankan lebih
memperkenalkan pada anak-anak mengenai jenis-jenis permainan yang lebih melatih
kekuatan otot-otot mereka dan permainan tradisional dapat menjadi salah satu solusinya.
Permainan tradisionalpun perlahan namun pasti mulai ditinggalkan, karena dianggap kuno
serta melelahkan. Padahal jika ditinjau lebih dalam, beragam permainan tradisional secara
langsung dapat memberikan kontribusi kepada anak-anak diantaranya berupa: 1)
pembentukan fisik yang sehat, bugar, tangguh, unggul dan berdaya saing; 2)pembentukan
mental meliputi: sportivitas, toleran, disiplin dan demokratis; 3)Pembentukan moral menjadi
lebih tanggap, peka, jujur dan tulus; 4) pembentukan kemampuan sosial, yaitu mampu
bersaing, bekerjasama, berdisiplin, bersahabat, dan berkebangsaan.
Kata Kunci: Fisik motorik, Permainan Tradisional.
Abstract
Children are very close to the game. In daily life, children always do both traditional
and modern games. The game is something that is considered mandatory as a means of
physical motor development for Early Childhood.The modern game is often played by
children in urban areas tend to improve the ability of the brain than muscles. therefore, the
parents who live in urban areas is more advisable to introduce the children to the kinds of
games that are more trained strength of their muscles, and traditional games can be one of
the solution.The traditional game was slowly but surely becoming obsolete, because it is
considered archaic and exhausting. In fact, if evaluated deeper,a variety of traditional games
can directly contribute to children such as:1) establishment of a healthy physical, fit, strong,
superior and competitive;2) mental development, include: sportsmanship, tolerance,
discipline and democratic;3) Theestablishment of moral become more responsive, sensitive,
honest and sincere;4) establishment of social skills, are able to compete, cooperate,
disciplined, friendly, and nationality.
Keywords: Physical motor, Traditional Games.
717
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 5, Edisi 1, Juni 2016
bermain. (Novan Ardy Wiyani dan Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009
Barnawi, 2012:72). menyatakan bahwa “tujuan Pendidikan
Satuan pendidikan anak usia dini Taman Kanak-kanak adalah membantu
(PAUD) merupakan salah satu bentuk anak didik mengembangkan berbagai
penyelenggaraan pendidikan yang potensi baik psikis dan fisik yang meliputi
menitikberatkan pada peletakan dasar ke lingkup perkembangan nilai agama dan
arah pertumbuhan dan perkembangan moral, fisik/motoric, kognitif, bahasa, serta
yaitu, nilai moral dan agama (spiritual), sosial emosional kemandirian”.
fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), (Permendiknas Nomer 58, 2009:4)
kognitif (daya fikir dan daya cipta), Usia dini merupakan kesempatan
sosialemosional (sikap dan perilaku serta emas bagi anak untuk belajar, sehingga
beragama), dan bahasa sesuai dengan disebut usia emas (golden age). Pada usia
keunikan dan tahap-tahap perkembangan ini, anak memiliki kemampuan untuk
yang dilalui oleh anak usia dini, “tujuan belajar yang luar biasa. (Mursid, 2015:
pembelajaran di PAUD atau taman 121).
kanakkanak adalah untuk membantu PAUD juga merupakan masa emas
meletakkan dasar ke arah perkembangan dalam pertumbuhan dan perkembangan
sikap, pengetahuan, keterampilan, dan pada anak, maka dari itu pentingnya
daya cipta yang diperlukan oleh anak didik mengarahkan dan membimbing anak
dalam menyesuaikan diri dengan dengan membangun karakter positif pada
lingkungannya dan untuk pertumbuhan anak dan menyeimbangkan seluruh aspek
dan perkembangan selanjutnya” (Yeni perkembangannya agar berkembang sesuai
Rachmawati, 2011:1). dengan tahap usianya, “PAUD sebagai
Anak usia dini bertumbuh dan pendidikan yang diselenggarakan sebelum
berkembang menyeluruh secara alami. Jika jenjang pendidikan dasar, memiliki
pertumbuhan dan perkembangan tersebut kelompok sasaran anak usia 0-6 tahun
dirangsang maka akan mencapai. Aspek yang sering disebut sebagai masa emas
perkembangan motorik merupakan salah perkembangan” (Latif, 2013:3).
satu aspek perkembangan yang dapat Pemahaman tentang Anak
mengintegrasikan perkembangan aspek merupakan suatu awal keberhasilan dalam
yang lain. Menurut UU Nomor 20 Tahun pendidikan. Dunia anak merupakan dunia
2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14 tentang bermain, di saat mereka bermain anakanak
pendidikan bahwa: Pendidikan anak usia akan menyerap segala sesuatu yang terjadi
dini adalah suatu upaya pembinaan yang di lingkungan sekitarnya, “bermain juga
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai merupakan tuntutan dan kebutuhan yang
dengan usia enam tahun yang dilakukan esensial bagi anak usia dini, melalui
melalui pemberian rangsangan pendidikan bermain anak akan dapat memuaskan
untuk membantu pertumbuhan dan tuntutan dan kebutuhan perkembangan
perkembangan jasmani dan rohani agar dimensi dari motorik, kognitif, kreativitas,
anak memiliki kesiapan dalam memasuki bahasa, emosi, sosial, nilai, dan sikap
pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak hidup” (Moeslichatoen, 2006:27).
usia dini (early childhood education/ Anak merupakan amanah Allah
PAUD) sangat penting dilaksanakan kepada kedua orangtuanya, hatinya masih
sebagai dasar bagi pembentukan suci bagaikan mutiara yang indah, bersih
kepribadian manusia secara utuh, yaitu dan kosong dari segala ukiran gambar. Dia
pembentukan karakter, budi pekerti luhur, siap menerima segala ukiran dan
cerdas, ceria, terampil, dan bertakwa, cenderung kepada setiap apa yang
kepada Tuhan yang Maha Esa. diarahkan kepadanya. Anak yang
(Permendiknas Nomer 58, 2009:3). mendapatkan pembinaan yang tepat pada
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional usia dini akan dapat meningkatkan
718
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 5, Edisi 1, Juni 2016
kesehatan serta kesejahteraan fisik dan menuju ke arah suatu organisasi pada
mental, yang berdampak pada peningkatan tingkat integrasi yang lebih tinggi
prestasi belajar anak, etos kerja anak, dan berdasarkan proses pertumbuhan.
produktivitas sehingga mampu mandiri Selain itu, perkembangan diartikan
dan mengoptimalkan potensi dirinya sebagai suatu proses yang menuju kedepan
(Ihsana El-Khuluqo, 2015:40) dan tidak dapat diulang kembali. Dalam
Setiap orangtua atau pendidik perkembangan manusia terjadi perubahan-
menginginkan buah hati atau anak perubahan yang sedikit banyak bersifat
didiknya tumbuh menjadi anak yang tetap dan tidak dapat diulangi. (Abu
cerdas, sehat, mandiri, kreatif. Untuk Ahmadi & Munawar Sholeh, 2005: 1)
mewujudkan hal tersebut, maka orangtua Secara umum, definisi
atau pendidik perlu mengenal dan perkembangan dan pertumbuhan memiliki
memahami dengan baik tentang dunia pengertian yang sama yakni keduanya
anak dengan baik. Sebab dunia anak mengalami perubahan. Tetapi secara
berbeda dengan orang dewasa. Dunia anak khusus, pertumbuhan adalah mengacu
adalah bermain. Dan pada dasarnya peran pada perubahan yang bersifat kuantitas,
orangtua atau pendidik adalah sedang perkembangan lebih mengarah
mengarahkan anak-anak tersebut sebagai kepada kualitas. Artinya konsep
generasi unggul. Adanya program pertumbuhan mengandung definisi sebagai
pengembangan keterampilan motorik anak perubahan ukuran fisik yang bersifat pasti,
usia dini, seringkali dilupakan bahkan akurat yakni dari kecil menjadi besar, dari
diabaikan oleh orangtua atau pendidik. Hal sempit menjadi lebar. Selain itu, yang
ini dikarenakan belum memahami bahwa terpenting dalam pertumbuhan ialah
program pengembangan keterampilan terjadinya proses pematangan fisik yang
motorik yang tak terpisahkan dalam ditandai dengan makin kompleksnya
pendidikan anak usia dini. Berikut ini akan sistem jaringan otot, sistem syaraf maupun
penulis sajikan mengenai pentingnya sistem fungsi organ tubuh. Kematangan
permainan tradisional dalam tersebut, menyebabkan organ fisik merasa
pengembangan fisik motorik bagi anak siap untuk dapat melakukan tugas-tugas
usia dini. dan aktivitas sesuai dengan tahap
perkembangan individu. Jadi
Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan perkembangan dapat diartikan sebagai
Setiap organisme pasti mengalami akibat dari perubahan kematangan dan
peristiwa perkembangan selama hidupnya. kesiapan fisik yang memiliki potensi untuk
Perkembangan ini meliputi seluruh bagian melakukan suatu aktivitas, sehingga
dengan keadaan yang dimiliki oleh individu telah mempunyai suatu
organisme ini, baik yang bersifat konkret pengalaman. (Agoes Dariyo, 2007: 35)
maupun yang bersifat abstrak. Jadi,
peristiwa perkembangan itu, khususnya Aspek Perkembangan Anak Usia Dini
perkembangan manusia, tidak hanya Catron dan Allen dalam Yuliani
tertuju pada aspek psikologis saja, tetapi Nurani Sujiono (2009: 62) mengemukakan
juga aspek biologis. bahwa terdapat 6 aspek perkembangan
Djaali dalam Helmawati (2015: 10) anak usia dini, yaitu:
mengemukakan bahwa pertumbuhan 1. Kesadaran personal
diartikan perubahan kuantitatif pada Permainan yang kreatif
material sesuatu sebagai akibat dari adanya memungkinkan perkembangan
pengaruh lingkungan. Sedangkan definisi kesadaran personal. Bermain
perkembangan menurut F.J. Monk, dkk mendukung anak untuk tumbuh secara
mendefinisikan bahwa perkembangan mandiri dan memiliki kontrol atas
adalah suatu proses yang kekal dan tetap lingkungannya. Melalui bermain, anak
719
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 5, Edisi 1, Juni 2016
dapat menemukan hal yang baru, bahan dan alat, berinteraksi dengan
bereksplorasi, meniru, dan orang lain dan mulai merasakan dunia
mempraktikkan kehidupan sehari-hari mereka. Bermain menyediakan
sebagai sebuah langkah dalam kerangka kerja pada anak untuk
membangun keterampilan menolong mengembangkan pemahaman tentang
dirinya sendiri, keterampilan ini diri mereka sendiri, orang lain dan
membuat anak merasa kompeten. lingkungan.
2. Pengembangan Emosi 6. Pengembangan kemampuan motorik
Melalui bermain, anak dapat belajar Bermain memberikan kesempatan
menerima, berekspresi dan mengatasi yang luas untuk bergerak pada anak,
masalah dengan cara yang positif. pengalaman belajar untuk
Bermain juga memberikan menemukan, , aktivitas sensori motor,
kesempatan pada anak untuk yang meliputi penggunaan otot-otot
mengenal diri mereka sendiri dan besar dan kecil memungkinkan anak
untuk mengembangkan pola perilaku untuk memenuhi perkembangan
yang memuaskan dalam hidup. perseptual motorik.
3. Membangun sosialisasi
Bermain memberikan jalan bagi Perkembangan Fisik Motorik Anak
perkembangan sosial anak ketika Menurut Agoes Dariyo (2007: 43)
berbagi dengan anak lain. Bermain mengemukakan bahwa yang paling
adalah sarana yang paling utama bagi menonjol dan nampak dalam diri individu
pengembangan kemampuan adalah terjadinya perubahan fisik. Hal ini
bersosialisasi dan memperluas empati terbukti dengan adanya perubahan fisik
terhadap orang lain serta mengurangi individu yang terjadi sangat cepat yakni
sikap egosentrisme. Bermain dapat sejak masa konsepsi hingga masa
menumbuhkan dan meningkatkan rasa kelahirannya. Kemudian dilanjutkan masa
sosialisasi anak. Melalui bermain anak bayi, anak-anak, remaja dan dewasa.
dapat belajar perilaku prososial Fisik atau tubuh manusia
seperti: menunggu giliran, kerja sama, merupakan sistem organ yang kompleks
saling membantu dan berbagi. dan sangat mengagumkan. Semua organ
4. Pengembangan Komunikasi ini terbentuk pada periode pranatal (dalam
Bermain merupakan alat yang paling kandungan). Berkaitan dengan
kuat untuk membelajarkan perkembangan fisik menurut Kuhlen dan
kemampuan berbahasa anak. Melalui Thompson dalam Syamsu Yusuf LN.
komunikasi inilah anak dapat (2014:101) mengemukakan bahwa
memperluas kosa kata dan perkembangan fisik individu meliputi
mengembangkan daya penerimaan empat aspek yaitu: (1) Sistem syaraf, yang
serta pengekpresian kemampuan sangat mempengaruhi perkembangan
berbahasa mereka melalui interaksi kecerdasan dan emosi; (2)Otot-otot, yang
dengan anak-anak lain dan orang mempengaruhi perkembangan kekuatan
dewasa pada situasi bermain spontan. dan kemampuan motorik; (3) Kelenjar
5. Pengembangan kognitif Endokrin, yang menyebabkan munculnya
Bermain dapat memenuhi kebutuhan pola-pola tingkah laku baru, seperti pada
anak untuk secara aktif terlibat dengan usia remaja berkembang perasaan senang
lingkungan, untuk bermain dan untuk aktif dalam suatu kegiatan, yang
bekerja dalam menghasilkan suatu sebagian anggotanya terdiri atas lawan
karya, serta untuk memenuhi tugas- jenis; dan (4) Struktur fisik/tubuh, yang
tugas perkembangan kognitif lainnya. meliputi tinggi, berat dan proporsi.
Selama bermain, anak menerima
pengalaman baru, memanipulasi
720
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 5, Edisi 1, Juni 2016
721
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 5, Edisi 1, Juni 2016
722
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 5, Edisi 1, Juni 2016
Tabel 1.2 Perkembangan motorik kasar dan motorik halus usia 12 Bulan – <4 tahun
No Lingkup Tingkat Pencapaian Perkembangan
Perkembangan 12 – < 18 18 – < 24 2 – <3 3 – <4 tahun
bulan bulan tahun
1. Motorik Kasar 1. Berjalan 1. Melompat di 1.Berjalan 1.Berlari sambil
sendiri. 2. tempat. 2. Naik sambil membawa
Naik tangga tangga atau berjinjit. 2. sesuatu yang
atau tempat tempat yang Melompat ke ringan (bola). 2.
yang lebih lebih tinggi depan dan ke Naik-turun
tinggi dengan dengan belakang tangga atau
merangkak. 3. berpegangan. 3. dengan dua tempat yang
Menendang Berjalan kaki. 3. lebih tinggi
bola ke arah mundur Melempar dengan kaki
depan. 4. beberapa dan bergantian. 3.
Berdiri dengan langkah. 4. menangkap Meniti di atas
satu kaki Menarik benda bola. 4. papan yang
selama satu yang tidak Menari cukup lebar. 4.
detik. terlalu berat mengikuti Melompat turun
(kursi kecil). irama. 5. dari ketinggian
Naik-turun kurang lebih 20
tangga atau cm (di bawah
tempat yang tinggi lutut
lebih anak). 5. Meniru
tinggi/rendah gerakan senam
dengan sederhana
berpegangan. seperti
menirukan
gerakan pohon,
kelinci
melompat)
2 Motorik Halus 1. Memegang 1. Meniru garis 1. Meremas 1. Menuang air,
alat tulis. 2. vertikal atau kertas atau pasir, atau biji-
Membuat horisontal. 2. kain dengan bijian ke dalam
coretan bebas. Memasukkan menggerakka tempat
3. Menyusun benda ke dalam n lima jari. 2. penampung
menara dengan wadah yang Melipat kertas (mangkuk,
tiga balok. 4. sesuai. 3. meskipun ember). 2.
Memegang Membalik belum Memasukkan
gelas dengan halaman buku rapi/lurus. 3. benda kecil ke
dua tangan. 5. walaupun Menggunting dalam botol
Menumpahkan belum kertas tanpa (potongan lidi,
bendabenda sempurna. 4. pola. 4. kerikil, biji-
dari wadah dan Menyobek Koordinasi bijian). 3.
memasukkann kertas. jari tangan Meronce manik-
ya kembali cukup baik manik yang
untuk tidak terlalu
memegang kecil dengan
benda pipih benang yang
seperti sikat agak kaku. 4.
gigi, sendok Menggunting
kertas mengikuti
pola garis lurus
Sumber: Permendiknas No. 58 Tahun 2009 tanggal 17 September 2009 Tentang Standar Pendidikan
Anak Usia Dini. Hlm. 5-7.
723
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 5, Edisi 1, Juni 2016
Tabel 1.3 Perkembangan motorik kasar dan motorik halus usia 4 tahun - WDKXQ
No Lingkup Tingkat Pencapaian Perkembangan
Perkembangan Usia 4 - <5 tahun Usia 5 - WDKXQ
1. Motorik Kasar 1. Menirukan gerakan 1.Melakukan gerakan tubuh secara
binatang, pohon tertiup angin, terkoordinasi untuk melatih kelenturan,
pesawat terbang, dsb. 2. keseimbangan, dan kelincahan. 2.
Melakukan gerakan Melakukan koordinasi gerakan kaki-
menggantung (bergelayut). 3. tangan-kepala dalam menirukan tarian atau
Melakukan gerakan senam. 3. Melakukan permainan fisik
melompat, meloncat, dan dengan aturan. 4. Terampil menggunakan
berlari secara terkoordinasi 4. tangan kanan dan kiri. 5. Melakukan
Melempar sesuatu secara kegiatan kebersihan diri.
terarah 5. Menangkap sesuatu
secara tepat 6. Melakukan
gerakan antisipasi 7.
Menendang sesuatu secara
terarah 8. Memanfaatkan alat
permainan di luar kelas.
2 Motorik Halus 1. Membuat garis vertikal, 1.Menggambar sesuai gagasannya. 2.
horizontal, lengkung Meniru bentuk. 3. Melakukan eksplorasi
kiri/kanan, miring kiri/kanan, dengan berbagai media dan kegiatan. 4.
dan lingkaran. 2. Menjiplak Menggunakan alat tulis dengan benar. 5.
bentuk. 3. Mengkoordinasikan Menggunting sesuai dengan pola. 6.
mata dan tangan untuk Menempel gambar dengan tepat. 7.
melakukan gerakan yang Mengekspresikan diri melalui gerakan
rumit. 4. Melakukan gerakan menggambar secara detail.
manipulatif untuk
menghasilkan suatu bentuk
dengan menggunakan
berbagai media. 5.
Mengekspresikan diri dengan
berkarya seni menggunakan
berbagai media
Sumber: Permendiknas No. 58 Tahun 2009 tanggal 17 September 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia
Dini. Hlm. 8-9
Tabel 1.4 Perkembangan motorik kasar dan motorik halus usia 6 tahun - WDKXQ
No Lingkup Tingkat Pencapaian Perkembangan
Perkembangan Usia 6 - <8 Tahun
1. Motorik Kasar 1.Berdiri dengan satu kaki tanpa jatuh, 2. Berlari lurus tanpa jatuh dan
zigzag/bervariasi, misalnya melalui rintangan, 3. Berjalan lurus dan
bervariasi, 4. Melompat dari ketinggian 20 cm, 5. Melempar dan menangkap
bola kecil dengan jarak 5-10 meter, 6. Mengkombinasikan gerakan jalan dan
lari, 7. Mengkombinasikan gerakan jalan, lari, melompat dan melempar, 8.
Berguling kedepan/koprol. 9. Sudah dapat mengendarai sepeda roda dua. 10.
Dapat menari dan mengikuti gerakan dalam senam irama.
2 Motorik Halus 1.Menggambar orang dengan anggota tubuh lengkap, 2. Mampu makan,
minum dan berpakaian sendiri, 3. Membuat atau menulis angka, 4. Membuat
bentuk wajik, segitiga dan segi empat, 5. Memotong dan menggunting
dengan sempurna, 6. Menggambar sesuai dengan penglihatan, 7. Meniru
kalimat dengan tulisan tangan.
Sumber: Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: PT. Indeks,
2009. Hlm. 161-162.
724
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 5, Edisi 1, Juni 2016
725
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 5, Edisi 1, Juni 2016
dalam kegiatan bermain, seluruh tahapan besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh
perkembangan anak dapat berfungsi dan motorik kasar diperlukan agar seseorang
berkembang dengan baik dan hasil dari dapat duduk, memegang, berlari,
perkembangan yang baik itu akan muncul menendang, memanjat pohon, menaiki
dan terlihat pada saat si anak menginjak tangga, dan sebagainya. Pada proses
masa remaja. Bermain, atau permainan pertumbuhan seorang bayi perkembangan
sebagai aktivitas terkait dengan motorik kasarlah yang terlebih dahulu
keseluruhan diri anak, bukan hanya dipelajarinya, misalnya seorang bayi akan
sebagian, namun melalui permainan (pada terlebih dahulu belajar memegang benda-
saat anak bermain) anak akan terdorong benda yang berukuran besar di sekitarnya
mempraktekkan keterampilannya yang daripada yang berukuran kecil, ini
mengarahkan perkembangan kognitif dikarenakan bayi belum memiliki
anak, perkembangan bahasa anak, kemampuan untuk mengontrol jari-jemari
perkembangan psikomotorik, dan tangannya.
perkembangan fisik. Pengalaman bermain Adapun sala hsatu jenis permainan
akan mendorong anak untuk lebih kreatif. yang lebih melatih kekuatan otot-otot anak
Mulai dari perkembangan emosi, yaitu permainan tradisional. Dalam situs
kemudian mengarah ke kreativitas http://srijasmaindra.blogspot.co.id/ yang
bersosialisasi. Ada beberapa prinsip telah penulis download pada tanggal 26
permainan berdasarkan perilaku anak, Oktober 2016 mengemukakan bahwa
yaitu antara lain: permainan adalah sesuatu Jenis permainan tradisional untuk
yang menyenangkan, di luar dari peristiwa meningkatkan kemampuan motorik pada
seharihari. Permainan adalah sarana anak usia dini, diantaranya yaitu:
bereksperimen dalam berbagai hal, terbuka 1)Permainan Congklak/dakon; 2) Lompat
tanpa batas. Permainan adalah sesuatu Tali/Sapintrong; 3) Kelereng.
yang aktif dan dinamis, tidak statis
sehingga tidak terbatas ruang dan waktu.
Permainan juga berlaku bagi setiap anak di
sepanjang zaman, memiliki konteks
hubungan sosial dan spontan, bermain juga
sebagai sarana komunikasi dengan teman
sebaya dan lingkungan. (Ismatul
Khasanah, 2011: 94)
Menurut Sukirman dalam Edy
Waspada (2014: 16) bahwa definisi Gambar 1.
permainan tradisional adalah permainan Permainan Congklak/Dakon
anak-anak dari bahan sederhana sesuai
Bermain Congklak juga dapat
aspek budaya dalam kehidupan
melatih anak-anak pandai dalam berhitung.
masyarakat. Selain itu, permainan
Selain itu, anak yang bermain congklak
tradisional juga dikenal dengan permainan
harus pandai membuat strategi agar bisa
rakyat merupakan sebuah kegiatan
memenangkan permainan. Permainan yang
rekreatif yang tidak hanya bertujuan untuk
disebut dakon dalam bahasa jawa ini,
menghibur diri, tetapi juga sebagai alat
biasanya di mainkan oleh dua anak
untuk memelihara hubungan dan
perempuan. Permainan congklak
kenyamanan sosial.
menggunakan papan uang yang disebut
papan congklak. Ukuran papan terdiri atas
Jenis-jenis Permainan tradisional bagi
16 lubang untuk menyimpan biji congklak.
Anak Usia Dini
Keenambelas lubang tersebut saling
Motorik kasar adalah kemampuan
berhadapan dan 2 lubang besar dikedua
gerak tubuh dalam menggunakan otot-otot
sisinya. Kemudian anak-anak pun
726
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 5, Edisi 1, Juni 2016
727
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 5, Edisi 1, Juni 2016
728
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 5, Edisi 1, Juni 2016
729
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 5, Edisi 1, Juni 2016
730
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 5, Edisi 1, Juni 2016
731
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 5, Edisi 1, Juni 2016
mengelola emosi secara tepat penting permainan tradisional yaitu berupa: (1)
untuk dipelajari demi melatih Permainan Congklak/Dakon; (2) Lompat
kecerdasan emosional anak. Tali/Sapintrong; (3) Permainan Kelereng
8. Mengajari anak untuk menghargai dengan motorik anak bahwa kemampuan
prestasi orang lain fisik motorik anak usia dini tidak akan
Dalam beberapa permainan berkembang tanpa adanya kematangan
tradisional, anak dituntut untuk bisa kontrol motorik, dan motorik tersebut
menerima kekalahan tim jika timnya tidak akan optimal jika tidak diimbangi
kalah. Menghargai kemenangan tim dengan gerakan anggota tubuh tanpa
lawan membuat anak belajar untuk dengan latihan fisik.
berbesar hati dan ikhlas.
9. Belajar bersikap demokratis
Pada permainan tradisional, DAFTAR PUSTAKA
anak-anaklah yang menentukan syarat
dan ketentuan dalam bermain. Anak Abu Ahmadi & Munawar Sholeh,
anak belajar berunding membuat Psikologi Perkembangan, (Jakarta:
keputusan siapa yang akan memulai PT. Rineka Cipta, 2005).
permainan pertama. Anak juga
berunding dalam membagi kelompok Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan
bermain. Anak Tiga Tahun Pertama,
(Bandung: PT. Refika Aditama,
KESIMPULAN 2007).
Anak-anak sangat menikmati
permainan dan akan terus melakukannya Ahmad Susanto, Perkembangan Anak
dimanapun mereka memiliki kesempatan. Usia Dini, (Jakarta: PT. Kencana,
Bermain adalah suatu kegiatan yang sering 2011).
dilakukan oleh anak-anak dan dapat Desmita, Psikologi Perkembangan,
menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi (Bandung: PT. Remaja
diri seseorang. Kegiatan bermain dapat Rosdakarya, 2013).
membantu anak mengenal tentang diri
sendiri, dengan siapa ia hidup serta Edy Waspada, “Perbedaan pengaruh
lingkungan tempat dimana ia hidup. permainan tradisional dan latihan
Permainan tradisional kecerdasan kinestetik terhadap
sesungguhnya memiliki banyak manfaat kemampuan motorik dan
bagi anak-anak. Selain tidak mengeluarkan kecerdasan emosional”, dalam
banyak biaya dan bias juga untuk TESIS, (Surakarta: Universitas
menyehatkan badan bisa juga permainan Sebelas Maret), 2014.
tradisional adalah sebagai olaraga karena
semua permainan mengunakan gerak Helmawati, Mengenal dan memahami
badan yang ekstra, permainan tradisional PAUD, (Bandung: PT. Remaja
sebenarnya sangat baik untuk melatih fisik Rosdakarya, 2015)
dan mental anak. Secara tidak langsung,
anak akan dirangsang kreatifitas, http://srijasmaindra.blogspot.co.id/2012/1
ketangkasan, jiwa kepemimpinan, 2/macam-macam-permainan-
kecerdasan, dan keluasan wawasannya tradisional-pada.html.
melalui permainan tradisional. Para https://keluarga.com/2961/pengasuhan/9-
psikolog menilai bahwa sesungguhnya manfaat-memperkenalkan-
mainan tradisional mampu membentuk permainan-tradisional-kepada-
motorik anak, baik kasar maupun halus. anak
Selain itu, terdapat keterkaitan 3 jenis
732
Jurnal Pendidikan Anak, Volume 5, Edisi 1, Juni 2016
733