Anda di halaman 1dari 10

Karim Abdullah Pengaruh Penambahan Tandan Kosong Kelapa Sawit Terhadap Kualitas Briket Berbahan Utama

Zulfa Limbah Kulit Singkong


Masmulki D. Jyoti

PENGARUH PENAMBAHAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT TERHADAP


KUALITAS BRIKET BERBAHAN UTAMA LIMBAH KULIT SINGKONG

EFFECT OF PALM OIL EMPTY FRUIT BUNCH (POEFB) ON THE QUALITY OF


BRIQUETTES FROM CASSAVA SKIN WASTE

Karim Abdullah, Zulfa dan Masmulki Daniro Jyoti


Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung
e-mail: karim_abdullah@yahoo.com
Diterima: 16 Maret 2016 ; Direvisi: 23 - 28 Agustus 2016; Disetujui: 5 September 2016

Abstrak

Pengolahan Ubi kayu pada industri tapioka menghasilkan hasil samping berupa kulit singkong
bagian luar yang belum termanfaatkan secara baik. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan
limbah kulit singkong sebagai bahan baku untuk membuat briket dan melihat pengaruh
penambahan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) terhadap kualitas briket yang dihasilkan.
Limbah Kulit Singkong Bagian Luar dan TKKS dibakar menjadi arang, lalu ditumbuk hingga halus
dan ditambah dengan larutan tapioka sebagai perekat, kemudian dibentuk menjadi briket. Briket
dibuat dengan berbagai macam komposisi Limbah kulit singkong bagian luar dan TKSS serta
variasi perekat 3% dan 5%. Briket yang dihasilkan selanjutnya dianalisa kadar air, kadar abu,
kadar zat menguap, kadar fixed carbon, nilai kalori dan densitasnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa briket dengan komposisi Limbah Kulit Singkong bagian luar : TKKS 3:1 dengan konsentrasi
perekat tapioka 3% memiliki nilai kalori tertinggi, Briket tersebut juga memiliki kadar air sebesar
3,12%, kadar abu 21,28% dan Fixed karbon sebanyak 52,73%. Hasil analisa menggunakan
Analysis of Variance (ANOVA) menunjukkan bahwa penambahan TKKS berpengaruh nyata
terhadap kadar zat menguap, nilai kalori dan densitas dari briket. Sedangkan peningkatan
konsentrasi perekat mempengaruhi kadar air, nilai kalori dan densitas. Berdasarkan uji korelasi
didapatkan bahwa nilai kalori dipengaruhi oleh kadar abu, kadar zat hilang dan juga densitas
briket.

Kata kunci : briket, kalori, kolerasi, Lampung, ubi kayu

Abstract

Processing cassava in tapioca industry will produce byproducts such as cassava outer skin that
has not been utilized well. The aim of this study is to utilize cassava outer skin as a raw material for
making briquettes and see the effect of the addition of Oil Palm Empty Fruit Bunch (EFB) on the
quality of the resulting briquettes. Cassava outer skin and EFB are burned until become charcoal,
then pounded until smooth and combined with a solution of tapioca starch as an adhesive, and
then formed into briquettes. Briquettes are made with several variety of cassava outer skin and
EFB and also variations in adhesive concentration (3% and 5%). Briquettes is analyzed to
determine moisture content, ash content, volatile content, fixed carbon content, Calory value and
density. The results showed that the briquettes with composition of cassava outer skin : TKKS (3:
1) and 3% concentration of tapioca has a higher calorific value, The briquettes also has 3.12% of
moisture content, 21,28% ash content and 52,73% fixed carbon. Furthermore, the results of
analysis using Analysis of Variance (ANOVA) showed that the addition of TKKS affect volatile
content, the calorific value and also density of briquettes. While the increase in the tapioca
concentration affects the water content, calorific value and density. Based on the correlation test
showed that the caloric value is affected by the ash content, volatile content and also density of
briquettes.

Keywords : briquettes, calories, correlation, Lampung, cassava

49
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 27 No.1 Tahun 2016 Hal 49 -58

PENDAHULUAN biasanya dilakukan pada industri kecil.


Pengupasan secara mekanik dengan
Ubi kayu adalah salah satu komoditas menggunakan mesin dilakukan pada
unggulan Indonesia karena memiliki nilai industri besar. Metode mekanik hanya
produksi yang sangat besar. Indonesia menggerus kulit bagian luar sedangkan
memproduksi 22 juta ton ubi kayu pada kulit bagian dalam tidak ikut terkelupas
tahun 2015, dimana sepertiga dari total (Koswara, 2009)
produksi tersebut (7 juta ton) berasal dari Berbagai macam penelitian terdahulu
Provinsi Lampung (BPS, 2016). telah dilakukan untuk memanfaatkan
Beberapa jenis ubi kayu seperti limbah kulit singkong menjadi berbagai
varietas Mangi, Betawi, dan Valenca macam produk. Delly dan Saputra (2014)
dapat dikonsumsi secara langsung dalam membuat briket dan mengkaji pengaruh
bentuk gaplek, getuk, keripik, dan jenis perekat terhadap kualitas briket,
sebagian yang lain seperti varietas Bogor, Ikawati (2009) membuat arang aktif dari
SPP dan Muara tidak dapat dikonsumsi limbah kulit singkong Usaha Kecil
secara langsung karena kandungan HCN Menengah (UKM). Sodiq (2014) membuat
yang tinggi). Ubi kayu yang tidak bisa biobriket kulit singkong yang dicampur
dikonsumsi langsung dimanfaatkan dengan serbuk gaji dengan menggunakan
sebagai bahan baku untuk Industri tapioka perekat tetes tebu, sedangkan Hidayat
(Rukmana, 1997). Ketersediaan bahan (2009) memanfaatkan limbah kulit
baku ubi kayu yang melimpah menjadikan singkong untuk membuat pakan unggas.
Provinsi Lampung memiliki jumlah industri Berdasarkan pada penelitian-
tapioka mencapai 66 buah (Harjono, penelitian yang telah dilakukan di atas,
2013) dapat dilihat bahwa kulit singkong yang
Pengolahan ubi kayu di industri digunakan adalah seluruh bagian baik kulit
tapioka selain menghasilkan tepung luar dan juga bagian dalam. Sedangkan
tapioka sebagai produk utama juga akan penelitian yang fokus pada pemanfaatan
menghasilkan berbagai macam produk kulit singkong bagian luar saja masih amat
samping baik dalam bentuk padat maupun jarang ditemui, hal tersebut berdasarkan
cair seperti kulit singkong, onggok dan pada pencarian yang dilakukan melalui
juga limbah cair (Koswara, 2009). mesin pencari online.
Kulit singkong yang dihasilkan dari Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa
industri tapioka terdiri atas dua bagian Sawit sebagai briket juga telah dilakukan
utama yaitu bagian luar yang berwarna oleh beberapa peneliti, seperti penelitian
cokelat dan kasar dengan komposisi yang mencoba untuk mempelajari
antara 0,5-2% dan bagian dalam yang pengaruh perekat limbah nasi terhadap
berwarna putih kemerah-merahan dan kualitas briket tandan kosong kelapa
halus dengan komposisi antara 8-15% sawit, Hasil penelitian menunjukan bahwa
berat singkong (Hikmiyati dan Yanie, Briket TKKS dapat menghasilkan kalori
2009) hingga 5914,82 kal/g (Putra et al, 2013).
Industri tapioka belum banyak Muzi dan Mulasari (2014)
memanfaatkan limbah kulit singkong membandingkan kualitas briket tempurung
bagian luar yang berasal dari sisa kelapa dan TKKS yang menggunakan
pembersihan singkong pada industri perekat tepung tapioka. Briket yang
tapioka sekala besar yang menggunakan dihasilkan diuji dengan cara digunakan
cara pengupasan mekanik. Industri sebagai bahan bakar untuk mendidihkan
tapioka di Provinsi Lampung terbagi dalam air. Berdasarkan penelitian yang telah
dua jenis yaitu industri kecil dan dilakukan didapatkan hasil bahwa tidak
menengah dan industri besar. Skala ada perbedaan nyata waktu didih air baik
industri tersebut berpengaruh terhadap yang menggunakan briket tempurung
metode pengupasan singkong yaitu ada kepala maupun tandan kosong kelapa
yang dilakukan secara manual dan juga sawit
mekanik. Pengupasan secara manual Berbagai macam perekat untuk
menggunakan pisau dan dilakukan oleh membuat biobriket juga telah diteliti,
pekerja pabrik tersebut, metode tersebut seperti yang dilakukan oleh Utomo dan

50
Karim Abdullah Pengaruh Penambahan Tandan Kosong Kelapa Sawit Terhadap Kualitas Briket Berbahan Utama
Zulfa Masduki Limbah Kulit Singkong
Daniro Jyoti

Primastuti (2013) yang mencoba BAHAN DAN METODE


menggunakan tepung tapioka dan tepung
terigu untuk membuat briket bioarang dari Bahan
limbah furniture eceng gondok. Lebih Kulit singkong bagian luar diperoleh
lanjut Putra et al (2013) telah mencoba dari salah satu Industri tapioka yang
menggunakan perekat dari nasi untuk berada di provinsi Lampung. Tandan
membuat briket berbahan dasar limbah kosong kelapa sawit diperoleh dari
bambu. Sedangkan Maryono el al (2013) Perusahaan kelapa sawit yang
menganalisa pengaruh kadar kanji memproduksi Minyak sawit mentah (CPO)
terhadap mutu briket arang tempurung yang juga berada di provinsi Lampung.
kelapa. Ismayanda dan Afriyanto (2011) Tepung tapioka yang digunakan adalah
mencoba membandingkan antara perekat Tapioka Merk A yang diperoleh dari toko.
molases dan tapioka untuk membuat
briket blotong, Hasil yang didapat Peralatan
menunjukkan bahwa perekat molases Peralatan yang digunakan pada
menghasilkan nilai kalori yang lebih tinggi penelitian ini adalah sebagai berikut:
dibanding perekat tapioka. a. Tanur, Merk Nabertherm tipe B 180
Patabang (2012) mencoba melihat b. Oven, Merk Memmert type ULM 400
pengaruh variasi perekat tapioka terhadap nomor Seri F400
karakteristik termal briket sekam padi. c. Bomb Calorimeter
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa d. Merk Parr type 6200
konsentrasi perekat sebesar 6% e. Neraca analitik, Merek Shimadzu type
menghasilkan nilai kalor terbesar yaitu ATY224 kapasitas 220 gram resolusi
sebesar 2789 (kal/gr). Sholichah dan 0,1 mg
Afifah (2011) mencoba menggunakan
asap cair untuk melarutkan tapioka yang Metode
akan digunakan sebgai perekat pada a. Pembuatan briket
pembuatan briket arang tongkol jagung. Limbah kulit singkong bagian luar dan
Penelitian yang dilakukan menunjukkan TKKS disimpan terpisah dalam wadah
bahwa pada konsentrasi tapioka 5%, kedap udara, lalu dilakukan proses
perekat yang dilarutkan menggunakan pengarangan dalam muffle furnace yang
asap cair dan air memiliki nilai kalori yang telah diatur pada suhu 350⁰C selama 1
tidak jauh berbeda yaitu berturut-turut jam.
5666 dan 5650 (kal/gr).
Penelitian-penelitian yang telah Tabel 1. Formulasi Briket
dilakukan tentang jenis perekat untuk Komposisi
membuat briket menunjukkan bahwa Kode Limbah Kulit Konsentrasi
perekat yang umum digunakan untuk Sampel Singkong dan Perekat (%)
TKKS
membuat briket adalah yang berbahan
tapioka, hal tersebut ditunjang oleh PaK1 1:0 3
kemampuan tapioka untuk merekatkan PaK2 1:0 5
partikel-partikel pembentuk briket, PbK1 4:1 3
ketersediaannya yang mudah didapatkan PbK2 4:1 5
dan juga mudah untuk digunakan. Oleh
PcK1 3:1 3
karena tiu, pada penelitian ini digunakan
juga tapioka sebagai perekat untuk PcK2 3:1 5
membuat briket berbahan limbah kulit PdK1 2:1 3
singkong dan TKKS. PdK2 2:1 5

Arang yang dihasilkan selanjutnya


dihancurkan dengan menggunakan mixer
agar ukurannya menjadi seragam, setelah
itu dicampur dengan perekat taipoka

51
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 27 No.1 Tahun 2016 Hal 49 -58

dengan komposisi 3% dan 5% dari berat Keterangan:


arang. Briket yang dibuat memiliki A: berat sampel awal (gram)
komposisi campuran antara kulit singkong B: berat sampel setelah pemanasan
bagian luar dan TKKS yaitu 1:0, 4:1, 3:1 (gram)
dan juga 2:1. Lalu dilakukan pembuatan
briket dengan cara mengepres adonan d. Kadar fixed carbon/Karbon terikat
tersebut menggunakan alat pengepres (SNI 06-3730-1995)
dengan beban sebesar 50 kg. Briket yang Kadar fix carbon dihitung
dihasilkan diberi kode seperti pada Tabel menggunakan rumus :
1. Kadar Fixed Karbon (%) = 100%-
(kadar zat menguap + Kadar abu) (4)
b. Kadar air (SNI 06-3730-1995)
Penentukan kadar air dilakukan f. Kalori
dengan secara gravimetri dengan merujuk Nilai kalori ditentukan dengan
pada SNI 06-3730-1995. Briket ditimbang menggunakan alat bomb calorimeter,
dengan menggunakan neraca analitik, lalu sampel ditimbang sebanyak 1 gram
dipanaskan di dalam oven yang diatur lalu dimasukkan ke dalam alat bomb
pada suhu 105 oC selama 2 jam. Briket calorimeter. Lalu alat dinyalakan dan
selanjutnya di timbang kembali. Kadar air nilai kalori akan terlihat di alat.
dihitung dengan menggunakan rumus:
g. Densitas
Error! Reference source not Berat jenis briket ditentukan
found. x 100%………(1) dengan menimbang briket yang telah
Keterangan: dibuat (Berat), lalu diukur dimensinya
A: berat awal (gram) dengan menggunakan penggaris lalu
B: berat akhir (gram) dihitung volumenya (Voluem). Nilai
densitas ditentukan dengan rumus:
c. Kadar abu (SNI 06-3730-1995)
Kadar abu ditentukan dengan Error! Reference source not
menggunakan metode pengabuan kering. found. (5)
Sampel dimasukkan ke dalam tanur yang
disetting pada suhu 850 oC selama 4 jam. h. Analisa of Variance (ANOVA)l.
Kadar abu dihitung dengan menggunakan Data hasil pengukuran untuk
rumus: masing-masing komposisi briket
selanjutnya dianalisa dengan
Error! Reference source not menggunakan ANOVA (analysis of
found. x Variance) untuk menentukan apakah
Keterangan: ada perbedaan nyata antara
A: berat abu (gram) komposisi bahan baku dengan
B: berat sampel (gram) parameter-parameter kualitas briket
yang dihasilkan (Ross, 2004).
d. Kadar zat hilang (SNI 06-3730-1995)
Sampel ditimbang ke dalam cawan Hipotesa pada penelitian ini sebagai
kosong yang telah diketahui bobotnya, berikut:
setelah itu dimasukkan ke dalam tanur H0 = Komposisi Limbah Kulit
yang telah disetting pada suhu 950 ⁰C singkong dan perekat tidak
selama 7 menit. Lalu cawan ditimbang. berpengaruh nyata terhadap
Proses pemanasan dan penimbangan kualitas briket
dilakukan hingga didapatkan berat yang H1 = Komposisi Limbah Kulit
konstan. Kadar zat hilangdihitung dengan Singkong dan Perekat
menggunakan rumus : berpengaruh nyata terhadap
kualitas briket
Error! Reference source not found. x
100% …..3) Kriteria pengambilan keputusan
adalah:

52
Karim Abdullah Pengaruh Penambahan Tandan Kosong Kelapa Sawit Terhadap Kualitas Briket Berbahan Utama
Zulfa Masduki Limbah Kulit Singkong
Daniro Jyoti

F hitung < F kritis = Terima H0 bentuk pelet seperti terlihat pada Gambar
F hitung > F kritis = Tolah H0 1.
Untuk melakukan perhitungan nilai F Dari segi penampilan, Pelet
hitung dan juga F kritis, digunakan berbentuk balok sesuai dengan media
Softwear minitab 16. Hasil untuk mencetaknya.
perhitungan selanjutnya disajikan
dalam bentuk tabel. Briket yang dibuat memiliki alas
dengan diameter sekitar 2,8 cm dan tinggi
I. Analisis Korelasi. antara 4-5 cm. Untuk lebih memperjelas,
Analisis korelasi adalah suatu metode briket yang dihasilkan dibandingkan
uji yang digunakan untuk melihat dengan ukuran tutup pulpen. Terlihat
seberapa kuat atau derajat hubungan bahwa tinggi briket hampir sama dengan
liniear antara dua variabel atau lebih. tinggi tutup pulpen. Ukuran briket yang
Dimana semakin nyata hubungan linear kecil bertujuan agar briket dapat
maka semakin kuat atau tinggi derajat digunakan dengan mudah dan juga dapat
hubungan garis. Ukuran derajat hubungan cepat terbakar.
antara garis lurus tersebut dinamakan
dengan koefiesien korelasi dimana bila
nilainya mendekati satu maka korelasi
antara varibel tersebut semakin kuat,
sedangkan bila nilainya semakin kecil
maka korelasinya semakin rendah (Ross,
2004)
Data yang dihasilkan diolah
menggunakan Softwear minitab 16 untuk
melihat koefisien korelasi. Hasil Gambar 1. Briket Limbah Kulit Singkong
perhitungan selanjutnya disajikan dalam
bentuk tabel. Briket yang dihasilkan selanjutnya
diukur kadar air, kadar abu, kadar zat
HASIL DAN PEMBAHASAN volatile, Kadar karbon terikat, nilai kalor
dan densitasnya. Hasil pengukuran adalah
Briket berbahan baku kulit singkong dapat dilihat pada Tabel 2.
bagian luar dan TKKS telah dibuat dengan

Tabel 2. Hasil analisa prokimat Briket

Fixed
Kode Kadar Air Kadar Abu Volatil Kalori Densitas
Carbon
sampel (% bb) (% bb) (% bb) (cal/g) (kg/m3)
(% bb)
PaK1 3.17 24.37 23.98 48.48 3606.36 456.78
PaK2 3.25 27.01 25.66 47.84 3370.79 465.27
PbK1 3.26 23.24 24.38 49.12 3966.61 443.15
PbK2 3.53 24.74 24.54 47.19 3688.17 450.08
PcK1 3.12 21.28 22.87 52.73 4074.43 428.27
PcK2 3.39 24.87 23.45 48.30 3716.01 437.68
PdK1 3.35 22.19 22.34 52.12 4025.36 423.82
PdK2 3.54 21.53 22.41 52.53 4020.64 428.41

53
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 27 No.1 Tahun 2016 Hal 49 -58

Tabel 3. Nilai korelasi antara data hasil pengukuran kualitas briket


Kadar FIX
Parameter Kadar Air Volatil Kalori Densitas
Abu Carbon
Kadar Air 1
Kadar Abu -0.029 1
Volatil -0.185 0.870 1
FIX Carbon -0.069 -0.897 -0.843 1
Kalori 0.080 -0.962 -0.822 0.828 1
Densitas -0.214 0.887 0.931 -0.841 -0.918 1

Tabel 4. Hasil Perhitungan ANOVA untuk semua parameter


F Hitung
Kadar F
Kadar Kadar Kadar
Fixed Densitas kritis
Air Abu Volatile
Carbon
Pengaruh Bahan Baku 6.04 3.12 9.48 3.76 215.47 9.28
Pengaruh Konsentrasi Perekat 19.09 3.74 2.84 2.49 48.77 10.13

a. Kadar air tapioka yang digunakan menggunakan air


Kadar air briket bervariasi antara sebagai pelarutnya, sehingga semakin
3,12% hingga 3,54%. Kadar air paling banyak jumlah perekat yang digunakan
kecil dimiliki oleh briket dengan komposisi menyebabkan kadar air dari briket ikut
Kulit singkong : TKKS 3:1 dan konsentrasi meningkat.
perekat 5%, sedangkan tertinggi terjadi
pada komposisi 2:1 perekat 5%. Kadar air b. Kadar abu
untuk masing-masing perlakuan dapat Hasil pengujian menunjukkan bahwa
dilihat pada Gambar 2. nilai kadar abu tertinggi adalah 27.01 %
untuk briket perlakuan dengan komposisi
kulit singkong bagian luar : TKKS 1: 0
dengan perekat 5%). Sedangkan kadar
abu terendah adalah 21.28 % untuk briket
dengan komposisi limbah singkong bagian
luar : TKKS = 3 : 1 dengan perekat 3%).

Gambar 2. Kadar air pada beragam formulasi


briket

Hasil uji dengan menggunakan


ANOVA, didapatkan hasil bahwa
perbedaan komposisi bahan baku tidak
mempengaruhi kadar air pada briket, hal Gambar 3. Kadar Abu Pada Beragam
tersebut ditunjukkan dengan nilai F hitung Formulasi Briket
yang kecil dari pada F tabel. Sedangkan
perbedaan konsentrasi perekat Hasil pengujian terhadap sampel
memberikan pengaruh terhadap kadar air briket menunjukkan bahwa semakin besar
seperti yang ditunjukkan dari nilai F hitung komposisi limbah kulit singkong bagian
yang lebih kecil dari pada nilai F tabel. Hal luar, kadar abu akan semakin meningkat.
ini bisa disebabkan karena perekat Limbah kulit singkong yang digunakan

54
Karim Abdullah Pengaruh Penambahan Tandan Kosong Kelapa Sawit Terhadap Kualitas Briket Berbahan Utama
Zulfa Masduki Limbah Kulit Singkong
Daniro Jyoti

pada penelitian ini berasal dari sisa disumbangkan lebih dominan dari bahan
pengolahan di industri tapiok. Limbah kulit baku bukan dari perekat.
singkong bagian luar langsung diolah Data kandungan zat volatie dari briket
menjadi briket sehingga masih tercampur didapatkan trend menurun, dimana
dengan bahan-bahan lain seperti tanah, semakin tinggi komposisi TKKS yang
pasir, kerikil, dan kotoran lainnya. digunakan menyebabkan kandungan zat
Menurut Lehtikanges (2001) kadar volatie semakin menurun.
abu yang tinggi dapat menurunkan nilai
kalor pembakaran. Sehingga untuk c. Kadar fixed carbon (karbon terikat)
memperbesar nilai kalor dibutuhkan Nilai Fixed carbon atau karbon terikat
perlakukan awal terhadap limbah kulit menggambarkan tentang banyaknya fraksi
singkong untuk memisahkan kotoran- karbon (C) yang ada dalam briket arang
kotoran yang tidak diinginkan. selain dari fraksi air, zat mudah menguap
Hasil analisis dengan menggunakan dan juga abu (Putra, 2013)
ANOVA memperlihatkan bahwa komposisi Data hasil pengujian kadar fixed
bahan baku dan juga komposisi perekat carbon menunjukkan hasil bahwa kadar
tidak memberikan perbedaan yang nyata fixed carbon terbesar adalah 52.53%
terhadap kadar abu dari briket, hal dengan perbandingkan antara limbah kulit
tersebut ditunjukkan dari nilai F hitung singkong : TKKS adalah 2:1 dan
yang lebih kecil dari pada nilai F kritis. komposisi perekat 5%. Nilai terendah
adalah 47.19 dengan komposisi limbah
b. Kadar Zat hilang kulit singkong : TKKS 4:1 dan perekat 5%.
Hasil pengukuran kadar zat hilang Hasil analisa dengan menggunakan
dari briket mengunjukkan bahwa nilai Anova didapatkan bahwa perbedaan
tertinggi dihasilkan oleh briket dengan komposisi bahan pembuat briket dan juga
komposisi limbah kulit singkong : TKKS konsentrasi perekat tidak menghasilkan
1:0 dengan konsentrasi perekat sebanyak perbedaan yang nyata terhadap nilai
5%. Kandungan zat volatile terendah karbon terikat.
dihasilkan oleh briket dengan komposisi Kadar fixed carbon memiliki korelasi
2:1 dengan konsentrasi perekat 5%. positif dengan nilai Kalor dengan korelasi
sebesar 0,828, hal ini menunjukkan
bahwa nilai kalor briket dipengaruhi oleh
kadar fixed carbon. Hal itu dapat
dijelaskan bahwa kalor yang dihasilkan
pada pembakaran briket berasal dari
pembakaran karbon yang ada pada briket

Gambar 4 Kadar zat hilang pada briket

Analisa dengan menggunakan


ANOVA memperlihatkan hasil bahwa
kandungan zat hilang dipengaruhi oleh
komposisi bahan baku, hal tersebut
ditunjukkan oleh nilai F hitung yang lebih
kecil dari pada nilai F kritis. Sedangkan Gambar 5 Nilai Fixed Carbon Pada
konsentrasi perekat tidak berpengaruh Beragam Formulasi Briket
nyata terhadap kandungan zat volatie. Hal
tersebut menunjukkan bahwa zat volatie

55
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 27 No.1 Tahun 2016 Hal 49 -58

d. Nilai Kalori Hal tersebut menunjukkan bahwa bila


Briket yang telah dibuat memiliki nilai kadar abu pada briket menurun maka nilai
kalori yang bervariasi, dimana nilai kalori kalori akan meningkat. Korelasi antara
terbesar yaitu 4074.43 kal/gram yang kadar abu dan nilai kalori dapat dilihat
dihasilkan oleh briket dengan komposisi pada gambar 7.
limbah kulit singkong bagian luar : TKKS Hasil analisa menggunakan Anova
3:1 dengan menggunakan konsentrasi terhadap nilai kalori briket pada beragam
perekat sebesar 3% . Briket dengan nilai komposisis memberikan hasil nilai F
kalori terkecil sebesar 3606.36 kal/gram hitung untuk pengaruh komposisi adalah
berasal dari briket dengan komposisi 16,06 sedangkan nilai F hitung untuk
limbah kulit singkong bagian luar : TKKS pengaruh konsentrasi perekat adalah
1:0. Nilai kalori untuk semua formulasi 17,39 dengan F kritis berturut turut 9,28
dapat dilihat pada gambar 6. dan 10,13. Data selanjutnya dibandingkan
dengan nilai F kritis, didapatkan hasil
bahwa nilai F hitung lebih besar dari pada
F hitung, hal tersebut menunjukkab bahwa
komposisi bahan baku dan konsentrasi
perekat mempengaruhi nilai kalori dari
briket. Hasil yang didapat selaras dengan
penelitian Patabang (2012) yang
menunjukkan bahwa perbedaan
konsentrasi perekat akan mempengaruhi
nilai kalori dari briket

e. Densitas
Nilai densitas tertinggi dihasilkan dari
Gambar 6. Nilai Kalori Pada Beragam briket dengan komposisi limbah kulit
Macam Formulasi Briket singkong bagian luar : TKKS 1:0 dengan
perekat sebanyak 5%. Sedangkan
Nilai kalori selanjutnya dibandingkan densitas terendah dihasilkan oleh briket
dengan kadar abu pada briket untuk dengan perbandingan limbah kulit
melihat korelasi antara kedua parameter singkong bagian luar : TKKS 3:1 dan
tersebut. Hasil perhitungan perekat 3%. Nilai densitas untuk masing-
memperlihatkan bahwa terdapat korelasi masing formulasi dapat dilihat pada
negatif antara nilai kalori dan kadar abu Gambar 8. Nilai densitas masing-masing
sebesar -0,96. formulasi selanjutnya dianalisa dengan
menggunakan ANOVA.
Hasil perhitungan menunjukan bahwa
formulasi bahan baku briket berpengaruh
nyata terhadap nilai densitas, hal tersebut
ditunjukkan dari nilai F hitung (215, 47)
yang lebih besar dibandingkan dengan F
kritis (9,28). Begitu juga dengan
perbedaan konsentrasi perekat, dimana F
hitung yang didapat adalah 48,77 lebih
besar daripada nilai F kritis sebesar 10,13.

Gambar 7. Hubungan antara Nilai Kalori dan


Kadar Abu

56
Karim Abdullah Pengaruh Penambahan Tandan Kosong Kelapa Sawit Terhadap Kualitas Briket Berbahan Utama
Zulfa Masduki Limbah Kulit Singkong
Daniro Jyoti

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan


kepada kepala Baristand Industri Bandar
Lampung beserta jajarannya yang telah
mendukung penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2016). Produksi Ubi


Kayu Menurut Provinsi (ton), 1993-2015.
Retrieved from
Gambar 8. Densitas briket pada berbagai bps.go.id/linktabledinamis/view/id/880
macam formulasi bahan baku Delly, J. Saputra, N. (2014) Proses
Pembuatan Briket Berbasis Kulit
Data hasil penelitian menunjukkan Singkong dan Kajian Eksperimen
bahwa semakin besar komposisi TKKS Parametris Pengaruh Bahan Perekatnya
pada pembuatan briket, menyebabkan Terhadap Nilai Kalor dan Laju
nilai densitas menjadi turun, sedangkan Pembakaran. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin.
semakin tinggi konsentrasi perekat akan 6 (1)
menurunkan densitasnya. Konsentrasi Harjono, Y. 2013. Lampung Penghasil Ubi
Kayu Terbesar di Tanah Air. Kompas
perekat yang semakin tinggi pada
online, 4 Februari. Retrieved from
pembuatan briket dapat memperkuat http://regional.kompas.com/read/2013/02/
ikatan antara bahan baku briket. 04/20192019/Lampung.Penghasil.Ubi.Ka
yu.Terbesar.di.Tanah.Air
KESIMPULAN Hidayat, C. (2009). Peluang Penggunaan Kulit
Singkong Sebagai Pakan Unggas.
Hasil penelitian yang telah Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dilakukan, didapatkan hasil bahwa briket dan Veteriner 2009
yang terbaik dihasilkan pada komposisi Hikmiyati, N., Yanie, N.S. (2009) Pembuatan
Limbah Kulit Singkong bagian luar :TKKS Bioethanol dari Limbah Kulit Singkong
Melalui Proses Hidrolisis Asam dan
3:1 dengan konsentrasi tapioka 5%, hal
Enzimatis. Makalah Universitas
tersebut ditunjukkan dengan nilai kalori Diponegoro.
tertinggi dibandingkan dengan komposisi Ikawati, Melati. (2009). Pembuatan Karbon
lainnya yaitu sebesar 4074.43 kal/g. Aktif dari Kulit Singkong UKM Tapioka
Hasil penelitian juga menunjukkan Kabupaten Pati. Prosiding Seminar
bahwa penambahan TKKS berpengaruh Nasional Teknik Kimia Indonesia (SNTKI)
nyata terhadap nilai kalori dari briket yang 2009. Asosiasi Pendidikan Tinggi Teknik
dihasilkan. Kadar kadar abu, zat hilang, Kimia Indonesia (APTEKINDO)
dan densitas briket berkorelasi negatif Ismayana, A., Afriyanto, M.R. (2011).
dengan nilai kalori. Sedangkan kandungan Pengaruh Jenis dan Kadar Bahan
Perekat pada Pembuatan Briket Blotong
karbon terikat berkorelasi positif terhadap
Sebagai bahan Bakar Alternatif. Jurnal
nilai kalori Teknologi Industri Pertanian. 21(3): 186-
193.
SARAN Koswara, S. (2009). Teknologi Pengolahan
Singkong (Teori dan Praktek). Bogor.
Untuk penelitian selanjutnya, Fakultas Teknologi Pertanian Institut
sebaiknya kulit singkong bagian luar Pertanian Bogor.
dibersihkan terlebih dahulu dari pasir dan Maryono, Sudding, Rahmawati. (2013).
tanah untuk menurunkan kadar abunya, Pembuatan dan Analisis Mutu Briket
sehingga diharapkan dapat meningkatkan Arang Tempurung Kelapa Ditinjau dari
Kadar Kanji. Jurnal Chemica. 14 (1):
nilai Kalorinya
74:83

57
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 27 No.1 Tahun 2016 Hal 49 -58

Muzi, I., Mulasari, S.A. (2014). Perbedaan


Konsentrasi Perekat Antara Briket
Bioarang tandan Kosong Sawit dengen
Briket Bioarang Tempurung Kelapa
Terhadap waktu Didih Air. Majalah
KESMAS. 8 (1).
Patabang, D. (2012). Karakteristik Termal
Briket Arang Sekam Padi Dengan Variasi
Bahan Perekat. Jurnal Mekanik. 3 (02):
286-292
Putra, H.P., Mokodompit, M., Kuntari. A.P.
(2013). Study Karakteristik Briket
Berbahan dasar Limbah Bambu dengan
Menggunakan Perekat Nasi. Jurnal
Teknologi 6(2):116-123
Putra, H.P., Hakim, L., Yuriandala, Y.,
Anggraini, D. (2013). Studi Kualitas Briket
dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
dengan Perekat Limbah Nasi. Jurnal
Sains dan Teknologi Lingkungan. 5 (01) :
27-35
Ross, S.M. (2004). Introduction to Probability
and Statistics for Engineers and
Scientists. California. Elsevier Academic
Press.
Rukmana, R. (1997). Ubi kayu, Budi Daya dan
Pascapanen. Yogyakarta. Kanisium
Media
Sodiq, M.B., Susila, W. (2014). Pembuatan
Biobriket dari Campuran Arang Limbah
Kulit Singkong dan Serbuk Gergaji Kayu
Jati. Jurnal Teknik Mesin. 3 (02) : 299-306
Utomo, A.F., Primastuti, N. (2013).
Pemanfaatan Limbah Furniture Eceng
Gondok (Eichornia crassipes) di Koen
Gallery Sebagai Bahan Dasar Pembautan
Briket Bioarang. Jurnal Teknologi Kimia
dan Industri. 2 (2): 220-225.

58

Anda mungkin juga menyukai