6. Lain-lain:
Tanda-tanda Vital
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 89 x/menit, isi dan tegangan cukup, reguler
Suhu : 37,6 °C
Pernapasan : 20 x/menit, reguler,
Status Generalis
Kepala : Venektasi temporal -
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, RCL +/+, RCTL +/+, diameter pupil
3mm/3mm.
Hidung : NCH (-/-)
Mulut : sianosis (-), mukosa kering
Leher : retraksi (-), JVP 5 + 2 cmH2O
KGB : Tidak teraba.
Tiroid : Tidak terdapat pembesaran.
Dada :
Paru : I: Pergerakan dinding dada simetris kanan=kiri, retraksi (-), ketinggalan gerak
(-), pectus excavatum (-), pectus carinatum(-), sikatriks (-), barrel chest (-)
P: Krepitasi (-), massa (-), Vokal fremitus lapang paru kiri=kanan.
P: Sonor (+/+)
A: SD vesikuler +/+, Rbk -/-, Rbh-/-, Wh-/-
Jantung: I : Ictus cordis terlihat di SIC V 1 jari medial linea midclavicularis sinistra
P: Ictus cordis teraba di SIC V 1 jari medial linea midclavicularis sinistra
P: Batas jantung kiri bawah di SIC V 1 jari medial linea midclavicularis
sinistra,
Batas jantung kiri atas di SIC II linea parasternal sinistra,
Batas jantung kanan bawah di SIC IV linea parasternal dextra.
Batas jantung kanan atas di SIC II linea parasternal dextra,
A :S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-).
Abdomen: I : Abdomen cembung regio suprapubik vesika urinaria penuh,
A : Bising usus +, 15 kali per menit.
P : seluruh regio abdomen timpani, nyeri ketok CVA (-)
pekak alih (-), pekak sisi (-)
P : Dinding abdomen supel, nyeri tekan + regio suprapubik,
Hepar : teraba bawah arcus costae dextra, tepi tajam, tanpa pembesaran
Lien : tidak teraba
Ekstremitas: CRT <2”, edema pitting inferior (-), akral hangat, turgor kulit baik, tidak ada
gangguan gerak pada ekstrimitas superior dan inferior, clubbing finger (-/-),
sianosis (-/-)
Daftar Pustaka:
1. Sukandar, E. Infeksi Saluran Kemih. In Sudoyo A.W, et all.ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Internal Publishing. 2009:1008-1014.
2. Anonim. Urinary Tract Infections (Acute Urinary Tract Infection: Urethritis, Cystitis, and
Pyelonephritis). In Kasper, et all ed. Harrison’s Manual of Medicine16th Edition.
Newyork: Mc Graw Hill Medical Publishing Division. 2005:724
3. Meyrier, A. Urinary Tract Infection. Available from:
http://www.kidneyatlas.org/book2/adk2_07.pdf
4. Scanlon, V.C & Sanders, T. Essential of Anatomy and Physiology 5th edition. Philadelpia:
FA Davis Company. 2007: 420-432
5. Abdelmalak, J.B, et all. Urinary Tract Infections in Adults. In Potts J.M, ed. Essential
Urology, A Guide to Clinical Practice. New Jersey: Humana Press. 2004:183-189
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis ISK
2. Penatalaksanaan ISK
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:
1. Subyektif:
Sakit pada kandung kencing dan pemeriksaan fisik lanjut akan mengkonfirmasi sebab dari sakit
pasien
2. Objektif:
Tanda-tanda Vital
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 89 x/menit, isi dan tegangan cukup, reguler
Suhu : 37,6 °C
Pernapasan : 20 x/menit, reguler,
Status Generalis
Kepala : Venektasi temporal -
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, RCL +/+, RCTL +/+, diameter pupil 3mm/3mm.
Hidung : NCH (-/-)
Mulut : sianosis (-), mukosa kering
Leher : retraksi (-), JVP 5 + 2 cmH2O
KGB : Tidak teraba.
Tiroid : Tidak terdapat pembesaran.
Dada :
Paru : I: Pergerakan dinding dada simetris kanan=kiri, retraksi (-), ketinggalan gerak (-),
pectus excavatum (-), pectus carinatum(-), sikatriks (-), barrel chest (-)
P: Krepitasi (-), massa (-), Vokal fremitus lapang paru kiri=kanan.
P: Sonor (+/+)
A: SD vesikuler +/+, Rbk -/-, Rbh-/-, Wh-/-
Jantung: I : Ictus cordis terlihat di SIC V 1 jari medial linea midclavicularis sinistra
P: Ictus cordis teraba di SIC V 1 jari medial linea midclavicularis sinistra
P: Batas jantung kiri bawah di SIC V 1 jari medial linea midclavicularis sinistra,
Batas jantung kiri atas di SIC II linea parasternal sinistra,
Batas jantung kanan bawah di SIC IV linea parasternal dextra.
Batas jantung kanan atas di SIC II linea parasternal dextra,
A :S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-).
Abdomen: I : Abdomen cembung regio suprapubik vesika urinaria penuh,
A : Bising usus +, 15 kali per menit.
P : seluruh regio abdomen timpani, nyeri ketok CVA (-),
pekak alih (-), pekak sisi (-)
P : Dinding abdomen supel, nyeri tekan + regio suprapubik,
Hepar : teraba bawah arcus costae dextra, tepi tajam, tanpa pembesaran
Lien : tidak teraba
Ekstremitas: CRT <2”, edema pitting inferior (-), akral hangat, turgor kulit baik, tidak ada gangguan
gerak pada ekstrimitas superior dan inferior, clubbing finger (-/-), sianosis (-/-)
a. ”Assessment”(penalaran klinis):
DEFINISI
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang paling sering ditemukan di praktik umum.
Kejadian ISK dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor
predisposisi yang mengakibatkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. ISK cenderung
terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali
disertai factor predisposisi2.
Menurut penelitian, hampir 25-35% perempuan dewasa pernah mengalami ISK selama
hidupnya. Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi
selama periode sekolah (School girls) 1% meningkat menjadi 5 % selama periode aktif secara seksual.
Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30% pada laki-laki dan perempuan jika disertai
faktor predisposisi2.
ANATOMI
Sistem urinarius terdiri dari 2 ginjal (ren), 2 ureter, vesika urinaria dan uretra. Sistem urinarius
berfungsi sebagai system ekskresi dari cairan tubuh
Sumber: www.kidney.org
ETIOLOGI
Pada umumnya ISK disebabkan oleh mikroorganisme (MO) tunggal seperti:2
e. Eschericia coli merupakan MO yang paling sering diisolasi dari pasien dengan ISK simtomatik
maupun asimtomatik
f. Mikroorganisme lainnya yang sering ditemukan seperti Proteus spp (33% ISK anak laki-laki
berusia 5 tahun), Klebsiella spp dan Stafilokokus dengan koagulase negatif
g. Pseudomonas spp dan MO lainnya seperti Stafilokokus jarang dijumpai, kecuali pasca
kateterisasi
KLASIFIKASI
Berdasarkan letak anatomi, ISK digolongkan menjadi:
h. Infeksi Saluran Kemih Atas
Infeksi saluran kemih atas terdiri dari pielonefritis dan pielitis. Pielonefritis terbagi
menjadi pielonefritis akut (PNA) dan pielonefritis kronik (PNK). Istilah pielonefritis lebih
sering dipakai dari pada pielitis, karena infeksi pielum (pielitis) yang berdiri sendiri tidak
pernah ditemukan di klinik5.
i. Infeksi Saluran Kemih Bawah
Infeksi saluran kemih bawah terdiri dari sistitis, prostatitis dan epidimitis, uretritis, serta
sindrom uretra. Presentasi klinis ISKB tergantung dari gender. Pada perempuan biasanya berupa
sistitis dan sindrom uretra akut, sedangkan pada laki-laki berupa sistitis, prostatitis, epidimitis,
dan uretritis2.
j. Manifestasi Klinis
Lokal Sistemik
Disuria Panas badan sampai menggigil
Polakisuria Septicemia dan syok
Stranguria
Tenesmus
Nokturia Perubahan urinalisis
Prostatismus Piuria
Inkontinesia Chylusuria
PEMERIKSAAN PENUNJANG
k. Pemeriksaan laboratorium :
a. Analisis urin rutin5
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada saluran kemih.
Mengevaluasi adanya eritrosit, leukosit, bakteri, protein atau glukosa.
l. Kultur urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensifitas kuman
terhadap beberapa antimikroba yang diujikan
m. Faal ginjal
Mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas. Elektrolit,
BUN, dan kreatinin berguna untuk insufisiensi ginjal kronis pada pasien yang memiliki
postvoid residu (PVR) yang tinggi.
n. Foto polos
Berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya batu/kalkulosa prostat
dan kadangkala menunjukan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan
tanda suatu retensi urine
PENATALAKSANAAN
1. Terapi
a. Infeksi saluran kemih atas (ISKA) 2
Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut (PNA) memerlukan rawat inap
untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotik parenteral minimal 48 jam.
Indikasi rawat inap pada PNA antara lain kegagalan dalam mempertahankan hidrasi
normal atau toleransi terhadap antibiotik oral, pasien sakit berat, kegagalan terapi
antibiotik saat rawat jalan, diperlukan investigasi lanjutan, faktor predisposisi ISK
berkomplikasi, serta komorbiditas seperti kehamilan, diabetes mellitus dan usia lanjut.
The Infectious Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga
alternative terapi antibiotic IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam, sebelum adanya
hasil kepekaan biakan yakni fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin
dan sefalosporin spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida.
b. Infeksi saluran kemih bawah (ISKB)
Prinsip manajemen ISKB adalah dengan meningkatkan intake cairan, pemberian
antibiotik yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk alkanisasi urin dengan
natrium bikarbonat 16-20 gram per hari2,5
Pada sistitis akut, antibiotika pilihan pertama antara lain nitrofurantoin,
ampisilin, penisilin G, asam nalidiksik dan tetrasiklin. Golongan sulfonamid cukup
efektif tetapi tidak ekspansif. Pada sistitis kronik dapat diberikan nitrofurantoin dan
sulfonamid sebagai pengobatan permulaan sebelum diketahui hasil bakteriogram5.
3. ”Plan”:
Pengobatan: pengobatan bertujuan untuk:
1. Penanganan ISK
2. Menurunkan suhu tubuh di bawah ambang suhu
3. Mencegah ISK berulang
Terapi dan planning :
Darah rutin
Urin rutin
USG abdomen
Non farmakologi
Istirahat
Minum banyak
Menjaga higienitas sekitar alat kelamin
Hindari menahan BAK terlalu lama
Farmakologi
Ciprofloxacin 2 x 500 mg tab
Paracetamol 3 x 500 mg tab
Antasida 3 x 1 tab
Pendamping:
Dr. H. Ari Windy Hardhanu
Disusun oleh:
dr. Atika Qisty Desmawan
RSUD MAJENANG
KABUPATEN CILACAP
2017