Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Penulis
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
“Aspek Legal Etik Home Care”.
Makalah ini telah Penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu Penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka Penulis menerima segala saran dan kritik dari Pembaca agar Penulis dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata Penulis berharap semoga makalah tentang “Aspek Legal Etik Home Care”
dapat memberikan informasi terhadap Pembaca.

Yogyakarta, 07 Oktober 2018

Penyusun Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 1
C. TUJUAN PENULISAN ..................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3
A. ASPEK LEGAL ETIK HOME CARE .............................................................. 3
B. LANDASAN HUKUM PRAKTIK KEPERAWATAN .................................... 4
C. LANDASAN HUKUM HOME CARE ............................................................. 8
D. SKILL YANG DIKUASAI PERAWAT HOME CARE ................................... 8
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 10
A. KESIMPULAN .................................................................................................. 10
B. SARAN .............................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah memandirikan masyarakat untuk
hidup sehat dengan misi membuat rakyat sehat. Guna mewujudkan visi dan misi tersebut
berbagai program kesehatan telah dikembangkan termasuk pelayanan kesehatan di rumah.
Pelayanan keperawatan yang berkualitas mempunyai arti bahwa pelayanan yang
diberikan kepada individu, keluarga ataupun masyarakat haruslah baik (bersifat etis) dan
benar (berdasarkan ilmu dan hukum yang berlaku). Hukum yang mengatur praktik
keperawatan telah tersedia dengan lengkap, baik dalam bentuk undang-undang kesehatan,
maupun surat keputusan Menkes tentang praktik keperawatan. Dengan demikian melakukan
praktik keperawatan bagi perawat di Indonesia adalah merupakan hak sekaligus kewajiban
profesi untuk mencapai visi Indonesia sehat tahun 2010.
Implementasi praktik keperawatan yang dilakukan oleh perawat sebenarnya tidak harus
dilakukan di rumah sakit, klinik, ataupun di gedung puskesmas tetapi dapat juga dilaksanakan
dimasyarakat maupun dirumah pasien. Pelayanan keperawatan yang dilkukan dirumah pasien
disebut Home Care.
Pelayanan kesehatan di rumah merupakan program yang sudah ada dan perlu
dikembangkan, karena telah menjadi kebutuhan masyarakat, Salah satu bentuk pelayanan
kesehatan yang sesuai dan memasyarakat serta menyentuh kebutuhan masyarakat yakni
melalui pelayanan keperawatan Kesehatan di rumah atau Home Care. Berbagai faktor yang
mendorong perkembangannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat yaitu melalui pelayanan
keperawatan kesehatan di rumah.
Berbagai faktor yang mendorong perkembangan pelayanan keperawatan kesehatan
dirumah atara lain: Kebutuhan masyarakat, perkembangan IPTEK bidang kesehatan,
tersedianya SDM kesehatan yang mampu memberi pelayanan kesehatan di rumah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa aspek legal etik home care?
2. Apa landasan hukum praktik keperawatan?
3. Apa saja landasan hukum home care?
4. Apa saja skill dasar yang dikuasai perawat home care?

1
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mampu mengetahui apa saja yang termasuk isu legal etik home care.
2. Mampu mengetahui landasan hukum praktik keperawatan.
3. Mampu mengetahui landasan hukum home care
4. Mampu mengetahui apa saja skill dasar yang dikuasai oleh perawat home care.

2
BAB II
TINJAUAN

A. ASPEK LEGAL ETIK HOME CARE


Secara legal perawat dapat melakukan aktivitas keperawatan mandiri berdasarkan
pendidikan dan pengalaman yang di miliki. Perawat dapat mengevaluasi klien untuk
mendapatkan pelayanan perawatan di rumah tanpa program medis tetapi perawatan tersebut
harus diberikan di bawah petunjuk rencana tindakan tertulis yang ditandatangani oleh dokter.
Perawat yang memberi pelayanan di rumah membuat rencana perawatan dan kemudian
bekerja sama dengan dokter untuk menentukan rencana tindakan medis.
Perawat professional harus memahami batasan legal yang mempengaruhi praktik
keseharian mereka. Hal ini berhubungan dengan dengan penilaian yang baik dan
menyuarakan pembuatan keputusan yang menjamin asuhan keperawatn yang aman dan
sesuai bagi klien. Pedoman legal yang harus diikuti perawat dapat diperoleh dari undang-
undang, hokum pengaturan, dan hukum adat (Potter & Perry, 2005).
Seorang perawat dikatakan legal dalam menjalankan praktik home care apabila telah
memiliki lisensi dan surat ijin praktik perawat (SIPP). Praktik mandiri perawat dapat
dilakukan melalui kolaborasi dengan tenaga kesehtan lain dalam memberikan asuhan
keperawatan (Fatchulloh, 2015).
Isu legal yang paling kontroversial dalam praktik perawatan di rumah antara lain
mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan prosedur dengan teknik yang tinggi,
seperti pemberian pengobatan dan transfusi darah melalui IV di rumah.
2. Aspek legal dari pendidikan yang diberikan pada klien seperti pertanggungjawaban
terhadap kesalahan yang dilakukan oleh anggota keluarga karena kesalahan informasi
dari perawat.
3. Pelaksanaan peraturan Medicare atau peraturan pemerintah lainnya tentang perawatan di
rumah. Karena biaya yang sangat terpisah dan terbatas untuk perawatan di rumah, maka
perawat yang memberi perawatan di rumah harus menentukan apakah pelayanan akan
diberikan jika ada resiko penggantian biaya yang tidak adekuat. Seringkali, tunjangan
dari Medicare telah habis masa berlakunya sedangkan klien membutuhkan perawatan
yang terus-menerus tetapi tidak ingin atau tidak mampu membayar biayanya.

3
Aspek etik dalam home care sebagai berikut:
1. Kode etik menurut ANA (1985) menyebutkan bahwa perawat menjaga hak klien
terhadap privasi dengan bijaksana melindungi informasi yang bersifat rahasia.
2. Kode etik keperawatan indonesia (PPNI, 2000) yaitu perawat wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanyakecuali
jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai ketentuan hokum yang berlaku (Muhamad
Mu’in, 2015).
Beberapa perawat akan menghadapi dilema etis bila mereka harus memilih antara
menaati peraturan atau memenuhi kebutuhan untuk klien lansia, miskin dan klien yang
menderita penyakit kronik. Perawat harus mengetahui kebijakan tentang perawatan di rumah
untuk melengkapi dokumentasi klinis yang akan memberikan penggantian biaya yang
optimal untuk klien. Didalam praktik juga harus memperhatikan dimensi politi, etika dan isu-
isu seperti akses ke layanan atau alokasi sumber daya, menajement kasus menjadi semakin
pragmatis, serta berbagai tanggapan dari masyarakat terhadap praktik mandiri (Kristin
Bjornsdottir, 2009).

B. LANDASAN HUKUM PRAKTIK KEPERAWATAN


Undang-Undang Praktek Keperawatan
1. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
a. BAB I Ketentuan Umum, pasal 1 ayat 3
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
b. Pasal 1 ayat 4
Sarana kesehatan adalah tempat yang dipergunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1239/MENKES/SK/XI/2001tentang Registrasi dan Praktek Perawat (sebagai revisi dari
SK No. 647/MENKES/SK/IV/2000)
a. BAB I Ketentuan Umum Pasal 1:
Dalam ketentuan menteri ini yang dimaksud dengan :
1) Perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar
negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4
2) Surat ijin perawat selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis pemberian kewenangan
untuk menjalankan pekerjaan keperawatan diseluruh Indonesia.
3) Surat ijin kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis untuk menjalankan
pekerjaan keperawatan di seluruh wilayah Indonesia.
b. BAB III Perizinan
Pasal 8, ayat 1, 2, & 3:
1) Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan kesehatan,
praktek perorangan atau kelompok.
2) perawat yang melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan kesehatan harus
memiliki SIK.
3) Perawat yang melakukan praktek perorangan/berkelompok harus memiliki SIPP
Pasal 9, ayat 1
1) SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 2 diperoleh dengan mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
Pasal 10
1) SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan.
Pasal 12
1) SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 3 diperoleh dengan mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
2) SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli madya
keperawatan atau memiliki pendidikan keperawatan dengaan kompetensi yang lebih
tinggi.
3) Surat ijin praktek Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah bukti tertulis yang diberikan
perawat untuk menjalankan praktek perawat.
Pasal 13
1) Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan atau SIPP dilakukan melalui penilaian
kemampuan keilmuan dan keterampilan bidang keperawatan, kepatuhan terhadap kode
etik profesi serta kesanggupan melakukan praktek keperawatan.
Pasal 15
1) Perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan berwenang untuk:
a) Melaksanakan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, penetapan diagnosa
keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi
keperawatan.

5
b) Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir (i) meliputi: intervensi
keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan.
c) Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksudhuruf (i) dan (ii)
harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan organisasi profesi.
d) Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakuakn berdasarkan permintan tertulis dari
dokter.
Pengecualian pasal 15 adalah pasal 20 :
1) Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa pasien/perorangan, perawat berwenang
untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 15.
2) Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditujukan untuk
penyelamatan jiwa.
Pasal 21
1) Perawat yang menjalankan praktek perorangan harus mencantum SIPP di ruang
prakteknya.
2) Perawat yang menjalankan praktek perorangan tidak diperbolehkan memasang papan
praktek.
Pasal 31
1) Perawat yang telah mendapatkan SIK atau SIPP dilarang :
a) Menjalankan praktek selain ketentuan yang tercantum dalam izin tersebut.
b) Melakukan perbuatan bertentangan dengan standar profesi.
2) Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau menjalankan
tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain, dikecualikan dari larangan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 butir a.
3. PERMENKES No.159b/Men.Kes/II/1998 tentang Rumah Sakit.
4. UU No.38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan.
Pasal krusial dalam Keputusan Menteri Kesehatan ( Kepmenkes ) 1239/2001 tentang
praktik keperawatan anatara lain:
a. Melakukan asuhan keperawatan meliputi Pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan,
perencanaan, melaksanakan tindakan dan evaluasi.
b. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis dokter
c. Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban :
1) Menghormati hak pasien
2) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani

6
3) Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4) Memberikan informasi
5) Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan
6) Melakukan catatan perawatan dengan baik
d. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang , perawat berwenang
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang ditujukan untuk penyelamatan
jiwa.
e. Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP di ruang
praktiknya.
f. Perawat yang menjalankan praktik perorangan tidak diperbolehkan memasang papan
praktik (sedang dalam proses amandemen)
g. Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan rumah

Persyaratan praktik perorangan sekurang-kurangnya memenuhi:


1) Tempat praktik memenuhi syarat
2) Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir /buku
kunjungan, catatan tindakan dan formulir rujukan.

Larangan
a. Perawat dilarang menjalankan praktik selain yang tercantum dalam izin dan melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi
b. Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau menjalankan
tugas didaerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain, dikecualikan dari larangan
ini
c. Kepala dinas atau organisasi profesi dapat memberikan peringatan lisan atau tertulis
kepada perawat yang melakukan pelanggaran
d. Peringatan tertulis diberikan paling banyak 3 kali, apabila tidak diindahkan SIK dan
SIPP dapat dicabut.
e. Sebelum SIK atau SIPP di cabut kepala dinas kesehatan terlebih dahulu mendengar
pertimbangan dari MDTK atau MP2EM.

Sanksi
a. Pelanggaran ringan , pencabutan izin selama-lamanya 3 bulan.
b. Pelanggaran sedang , pencabutan izin selama-lamanya 6 bulan.

7
c. Pelanggaran berat, pencabutan izin selama-lamanya 1 tahun.
d. Penetapan pelanggaran didasarkan pada motif pelanggaran serta situasi setempat.

C. LANDASAN HUKUM HOME CARE


Unit home care yang merupakan bagian dari institusi pelayanan pemerintah dan swasta,
tidak perlu izin khusus, hanya melapor dan melakukan pelaporan kasus yang ditangani
Fungsi hukum dalam praktik perawat antara lain adalah sebagai berikut :
1. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai
dengan hukum .
2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
3. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.
4. Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan posisi
perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
Landasan Hukum Home Care diantaranyaadalah sebagai berikut:
1. UU Kes.No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
2. PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.
3. UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.
4. UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran.
5. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan praktik perawat.
6. Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas.
7. Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan Perkesmas.
8. SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal perawat.
9. PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
10. Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta.
11. Permenkes RI No. HK.02.02/MENKES/148/2010 tentang Izin dan Penyelengaraan
Praktik Perawat.

D. SKILL DASAR PERAWAT HOME CARE


Berdasarkan SK Dirjen Dirjen YAN MED NO HK. 00.06.5.1.311 terdapat 23 tindakan
keperawatan mandiri yang bisa dilakukan oleh perawat home care antara lain:
1. Vital sign
2. Memasang nasogastric tube
3. Memasang selang susu besar
4. Memasang cateter

8
5. Penggantian tube pernafasan
6. Merawat luka dekubitus
7. Suction
8. Memasang peralatan O2
9. Penyuntikan (IV,IM, IC,SC)
10. Pemasangan infus maupun obat
11. Pengambilan preparat
12. Pemberian huknah/laksatif
13. Kebersihan diri
14. Latihan dalam rangka rehabilitasi medis
15. Tranpostasi klien untuk pelaksanaan pemeriksaan diagnostik
16. Pendidikan kesehatan
17. Konseling kasus terminal
18. Konsultasi/telepon
19. Fasilitasi ke dokter rujukan
20. Menyiapkan menu makanan
21. Membersihkan tempat tidur pasien
22. Fasilitasi kegiatan sosial pasien
23. Fasilitasi perbaikan sarana klien.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa, home care merupakan
bagian integral dari pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
individu, keluarga dan masyarakat mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah
kesehatan yang mereka hadapi.
Perawatan di rumah selain dapat mengurangi kecemasan juga dapat menghemat biaya
dari beberapa segi misal biaya kamar, biaya transpor dan biaya lain-lain yang terkait dengan
penjaga yang sakit. Tetapi perlu diingat bahwa pasien yang dapat layananhome care adalah
pasien yang secara medis dinyatakan aman untuk dirawat di rumah dengan kondisi rumah
yang memadai.

B. SARAN
1. Bagi perawat
Perawat yang menjalankan perawatan home care hendaknya sudah memiliki SIP, harus
kompeten dalam bidangnya, bertanggung jawab terhadap tugasnya.
2. Bagi pasien dan keluarga
Hendaknya pasien dan keluarga dapat bersifat terbuka terhadap perawat home care,
manicotti anjuran dari perawa, membantu dalam proses tindakan keperawatan, dan dapat
bersifat kooperatif dalam menerima informasi dari perawat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Potter, P.A, Perry, A.G.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi 4.Volume 2.
Fatchulloh. (2015). Home care as a private in indonesia. Semarang : PSIK FK UNDIP.
Mu’in, Muhamad. (2015). Isu dokumentasi dalam home care. Semarang : PSIK FK UNDIP.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239/Menkes/Sk/Xi/2001. Tentang
Registrasi Dan Praktik Perawat.
Bjornsdottir, Kristin. (2009). The ethics and politics of home care. International Journal of
Nursing Studies. 46 (-), 732–739.doi.

iii

Anda mungkin juga menyukai