Dosen pengampu:
Asiyah Nurrahmajanti, M. Si.
Praktikum ke-VIII
Disusun oleh :
Lisnawati
1157040074
Kelompok 3:
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tujuan
1. Menentukan faktor yang mempengaruhi titik beku pada larutan isotonik dan
larutan NaCl.
2. Menentukan sifat elektrolit dan titik didih pada larutan NaCl dan minuman
isotonik.
3. Menentukan penurunan titik beku dari larutan NaCl dengan variansi konsentrasi
berdasarkan percobaan.
4. Menentukan massa jenis larutan NaCl berbagai konsentrasi.
5. Menentukan tekanan osmotik dari produk minuman isotonik.
B. Dasar Teori
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jeniszat
terlarut tetapi hanya bergantung pada konsentrasi pertikel zat terlarutnya. Sifatkoligatif
larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dansifat koligatif
larutan nonelektrolit (Anonim, 2013). Kenaikan titik didih adalahbertambahnya titik
didih larutan relatif terhadap titik didih peralut murninya. Titikdidih larutan adalah suhu
di mana tekanan uap larutan sama dengan tekanan uappelarut murni (Anonim, 2012).
Penurunan titik beku adalah berkurangnya titikbeku suatu larutan relatif terhadap titik
beku pelarut murninya. Titik beku larutanadalah suhu dimana tekanan uap larutan sama
dengan tekanan uap pelarut murnipadat (Anonim, 2012). Penurunan tekanan uap adalah
berkurangnya tekanan uapdalam suatu larutan relatif terhadap tekanan uap pelarut
murninya. Tekanan uapadalah tekanan gas yang berada di atas zat cair dalam tempat
tertutup, di mana gasdan zat cair berada dalam kesetimbangan dinamis (Anonim, 2012).
Tekananosmosis adalah tekanan hidrostatis yang terbentuk pada larutan
untukmenghentikan proses osmosis pelarut ke dalam larutan melalui selaput
semipermeabel. Atau tekanan osmosis adalah tekanan luar yang diberikan pada larutan
untuk menghentikan proses osmosis pelarut ke dalam larutan melalui selaput
semipermeabel (Anonim, 2012).
Faktor – faktor yang mempengaruhi titik beku larutan adalah
pertamakonsentrasi larutan, semakin besar konsentrasi zat terlarut dalam suatu
2
larutan,maka semakin rendah titik beku larutan tersebut, dan semakin rendah
konsentrasizat terlarut dalam suatu larutan maka titik beku larutan akan semakin tinggi
,kedua keelektrolitan Larutan, larutan elektrolit akan semakin sukar membeku(titik
beku lebih rendah) daripada larutan non elektrolit, ketiga jumlah partikel,semakin
banyak jumlah partikel zat terlarut, titik didih semakin rendah, dansemakin sedikit
jumlah partikel maka titik didih semakin tinggi (Pramana, 2011).
Beberapa sifat penting larutan bergantung pada banyaknya zat terlarut dalam
larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut. Sifat-sifat ini disebut sifat
koligatif sebab sifat-sifat tersebut memiliki sumber yang sama, dengan kata lain, semua
sifat tersebut bergantung pada banyaknya partikel zat yang ada, apakah partikel-partikel
tersebut atom, ion atau molekul. Yang disebut sebagai sifat koligatif larutan ialah
penurunan titik uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik.
Dalam pembahasan mengenai sifat koligatif larutan non-elektrolit, perlu diingat bahwa
yang dibahas adalah larutan yang relatif encer, yang berarti larutannya memiliki
konsentrasi ≤ 0,2 M (Chang, 2004).
Terdapat empat sifat yang berhubungan dengan larutan encer, atau kira–kira
larutan yang lebih pekat, yang tergantung pada jumlah partikel terlarut yang ada. Jadi
sifat-sifat tersebut ialah penurunan tekanan uap, peningkatan titik didih, penurunan titik
beku, dan tekanan osmotik yang semua itu dinamakan sifat koligatif larutan. Kegunaan
praktis sifat-sifat koligatif banyak dan beragam, juga penelitian sifat-sifat koligatif
memainkan peranan penting dalam metode penetapan bobot molekul dan
pengembangan teori larutan (Petrucci, 1985)
Hukum Rovalt merupakan dasar bagi empat sifat larutan encer yang disebut
sifat koligatif (dan bahasa latin colligare “mengumpul bersama”) sebab sifat-sifat itu
bergantung pada efek kolektif jumlah partikel zat terlarut, bukan pada sifat partikel
yang terlibat, keempat sifat itu ialah: penurunan tekanan uap larutan relatif terhadap
tekanan uap murni, peningkatan titik didih, penurunan titik beku dan gejala tekanan
osmostik (Oxtoby,dkk, 2001).
- Penurunan tekanan uap (DP)
Apabila suatu zat cair (sebenarnya juga untuk zat padat) di masukkan ke dalam
suatu ruangan tertutup maka zat itu akan menguap sampai ruanagan itu jenuh. Pada
keadaan jenuh itu terdapat kesetimbangan dinamis antara zat cair dengan uap jenuhnya.
Tekanan yang ditimbulkan oleh uap jenuh itu disebut tekanan uap jenuh. Besarnya
tekanan uap jenuh bergantung pada jenis zat dan suhu zat yang memiliki zat tarik
3
menarik antara partikel relatif kecil, contohnya garam, gula, glukol, gliserol, sebaliknya
zat yang memiiki gaya tarik menarik antara partikel relatif besar, zat seperti itu
dikatakan mudah menguap, contohnya etanol dan eter. Tekanan uap jenuh suatu zat
akan bertambah jika suhu dinaikkan.
Apabila dalam suatu pelarut, larutan zat yang tidak mudah menguap, ternyata
tekanan uap jenuh larutan menjadi lebih rendah dari pada tekanan uap jenuh pelarut
murni. Jika tekanan uap jenuh pelarut murni dinyatakan dengan Po dan tekanan uap
jenuh larutan dengan P, DP = Po – P. Karena X1 = 1 – X2 untuk kelarutan yang terdiri
atas dua komponen, maka hukum Rault dapat ditulis sebagai: DP1 = P1 – P1o = X1 –
P1o – P1o = – X2P1.
Jadi perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat
terlarut tanda negatif menyirahkan penurunan tekanan uap.Tekanan uap selalu lebih
rendah diatas larutan encer di bandingkan diatas pelarut murninya. (Sumardjo, 2009)
1. Kenaikan Titik Didih.
Titik didih suatu cairan ialah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama
dengan tekanan luar (tekanan yang dikenakan pada permukaan cairan). Apabila tekanan
uap sama dengan tekanan luar, maka gelembung menuju fase gas. Oleh karena itu, titik
didih suatu cairan bergantung pada tekanan luar. (Tim Dosen Kimia UNHAS, 2008)
Selisih antara titik didih larutan dan titik didih pelarut murni dinyatakan sebagai
kenaikan titik didih (∆Tb) yang dinyatakan oleh larutan tersebut. Menurut Raoult,
besarnya ∆Tb sebanding dengan konsentrasi molal dan tidak tergantung pada jenis zat
terlarut.
2. Penurunan Titik Beku
Adapun titik beku dari suatu cairan atau suatu larutan adalah suhu pada saat
tekanan uap cairan (larutan)itu sama dengan tekanan uap pelarut padat murni. Akibat
lain dan turunnya tekanan uap larutan adalah penurunan titik beku ; titik beku normal
air dalam 0oC.
Jika air murni didinginkan pada 0oC maka air tersebut akan membeku dan
tekanan uap permukaannya sebesar 1 atm, tetapi bila dilarutkan zat terlarut yang sukar
menguap seperti gula, maka pada suhu 0oC ternyata larutan belum membeku dan
tekanan uap permukaannya lebih kecil dari 1 atm. Supaya larutan membeku, tekanan
uap permukaannya harus mencapai 1 atm. Hal ini dapat dicapai bila suhu larutan di
turunkan.
4
Setelah tekanan uap mencapai 1 atm, larutan akan membeku. Besarnya titik
beku larutan ini lebih rendah dari 0oC atau lebih rendah dari titik beku turunnya titik
beku larutan dan titik beku pelarutnya disebut penurunan titik beku ( DTf ).
Besarnya DTf larutan juga bergantung pada jumlah partikel terlarut. Menurut
Raoult untuk larutan yang sangat encer berlaku :
DTf = Kf .m
Atau
DTf = Kf x x
Ket : M = Berat molekul zat terlarut (gr/mol)
P = Massa zat pelarut (gr)
Kf = Tetapan penurunan titik beku molal.
Seperti pada Kb, harga Kf juga bergantung pada jenis pelarut (Echen, 2005).
3. Tekanan Osmosis Larutan
Proses berpindahnya air (molekul) dari bagian yang lebih encer ke bagian yag
lebih pekat melalui membran semipermeabel disebut osmosis. Osmosis dapat
dihentikan apabila pada permukaan larutan diberi tekanan. Tekanan yang diberikan ini
disebut tekanan osmotik. Besarnya tekanan osmotik larutan, telah diselidiki oleh Vanit
Hoff, yang dinyatakan dengan rumus:
(e-dukasi.net, 2010)
Sifat koligatif larutan dibedakan antara dua bagian, yaitu sifat koligatif
nonelektrolit dan elektrolit. Bila konsetrasi zat terlarut sama, sifat koligatif larutan
elektrolit mempunyai harga lebih besar dari pada sifat koligatif nonelektrolit. Larutan
elektrolit memberi sifat koligatif yang lebih besar dari pada sifat larutan nonelektrolit
yang konsentrasinya sama. Perbandingan antara harga sifat koligatif larutan yang
diharapkan suatu larutan nonelektrolit pada konsentrasi yang sama disebut faktor Vann
hoffdan dinyatakan dengan lambang harga i (Tim Dosen Kimia Dasar UNHAS : 2004).
4. Larutan elektrolit
Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit, larutan
elektrolit dalam air terdisosiasi kedalam partikel–partikel yang bermuatan listrik positif
dan negatifyang disebut ion (ion positif dan ion negatif) jumlah muatan ion positif akan
sama dengan jumlah muatan ion negatif, sehingga muatan ion–ion dalam larutan netral.
Ion–ion inilah yang bertugas menghantarkan arus listrik.
5. Larutan nonelektrolit
5
Larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan
nonelektrolit.Karena dalam larutan tersebut tidak mengandung ion, sehingga tidak
dapat menghantarkan arus listrik pada larutan nonelektrolit molekul–molekulnya tidak
terionisasi dalam larutan sehingga tidak ada ion yang bermuatan yang dapat
menghantarkan arus listrik.
Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan (kemampuannya) untuk mengion
adalah derajat ionisasi. Derajat ionisasi ini dinyatakan sebagai:
Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya mendekati 1, sedangkan
untuk elektrolit lemah, harganya berada di antara 0 dan 1 (0 < α < 1). Atas dasar
kemampuan ini, maka larutan elektrolit mempunyai perkembangan di dalam
perumusan sifat koligatifnya.
(Ratna,dkk, 2009)
Pada larutan elektrolit kuat ditambahkan factor Van’t Hoff untuk setiap
kenaikan titik didih, penurunan titik beku, kenaikan tekanan uap, dan tekanan osmotik
larutan elektrolit yang disimbolka dengan .
(Ratna,dkk, 2009)
Pada sifat koligatif larutan juga terdapat satua konsentrasi larutan yang
digunakan dalam menentukansifat koligatif larutan, yaitu fraksi mol (x) dan kemolalan
atau molalitas (m).
- Fraksi Mol
Komposisi zat-zat dalam larutan dapat dinyataka dalam satuan fraksi mol (x).
Fraksi mol zat A (xA) menyatakan perbandinga jumlah mol zat A terhadap jumlah
moltotal zat-zat yang terdapat dalam larutan.
jumlah fraksi mol semua komponen sama dengan satu
- Kemolalan
Kemolalan (m) didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut dalam satu
kilogram pelarut. Dalam bentuk persamaan dirumuskan sebagai berikut :
Rumusan molalitas dapat dinyatakan dalam bentuk lain, yaitu :
(Sunarya, dkk, 2007)
6
BAB II
METODELOGI PERCOBAAN
2. Bahan
Naha Bahan Konsentrasi Jumlah
Larutan NaCl 3% 50 mL
Larutan NaCl 6% 50 mL
Larutan NaCl 9% 50 mL
Larutan NaCl 12% 50 mL
Larutan NaCl 15% 50 mL
Kentang - 1 buah
Minuman Isotonik - 50 mL
Akuades - 1000 mL
7
B. Skema Percobaan
1. Penentuan tekanan osmotik
Larutan NaCl
Umbi Kentang
- Bersihkan
- Kemudian potong membentuk 2 bidang yang sejajar
+ 1/3 panjang jarum suntik
- Tancapkan jarum suntik pada permukaan kentang sampai
menembus bidang ke dua
- Kemudian cabut
Hasil
Ket : lakukan hal yang sama pada 5 jarum suntik lainnya dan usahakan semua tancapan
jarum suntik tidak ada yang sama posisi tertancapnya supaya setiap jarum dapat terisi
daging kentang dalam jumlah yang sama.
8
Larutan akuades
Hasil
9
Larutan NaCl
Hasil
C. Prosedur percobaan
1. Penomena tekanan osmosis
Buat enam larutan NaCl dengan konsentrasi berbeda diantaranya yaitu
3,6,9,12,15 dan 18% b/b. Kemudian siapkan juga enam split dan jarumnya
dengan benar dan jarum tidak boleh tajam jika jarum tajam maka potong jarum
terlebih dahulu ujungnya secara tegak lurus. Lalu masing-masing diisi dengan
larutan NaCl yang dibuat kira-kira ¼ bagian.
Selanjutnya siapkan umbi kentang yang telah dibersihkan dari cangkng.
Kemudian potong kentang pada dua posisi sehingga membentuk dua bidang
yang sejajar + 1/3 panjang jarum suntik. Lalu tancapkan jarum suntik pada
permukaan kentang sampai menembus bidang ke dua lalu cabut. Dan lakukan
hal yang sama pada lima jarum suntik lainnya dan usahakan semua tancapan
jarum tidak ada yang sama posisi tancapannya sehingga setiap jarum terisi
daging kentang dalam jumlah yang sama.
Larutan akuades dimasukan kedalam enam tabung reaksi dengan ukuran
yang sama. Kemudian jarum suntik dimasukan ke dalam masing-masing tabung
sedemikian rupa sehingga akuades dapat merendam jarum suntik dengan
ketinggian yang sama dengan yang terisi daging kentang. Lalu biarkan selama
24 jam, kemudian amati perubahan posisi pendorong split. Catat perubahan
volume spin.
2. Penurunan titik beku
Larutan NaCl dengan konsentrasi 3,6,9,12,15 dan 18% dibekukan pada
freezer sampai terbentuk es. Kemudian larutan NaCl yang terbentuk masing-
masaing ditempatkan di labu erlenmeyer, lalu dilakukan pemanasan pada suhgu
10
300C. Setelah es mencair, aduk dengan cara digoyangkan. Kemudian catat
ketika padatan es mencair terakhir. Gunakan termometer untuk melakukan
pengukuran untuk menjangkau suhu minimum.
Lakukan pengukuran berat jenis pada larutan NaCl dan buatlah data
tabel ( terlampir di pengamatan) kemudian buatlah tabel.
11
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Sifat koligatif larutan merupakan sifat fisik larutan yang bergantung pada jumlah
partikel larutan namun tidak tergantung pada jenis larutan. Sifat koligatif larutan ini
dibedakan menjadi sifat koligatif laruta elektrolit dan sifat koligatif larutan non-elektrolit
yang dibedakan pada kemampuannya untuk mengion.
Sifat koligatif larutan terdiri atas kenaikan titik didih, penurunan titik beku, penurunan
tekanan uap, dan tekana osmotik. Dikenal juga istilah hipertonik dan hipotonik pada
penerapannya. Hipertonik terjadi ketika konsentrasi pelarut lebih tinggi dari konsentrasi zat
terlarut, sementara hipotonik terjadi ketika konsentrasi pelarut lebih rendah dari konsentrasi
zat terlarut.
Pada percobaan ini dilakukan eksperimen pengenalan bioanorganik : mempelajari sifat
koligatif dari minuman isotonik. Dimana pada percobaan ini kami menggunakan sampel
kentang, minuman isotonik dan larutan NaCl.
12
, 18% dan tinggi awal adalah 2 cm dan tinggi akhirnya 9% = 1,9% dan 18% = 1,6%.
Dimana disebabkan karenaa kentang yang hipotesis terhadap larutan garam sehingga air
yang berada pada kentang keluar dari sel-sel kentang yang menyebabkan kentang menjadi
lembek dan pengurangan ukuran. Untuk sampel isotonik tidak ada perubahan cm
dikarenakan memiliki konswentrasi sama zat terlarut dan air.
13
uapnya sama dengan tekanan uap pelaru. Karena tekanan uap lebih rendah daripada
pelarutnya.
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi
hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarutnya. Sifat koligatif larutan terdiri
dari dua jenis yaitu, sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat larutan non elektrolit.
14
B. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat kita simpulkan sebagai berikut :
1. Larutan NaCl 18% memiliki titik beku rendah dibandingkan 3% hal ini terjadi karena
penurunan titik beku larutan berbanding lurus dengan jumlah partikel zat dalam
larutan, makin besar jumlah partikel zat maka semakin besar juga penurunan titik beku
larutan. Larutan NaCl 18% akan memiliki jumlah partikel yang lebih besar
dibandingkan larutan NaCl 3%.
2. Sifat koligatif larutan dimana pada isotonik dan NaCl sifat larutan yang tidak
bergantung pada jenis zat terlarut tetapi hanya bergantung pada konsentrasi partikel
zat terlarutnya. Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis yaitu, sifat koligatif larutan
elektrolit dan sifat larutan non elektrolit.
3. Dimana pikno + air sebagai pembanding dan hasilnya pikno + air lebih ringan beratnya
dari pikno yang di tambah larutan NaCl. Larutan NaCl yang paling berat pada
konsentrasi 18% dimana dapat dilihat dari data bahwa konsentrasi mempegaruhi berat
sampel yang ditimbang. Pikno + isotonik juga lebih berat massanya dari air dengan
massa 46,39079 g.
4. Diperoleh massa sebesar 46,39079 g.
5. Menentukan tekanan osmotik dari produk minuman isotonik. Dimana Hipertonik
terjadi ketika konsentrasi pelarut lebih tinggi dari konsentrasi zat terlarut, sementara
hipotonik terjadi ketika konsentrasi pelarut lebih rendah dari konsentrasi zat terlarut.
15
DAFTAR PUSTAKA
Sumardjo, Damin. Pengantar Kimia. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta, 2009
16
Lampiran
17
18
19