Anda di halaman 1dari 5

Spektra: Jurnal Fisika dan Aplikasinya, Vol. 16, No.

2, Oktober 2015

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN NaOH PADA KARBON


AKTIF TEMPURUNG KELAPA UNTUK ADSORPSI LOGAM Cu2+

Futri Wulandari1*), Umiatin1, Esmar Budi1


1
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
Jl. Pemuda No. 10, Rawamangun, Jakarta 13220

*) Email: futriwulandari@gmail.com

Abstrak

Penelitian mengenai pembentukan karbon aktif berbahan dasar arang tempurung kelapa sebagai
adsorben telah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh konsentrasi larutan
NaOH dalam aktivasi kimia fisika untuk adsorpsi logam Cu2+. Arang tempurung kelapa hasil pirolisis
digerus hingga mencapai ukuran granul milimeter kemudian dibersihkan dalam larutan alkohol 96%
dan dipanaskan diatas hot plate selama 60 menit pada suhu ruang. Proses aktivasi kimia arang
tempurung kelapa dilakukan dengan merendam arang tempurung kelapa dalam larutan NaOH pada
variasi konsentrasi 1%, 2%, 4%, 7% selama 24 jam. Proses aktivasi fisika dilakukan dengan
memanaskan arang hasil aktivasi kimia pada suhu 4000C selama 1 jam didalam tungku horizontal dan
dialirkan gas Argon. Pada penelitian ini hasil uji AAS menunjukkan bahwa karbon aktif arang
tempurung kelapa dapat diaplikasikan untuk mengadsorpsi logam Cu2+. Semakin tinggi konsentrasi
larutan NaOH maka persentase logam Cu2+ teradsorpsi akan semakin menurun. Persentase logam
Cu2+ teradsorpsi maksimum dihasilkan oleh karbon aktif dengan larutan NaOH 1% sebesar 80.87%.

Abstract

The research on the formation of the activated carbon made from coconut shell charcoal as an
adsorbent has been done. The purpose of this study was to determine the effect of the concentration of
NaOH solution in the activation of chemistry physical for metal adsorption of Cu2+. Coconut shell
charcoal pyrolysis results were crushed to size granules in millimeter then cleaned in a solution of
96% alcohol and heated on a hot plate for 60 minutes at room temperature. Chemical activation
process of coconut shell charcoal is done by soaking the coconut shell charcoal in various
concentration of NaOH solution at 1%, 2%, 4%, 7% for 24 hours. Physical activation process was
done by heating the samples using horizontal furnace at temperature 4000C for 1 hours and Argon gas
was flowed. In this study, the AAS test results indicate that activated carbon coconut shell charcoal
can be applied to adsorb metals Cu2+. The higher the concentration of NaOH solution then the
percentage of Cu2+ adsorbed metal will be decrease. The percentage of the maximum adsorbed Cu2+
metal was produced by activated carbon with NaOH 1% solution at 80.87%.

Keywords: activated carbon, coconut shell charcoal, chemical – physics activation, NaOH, Cu2+
.

1. Pendahuluan Logam Cu merupakan salah satu logam berat


yang bersifat toksik terhadap organisme air dan
Air merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup manusia pada batas konsentrasi tertentu. Batas
untuk dapat menjalankan segala aktivitasnya. maksimal logam Cu yang diizinkan di dalam air
Namun agar tetap sehat, air minum harus memenuhi lingkungan berdasarkan Keputusan Kementerian
persyaratan fisik, kimia, maupun mikrobiologi. Air Lingkungan Hidup Kep.02/Men.KLH/1998 adalah
bersih untuk air minum semakin langka di 1.0 mg/l[5].
perkotaan. Sungai-sungai yang menjadi sumbernya Proses adsorpsi logam berat dalam air secara
sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari alami dapat dilakukan menggunakan arang
buangan sampah organik, rumah tangga hingga tempurung kelapa, arang sekam padi, maupun
limbah beracun dari industri. enceng gondok. Salah satunya dengan
Pencemaran air dapat berupa garam dari logam menggunakan karbon aktif berbahan dasar arang
berat dan logam berat yang membentuk senyawa tempurung kelapa[4].
toksik. Logam berat yang sering terdapat dalam Karbon aktif dapat dibuat melalui dua tahap,
pencemaran air adalah Hg, Pb, Cd, Cr, Cu, Ni, Fe yaitu tahap karbonisasi dan aktivasi. Karbonisasi
dan Zn dalam bentuk senyawa toksik[3]. merupakan proses pengarangan dalam ruangan
tanpa adanya oksigen dan bahan kimia lainnya,
sedangkan aktivasi adalah suatu perlakuan terhadap

60
Spektra: Jurnal Fisika dan Aplikasinya, Vol. 16, No. 2, Oktober 2015

arang yang bertujuan untuk membuka atau Alat Penelitian:


memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan 1. Neraca digital
ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul- 2. Ultrasonic frequency mixing
molekul permukaan sehingga arang mengalami 3. Kertas timbang
perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu 4. Hot plate
luas permukaannya bertambah besar dan 5. Plastik klip
berpengaruh terhadap daya adsorpsi. 6. Mortar dan alu
Aktivasi dibagi menjadi dua yaitu aktivasi fisika 7. Desikator
dan aktivasi kimia. Aktivasi fisika dapat 8. Gelas kimia dan gelas ukur
didefinisikan sebagai proses memperluas pori dari 9. Pipet tetes dan corong
arang aktif dengan bantuan panas, uap dan gas CO2. 10. Sarung tangan dan masker
Sedangkan aktivasi kimia merupakan aktivasi 11. Alat uji AAS dan SEM
dengan pemakaian bahan kimia yang dinamakan
aktivator. Aktivator yang sering digunakan adalah Diagram alir penelitian ditunjukan pada Gambar 1.
hidroksida logam alkali, klorida, sulfat, fosfat dari
logam alkali tanah dan khususnya ZnCl2, asam- Studi literatur
asam anorganik seperti H2SO4 dan H3PO4[6].
Pada penelitian ini akan dilakukan aktivasi arang
tempurung kelapa dengan aktivator basa. Adapun Persiapan alat dan bahan
basa yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Natrium Hidroksida (NaOH). Penggunaan basa ini
dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan basa Pembentukan granul
dalam memperluas pori dari arang tempurung arang tempurung kelapa
kelapa yang akan berpengaruh terhadap daya
adsorpsi dari arang tersebut. Selain itu, dalam
penelitian ini juga dilakukan aktivasi fisika dengan Membersihkan granul arang dengan
menggunakan gas Argon sebagai gas inert. ultrasonic frequency mixing
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh konsentrasi aktivator NaOH dalam
aktivasi kimia fisika terhadap morfologi karbon Mencuci granul arang dalam alkohol 96%
aktif serta kualitasnya sebagai adsorben limbah Cu
pada limbah cair. Sedangkan manfaat dari
penelitian ini adalah memberikan metode alternatif Aktivasi kimia (larutan NaOH
untuk mengurangi logam Cu dalam kandungan 1%, 2%, 4%, 7%) selama 24 jam
limbah cair dengan memanfaatkan karbon aktif
yang dibuat dari bahan alam serta tidak
dimanfaatkan lagi di lingkungan dan diharapkan Mencuci sampel dengan aquades dan
penelitian ini dapat dijadikan bahan pembelajaran dipanaskan diatas hot plate selama 3 jam
berbasis riset sebagai penjernihan air yang dapat
digunakan masyarakat.
Aktivasi fisika dengan gas Ar
2. Metode Penelitian T = 4000C ; v = 200 kg/m3 ; t = 1 jam

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium


Pengolahan Tempurung Kelapa FMIPA UNJ untuk Membuat larutan artificial limbah Cu
proses karbonisasi dan pirolisis tempurung kelapa,
Laboratorium Fisika Material FMIPA UNJ untuk
proses persipan bahan dan aktivasi, Laboratorium Filter limbah Cu
Jurusan Kimia FMIPA UNJ untuk pengujian AAS,
serta Laboratorium Fakultas Teknik UNJ untuk
pengujian SEM. Uji AAS
2.1 Alat dan Bahan Penelitian
Bahan Utama: Analisis
1. Granul arang tempurung kelapa
2. Aquades
3. Alkohol 96% Kesimpulan
4. Larutan Natrium Hidroksida (NaOH)
5. Serbuk CuSO4.5H2O Gambar 1. Diagram alir penelitian

61
Spektra: Jurnal Fisika dan Aplikasinya, Vol. 16, No. 2, Oktober 2015

2.2 Prosedur Penelitian


1. Preparasi Sampel
Arang tempurung kelapa dijemur hingga kering
selama kurang lebih 2-3 hari. Kemudian dilakukan
proses pirolisis. Arang tempurung kelapa yang telah
terbentuk kemudian dicuci dan dibersihkan dengan
aquades kemudian dikeringkan.
2. Aktivasi (a) (b)
Aktivasi yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah aktivasi kimia dan fisika. Melakukan
aktivasi kimia, 10 gram arang tempurung kelapa
direndam dalam 30 ml larutan NaOH dengan variasi
konsentrasi 1%, 2%, 4%, 7% selama 24 jam.
Setelah direndam, arang tempurung kelapa disaring
dan dicuci menggunakan aquades kemudian
dikeringkan diatas hot plate dengan suhu kamar
selama 3 jam lalu didinginkan dalam desikator. (c) (d)
Aktivasi fisika dilakukan dengan memanaskan
arang hasil aktivasi kimia didalam tungku
horizontal pada suhu 4000 C selama 1 jam dan
dialirkan gas Argon sebagai gas inert dengan laju
aliran 200 kg/m3.
3. Pengujian kualitas karbon aktif menurut Standar
Nasional Indonesia (SNI 06-3730-1995)
Penetapan kadar air
Prosedur penetapan kadar air mengacu pada (e) (f)
Standar Nasional Indonesia (SNI) 06–3730-1995
tentang syarat mutu dan pengujian arang aktif.
Contoh uji arang sebanyak 1 g dikeringkan dalam
oven pada suhu sekitar 1000 hingga 1500 C sampai
beratnya konstan. Kemudian dimasukkan ke dalam
desikator sampai bobotnya tetap dan ditentukan
kadar airnya dalam persen (%)[6]. Kadar air arang
(g) (h)
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Gambar 2. (a) pembentukkan granul arang
tempurung kelapa; (b) pencucian granul arang
tempurung kelapa; (c) aktivasi kimia dengan
(1) merendam granul arang tempurung kelapa dalam
Pengujian rendemen (yield) larutan NaOH; (d) proses aktivasi fisika dengan
Pengujian dengan cara menimbang massa awal tungku horizontal; (e) proses filterisasi; (f) granul
arang dan massa akhir karbon aktif setelah arang hasil filterisasi; (g) limbah Cu hasil filter;
aktivasi[6]. (h) pengujian AAS

Rendemen (%) = x 100% (2)

4. Filterisasi atau Penyaringan 3. Hasil dan Pembahasan
Larutan artificial adalah larutan induk yang
mempunyai kadar logam berat untuk digunakan Pembuatan Karbon Aktif
sebagai larutan kerja dengan kadar yang lebih Aktivasi kimia dilakukan dengan merendam 10
gram granul arang tempurung kelapa dalam larutan
rendah. Limbah Cu dibuat dari serbuk
NaOH dengan variasi konsentrasi 1%, 2%, 4%, dan
CuSO4.5H2O. Karbon aktif yang telah diaktivasi
7% selama 24 jam. Dari Gambar 2 (g). terlihat
sebanyak 3 gram direndam dalam 15 ml limbah Cu bahwa larutan hasil filterisasi berwarna cokelat
selama 4 jam. Kemudian dilakukan uji adsorpsi kehitaman. Hal ini dikarenakan larutan NaOH
menggunakan cara kontinyu dengan mengalirkan bersifat basa kuat yang korosif sehingga
limbah searah gravitasi ke bawah. Kemudian menghasilkan banyak abu yang terlepas dari arang.
melakukan uji Atomic Absorption Spectroscopy Aktivasi fisika dilakukan dengan mengalirkan
(AAS) untuk mengetahui tingkat kemampuan gas Argon pada tungku horizontal dengan suhu
karbon aktif mengadsorpsi logam Cu yang 4000C dan laju aliran 200 kg/m3 selama 1 jam.
terkandung dalam larutan artificial limbah Cu. Perlakuan panas pada karbon dalam suasana inert
atau vakum dapat menghilangkan kelompok oksida
permukaan tersebut sehingga pori yang terbentuk

62
Spektra: Jurnal Fisika dan Aplikasinya, Vol. 16, No. 2, Oktober 2015

akan semakin banyak. Pada Gambar 3. karbon aktif Penurunan kadar air sangat erat hubungannya
hasil aktivasi fisika terlihat lebih berwarna hitam dengan sifat higrokopis dari aktivator NaOH.
dan beberapa granul berwarna kebiruan dari pada Terikatnya molekul air yang ada pada karbon aktif
karbon aktif yang hanya di aktivasi kimia saja serta oleh aktivator menyebabkan pori-pori pada karbon
serbuk karbon aktif yang didapat semakin halus. aktif semakin besar. Semakin besar pori-pori maka
Hal ini menunjukkan bahwa pada aktivasi fisika luas permukaan karbon aktif semakin bertambah.
terdapat pemecahan kembali rantai karbon yang Bertambahnya luas permukaan ini mengakibatkan
masih tersisa. semakin meningkatnya kemampuan adsorpsi dari
karbon aktif. Meningkatnya kemampuan adsorpsi
dari karbon aktif maka semakin baik kualitas dari
karbon aktif tersebut.
Dari Gambar 4. dapat dilihat bahwa kadar air
yang terkandung masih sesuai persyaratan menurut
SNI 06-3730-1995 yaitu kurang dari 10%, meskipin
pada NaOH 7% mengalami kenaikan tetapi tidak
melebihi dari batas syarat. Hal ini menunjukkan
kualitas karbon aktif yang dihasilkan dalam
Gambar 3. karbon aktif hasil aktivasi kimia fisika penelitian ini cukup baik.

Hasil Pengujian Kualitas Karbon Aktif


Persentase Rendemen Karbon Aktif
Karbon aktif merupakan bahan yang memiliki
suatu sifat fisika dan kimia tersendiri. Sifat fisika 79.5
dan kimia arang aktif dapat dilihat pada Tabel 1. 79 1%,
78.93822

Rendemen (%)
78.5
Tabel 1. Persyaratan Karbon Aktif Menurut 78 7%,
77.5 4%, 77.68993
Standar Nasional Indonesia (SNI 06-3730-1995)
77 77.39382
Jenis Persyaratan
Bagian yang hilang pada Max 15% 76.5
76 2%,
pemanasan 9500C 75.85513
75.5
Kadar Air Max 10%
0% 2% 4% 6% 8%
Kadar Abu Max 2.5%
Bagian yang tidak Tidak nyata Persentase NaOH
diperarang
Daya serap terhadap larutan Min 20% Gamabr 5. Hasil pengujian rendemen (yield)
karbon aktif dengan aktivator NaOH

Karakterisasi bertujuan untuk mengetahui sifat- Penetapan rendemen karbon aktif bertujuan
sifat dasar arang hasil aktivasi. Salah satu untuk mengetahui jumlah karbon aktif yang
karakterisasi tersebut yaitu analisa kadar air. dihasilkan dari proses karbonisasi dan aktivasi.
Gambar 4. berikut merupakan hasil penelitian yang Pada NaOH 4% terlihat bahwa nilai rendemen
menunjukkan karakterisasi arang tempurung kelapa meningkat. Hal ini disebabkan konsentrasi bahan
yang telah diaktivasi. kimia yang ditambahkan dalam aktivasi dapat
memperlambat laju reaksi pada proses oksidasi
sehingga meningkatkan nilai rendemen.
Persentase Kadar Air Karbon Aktif
10 Hasil Pengujian Daya Adsorpsi
Dari Tabel 2. memperlihatkan bahwa karbon
8 1%, 7.916 aktif yang diaktivasi menggunakan NaOH cukup
Kadar Air (%)

2%, 6.663 7%, 6.521 efektif untuk mengadsorpsi logam Cu.


6
4%, 4.752
4 Tabel 2. Hasil adsorpsi logam Cu oleh karbon aktif
aktivasi NaOH
2
Konsentrasi Awal Konsentrasi Fe
NaOH
0 Cu (ppm) (ppm)
0% 2% 4% 6% 8% 1% 0.4687
Persentase NaOH 2% 0.5212
2.4512
Gambar 4. Hasil pengujian kadar air karbon aktif 4% 0.5316
dengan aktivator NaOH
7% 0.5399

63
Spektra: Jurnal Fisika dan Aplikasinya, Vol. 16, No. 2, Oktober 2015

Persentase Daya Adsorpsi Karbon Aktif


Daftar Acuan
81.5 [1] Chodijah, S., Pemanfaatan Arang Batok
81 Kelapa dan Batubara sebagai Karbon Aktif
1%, 80.87
Daya Adsorpsi (%) 80.5 untuk Material Penyimpan Hidrogen,
80 in Fakultas Teknik Program Studi Metalurgi
dan Material Kekhususan Korosi dan
79.5
Perlindungan Logam. 2011, Universitas
79
2%, 78.73 Indonesia: Depok. p. 76
78.5 [2] Esmar Budi, 2011. Tinjauan Proses
4%, 78.31
78 7%, 77.97 Pembentukan dan Penggunaan Arang
77.5 Tempurung Kelapa Sebagai Bahan Bakar,
0% 2% 4% 6% 8% Jurusan Fisika, FMIPA, Jurnal Penelitian
Persentase NaOH Sains Universitas Negeri Jakarta, Indonesia
[3] Pari, G. dan Sailah, I. 2001. Pembuatan Arang
Gambar 6. Hasil pengujian daya adsorpsi karbon Aktif Dari Sabut Kelapa Sawit Dengan Bahan
aktif dengan aktivator NaOH Pengaktif NH4HCO3 dan (NH4)2CO3 Dosis
Rendah. Bogor
[4] Perdana, N.R.W, 2007, Adsorpsi Cr (VI)
Dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa
dengan menggunakan Abu Sekam Padi
semakin tinggi konsentrasi larutan, maka semakin
sebagai Adsorbent, Skripsi, Institut Teknologi
menurun persentase logam Cu teradsorpsi dalam
Surabaya, Surabaya
limbah cair, seperti terlihat pada Gambar 6.
[5] Rochayatun, E., Edward & Rozak, A. 2003 .
Persentase logam Cu teradsorpsi maksimum
Kandungan Logam Berat Pb, Cd, Cu, Zn, Ni,
dihasilkan oleh karbon aktif dengan larutan
Cr, Mn & Fe Dalam Air Laut Dan Sedimen Di
aktivator NaOH 1% sebesar 80.87%.
Perairan Kalimantan Timur . Jurnal
Oseanologi dan Limnologi, 35 (1): 51-71
Kesimpulan [6] Subadra, I., Bambang S., dan Iqmal T., 2005,
Pembuatan Karbon Aktif dari Tempurung
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya, Kelapa dengan Aktivator (NH4)HCO3
maka dapat disimpulkan : sebagai Adsorben untuk Pemurnian Virgin
Coconut Oil, Skripsi jurusan Kimia FMIPA
1. Karbon aktif dapat digunakan dalam proses UGM, Yogyakarta
adsorpsi logam berat Cu. Semakin baik karbon
aktif yang digunakan maka akan semakin baik
juga hasil filter logam berat tersebut, dan
semakin banyak jumlah pori yang terbentuk
maka karbon aktif yang dihasilkan akan semakin
baik.
2. Penurunan kadar air sangat erat hubungannya
dengan sifat higrokopis dari aktivator NaOH.
Terikatnya molekul air yang ada pada karbon
aktif oleh aktivator menyebabkan pori-pori pada
karbon semakin besar.
3. Karbon aktif yang mempunyai persentase logam
Cu teradsorpsi maksimum dihasilkan oleh
karbon aktif dengan larutan aktivator NaOH 1%
sebesar 80.87%.

Ucapan Terimakasih
Disampaikan kepada Dr. Esmar Budi, M.T dan
Umiatin, M.Si sebagai pembimbing dalam
penelitian ini, serta Laboratorium Fisika Material,
Laboratorium Jurusan Kimia dan Laboratorium
Fakultas Teknik, Jurusan Fisika dan Universitas
Negeri Jakarta atas fasilitas penelitian yang telah
diberikan.

64

Anda mungkin juga menyukai