i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan anugerah-Nya
kami bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan Komunitas
dengan Masalah Gangguan Tidur pada Lansia” tepat pada waktu yang telah ditentukan,
sebagai tugas perkelompok untuk mata ajar Keperawatan Komunitas 3 ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis telah mendapat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak baik dalam hal materi maupun moril sehingga pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu Rista
Fauziningtyas, S.Kep., Ns., M.Kep. dan teman-teman kelompok yang telah memberikan
motivasi dalam penyusunan asuhan keperawatan ini.
Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, karena itu
kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan asuhan
keperawatan komunitas ini menjadi lebih baik lagi.
Demikian makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
dan menambah pengetahuan terutama bagi kelompok kami dan mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah proses perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu mengetahui mengenai
konsep asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan gangguan tidur.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
1) Menurut WHO, batasan lansia meliputi:
a. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun
b. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun
c. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun
d. Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas
2) Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro mengelompokkan lanjut usia sebagai
berikut:
a. Usia dewasa muda (Elderly adulthood) : 18 atau 20-25 tahun.
b. Usia dewasa penuh (Middle year) atau maturitas : 25-60 atau 65 tahun.
c. Lanjut usia (Geriatric Age) lebih dari 65 atau 70 tahun yang terbagi menjadi dua
yaitu untuk umur 75-80 tahun (Old) dan lebih dari 80 tahun (Very Old)
3) Menurut Dra.Jos Masdani (psikolog UI) mengatakan lanjut usia merupakan
kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu:
a. Fase iuventus antara 25dan 40 tahun
b. Verilitia antara 40 dan 50 tahun
c. Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun
d. Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia
b. Teori Psikologi
Perubahan psikologi yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan
mental dan keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas
motivasi dan intelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia.
Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan
mudah nilai-nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya. Adanya penurunan dari
intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada
usia lanjut. Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan
adanya penurunan fungsi sensorik, maka akan terjadi penurunan kemampuan untuk
5
menerima, memproses, dan merespon stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi
yang berbeda dari stimulus yang ada (Maryam dkk, 2008)
c. Teori Spiritual
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori
interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri (disengagement theory),
teori aktivitas (activity theory), teori kesinambungan (continuity theory), teori
perkembangan (development theory), dan teori stratifikasi usia (age stratification
theory).
1) Teori interaksi sosial
Teori ini menjelaskan mengapa usia lanjut bertindak kepada situasi tertentu,
yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan usia lanjut untuk
terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya
berdasarkan kemampuan bersosialisasi. Pada usia lansia, kekuasaan dan
prestisenya berkurang, sehingga menyebabkan interakssi sosial mereka juga
berkurang yang tersisa adalah harga diri. Pokok-pokok teori interaksi sosial antara
lain:
a) Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya masing-
masing.
b) Dalam upaya tersebut terjadi interakssi sosial yang memerlukan biaya dan
waktu.
c) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor harus mengularkan
biaya.
d) Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya
kerugian.
2) Teori penarikan diri
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat
dan kemundurn individu dengan individu ainnya. Dengan bertambahnya usia
lanjut, ditambah dengan adanya kemiskinan, usia lanjut secara berangsur-angsur
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan
sekitarnya. Hal ini menyebabkan interaksi sosial usia lanjut menurun, baik secara
kualitas maupun kuantitas sehingga sering usia lanjut mengalami kehilangan peran,
hambatan kontak sosial dan berkurangnya komitmen (Nugroho, 2008).
6
3) Teori aktivitas
Teori aktivitas tidak menyetujui teori penarikan diri dan menegaskan bahwa
kelanjutan dewasa tengah penting untuk keberhasilan penuaan. Usia lanjut yang
sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial. Usia
lanjut akan merasa puas bila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan
aktivitas tersebut selama mungkin (Nugroho, 2008).
4) Teori kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
usia lanjut. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambaran
kelak pada saat menjadi usia lanjut. Pada teori kesinambungan ini pergerakan dan
proses banyak arah, bergantung dari bagaimana penerimaan seseorang terhadap
status kehidupannya. Pokok-pokok pada teori kesinambungan ini antara lain:
a) Usia lanjut disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses
penuaan.
b) Peran usia lanjut yang ilang tidak perlu diganti.
c) Usia lanjut berkesempatan untuk memilih berbagai macam cara untuk
beradaptasi (Maryam dkk, 2008).
5) Teori perkembangan
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh
usia lanjut pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu dipahami
Erickson (1930), membagi kehidupan menjadi delapan fase, yaitu:
a) Usia lanjut yang menerima apa adanya.
b) Usia lanjut yang takut mati.
c) Usia lanjut yang merasakan hidup penuh arti.
d) Usia lanjut menyesali diri.
e) Usia lanjut bertanggung jawab dengan merasakan kesetiaan.
f) Usia lanjut yang kehidupannya berhasil.
g) Usia lanjut merasa terlmabat untuk memperbaiki diri.
h) Usia lanjut yang perlu menemukan integritas diri melawan keputusasaan
(Maryam dkk, 2008).
6) Teori stratifikasi usia
Keunggulan teori ini adalah pendekatan yang dilakukan bersifat deterministik
dan dapat dipergunakan untuk mempelajari sifat usia lanjut secara berkelompok
7
atau bersifat makro. Kelemahan pada teori ini adalah tidak dapat dipergunakan
untuk menilai usia lanjut secara perorangan (Stanley, 2006).
7) Teori spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian
hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti
kehidupan. Kepercayaan adalah sebagai suatu bentuk pengetahuan dan cara
berhubungan dengan kehidupan akhir. Sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan
antara orang dan lingkungan yang terjadi karena adanya kombinasi antara nilai-
nilai dan pengetahuan.
9
b. Tidur stadium 2 (N2)
Setelah stadium N1, maka akan semakin dalam tertidur dan
masuk ke tidur fase stadium N2. Gelombang otak lambat masih menjadi
latar, tetapi sesekali muncul gelombang khas berupa gelombang sleep
spindle. Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit. Denyut
jantung melambat dan suhu tubuh menurun (Smith & Segal, 2010).
Pada tahap ini didapatkan gerakan bola mata berhenti (Patlak, 2005).
c. Tidur stadium 3 (N3 )
10
Gambar 1. Gambaran EEG stadium tidur manusia
Jumlah tidur total tidak berubah sesuai dengan pertambahan usia. Akan
tetapi, kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan usia lanjut.
Episode tidur REM cenderung memendek.Terdapat penurunan yang progresif
pada tahap tidur NREM 3 dan 4. Beberapa usia lanjut tidak memiliki tahap 4
atau tidur dalam. Seorang usia lanjut yang terbangun lebih sering pada malam
hari, dan membutuhkan banyak waktu untuk jatuh tidur. Tetapi pada lansia
yang berhasil beradaptasi terhadap perubahan fisiologis dan psikologis dalam
penuaan lebih mudah mempertahankan tidur REM (Perry & Potter, 2005).
11
peningkatan tidur lebih awal, terbangun lebih awal, disertai dengan peningkatan
bangun yang sering dimalam hari. Alasan-alasan yang juga menyertai
terbangunnya lanjut usia pada malam hari meliputi jalan ke kamar mandi, susah
bernapas, kram kaki, dan suara gaduh. Dengan bertambahnya usia, frekuensi
terbangun meningkat dari 1 atau 2 sampai 6 kali dalam semalam.
Semakin bertambah usia efisiensi tidur semakin berkurang. Efisiensi
tidur diartikan sebagai jumlah waktu tidur berbanding dengan waktu berbaring
ditempat tidur. Kebutuhan tidur pun semakin menurun karena dorongan
homeostatik untuk tidur pun berkurang. Hal ini dialami oleh para lansia. Pada
lansia, wanita lebih banyak mengalami insomnia dibandingkan pria yang lebih
banyak menderita sleep apnea atau kondisi medis lainnya yang dapat
mengganggu tidur. Tidur lansia kurang dalam, lebih sering terbangun, tidur delta
berkurang, dan tidurnya tidak efektif. Mengantuk disiang hari sering terjadi pada
lansia. Keadaan ini dapat mempengaruhi jadual tidur bangunnya dimalam hari.
Perubahan yang sangat menonjol yaitu terjadi pengurangan pada gelombang
lambat, terutama stadium 4 gelombang alfa menurun, dan meningkatnya
frekuensi terbangun dimalam hari atau meningkatnya fragmentasi tidur karena
sering terbangun. Gangguan juga terjadi dalamnya tidur sehingga lansia sangat
sensitif terhadap stimulus lingkungan. Ritmik circadian tidur-bangun lansia juga
sering terganggu. Jam biologik lansia lebih pendek dan fase tidurnya lebih maju.
Seringnya terbangun malam hari menyebabkan keletihan, mengantuk, dan mudah
jatuh tidur pada siang hari.
Perubahan pola tidur pada lansia banyak disebabkan oleh kemampuan
fisik lansia yang semakin menurun. Kemampuan fisik menurun terkait oleh
kemampuan organ dalam tubuh yang menurun juga seperti jantung, paru-paru dan
ginjal. Penurunan tersebut mengakibatkan daya tahan tubuh dan kekebalan turut
berpengaruh. Pada lansia biasanya insomnia lebih sering menyerang. Hal ini
terjadi sebagai efek samping (sekunder) dari penyakit seperti nyeri sendi,
osteoporosis, payah jantung, parkinson, dan depresi. Jika penyebab utamanya
tidak diatasi, dengan sendirinya gangguan tidur tidak akan pernah teratasi. Pada
kondisi seperti ini obat tidur bukanlah solusi yang tepat. Lansia amat mudah lelah
sehingga tertidur pada siang hari (Narto, 2011).
12
Adanya perubahan struktur fungsi tidur pada lansia karena proses
penuaan yang berdampak pada : peningkatan jumlah jam tidur pada tahap I & II,
penurunan jumlah jam tidur pada tahap III & IV, waktu yang lama untuk dapat
tidur, sulit untuk tidur, sering terbangun pada malam hari, jumlah total jam tidur
berkurang, mengantuk pada siang hari (Loftis and Glover, 1993 : Miller, 1995
dalam Karota-Bukit, 2005).
2.2.3.2 Perubahan Kualitas Tidur Lansia
Tidur pada lansia mengalami perubahan seiring dengan terjadinya
proses menua yang membawa perubahan fisik pada sistem saraf yang dapat
mempengaruhi aktivasi dari sel-sel serebral. Jumlah saraf-saraf mulai menurun
yang diikuti oleh penurunan efisiensi sistem saraf. Saraf perifer juga mengalami
degenerasi yang menyebabkan penurunan kecepatan konduksi sensorik dan
motorik. Perubahan sistem saraf lansia mengakibatkan sebuah kebutuhan
terhadap stimulasi yang lebih besar untuk memperoleh respon dan dapat juga
menimbulkan respon yang lambat terhadap stimuli. Terjadinya penurunan
sensorik seperti kemampuan untuk melihat pada lansia mengurangi sensitivitas
terhadap stimulus eksternal seperti cahaya atau gelap yang mempengaruhi pola
tidur (Stabb and Hodges, 1996).
Shneerson,2000 dalam Potter and Perry,2001 menyebutkan pada lansia
juga mengalami perubahan irama sirkadian yang mempengaruhi denyut nadi,
suhu tubuh, volume urin yang disekresikan dan ekskresi dari potasium urin.
Perubahan fisiologis ini sering mengakibatkan perubahan irama tidur pada lansia.
Perubahan irama ini berbeda pada masing-masing individu. Namun, pada
umumnya lansia tidak memiliki kecukupan tidur selama 8 jam tanpa terganggu
(Stabb and Hodges, 1996).
Perubahan tidur pada lansia yang paling umum adalah terjadinya
peningkatan jumlah waktu di tempat tidur namun efisiensi tidur kurang,
peningkatan waktu latensi tidur, peningkatan frekuensi terbangun dari tidur
dimalam hari (Foreman and Wykle, 1995). Hayter,1980 dalam Kozier and
Erb,1987 juga melaporkan frekuensi terbangun pada lansia bisa sampai enam kali
dalam satu malam dibandingkan dengan dewasa yang terbangun rata-rata satu
kali dalam satu malam. Perubahan ini juga termasuk dalam penurunan tidur pada
tahap stadium 3 dan stadium 4 NREM yang sangat bermanfaat bagi pemulihan
13
tubuh (Thorpy, 1990). Lansia dapat dengan mudah lelah sehingga membutuhkan
periode yang lebih panjang untuk tidur, sehingga kurangnya kebutuhan tidur
dapat menyebabkan rendahnya tingkat energi (Stabb and Hodges, 1996).
Kesulitan tidur meningkat seiring dengan pertambahan usia (Rossman,
1986). Lebih dari 50% individu dengan usia 65 tahun atau lebih mendapatkan
masalah dengan tidur. Weinrich,1998 dalam Potter and Perry,2001, mengatakan
penurunan kualitas tidur pada lansia mengakibatkan penurunan kepuasan tidur
pada lansia. Penelitian terdahulu telah melaporkan keluhan-keluhan subjektif
populasi lansia terhadap tidurnya, mereka merasa tidak puas dengan tidurnya bila
dibandingkan dengan individu yang lebih muda, 25% sampai 40% lansia
mengeluh tentang kualitas tidurnya termasuk seringnya terbangun dimalam hari
dan waktu bangun yang terlalu awal dipagi hari (Thorpy, 1990). McGhie and
Russel,1961 dalam Thorpy,1990 mensurvei lebih dari 2000 individu di Britania
Raya, dibandingkan dengan individu yang lebih muda, lansia sering mengeluh
mengalami waktu tidur yang pendek (kurang dari 5 jam) dan melaporkan
panjangnya latensi tidur dan sering terbangun sangat awal dipagi hari.
2.3. Gangguan Tidur pada Lansia
2.3.1 Jenis-jenis gangguan tidur
Ditemukan ada beberapa sumber yang mengemukan tentang gangguan tidur pada lansia
antara lain; insomnia, hipersomnia, enuresis, narkolepsi, dan apnea tidur.
1. Insomnia
Insomnia adalah bukan bagian normal dari penuaan, tapi gangguan tidur
malam hari pada dewasa yang lebih tua, yang menyebabkan kantuk di siang hari
yang berlebihan (Cole & Richards, 2007). Insomnia dapat berupa kesulitan untuk
tetap tidur atau pun seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi merasa belum
cukup tidur. Menurut Hidayat, 2008, insomnia dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
a. Insomnia initial, yang merupakan ketidakmampuan untuk jatuh atau
mengawali tidur.
b. Insomnia intermiten, yang merupakan ketidakmampuan memepertahankan
tidur atau keadaan sering terjaga dari tidur.
c. Insomnia terminal, yang merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali
setelah bangun tidur pada malam hari.
Sedangkan menurut Stanley, 2006, insomnia dibagi menjadi :
14
a) Jangka pendek
Berakhir beberapa minggu dengan muncul akibat pengalaman stress yang
bersifat sementara seperti kehilangan orang yang dicintai, tekanan di
tempat kerja. Biasanya kondisi ini dapat hilang tanpa intervensi medis
setelah orang itu beradaptasi dengan stressor.
b) Sementara
Biasanya disebabkan oleh perubahan-perubahan lingkungan seperti
konstruksi bangunan yang bising atau pengalaman yang menimbulkan
ansietas.
c) Kronis
Berlangsung selama 3 minggu atau seumur hidup.Disebabkan kebiasaan
tidur yang buruk, masalah psikologis, penggunaan obat tidur yang
berlebihan, penggunaan alkohol yang berlebihan.Empat puluh persen
insomnia kronis disebabkan oleh masalah fisik seperti apnea tidur,
sindrom kaki gelisah, atau nyeri kronis.
2. Hipersomnia
Hipersomnia dicirikan dengan tidur lebih dari 8 atau 9 jam per periode 24 jam,
dengan keluhan tidur berlebihan (Stanley, 2006). Biasanya disebabkan oleh
masalah psikologis, depresi, kecemasan, dan gaya hidup yang membosankan
(Hidayat, 2008). Dengan pada ciri mengantuk di siang hari yang persisten,
mengalami serangan tidur.
3. Enuresis
Enuresis yaitu kencing yang tidak disengaja atau mengompol, paling banyak
terjadi pada laki-laki (Asmadi, 2008). Pada pria lansia dapat terjadi hipertrofi
kelenjar prostat yang menyebabkan tekanan pada leher kandung kemih sehingga
sering berkemih. Selain itu, hipertrofi prostat dapat mengakibatkan kesulitan
memulai dan mempertahankan aliran urine. Wanita lansia, terutama wanita yang
memiliki anak, dapat mengalami inkontinensia stress, yaitu terjadi pelepasan urine
involunter saat batuk, bersin, atau pun saat tidur tanpa disadari mereka akan
mengompol sehingga menyebabkan terbangun hal ini disebabkan karena
melemahnya otot kandung kemih pada lansia (Perry & Potter, 2005).
4. Narkolepsi
15
Merupakan keinginan yang tidak terkendali untuk tidur atau serangan
mengantuk mendadak, sehingga dapat tertidur pada setiap saat di mana serangan
tidur itu datang (Asmadi, 2008). Serangan mendadak yang dialami pada siang hari
tidak bisa dihindari, biasanya berlangsung 10-20 menit atau kurang dari 1 jam.
Gambaran tidur pada narkolepsi ini menunjukkan penurunan fase REM 30-70 %.
Terdapat empat gejala klasik penderita narkolepsi yaitu rasa kantuk berlebihan
(EDS), melemasnya otot secara mendadak (katapleksi), dan sleep paralysis
(keadaan ketika akan tidur atau bangun tidur merasa sesak napas seperti tercekik,
dada sesak, sulit berteriak, dan badan sulit bergerak) (Hanun, 2011).
5. Apnea tidur
Apnea tidur merupakan henti napas saat tidur atau mendengkur (Stanley,
2006). Yang disebabkan oleh rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan
di mulut. Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas sering terjadi pada usia
lanjut karena otot-otot di bagian belakang mengendur lalu bergetar jika dilewati
udara pernapasan (Asmadi, 2008). Telah dilaporkan apnea napas terjadi pada 11%
sampai 62% pada usia lanjut (Cole & Richards, 2007). Sebagian besar penderita
apnea tidur ini adalah pria, dengan keluhan sering terbangun di malam hari,
banyak tidur di siang hari, mendengkur,dan nyeri kepala pada saat bangun
(Lumbantobing, 2004)
16
buruk, gangguan teror tidur, berjalan saat tidur, dan parasomnia yang tidak dapat
diklasifikasikan. (Amir, 2007)
18
Ketika beranjak tidusur sebaiknya segala kruwetan mengenai tempat tidur, baik
ranjang, pakaian dan lain sebagainya yang berkaitan dengan tidur harus
dirapikan. Itu akan sangat berpengaruh dengan kenyamanan tidur kita. Semakin
rapi dan bersih akan semakin menambah kenyamanan. Namun demikian, ada
saja orang yang justru tidur nyenyak ketika kasurnya berantakan dan banyak
pakaian berserakan di situ. Selain hal-hal yang telah diuraikan di atas, masih
banyak lagi penyebab insomnia lainnya. Yang jelas insomnia tidak secara
langsung berhubungan dengan menurunnya suatu hormon dalam tubuh.
(Rahadian, 2002)
7. Respon terhadap penyakit
Menurut Potter dan Perry (2005) setiap penyakit yang menyebabkan nyeri,
ketidaknyamanan fisik atau masalah suasana hati seperti kecemasan atau depresi
dapat mempengaruhi masalah tidur. Penyakit juga memaksa klien untuk tidur
dalam posisi yang tidak biasa, seperti memperoleh posisi yang aneh saat tangan
atau lengan diimobilisasi pada traksi dapat mengganggu tidur. Seiring
berjalannya proses penuaan pada usia lanjut maka respon terhadap penyakit
mengalami penurunan secara perlahan-lahan. Sesak napas pada saat tidur,
pusing, ada gerakan kaki secara tidak sadar, ingin buang air kecil dan terutama
respon terhadap nyeri dan ketidaknyamanan yang dapat mengakibatkan
gangguan tidur pada usia lanjut. Kurangnya penanganan nyeri dapat menjadi
masalah bagi usia lanjut karena prevalensi kondisi penyakit yang sering
menyerang usia lanjut. Penyakit yang sering menyerang pada usia lanjut antara
lain penyakit jantung, stoke, diabetes mellitus, penyakit paru, kanker, dan
osteoporosis. Rasa nyeri yang menyertai penyakit pada usia lanjut dapat
menyebabkan kurang tidur yang dapat memperburuk kualitas tidur.
19
2. Gangguan tidur dengan seringnya terbangun di malam hari
3. Sakit kepala di pagi hari
Tiga keluhan atau gangguan utama dalam memulai dan mempertahankan tidur
yang banyak terjadi pada lansia adalah:
1. Insomnia
Keluhan insomnia mencakup “ketidakmampuan untuk tertidur, sering terbangun,
ketidakmampuan untuk kembali tidur dan terbangun pada dini hari”. Karena insomnia
merupakan gejala, maka perhatian harus diberikan pada faktor-faktor biologis,
emosional, dan medis yang berperan, juga pada kebiasaan tidur yang buruk.
2. Hipersomnia
Penyebab hipersomnia masih bersifat spekulatif tetapi dapat berhubungan dengan
ketidakaktifan, gaya hidup yang membosankan, atau depresi. Orang tersebut dapat
menunjukkan mengantuk di siang hari yang persisten, mengalami “serangan tidur”,
tampak mabuk atau komatose,atau mengalami mengantuk pasca ensefalitik. Keluhan
keletihan, kelemahan, dan kesulitan mengingat atau belajar merupakan hal yang sering
terjadi
3. Apnea Tidur
Gejala apnea tidur antara lain adaah:
a. Dengkuran yang keras dan periodik
b. Aktivitas malam hari yang tidak biasa, seperti duduk tegak, berjalan dalam tidur,
terjatuh dari tempat tidur
c. Gangguan tidur dengan seringnya terbangun di malam hari (nocturnal waking)
d. Peubahan memori
e. Depresi
f. Rasa kantuk yang berlebihan di siang hari
g. Nokturia
Pengobatan yang spesifik untuk apnea tidur melibatkan penurunan berat badan,
dengan penatalaksanaan medis atau pembedahan untuk membuang penumpukan
jaringan di area faring. Pasien dapat dianjurkan untuk menghindari alkohol dan obat-
obatan yang dapat memengaruhi respons terbangun dan untuk menggunakan bantal
tambahan atau tidur di kursi.
20
2.6. Penatalaksanaan Gangguan Tidur pada Lansia
1. Pencegahan primer
a) Tidur seperlunya, tetapi tidak berlebihan, agar merasa segar dan sehat di
hari berikutnya. Pembatasan waktu tidur dapat memperkuat tidur;
berlebihnya waktu yang dihabiskan di tempat tidur tampaknya berkaitan
dengan tidur yang terputus-putus dan dangkal.
b) Waktu bangun yang teratur dipagi hari memperkuat siklus sirkadian dan
menyebabkan awitan tidur yang teratur.
c) Bunyi bising yang bersifat kadang-kadang (mis. bunyi pesawat terbang
melintas) dapat mengganggu tidur sekalipun orang tersebut tidak
terbangun oleh bunyinya dan tidak dapat mengingatnya di pagi hari.
Kamar tidur kedap suara dapat membantu bagi orang-orang yang harus
tidur di dekat kebisingan.
d) Latihan sangat bermanfaat bagi lansia yang sehat maupun untuk mereka
yang mengalami masalah fisik atau mental yang kronik. Aktifitas dan
latihan yang dianjurkan yang dapat meningkatkan energi, mempertahankan
mobilitas, dan meningkatkan kemampuan kardiovaskuler dan pulmonal.
Lansia mengalami peningkatan status kesehatan yang signifikan dengan
aktivitas fisik tingkat rendah sampai sedang dalam waktu luangnya ketika
aktivitas-aktifitas ini di praktikkan secara teratur dan dengan durasi yang
dan intensitas yang sesuai, tetapi manfaat utama dari latihan adlah
pemeliharaan dan peningkatan fungsi fisik, mental, emosional, dan sosial
terhadap diri sendiri dan kemandirian yang lebih besar.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan
pencegahan komplikasi. Diagnosis keperwatan yang dihubungkan dengan
pencegahan sekunder adalah gangguan mobilitas fisik.
3. Pencegahan tersier
Upaya-upaya rehabilitaif untuk memaksimalkan mobilitas bagi lansia
melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli
fisioterapi, dan terapi okupasi, seorang ahli gizi, aktifis sosial dan keluarga
serta teman-teman.
21
2.7. Pengkajian Kebutuhan Tidur
2.7.1. The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
Petunjuk: Pertanyaan-pertanyaan berikut berhubungan dengan kebiasaan tidur
selama sebulan terakhir. Jawaban harus akurat mengenai hal yang dialami selama satu
bulan terakhir.
1. Kapan anda biasanya pergi tidur?
2. Berapa lama (menit) itu anda membutuhkan waktu untuk tidur setiap malam?
3. Kapan anda biasanya bangun pagi?
4. Berapa jam anda tidur di malam hari?
5. Selama sebulan terakhir, Tidak sekali dua kali tiga kali
anda sering mengalami satu seminggu seminggu
atau
kesulitan tidur karen ... bulan (1) (2)
terakhir lebih
(0)
seminggu
(3)
g. Merasakan kepanasan
h. Mengalami mimpi
buruk
i. Merasakan nyeri
22
6 Selama sebulan terakhir,
Apakah anda menggunakan
obat-obatan (baik dengan
resep maupun tidak) untuk
membantu anda tidur
7 Selama sebulan terakhir,
apakah Anda sering
mengantuk saat
mengemudi, makan, atau
terlibat dalam kegiatan
sosial?
Tidak Kecil (1) Sedang Besar (3)
antusias (2)
(0)
8 Seberapa besar antusias
anda ingin menyelesaikan
masalah yang anda hadapi?
Sangat Cukup Cukup Sangat
bagus (0) baik (1) buruk (2)
buruk (3)
a. Durasi Tidur
b. Gangguan Tidur
Jumlah nilai 5b hingga 5j, jika total nilai 0 diberikan skor 0, jika total nilai 1-9
diberikan skor 1,total nilai 10-18 diberikan skor 2,total nilai 19-27 diberikan skor 3
c. Latensi Tidur
Pertanyaan 2, diberikan skor (<15 menit = 0), (16-30 menit = 1) (31-60 menit
= 2) (>60 menit = 3). Dan dijumlahkan dengan pertanyaan 5a (P2 + P5a), apabila
23
nilai hasil dari penjumlahan 0 diberikan skor 0, 1-2 diberikan skor 1, 3-4 diberikan
penjumlahan 0 diberikan skor 0, 1-2 diberikan skor 1, 3-4 diberikan skor 2, 5-6
diberikan skor 3.
e. Efisiensi Tidur
skor 0, 75-84 % diberikan skor 1, 65-74 % diberikan skor 2, < 65 % diberikan skor
3.
Kemudian hasil dari 7 item penilaian di jumlahkan dan apabila < 5 dikategorikan
kualitas tidur baik, dan apabila > 5 dikategorikan kualitas tidur buruk.
Pertanyaan dapat dimulai dari gejala utama. Histori tidur dapat dimulai dari tinjauan
kronologis dari memulai untuk tidur, waktu dan onset, pengaruh pada kehidupan sehari-hari,
24
stressor yang dialami saat ini, aktivitas rutin pasien sehari-hari serperti waktu bangun tidur,
aktivitas setelah bangun, aktivitas sehari-hari waktu tidur, aktivitas sebelum tidur. Histori dari
keluarga, penggunaan alkohol dan obat-obatan juga perlu ditanyakan. Untuk membedakan
primary insomnia dan comorbid insomnia, perlu ditanyakan histori penyakit, dan penyakit
yang sedang dialami saat ini. Pertanyaan yang lain ditujukan kepada partner tidur pasien
seperti lingkungan tidur pasien, apakah pasien berhenti bernapas saat tidur, apakah pasien
mendengkur, apakah ada gerakan atau ditendang oleh pasien. (Wilfred, 2010)
Untuk mencapai kriteria diagnosis secara umum, pasien harus memiliki satu dari tiga
kriteria dibawah: (Wilfred, 2010)
1. Keluhan mengandung paling sedikit satu dari keluhan tidur dibawah ini
a) Kesulitan untuk memulai tidur
b) Kesulitan untuk mempertahankan tidur
c) Terbangun terlalu awal, atau
d) Tidur tidak mengembalikan energi atau kualitas tidur buruk
2. Kesulitan tidur terjadi walaupun adanya kesempatan tidur dan keadaan untuk tidur cukup
memadai
3. Mengalami setidaknya satu dari beberapa bentuk gangguan di siang hari yang
berhubungan dengan kesulitan tidur
a) Kelelahan/ malaise
b) Gangguan konsentrasi, perhatian, dan memori
c) Disfungsi social
d) Mengantuk di siang hari
e) Berkurangnya energy / motivasi
f) Kecenderungan untuk terjadi kesalahan/ kecelakaan pada saat kerja atau
mengemudi
g) Tension headaches, dan gejala GI tract yang berhubungan dengan kesulitan
tidur, atau
h) Keprihatinan atau kecemasan tentang tidur. (Wilfred, 2010)
25
a. Kesadaran : Compos Metis
b. Bangun tubuh : Gemuk
c. Postur tubuh : Tegak
d. Cara berjalan : Lancar terkoordinir
e. Gerak motorik : tidak terganggu
f. Keadaan kulit :
warna kulit : sawo matang
turgor kulit : elastis
kebersihan : bersih
luka : tidak terdapat luka
g. Gejala cardinal : TD = 130/80 mmHg, S = 380c, N = 80x/menit, RR = 24x/menit
h. Ukuran lain : TB = tidak terkaji, BB = tidak terkaji
2. Kepala : kulit kepala bersih, rambut hitam, dengan beberapa rambut putih, distribusi
rambut merata, tidak ada nyeri tekan dan luka.
3. Mata : Biasanya konjungtiva anemis/ pucat, sclera putih, tidak ada odema, kelopak
mata terdapat lingkaran hitam dibawah mata, reflek pupil baik, pupil isokor.
4. Hidung : hidung bersih, tidak ada secret dan darah, tidak ada nyeri tekan, penciuman
baik.
5. Telinga : telinga bersih, tidak ada secret dan darah, tidak ada nyeri tekan, pendengaran
baik.
6. Mulut : mukosa lembat, gigi lengkap dan bersih, lidah bersih, tidak ada pembesaran
tonsil dan faring radang.
7. Leher : tidak ada distensi vena jogularis dan distensi kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tiroid tidak ada tumor.
8. Torak : bentuk dada simetris, gerakan dada bebas terbatas, suara jantung S1S2 tunggal
regular, suara paru fesikuler +/+
9. Abdomen : tidak ada distensi dan asetas, peristaltic 8x/ menit, nyeri tekan epigastrium (-
), suara abdomen timpani.
10. Genetalia : pasien mengeluh nyeri digenetalianya, genetalia tidak terkaji.
11. Anus : tidak terkaji
12. Ekstrmitas
Atas : tidak ada luka dan edema, terpasang infuse dilengan kiri
Bawah : tidak ada luka dan edema
26
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA
DENGAN GANGGUAN TIDUR
3.1. Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA
ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER
1. IDENTITAS KLIEN :
Nama : ...................................................................................................................................
Umur : ...................................................................................................................................
Agama : ...................................................................................................................................
Alamat asal : ...................................................................................................................................
Tanggal dating : .......................................... Lama Tinggal di Panti ...................................................
2. DATA KELUARGA :
Nama : ..................................................................................................................................
Hubungan : ..................................................................................................................................
Pekerjaan : ..................................................................................................................................
Alamat : ...................................................................Telp : ...................................................
3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :
Keluhan utama:
Obat-obatan:
FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan :
Perubahan BB :
Perubahan nafsu makan :
Masalah tidur :
Kemampuan ADL :
KETERANGAN : ......................................................................................................
......................................................................................................
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka :
27
Pruritus :
Perubahan pigmen :
Memar :
Pola penyembuhan lesi :
KETERANGAN : ..........................................................................................................
..........................................................................................................
3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal :
Pembengkakan kel limfe :
Anemia :
KETERANGAN : .....................................................................................................
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala :
Pusing :
Gatal pada kulit kepala :
KETERANGAN : ...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
5. Mata
Ya Tidak
Perubahan :
penglihatan
Pakai kacamata :
Kekeringan mata :
Nyeri :
Gatal :
Photobobia :
Diplopia :
Riwayat infeksi :
KETERANGAN : .........................................................................................................................
.........................................................................................................................
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran :
Discharge :
Tinitus :
28
Vertigo :
Alat bantu dengar :
Riwayat infeksi :
Kebiasaan membersihkan telinga :
Dampak pada ADL : ..........................................................................................
KETERANGAN : ..........................................................................................
..........................................................................................
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea :
Discharge :
Epistaksis :
Obstruksi :
Snoring :
Alergi :
Riwayat infeksi :
KETERANGAN : ...................................................................................................................
...................................................................................................................
8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan :
Kesulitan menelan :
Lesi :
Perdarahan gusi :
Caries :
Perubahan rasa :
Gigi palsu :
Riwayat Infeksi :
Pola sikat gigi : ........................................................................................................
KETERANGAN : ........................................................................................................
........................................................................................................
9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan :
Nyeri tekan :
Massa :
KETERANGAN : .........................................................................................................................
.........................................................................................................................
10. Pernafasan
Ya Tidak
29
Batuk :
Nafas pendek :
Hemoptisis :
Wheezing :
Asma :
KETERANGAN : ...................................................................................................................
...................................................................................................................
11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain :
Palpitasi :
Dipsnoe :
Paroximal nocturnal :
Orthopnea :
Murmur :
Edema :
KETERANGAN : ...............................................................................................................
...............................................................................................................
12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia :
Nausea / vomiting :
Hemateemesis :
Perubahan nafsu makan :
Massa :
Jaundice :
Perubahan pola BAB :
Melena :
Hemorrhoid :
Pola BAB : ...........................................................................................................
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................
13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria :
Frekuensi : .......................................................................................................
Hesitancy :
Urgency :
Hematuria :
Poliuria :
30
Oliguria :
Nocturia :
Inkontinensia :
Nyeri berkemih :
Pola BAK : ...........................................................................................................
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................
Reproduksi (perempuan)
Lesi :
Discharge :
Postcoital bleeding :
Nyeri pelvis :
Prolap :
Riwayat menstruasi : ..............................................................................................
Aktifitas seksual :
Pap smear :
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................
15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi :
Bengkak :
Kaku sendi :
Deformitas :
Spasme :
Kram :
Kelemahan otot :
Masalah gaya berjalan :
Nyeri punggung :
Pola latihan : ............................................................................................
31
Dampak ADL : ..................................................................................................
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................
16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache :
Seizures :
Syncope :
Tic/tremor :
Paralysis :
Paresis :
Masalah memori :
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................
6. LINGKUNGAN :
Kamar :
..........................................................................................................................................
32
Kamar mandi:
...............................................................................................................................
Dalam rumah/wisma:
...................................................................................................................
Luar rumah:
.................................................................................................................................
1. Kemampuan ADL :
2. Aspek Kognitif :
3. Tes Keseimbangan :
4. GDS :
5. Status Nutrisi :
6. Fungsi social lansia :
7. Hasil pemeriksaan Diagnostik :
No Jenis pemeriksaan Tanggal Hasil
Diagnostik Pemeriksaan
34
3.3. Intervensi
1) Diagnosa Keperawatan: Insomnia
NOC NIC
Sleep (0004) Sleep Enhancement (1850)
000401; jam tidur 1. Tentukan pola tidur dan pola
000404; kualitas tidur aktivitas pasien
000404; efisiensi tidur 2. Monitor/catat pola tidur dan lama
000406; tidur yang terganggu jam tidur pasien
000418; tidur sepanjang malam yang 3. Catat adanya keluhan fisik, kondsi
konsisten lingkungan yang dapat
000408; merasakan pemulihan setelah mengganggu tidur
bangun tidur 4. Jelaskan tentang pentingnya tidur
000410; bangun pada waktu yang tepat yang adekuat di usia tua
000420; suhu yang nyaman di dalam 5. Menyesuaikan kondisi lingkungan
ruangan (pencahayaan, kebisingan,
000421; kesulitan untuk mulai tidur temperature ruangan, tempat tidur)
000423; nokturia untuk meningkatkan kenyamanan
pasien saat tidur
6. Bantu pasien untuk menetapkan
rutinitas tidur untuk memfasilitasi
transisi dari terjaga untuk tidur
7. Bantu pasien untuk mengurangi
situasi yang dapat menyebabkan
stress sebelum waktu tidur
8. Kolaborasi :
Berikan obat yang dapat
membantu pasien untuk tidur, jika
diperlukan
NOC NIC
Sleep (0004) Sleep Enhancement (1850)
35
000401; jam tidur 1) Tentukan pola tidur dan pola
00403; pola tidur aktivitas pasien
000404; kualitas tidur 2) Monitor/catat pola tidur dan lama
000405; efisiensi tidur jam tidur pasien
000406; tidur yang terganggu 3) Catat adanya keluhan fisik, kondsi
000418; tidur sepanjang malam yang lingkungan yang dapat
konsisten mengganggu tidur
000408; merasakan pemulihan setelah 4) Jelaskan tentang pentingnya tidur
bangun tidur yang adekuat di usia tua
000410; bangun pada waktu yang tepat 5) Menyesuaikan kondisi lingkungan
000421; kesulitan untuk mulai tidur (pencahayaan, kebisingan,
temperature ruangan, tempat tidur)
untuk meningkatkan kenyamanan
pasien saat tidur
6) Bantu pasien untuk menetapkan
rutinitas tidur untuk memfasilitasi
transisi dari terjaga untuk tidur
7) Bantu pasien untuk mengurangi
situasi yang dapat menyebabkan
stress sebelum waktu tidur
8) Kolaborasi :
9) Berikan obat yang dapat
membantu pasien untuk tidur, jika
diperlukan
36
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA
(KASUS SEMU)
4.1 Kasus:
Ny. S berumur 70 tahun tinggal di rumah sederhana di sebuah desa bernama
Jimbaran, Provinsi Bali. Ny. S tinggal bersama suami, satu anak dan keempat orang
cucunya. Ny.S banyak menghabiskan waktu untuk membuat canang (wadah bunga
untuk sembayang orang agama Hindu). Sejak tahun 2013, Ny.S mengeluhkan
kepalanya sering berputar-putar dan telinga berdenging sehingga mengganggu
aktivitas dan tidurnya. Saat tidur Ny.S sering terbangun karena ingin pipis ataupun
kepalanya tiba-tiba sakit.
Anak dan menantunya pernah mendatangkan petugas puskesmas untuk
memeriksa penyakitnya. Meskipun sudah diberikan obat dari petugas puskesmas,
namun Ny.S merasa tidak ada perubahan dan mengeluhkan hal yang sama.
Ny.S berangkat tidur jam 9 malam, dan bangun jam 6 dan sering terbangun di
malam hari. Dalam semalam Ny.S bias bangun dari tidurnya sebanyak 3x. Tanda-
tanda vital Ny. S, Nadi: 70x/menit, Suhu: 36,5oC, TD: 140/80 mmHg, RR: 14x/menit.
4.2 Pengkajian
1. IDENTITASKLIEN :
Nama : Ny. S
Umur : 70 Tahun
Agama : Hindu
Alamat asal : Jimbaran, Bali
Tanggal datang : (tidak tinggal di panti) Lama Tinggal di Panti: -
2. DATA :
KELUARGA
Nama : Tn. R
Hubungan : Suami
37
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Jimbaran, Bali Telp : 0361xxxxxxxx
3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :
Keluhan utama:
- Klien mengatakan sulit untuk memulai dan mempertahankan tidurnya.
Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan:
- Tidak ada usaha yang dilakukan oleh Ny. S untuk menyelesaikan masalah tidur yang
dialaminya.
Obat-obatan:
- Tidak mengkonsumsi obat-obatan.
FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : √ (TTV : Nadi ;
70x/menit, TD : 140/80
mmHg)
Perubahan BB : √
Perubahan nafsu makan : √
Masalah tidur : √ (Ny.S tidur pukul 9
malam namun baru bisa
tidur 30 menit
kemudian, terbangun 3x
dalam semalam kira-
kira pada pukul 11, 2
dan 4 dan rata-rata bisa
tidur kembali setelah 30
menit dari bangun pada
malam hari tersebut)
Kemampuan ADL : √
KETERANGAN : Ditemukan masalah keperawatan: Insomnia
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : √
Pruritus : √
Perubahan pigmen : √
Memar : √
Pola penyembuhan lesi : √
KETERANGAN : Perubahan pigmen terjadi akkibat proses menua, dan di
sendi sering mengalami memar.
38
3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : √
Pembengkakan kel : √
limfe
Anemia : √
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : √
Pusing : √
Gatal pada kulit kepala : √
KETERANGAN : Pusing dan sakit kepala yang dirasakan sering mengganggu waktu
tidur klien.
5. Mata
Ya Tidak
Perubahan : √
penglihatan
Pakai kacamata : √
Kekeringan mata : √
Nyeri : √
Gatal : √
Photobobia : √
Diplopia : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Perubahan penglihatan terjadi akibat proses menua.
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : √
Discharge : √
Tinitus : √
Vertigo : √
Alat bantu dengar : √
Riwayat infeksi : √
Kebiasaan membersihkan telinga : √
Dampak pada ADL : Ketika keluhan muncul, klien mengeluh tidak mampu
melakukan akktivitas membuat “canang”.
39
KETERANGAN : Keluhan seperti tinitus dan vertigo mengakibatkan klien
kesulitan untuk memulai dan mempertahankan
tidurnya.
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : √
Discharge : √
Epistaksis : √
Obstruksi : √
Snoring : √
Alergi : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah
8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : √
Kesulitan menelan : √
Lesi : √
Perdarahan gusi : √
Caries : √
Perubahan rasa : √
Gigi palsu : √
Riwayat Infeksi : √
Pola sikat gigi : 2x/hari
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah
9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : √
Nyeri tekan : √
Massa : √
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah
10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : √ (jarang)
Nafas pendek : √
40
Hemoptisis : √`
Wheezing : √
Asma : √
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah
11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : √
Palpitasi : √
Dipsnoe : √
Paroximal nocturnal : √
Orthopnea : √
Murmur : √
Edema : √
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah
12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : √
Nausea / vomiting : √
Hemateemesis : √
Perubahan nafsu makan : √
Massa : √
Jaundice : √
Perubahan pola BAB : √
Melena : √
Hemorrhoid : √
Pola BAB : Berkali-kali dalam sehari namun sulit keluar
KETERANGAN : Klien mengalami kesulitan untuk BAB. Ditemukan masalah
keperawatan: Konstipasi.
13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : √
Frekuensi : >5x/hari
Hesitancy : √
Urgency : √
Hematuria : √
Poliuria : √
41
Oliguria : √
Nocturia : √
Inkontinensia : √
Nyeri berkemih : √
Pola BAK : BAK >5x/hari
KETERANGAN : Nokturia menyebabkan klien sering terbangun saat tidur di malam
hari.
14.Reproduksi(perempuan)
Ya Tidak
Lesi : √
Discharge : √
Postcoital bleeding : √
Nyeri pelvis : √
Prolap : √
Riwayat menstruasi : Menstruasi pada usia 15 tahun, dan menopause pada usia 55
tahun
Aktifitas seksual : √
Pap smear : √
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah
15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : √
Bengkak : √
Kaku sendi : √
Deformitas : √
Spasme : √
Kram : √
Kelemahan otot : √
Masalah gaya berjalan : √
Nyeri punggung : √
Pola latihan : Tidak pernah
Dampak ADL : Klien tidak mampu berdiri lama-lama
KETERANGAN : -
16. Persyarafan
42
Ya Tidak
Headache : √
Seizures : √
Syncope : √
Tic/tremor : √
Paralysis : √
Paresis : √
Masalah memori : √
KETERANGAN : Sakit kepala menyebabkan klien mengalami gangguan tidur.
Masalah memori terjadi karena proses penuaan.
Spiritual
Aktivitas ibadah : Klien sembahyang 2 kali sehari
Hambatan : Tidak ada hambatan
6. LINGKUNGAN :
Kamar : 3 kamar
Kondisi kamar tidur rapi, barang-barang tertata sesuai tempatnya.
Pencahayaan di dalam kamar cukup terang
Suhu kamar dingin (26°C pada siang hari dan 20°C pada malam hari)
43
Terkadang terdengar suara motor pada siang hari
Kamar mandi : 1 kamar mandi
Dalam rumah : bersih dan terawat
Luar rumah : bersih dan terawat
g. Merasakan kepanasan √
h. Mengalami mimpi √
buruk
i. Merasakan nyeri √
j. Penyebab lain, jelaskan √
seberapa sering Anda
mengalami kesulitan
44
tidur karena kepala
pusing dan telinga
berdenging dan
keinginan untuk
pipis/berkemih di
malam hari
6 Selama sebulan terakhir, √
Apakah anda menggunakan
obat-obatan (baik dengan
resep maupun tidak) untuk
membantu anda tidur
7 Selama sebulan terakhir, √
apakah Anda sering
mengantuk saat
mengemudi, makan, atau
terlibat dalam kegiatan
sosial?
Tidak Kecil (1) Sedang Besar (3)
antusias (2)
(0)
8 Seberapa besar antusias √
anda ingin menyelesaikan
masalah yang anda hadapi?
Sangat Cukup Cukup Sangat
bagus (0) baik (1) buruk (2) buruk (3)
4.5 Intervensi
1) DiagnosaKeperawatan: Insomnia
NOC NIC
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan Sleep Enhancement (1850)
keperawatan selama 14x24 jam pola tidur 1. Tentukan pola tidur dan pola
pasien kembali normal aktivitas pasien
Kriteria Hasil: 2. Monitor/catat pola tidur dan lama
Sleep (0004) jam tidur pasien
000401; jam tidur (3-5) 3. Catat adanya keluhan fisik
000404; kualitas tidur (3-5) (nokturia, kepala berputar-putar,
000405; efisiensi tidur (3-5) dan telinga berdenging) yang dapat
000406; tidur yang terganggu (3-5) mengganggu tidur
000418; tidur sepanjang malam yang 4. Jelaskan tentang pentingnya tidur
konsisten (3-5) yang adekuat di usia tua
000408; merasakan pemulihan setelah 5. Menyesuaikan kondisi lingkungan
bangun tidur (3-5) (pencahayaan, kebisingan,
48
000410; bangun pada waktu yang tepat (3- temperature ruangan, tempat tidur)
5) untuk meningkatkan kenyamanan
000420; suhu yang nyaman di dalam pasien saat tidur
ruangan (3-5) 6. Bantu pasien untuk menetapkan
000421; kesulitan untuk mulai tidur (4-5) rutinitas tidur untuk memfasilitasi
000423; nokturia (4-5) transisi dari terjaga untuk tidur
7. Bantu pasien untuk mengurangi
situasi yang dapat menyebabkan
stress sebelum waktu tidur
8. Kolaborasi :
Berikan obat yang dapat
membantu pasien untuk tidur, jika
diperlukan
2) DiagnosaKeperawatan: Ansietas
NOC NIC
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan Anxiety Reduction (5820)
keperawatan selama 3x24 jam ansietas 1) Gunakan pendekatan yeng tenang
pasien berkurang dan meyakinkan
Kriteria Hasil: 2) Mendengarkan dengan penuh
Acceptance: Health Status (1300) perhatian
130008; mengakui realitas situasi 3) Ciptakan suasana yang dapat
kesehatan (4-5) menimbulkan trust
130017; menyesuaikan diri dengan 4) Mendorong pasien untuk
perubahan status kesehatan dan peran (4- mengungkapkan perasaan,
5) persepsi, dan ketakutan
130013; melaporkan perasaan yang layak 5) Kaji adanya tanda ansietas (verbal
untuk hidup (4-5) dan nonverbal)
Personal Well Being (2002) 6) Bantu pasien untuk
200203; hubungan sosial (3-5) mengidentifikasi situasi yang bisa
200208; kemampuan untuk menimbulkan ansietas
beristirahat/rileks (3-5) 7) Ajarkan pasien untuk
49
200209; tingkat kebahagiaan (4-5) menggunakan teknik relaksasi
8) Kolaborasi:
Berikan obat yang dapat
mengurangi ansietas, jika
diperlukan
Anticipatory Guidance (5210)
1) Membantu pasien untuk
beradaptasi dengan perubahan
peran dan lingkungan sosial
3) DiagnosaKeperawatan: Konstipasi
NOC NIC
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan Bowel Management (0430)
keperawatan selama 3x24 jam pola 1) Catat tanggal terakhir defekasi
defekasi pasien kembali normal 2) Kaji apakah ada masalah
Kriteria Hasil: pencernaan sebelumnya, riwayat
Bowel Continence (0500) penggunaan laksatif
050006; tonus sphincter yang memadai 3) Pantau adanya gejala konstipasi
untuk mengontrol buang air besar (3-5) dan impaksi
050012; sampai ke toilet antara dorongan 4) Monitor gerakan usus termasuk
dan evakuasi feses (4-5) frekuensi, konsistensi, bentuk,
050013; mencerna jumlah cairan yang volume, dan warna dari feses
cukup (4-5) 5) Pantau bising usus pasien
050014; mencerna jumlah serat yang 6) Melaporkan peningkatan frekuensi
cukup (4-5) dan / atau bising usus bernada
050015; menjelaskan tentang hubungan tinggi
antara asupan makanan dengan konsitensi 7) Instruksikan keluarga oasien untuk
feses (3-5) mencatat warna, volume, frekuensi
050018; memonitor jumlah dan dan konsistensi dari feses
konsistensi dari feses (3-5) 8) Mengajarkan pasien tentang
Bowel Elimination (0501) makanan tertentu yang dapat bantu
050129; bunyi/bising usus (4-5) dalam mempermudah defekasi
50
(makanan tinggi serat)
9) Beritahu pasien agar mengurangi
konsumsi makanan yang banyak
mengandung gas
10) Berikan minum air hangat setelah
makan
11) Berikan obat supositoria, jika
diperlukan
51
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan
kematian (Hutapea, 2005). Lansia menghabiskan waktunya lebih banyak di tempat tidur,
mudah jatuh tidur, tetapi juga mudah terbangun dari tidurnya. Perubahan yang sangat
menonjol yaitu terjadi pengurangan pada gelombang lambat, terutama pada stadium 4,
gelombang alfa menurun, dan meningkatnya frekuensi terbangun di malam hari atau
meningkatnya fragmentasi tidur karena seringnya terbangun. Gangguan juga terjadi pada
dalamnya tidur sehingga lansia sangat sensitif terhadap stimulus lingkungan. Gangguan tidur
pada lansia diantaranya adalah insomnia, hipersomnia, enuresis, narkolepsi, dan apnea tidur.
Perawat dapat menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Hal ini
membantu mengidentifikasi dan menilai qualitas tidur lansia. PSQI yang mempunyai 9 item
digunakan untuk mengukur kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, kebiasaan tidur,
gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi siang hari selama satu bulan terakhir.
Penatalaksanaan pada lansia dengan gangguan tidur dapat dilakukan pencegahan secara
primer, sekunder dan tersier.
5.2. Saran
1. Perawat dapat menerapkan intervensi pada lansia yang mengalami gangguan tidur
sesuai keluhan dan penyebab yang memicu gangguan tidur.
2. Harapannya dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa melengkapi mengenai konsep
teori gangguan tidur pada lansia dan bagaimana intervensi keperawatan yang akan
diterapkan dalam menangani kasus gangguan tidur pada lansia
52
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Nurmiati. 2007. Gangguan Tidur pada Lanjut Usia (Diagnosis dan Penatalaksanaan).
Jakarta: Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit
Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo
Bulechek, Gloria M., et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th ed. United
Kingdom: Mosby Elsevier
Choppra, D. 2003. Tidur Nyenyak, Mengapa Tidak? Ucapkan Selamat Tinggal pada
Insomnia. Yogyakarta: Ikon Teralitera.
Cole, C. & Richards, K. 2007. Gangguan tidur dewasa lama. American jurnal of nursing. vol
107, 40-49
Foreman, M. D. & Wykle, M. 1995. Nursing standard of practice protocol : Sleep
disturbances in elderly patients. Geriatric nursing ; 16. Cleveland: Mosby Year book.
Inc.
Hanun, S. 2011. Mengenal sebab-sebab, akibat-akibat, dan cara terapi insomnia. Yogyakarta
: Flash books
Hidayat, A. A. A. 2008. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data . Jakarta :
Salemba Medika
Karota-Bukit, E. 2005. Jurnal Keperawatan Indonesia Volume 9. Jakarta: Fakultas Ilmu
Keperawatan Indonesia.
Kozier, B. & Erb, G. 1987. Fundamental of Nursing. California: Addison-Wesley Publishing
Company.
Lumbantobing, M. 2004. Neurogeriatri. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Universitas
Indonesia
Maryam R Siti,dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika
Moorhead, Sue., et al. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC): Measurement of Health
Outcomes 5th ed. United Kingdom: Mosby Elsevier
NANDA International, Inc. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions &
Classification, 2015-2017 10th ed. Oxford: Wiley Blackwell
Rahadian, Vrisaba. 2002. Mengapa anda sulit tidur. Bandung: Pionir Jaya. h. 47-51
53
Stanley, M. 2006. Buku Asmadi. 2008. Teknik procedural keperawatan : konsep dan aplikasi
kebutuhan dasar. Jakarta : Salemba Medika
Stanley Mickey. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC
Thorpy, M. J. 1990. Handbook of Sleep Disorders. New York: Arcel Dekker, inc.
Tamher S. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
54