FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Makassar, 3 Desember 2017
LAPORAN P
DIARE AKUT
Oleh :
Sitti Aisyah Jusmadil
110 2014 0095
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR 2017
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Dg. Mamasa
Umur : 64 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Pakksalo
Tanggal periksa : 2 Juni 2018
Waktu : 10.00 WITA
Nama PKM : Puskesmas Pattiro Mampu
No.RM : 03-00-66
Dokter Jaga : dr. Andi Gusnawati Marti
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Lesi putih pada kaki dan tangan
Anamnesis Terpimpin :
Pasien datang ke Puskesmas mengeluh bercak pada dada sejak 2 bulan yang lalu.
Awalnya terdapat bercak kemerahan kecil di daerah dada, semakin lama bercak
putih tersebut semakin meluas dan menyebar ke perut, paha dan bokong sebelah
kiri. Pasien tidak mengeluh gatal ataupun nyeri pada bercak-bercak tsb, pasien
hanya merasa tebal dan kurang rasa pada daerah bercak putih tersebut, tidak
demam dan BAK : warna kuning
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa. Riwayat asma, kencing manis,
darah tinggi di sangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Mengonsumsi susu lactogen dan bubur promina
Riwayat Keluarga :
Pasien menyangkal ada keluarga yang mengalami keluhan yang serupa
Riwayat Alergi :
Pasien menyangkal adanya alergi obat atau makanan
Riwayat Sosial :
Pasien adalah seorang petani yang bertempat tinggal di lingkungan padat
penduduk, pasien mengaku di tetangganya ada yang mempunyai keluhan yang
sama seperti dirinya. Pasien akrab dengan tetangganya tersebut, setiap hari
kalau pasien ke sawah pasien melewati rumah tetangganya tersebut dan
seringkali pasien mampir ke rumahnya.
Riwayat Pengobatan :
Pasien mengaku selama ini tidak pernah mengobati penyakitnya.
B. PEMERIKSAAN FISIS
Status Generalis : Sakit ringan/ Compos mentis
GCS 15 (E4M6V5)
BB = 58 kg
TB = 160 cm
Status Vitalis : T = 90/80
P = 18x/menit
N = 84x/menit
S = 36°C, axilla
Status dermatologi :
1. Lokasi : Region thoracal
2. Efluoresensi :
1) Pada region pedis tampak patch hipopigmentasi, batas tegas, ukurannya
± 10x15 cm, permukaan halus berkilat, skuama (-), erosi (-).
2) Pada region manus terdapat plaq eritematosa, batas tegas, dengan
ukuran 6x4 cm, permukaan agak kasar, skuama (-), erosi (-).
3) Pada regio femoralis sinistra patch eritematosa, batas tegas, ukuran 5x3
cm, permukaan agak kasar, skuama (-), erosi (-).makula hipopigmentasi
batas tegas, ukuran 7x5 cm, permukaan halus berkilat, skuama (-), erosi
(-).
3. Pemeriksaan :
1) Pemeriksaan anastesi terhadap rasa nyeri pada tempat lesi (+) dari pada
kulit normal.
2) Pemeriksaan anastesi terhadap rasa raba pada tempat lesi (+) dari pada
kulit normal
3) emeriksaan suhu panas dingin pada lesi, tidak bisa membedakan suhu
panas dingin pada tempat lesi.
4) N.Auricularis magnus sinistra mengalami pembesaran, konsistensi
kenyal, nyeri tekan (+)
5) N. Ulnaris sinistra mengalami pembesaran konsistensi kenyal, nyeri
tekan (+)
C. DIAGNOSA BANDING
1. Lepra
2. Vitiligo
3. Tinea korporis
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan bakterioskopis BTA
2) Tes sensitivitas kulit
3) Lepromin tes
E. DIAGNOSA
Morbus Hansen Multibasilar
F. PENATALAKSANAAN
1) Non medikamentosa
a. Menjelaskan pada pasien bahwa penyakit ini bisa disembuhkan, tetapi
pengobatan akan berlangsung lama, antara 12-18 bulan, untuk itu pasien harus
rajin mengambil obat di puskesmas dan tidak boleh putus obat.
b. Penyakit ini mengganggu saraf, sehingga pasien akan merasakan mati rasa,
oleh karena itu disarankan agar pasien menghindari trauma agar tidak
memungkinkan terjadinya infeksi lain
2) Medikamentosa
A. Definisi
Diare akut adalah buang air besar lembek /cair bahkan dapat berupa air saja
yang frekuensinya lebih sering biasanya (biasanya dalam sehari 3 kali atau lebih)
dan berlangsung kurang dari 7 hari.
B. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya. Di
dunia sebesar 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare, di mana
sebagian kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Penyakit diare adalah
salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia,
yang menyebabkan 1 miliar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya.
(Parashar,2003).
Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak 1-2
episode per tahun (Depkes, 2003). Berdasarkan survei demografi kesehatan
Indonesia tahun 2002-2003, prevalensi diare pada anak – anak dengan usia
kurang dari 5 tahun di Indonesia adalah : laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%.
Berdasarkan umur, prevalensi tertinggi terjadi pada usia 6-11 bulan(19,4%), 12-
23 bulan (14,8) dan 24-35 bulan (12,0) (Biro pusat statistik, 2003).
Berdasarkan laporan WHO 2003, kematian akibat diare di negara
berkembang telah turun dari 4,6 juta tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian pada
tahun 2003. Di Indonesia angka kematian diare juga telah turun tajam dari 40%
tahun 1972 menjadi 24,9 pada tahun 1980, 10% tahun 1985 hingga 7,4 % tahun
1996 dari semua kasus kematian. Walaupun angka kematian karena diare telah
turun, angka kesakitan karena diare tetap tinggi baik di negara maju maupun di
negara berkembang.
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja
di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering
menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam
waktu yang singkat.
C. Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare)
Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmondla, shigella, campylo
bacter,yersinia, aeromonas, dan sebagainya
Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii lain-
lain
Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba histolytica,giardia
lamblia, tricomonas hominis dan jamur (candida albicans)
b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA (Otitis
Media Akut), tonsilitis, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan
sebagainya (sering terjadi pada bayi dan umur dibawah 2 tahun)
2. Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Lain-lain
a. Imunodefisiensi
b. Gangguan psikologis (cemas dan takut)
c. Faktor-faktor langsung:
KKP (Kurang Kalori Protein)
Kesehatan pribadi dan lingkungan
Sosioekonomi
D. Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu
diare osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.
- Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat
diabsorpsi oleh usus akan difermentasi oleh bakteri usus sehingga tekanan
osmotik di lumen usus meningkat yang akan menarik cairan.
- Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi
cAMP dan cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit.
- Diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan
pada kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropati, postvagotomi, post
reseksi usus serta hipertiroid.
Mekanisme primer yang menyebabkan diare akut adalah:
1. Rusaknya vili-vili di sekitar daerah brush boarder usus halus, yang
menyebabkan malabsorbsi yang menyebabkan diare karena gangguan
osmotik.
2. Kuman yang melepaskan toxin yang berikatan dengan enterosit reseptor
yg spesifik yang menyebabkan terlepasnya ion klorida kedalam membran
intestinal sehingga menyebabkan gangguan absorbsi sehingga
menyebabkan diare.
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk
melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi
dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru
yang fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat
mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan
koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang
berhubungan dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP,
dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli
agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama.
Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga
depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam
serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini
dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.
E. Manifestasi kinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang
kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja
makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan, daerah anus dan
sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat
laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul
sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang
atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai
gejala dehidrasi mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun cekung (bayi), selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila
keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala
takikardi, denyut jantung menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan
daran turun, pasien tampak lemah dan kesadaran menurun, karena kurang cairan,
deuresis berkurang (oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan
tampak pucat, nafas cepat dan dalam (pernafasan kusmaul).
F. Komplikasi Diare
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan cairan (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena output air lebih banyak dari pada input air.
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare yaitu :
G. Kriteria Diagnosis
a. Anamnesis
Lama diare berlangsung, frekuensi diare dalam sehari, warna dan
konsistensi tinja, lendir dan atau darah dalam tinja
Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air
kecil terakhir, demam, sesak, kejang, kembung
Jumlah cairan yang masuk selama diare
Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi
makanan yang tidak biasa
Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum
b. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma,
rasa haus, turgor kulit abdomen menurun
Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir,
mulu, dan lidah
Berat badan
Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas
cepat dan dalam (asidosos metabolik), kembung (hipokalemia), kejang
(hipo atau hipernatremia)
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria berikut:
Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)
Tidak ditemukan tanda utama dan tandda tambahan
Keadaan umum baik, sadar
Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah
Turgor abdomen baik, bising usus normal
Akral hangat
Aturan 2 : Berikan tambahan zinc (10 - 20 mg) untuk anak, setiap hari selama
10 –14 hari
Zinc dapat diberikan sebagai sirup atau tablet, dimana formulasinya tersedia
dan terjangkau. Dengan memberikan zinc segera setelah mulai diare, durasi dan
tingkat keparahan episode serta risiko dehidrasi akan berkurang. Dengan pemberian
zinc selama 10 sampai 14 hari, zinc yang hilang selama diare diganti sepenuhnya dan
risiko anak memiliki episode baru diare dalam 2 sampai 3 bulan ke depan dapat
berkurang. (1)
Pada pedoman penatalaksanaan diare sebelumnya tidak ada anjuran untuk
memberikan zinc, namun pada pedoman penatalaksanaan diare WHO 2005 ada
anjuran seperti ini.
Aturan 3 yaitu berikan anak makanan untuk mencegah kurang gizi
Diet bayi yang biasanya harus dilanjutkan selama diare dan ditingkatkan
setelahnya. Makanan tidak boleh ditahan dan makanan anak yang biasa tidak boleh
diencerkan. pemberian ASI harus dilanjutkan. Tujuannya adalah untuk memberikan
makanan yang kaya nutrisipada anak. Sebagian besar anak-anak dengan diare cair
mendapatkan kembali nafsu makan mereka setelah dehidrasi diperbaiki, sedangkan
orang-orang dengan diare berdarah seringkali nafsu makan tetap buruk sampai
penyakitnya sembuh. Anak-anak ini harus didorong untuk mau makan secara normal
sesegera mungkin.
Ketika makanan diberikan, gizi yang cukup biasanya diserap untuk
mendukung pertumbuhan dan pertambahan berat badan. Makan juga mempercepat
pemulihan fungsi usus normal, termasuk kemampuan untuk mencerna dan menyerap
berbagai nutrisi. Sebaliknya, pada anak-anak yang dibatasi makannya dan makanan
yang diencerkan dapat menurunkan berat badan, menyebabkan diare lebih lama dan
lebih lambat memulihkan fungsi usus.
Secara umum, makanan yang sesuai untuk anak dengan diare adalah sama
dengan yang diperlukan oleh anak-anak yang sehat.
o Bayi segala usia yang menyusui harus tetap diberi kesempatan untuk menyusui
sesering dan selama mereka inginkan. Bayi sering menyusui lebih dari biasanya
dan ini harus didukung.
o Bayi yang tidak disusui harus diberikan susu biasa mereka makan (atau susu
formula) sekurang-kurangnya setiap tiga jam, jika mungkin dengan cangkir.
o Bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi makan ASI dan makanan lain harus
diberikan ASI lebih banyak. Setelah anak tersebut sembuh dan meningkatnya
pasokan ASI, makanan lain harus diturunkan.
Jika anak usia minimal 6 bulan atau sudah diberikan makanan lunak, ia harus
diberi sereal, sayuran dan makanan lain, selain susu. Jika anak di atas 6 bulan dan
makanan tersebut belum diberikan, maka harus dimulai selama episode diare atau
segera setelah diare berhenti. Daging, ikan atau telur harus diberikan, jika tersedia.
Makanan kaya akan kalium, seperti pisang, air kelapa hijau dan jus buah segar akan
bermanfaat.
Berikan anak makanan setiap tiga atau empat jam (enam kali sehari). Makan
porsi kecil yang Sering, lebih baik daripada makan banyak tetapi lebih jarang. Setelah
diare berhenti, dapat terus memberi makanan dengan energi yang sama dan
membrikan satu lagi makan tambahan daripada biasanya setiap hari selama
setidaknya dua minggu. Jika anak kekurangan gizi, makanan tambahan harus
diberikan sampai anak telah kembali berat badan normal-untuk-height.
Aturan 4 Bawa anak ke petugas kesehatan jika ada tanda-tanda dehidrasi atau
masalah lainnya
Ibu harus membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:
• Buang air besar cair sering terjadi
• Muntah berulang-ulang
• Sangat haus
• Makan atau minum sedikit
• Demam
• Tinja Berdarah
• Anak tidak membaik dalam tiga hari.
Pedoman diare yang sebelumnya hanya mempunyai 3 aturan saja. Namun
WHO 2005 menambahkan pemberian zinc pada rencana terapi A ini.
RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DIRUMAH
PENDERITA DIARE TANPA DEHIDRASI
RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
RENCANA TERAPI C
UNTUK DEHIDRASI BERAT
I. Tatalaksana Nutrisi Pada Diare
Ibu perlu dibimbing tentang cara pemberian makanan yang baik pada anak,
mengajari pentingnya meneruskan pemberian makanan penuh selama diare dan
membantu usaha mereka untuk mengikuti anjuran ini. Empat kunci utama tatalaksana
gizi diare yang benar:
Menilai status gizi
Memberi makanan yang tepat pada saat episode diare
Memberi makanan yang tepat pada waktu penyembuhan dengan tindak
lanjutnya.
Komunikasi yang efektif tentang anjuran diet kepada ibu.
Pemberian ASI selama diare tidak boleh di kurangi atau di hentikan tetapi
diperbolehkan sesering atau selama anak menginginkannya. ASI harus di berikan
untuk menambah larutan oralit. Susu sapi atau formula yang biasa di terima bila
timbul dehidrasi maka pemberian susu harus di hentikan selama rehidrasi untuk 4-6
jam dan kemudian dilanjutkan lagi. Makanan lunak bila anak berumur 4 bulan atau
lebih sudah bisa menerima makanan lunak, makanan ini harus di teruskan. Bayi umur
6 bulan atau lebih
harus mulai di berikan makanan lunak bila belum pernah di beri. Bila timbul
dehidrasi makanan ini harus di hentikan 4 – 6 jan untuk rehidrasi untuk kemudian di
lanjutkan lagi. Paling tidak separuh makanan diet harus berasal dari makanan porsi
kecil tetapi sering (6 kali atau lebih) dan mereka harus di bujuk untuk makan.
Banyak literatur yang menyebutkan bahwa probiotik memberikan kebaikan
dalam penanganan diare akut pada bayi. Probiotik dengan pemberian dua kali sehari
selama 5 hari dipercaya terbukti memberikan kebaikan dalam mengurangi frekuensi,
serta durasi penyakit diare. Probiotik dipercaya dapat mengurangi lama waktu
kesakitan, dengan meningkatkan respon imun, memperbaiki mukosa usus, sebagai
substansi penting dalam antimikroba dan menyeimbangan jumlah mikroba diusus.
J. Pencegahan Diare
Penatalaksanaan kasus yang benar, yang terdiri dari upaya rehidrasi oral dan
pemberian makanan dapat mengurangi efek buruk diare yang meliputi dehidrasi,
kekurangan gizi dan resiko kematian. Cara-cara lain juga dibutuhkan, untuk
mengurangi insidensi diare, yaitu intervensi yang selain mengurangi penyebaran
mikroorganisme penyebab diare juga meningkatkan resistensi anak terhadap infeksi
kuman ini.
Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada anak,
kebanyakan meliputi cara yang berhubungan dengan cara pemberian makanan kepada
bayi, kebersihan perseorangan, kebersihan makanan, penyediaan air bersih,
pembuangan tinja yang aman dan imunisasi. Ada 7 cara diidentifikasi sebagai
sasaran untuk promosi, yaitu:
1. Pemberian ASI
2. Perbaikan makanan pendamping ASI
3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum
4. Cuci tangan
5. Penggunaan jamban
6. Pembuangan tinja bayi yang aman
7. Imunisasi campak.
Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan
enterik, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita,
penggunaan jas panjang bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila
menyentuh bahan yang terinfeksi. Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai
cara penularan enteropatogen dan cara-cara mengurangi penularan.
PEMBAHASAN
Diare akut adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja
yang frekuensinya lebih sering biasanya (biasanya dalam sehari 3 kali atau lebih) dan
berlangsung kurang dari 7 hari. Dari kasus, didapat gejala klinis buang air besar encer
sejak satu hari yang lalu dengan frekuensi tiga kali dalam sehari dengan konsistensi
cair berwarna kuning terang disertai lendir dan ampas. Adanya riwayat mengonsumsi
susu lactogen dan bubur promina pada usia 2 tahun ini dapat menjadi penyebab
terjadinya diare akut pada anak akibat malarbsorsi karbohidrat. Pemeriksaan
laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperlukan, hanya pada
keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui.
Diagnosis diare dinyatakan bila buang air besar sebanyak 3 kali atau lebih dalam
sehari kurang dari 7 hari tanpa darah. Pada kasus ini tidak didapatkan tanda-tanda
dehidrasi sehingga hanya didiagnosa sebagai diare akut, tidak pula dilakukan
pemeriksaan lanjutan. Diberikan rujukan atas permintaan sendiri karena ada riwayat
rawat inap seminggu yang lalu dengan penyakit yang sama.
DAFTAR PUSTAKA