Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. B.E
Usia : 51 Tahun
Tanggal lahir : 20 Mei 2018
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Katolik
Pekerjaan : PNS
Jaminan : BPJS
Nomor Rekam Medis : 425508
Kunjungan poliklinik/Status : Selasa, 6 November 2018 / Rawat jalan
1.2 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Alloanamnesis dilakukan pada Selasa, 6 November 2018:
1.2.1 Anamnesis
Keluhan Utama : Telinga berdenging sejak 2 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli THT RSUD W.Z Johannes dengan keluhan utama telinga
kanan berdenging sejak 2 bulan lalu, disertai rasa penuh pada kedua telinga, jika
mendengar suara bass terdengar seperti pecah, pasien mengeluhkan adanya penurunan
pendengaran pada ke 2 telinga.
Keluhan disertai kepala pusing berputar tapi hilang timbul yang muncul secara
mendadak dan dipengaruhi perubahan posisi kepala. Trauma kepala atau telinga
sebelumnya disangkal.

Pasien mengatakan tidak ada demam dan pilek namun ada nyeri leher dan terasa
penuh oleh lendir di leher, kesulitan menelan (-), batuk (+). Riwayat HT tdk terkontrol,
kolesterol tinggi dan asam urat yang tinggi. Mual (-), muntah (-). BAK dan BAB
normal. Aktivitas pasien sehari-hari adalah seorang PNS
Pasien sudah pernah datang dan berobat di RS Johannes pada tahun 2015
dengan keluhan yang sama dan terdiagnosis unilateral hearing loss disease di sertai
trauma akustik gejala tinitus sempat menghilang namun 2 bulan terakhir timbul lagi.
Riwayat Penyakit Dahulu:
HT tdk terkontrol ,Kolestrol ,Trauma akustik ,Unilateral hearing loss dan asam urat
Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga pasien yang mimiliki sakit seperti pasien.

Riwayat Sosial dan Kebiasaan:


Pasien sering menggunakan headset
Riwayat Pengobatan:
Pasien sudah mengkonsumsi obat betahistin yang diberikan oleh dokter UGD.
1.2.2 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan


Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : HR : 80x/menit
Respirasi : 18x/menit
Suhu : 36,5 0C
TD : 140/90 mmHg
Kulit : Pucat (-), sianosis (-), ikterik (-)
Kepala & wajah : Normocephal, rambut hitam tersebar merata, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),edema palpebra (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Status Lokalis THT
a.Pemeriksaan Telinga
No Pemeriksaan Telinga Telinga Kanan Telinga Kiri
1 Tragus Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-)
2 Daun Telinga Bentuk dan ukuran dalam Bentuk dan ukuran dalam
batas normal, hematoma (-), batas normal, hematoma (-),
nyeri tarik aurikula (-) nyeri tarik aurikula (-)
3 Liang Telinga Serumen (-), hiperemis (-) di Serumen (-), hiperemis (-) di
sekitar membran timpani, sekitar membran timpani,
mukosa eritem (-), furunkel mukosa eritem (-), furunkel (-
(-), otorhea (-) ), otorhea (-)
4 Membran Timpani Retraksi (-), bulging (-), Retraksi (-), bulging (-),
hiperemis (-), edema (-), hiperemis (-), edema (-),
perforasi (-), refleks cahaya perforasi (-), refleks cahaya
(+) terlihat suram, gambaran (+) , gambaran pulsasi (-)
pulsasi (-)

b. Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan Hidung Hidung Kanan Hidung Kiri
Hidung luar Bentuk normal, hiperemis Bentuk normal, hiperemis (-),
(-), nyeri tekan (-), nyeri tekan (-), deformitas (-)
deformitas (-)
Rinosopi anterior
Vestibulum nasi Normal, ulkus (-) Normal, ulkus (-)
Cavum nasi Bentuk normal, mukosa Bentuk normal, mukosa warna
warna merah muda, merah muda, rhinorrhea (-)
rhinorrhea (-)
Meatus nasi media Mukosa normal, sekret (-) Mukosa normal, sekret (-)
Konka nasi inferior Edema (-), mukosa Edema (-), mukosa hiperemis (-
hiperemis (-) )
Septum nasi Deviasi (-), perdarahan (-), Deviasi (-), perdarahan (-),
ulkus (-), mukosa warna ulkus (-), mukosa warna merah
merah muda muda

c. Pemeriksaan Tenggorok
Bibir Mukosa bibir basah, berwarna kehitaman
Mulut Mukosa mulut basah, berwarna merah muda
Geligi Karies gigi kiri atas
Lidah Tidak ada ulkus, pseudomembran (-)
Uvula Bentuk normal, hiperemis (-), edema (-)
Palatum mole Ulkus (-),hiperemis (-), edema (-)
Faring Mukosa hiperemis (+), refleks muntah (+),
Tonsila palatina Kanan Kiri
T1 T1
Fossa tonsilaris dan Hiperemis (-) Hiperemis (-)
arkus faringeus
1.3 Usulan Pemeriksaan Penunjang
 Audiometri
 Foto radiologi cervical
 Pemeriksaan lab TG, kolesterol, gula darah
1.4 Diagnosis

1. Meniere’s disease
DD:
2. BPPV
3. Tumor Nervus VIII
4. Neuritis Vestibuler

1.5 Tatalaksana
 Non Medikamentosa
 Mengendalikan gaya hidup, hindari :
1. Kafein, MSG, coklat, alkohol, rokok
2. Batasi makanan : tinggi kolestrol/trigliserida, tinggi karbohidrat dan terlalu
manis
3. Diet rendah garam : < 2 gr selama 24 jam (hindari konsumsi ikan asin,
sambal pedas,kecap asin atau makanan yang mengandung ekstra garam. Sayur
yang mengandung garam boleh dikonsumsi) memebantu menurukan tekanan
endolimfatik
 Tidak menggunakan hp dan headset dalam jangka waktu yang lama
 Merawat gigi karies
 Bed rest
 Medikamentosa :
 Dimenhidrinat
 Bethahistin
 Neurotropik
1.8 Komplikasi
Pada meniere yang tidak ditangani dengan baik dapat terjadi tuli unilateral namun 25%
hingga 45% berkembang ke telinga kontralateral.
BAB 2
PEMBAHASAN
Penyakit meniere (hidrops endolimfatik) ditandai dengan gejala yang
disebabkan oleh penyakit telinga bagian dalam, termaksut vertigo episodik, tinitus
berfluktuasi gangguan pendengaran sensorineural dan kepenuhan aural. Penyakit ini
menyebabkan kecatatan yang signifikan bagi pasien karena tiba-tiba, serangan vertigo
yang parah dengan mual, muntah, berkeringat dan pucat. Frekuensi terbanyak antara 30
dan 60 tahun.
Penyebab pasti penyakit meniere belum diketahui. Penambahan volume
endolimfa diperkirakan oleh adanya gangguan biokimia cairan endolimfa dan
gangguan klinik pada mambran labirin.
Gejala klinis penyakit meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa pada
koklea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga
disebabkan oleh :
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri
2. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler
3. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler
4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan
cairan endolimfa.
Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal, ditemukan pelebaran dan
perubahan morfologi pada membran reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala
vestibuli, terutama di daerah apeks koklea helikotrema. Sakulus juga mengalami
pelebaran yang dapat menekan untrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media mulai
dari daerah apeks koklea, kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah dan basal
koklea. Hal ini yang dapat menjelaskan terjadinya tuli saraf nada rendah pada penyakit
meniere dan reversible.
Terdapat trias meniere atau sindrom meniere yaitu vertigo, tinitus dan tuli
sensorineural terutama nada rendah. Serangan pertama sangat berat, yaitu vertigo
disertai muntah. Pada serangan kedua kalinya dan selanjutnya dirasakan lebih ringan,
tidak seperti serangan yang pertama kali. Pada meniere vertigonya periodik yang makin
mereda pada serangan-serangan berikutnya. Pada setiap serangan biasanya disertai
gangguan pendengaran dan dalam keadaaan tidak ada serangan, pendengaran dirasakan
baik kembali. Gejala lain yang menyertai serangan adalah tinitus, yang kadang
menetap, meskipun diluar serangan. Gejela lain yang menjadi khusus adalah perasaan
penuh didalam telinga.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesis didapatkan trias meniere atau sindrom meniere yaitu vertigo,
tinutus dan tuli sensorineural terutama nada rendah. Selain itu pada anamnesis harus
menyingkirkan kemungkinan penyebab dari sentral, misalnya tumor N. VIII. Bila
gejala-gejala khas penyakit meniere pada anamnesis ditemukan, maka diagnosis
penyakit meniere dapat ditegakkan.
Pada pemeriksaan fisik diperlukan hanya untuk menguatkan diagnosis penyakit
ini. Dapat dilakukan pemeriksaan berupa :
 pemeriksaan otoskopi didapatkan normal,
 tes garpu tala didapatkan tuli sensorineural,
 tes rinne positif,
 tes weber lateralisasi ke telinga yang sehat
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan tes
 audiometri,
 tes vestibular dan fungsi keseimbangan(tes kalori, elektronistagmografi dan
tes gliserin.
 Penatalaksanaan yang diberikan adalah non medikamentosa dan medikamentosa:
Non Medikamentosa:
1. Mengendalikan gaya hidup, hindari :
2. Kafein, MSG, coklat, alkohol, rokok
3. Batasi makanan : tinggi kolestrol/trigliserida, tinggi karbohidrat dan terlalu
manis
4. Diet rendah garam : < 2 gr memebantu menurukan tekanan endolimfatik
5. Bed rest
 Medikamentosa
 Diuretik :
 mengubah konsentrasi elektrolit cairan endolimfa, menurunkan volume
dan tekanan
 Vasodilator perifer : Betahistin
 Merupakan H1 agonis dan H3 antagonis : meningkatkan aliran darah ke
stria vaskularis
 Mengurangi aktifitas nukleus vestibular melalui pelepasan neurotrasmitter
 Benzodiazepine
 Sebagai supresan vestibular
 Bekerja di sentral H1 antagonis
 Kortikosteroid oral :
 Berefek terhadap sistem imun, sifat mineralokortikoid
 Contoh dosis : prednison 1mg/kg/hari selama 10 hari
 Antihistamine dan antiemetik
 Antihistamin dan antiemetic tertentu efektif menghentikan atau
mengurangi keparahn seringan vertigo pada pasien Meniere.
 Antihistamin yang sering diberikan adalah dimenhidrinat
(dramamine) dan siklizin (Marezine).
 antiemetic yang biasa digunakan adalah antiemetic diferidol.
 Terapi lain :
Intra timpani gentamicin
Labirinectomy
Vestibular nerve section
TABEL PERBANDINGAN
TEORI KASUS
Gejala klinis: Anamnesis:
Tinitus nada rendah Tinitus +
Vertigo Vertigo +
Penurunan pendengaran Penurunan pendengaran +
Perasaan penuh dalam telinga Perasaan penuh dalam telinga +

Pemeriksaan fisis: Pemeriksaan fisis:


Otoskopi : normal Otoskopi : normal

Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan penunjang:


 Audiometri : tuli sensorineural nada rendah  Audiometri : tuli sensorineural nada rendah
 tes vestibular dan fungsi keseimbangan (tes pada telinga kanan dan kiri disertai trauma
kalori, elektronistagmografi dan tes gliserin. akustik
 Foto radiologi cervical  Tes vestibular dan fungsi keseimbangan (tes
kalori, elektronistagmografi dan tes gliserin.:
tidak dilakukan
 Foto radiologi cervical : ada penyempitan
pada foramen intravetebra cervicalis dectra
dan sinistra
Pengobatan: Pengobatan:
Non medikamentosa: Non medikamentosa:
KIE  Diet
Medikamentosa:  Hindari penggunaan hp atau headset yang
 Diuretik lama
 Vasodilator perifer  Merawat gigi caries
 Kortikosteroid oral Medikamentosa
 Antihistamin Vasodilator perifer : betahistin
 Antiemetik Antihistamin : dimenhidrinate
 Terapi lain :
 Intra timpani gentamicin
 Labirinectomy
 Vestibular nerve section
Hasil audiometri
BAB 3
KESIMPULAN
Meniere disease (hidrops endolimfatik) adalah suatu penyakit pada telinga
dalam yang ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Hasil
Anamnesis pada pasien di temukan gejala tinitus, vertigo episodik, gangguan
pendengaran sensorineural dan kepenuhan aural. Pada pemeriksaan fisik dengan
otoskopi ditemukan keadaan telinga luar dan tengah dalam keadaan normal. Pada
pemeriksaan penunjang dengan audiometri ditemukan adanya gangguan tuli
sensorineural pada telinga kiri dan kanan disertai trauma akustik.
Pengobatan yang diberikan terdiri atas medikamentosan dengan pemberian obat
vasodilator perifer dan antihistamin serta pengobatan non medikamentosa dengan diet,
menghindari penggunaan hp dan headset dalam jangka waktu yang lama serta
perawatan gigi caries dan bed rest.
Komplikasi yang sering terjadi pada meniere yang tidak ditangani dengan baik dapat
terjadi tuli unilateral namun 25% hingga 45% berkembang ke telinga kontralateral.
BAB 4

PENUTUP

Telah dilaporkan suatu laporan kasus tentang meniere disease, yang telah
dibahas mengenai meniere disease meliputi: definisi, etiologi, gejala klinis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis banding, penatalaksanaan dan
prognosis. Diharapkan laporan kasus ini dapat dijadikan suatu pedoman dalam
mengobati pasien meniere disease serta dapat menambah informasi kepada pembaca
mengenai meniere disease.
Daftar Pustaka

1. Hain, TC, Yacovino D. Meniere Disease. 2003. Available at


:http://www.dizziness-and balance /disorders /menieres /menieres english
.html. Accessed on April 28th, 2012.

2. National Institut on Deafness and Other Communication Disordera. Meniere’s


Disease. Available at :
http://www.nidcd.nih.gov/healthinfo/balance/menieresdisease.htm. Accesed on
July 27, 2010.

3. Anderson JH, Levine SC. Sistem Vestibularis. Dalam : BOIES Buku Ajar
Penyakit THT Edisi 6. Editor: Effendi H, Santosa K. Jakarta: EGC. 1997.39-
45,136-137

4. Soetirto I, Hendamin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran (Tuli). Dalam :


Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke-
6. Editor: Soepardi EA, Iskandar N. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2007.10-22.

5. Hadjar E, Bashiruddin J. Penyakit Meniere. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan


Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke-6. Editor: Soepardi EA,
Iskandar N. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.102-103.

6. Paparella MM. Pathogenesis and Pathophysiology of Meniere Disease. Acta


Otolaryngol (Stockh)2006;(Suppl 485)26.

7. Bashiruddin J, Sosialisman. Tinnitus. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan


Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke-6. Editor: Soepardi EA,
Iskandar N. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.111-
113
SMF / BAGIAN IRM
RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG NOVEMBER 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA

SCIATICA

Disusun Oleh :

Sulyasti G. Nomleni, S.Ked


(1408010046)

Pembimbing:
dr. Yusni Sinatra, Sp. KFR

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


SMF / BAGIAN INSTALASI REHAB MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG
2018

Anda mungkin juga menyukai