Anda di halaman 1dari 57

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS III

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA

Fasilitator: Rista Fauziningtyas, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun oleh: Kelompok 3 (Kelas A-1)


1. Ni Kadek Dwi Kristiani 131311133039

2. Novia Dwi Andriyanti 131311133042

3. Nourma Aulia Ulfa 131311133045

4. Indah Fatma Sari 131311133048

5. Febyana Dwi Cahyanti 131311133051

6. Yunita Desi Santoso 131311133054

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan anugerah-Nya
kami bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan Komunitas
dengan Masalah Gangguan Tidur pada Lansia” tepat pada waktu yang telah ditentukan,
sebagai tugas perkelompok untuk mata ajar Keperawatan Komunitas 3 ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis telah mendapat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak baik dalam hal materi maupun moril sehingga pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu Rista
Fauziningtyas, S.Kep., Ns., M.Kep. dan teman-teman kelompok yang telah memberikan
motivasi dalam penyusunan asuhan keperawatan ini.
Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, karena itu
kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan asuhan
keperawatan komunitas ini menjadi lebih baik lagi.
Demikian makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
dan menambah pengetahuan terutama bagi kelompok kami dan mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................. i


Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi ............................................................................................................ iii
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................ 2
BAB 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep Lanjut Usia ....................................................................... 3
2.2 Konsep Tidur pada Lansia ............................................................. 8
2.3 Gangguan Tidur pada Lansia ......................................................... 14
2.4 Etiologi Gangguan Tidur pada Lansia ........................................... 17
2.5 Manifestasi Klinis Gangguan Tidur .............................................. 19
2.6 Penatalaksanaan Gangguan Tidur ................................................. 21
2.7 Pengkajian dan pemeriksaan fisik gangguan tidur ........................ 22
BAB 3 Asuhan Keperawatan Gangguan Tidur pada Lansia
3.1 Pengkajian................................................................................ . .... 27
3.2 Diagnosa.................................................................................... .... 34
3.3 Intervensi.................................................................................. . .... 35
BAB 4 Asuhan Keperawatan Kasus Gangguan Tidur pada Lansia
4.1 Kasus........................................................................................ ...... 37
4.2 Pengkajian................................................................................. ..... 37
4.3 Analisa Data............................................................................. ...... 46
4.4 Diagnosa.................................................................................... .... 48
4.5 Intervensi.................................................................................. . .... 48
BAB 5 PENUTUP
4.1 Simpulan ........................................................................................ 52
4.2 Saran .............................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang
lebih lama dari keterjagaan. Menurut Guyton tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan
bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang
sensorik atau dengan rangsang lainnya. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap
orang berbeda-beda tergantung pada tingkat perkembangan. Pada masa dewasa tua,
yaitu usia 60 tahun ke atas atau biasa disebut lansia, kebutuhan tidur hanya sekitar 6
jam setiap hari. Hal tersebut merupakan akibat adanya perubahan dalam siklus tidur-
terjaga terkait usia (Potter & Perry, 2009).
Di Indonesia gangguan tidur menyerang sekitar 50% orang yang berusia 65
tahun. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan, setiap tahun
diperkirakan sekitar 20%-50% lansia melaporkan adanya insomnia dan sekitar 17%
mengalami gangguan tidur yang serius. Prevalensi insomnia pada lansia cukup tinggi
yaitu sekitar 67% (Budi, 2011).
Gangguan tidur pada usia lanjut banyak disebabkan oleh kemampuan fisik usia
lanjut yang menurun. Keadaan fisik lansia ditandai oleh kegagalan untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan
secara individual (Hawari, 2001). Pada usia lanjut biasanya insomnia lebih sering
menyerang. Hal ini terjadi sebagai efek samping dari penyakit lain, seperti nyeri sendi,
osteoporosis, jantung, parkison, atau depresi. Jika penyebab utamanya tidak diatasi,
dengan sendirinya gangguan tidur tidak akan pernah teratasi.
Oleh sebab itu kita sebagai seorang perawat harus memberikan informasi terkait
dengan gangguan tidur yang dialami oleh para lansia dan memberikan asuhan
keperawatan yang tepat.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana Konsep Lanjut Usia?
1.2.2. Bagaimana Konsep tidur pada lansia?
1.2.3. Bagaimana gangguan tidur pada lansia?
1
1.2.4. Apa saja Klasifikasi gangguan tidur pada lansia?
1.2.5. Bagaimana etiologi gangguan tidur pada lansia?
1.2.6. Bagaimana manisfestasi klinis gangguan tidur pada lansia??
1.2.7. Bagaimana instrument, anamnesa dan pemeriksaan fisik kebutuhan tidur?
1.2.8. Bagaimana penatalaksanaan gangguan tidur pada lansia??
1.2.9. Bagaimana asuhan keperawatan terhadap gangguan tidur pada lansia?

1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah proses perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu mengetahui mengenai
konsep asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan gangguan tidur.

1.3.2 Tujuan Khusus


1) Menjelaskan konsep Lanjut Usia.
2) Menjelaskan Konsep tidur pada lansia.
3) Menjelaskan gangguan tidur pada lansia.
4) Menjelaskan klasifikasi gangguan tidur pada lansia.
5) Menjelaskan etiologi gangguan tidur pada lansia.
6) Menjelaskan manifestasi klinis gangguan tidur pada lansia.
7) Menjelaskan pengkajian dan pemeriksaan fisik kebutuhan tidur.
8) Menjelaskan penatalaksanaan gangguan tidur pada lansia
9) Menjelaskan asuhan keperawatan pasien lansia dengan ganguan tidur.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Lanjut Usia (Lansia)


2.1.1. Definisi Lanjut Usia (Lansia)
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap individu. Pada
tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental,
khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuan normal, seperti
rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman
panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas
orang usia lanjut. Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan -kehilangan
peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua
hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat
menyikapi secara bijak (Soejono, 2000)
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir
dengan kematian (Hutapea, 2005). Menurut Azwar (2006) Usia lanjut adalah suatu
proses alami yang tidak dapat dihindari.
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang
terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada
semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).

2.1.2. Batasan Lanjut Usia (Lansia)


Negara-negara maju di Eropa dan Amerika menganggap batasan umur lansia
adalah 65tahun dengan pertimbangan bahwa pada usia tersebut orang akan pensiun.
Badan Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) telah mencapai konsensus
yang ditetapkan bahwa sebagai batasan umur lansia adalah 60 tahun (Suryadi, 2003)
Ada beberapa pendapat mengenai batasan umur lanjut usia yaitu:

3
1) Menurut WHO, batasan lansia meliputi:
a. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun
b. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun
c. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun
d. Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas
2) Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro mengelompokkan lanjut usia sebagai
berikut:
a. Usia dewasa muda (Elderly adulthood) : 18 atau 20-25 tahun.
b. Usia dewasa penuh (Middle year) atau maturitas : 25-60 atau 65 tahun.
c. Lanjut usia (Geriatric Age) lebih dari 65 atau 70 tahun yang terbagi menjadi dua
yaitu untuk umur 75-80 tahun (Old) dan lebih dari 80 tahun (Very Old)
3) Menurut Dra.Jos Masdani (psikolog UI) mengatakan lanjut usia merupakan
kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu:
a. Fase iuventus antara 25dan 40 tahun
b. Verilitia antara 40 dan 50 tahun
c. Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun
d. Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia

2.1.3. Teori Penuaan


Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi,
teori psikologi, teori sosial dan teori spiritual.
a. Teori Biologi
1) Teori radikal bebas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan karena akumuasi kerusakan
ireversibel akibat senyawa pengoksidasi (Perry & Potter, 2005). Radikal bebas
dapat dibentuk di dalam bebad, tidak stabilnya radika bebas mengakibatkan
oksidasi oksigen bahan-bahan organik menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi (Maryam dkk, 2008).
2) Teori genetik dan mutasi
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi
(Maryam dkk, 2008). Teori mutasi somatik, menurut teori ini penuaan terjadi
4
karena adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi
kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi
RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi secara terus-menerus sehingga
menurunkan fungsi organ atau perubahan sel kanker atau penyakit (Nugroho,
2008).
3) Teori immunologi
Teori ini mengungkapkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia,
kemampuan sistem imun untuk menghancurkan bakteri, virus, dan jamur
melemah. Destruksi bagian jaringan yang luas dapat terjadi sebelum respon
dimulai. Disfungsi sistem imun ini diperkirakan menjadi faktor dalam
perkembangan penyakit kronis, seperti kanker, diabetes, dan penyakit
kardiovaskuler, serta infeksi (Perry & Potter, 2005).
4) Teori stress
Teori ini mengungkapkan bahwa menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang
biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dn stres yang menyebabkan sel-
sel tubuh telah terpakai (Maryam dkk, 2008).
5) Teori rantai silang
Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein,
karbohidrat, dan asam nukleat. Reaksi kimia ini menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan, dan hilangnya fungsi (Nugroho, 2008).

b. Teori Psikologi
Perubahan psikologi yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan
mental dan keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas
motivasi dan intelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia.
Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan
mudah nilai-nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya. Adanya penurunan dari
intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada
usia lanjut. Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan
adanya penurunan fungsi sensorik, maka akan terjadi penurunan kemampuan untuk

5
menerima, memproses, dan merespon stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi
yang berbeda dari stimulus yang ada (Maryam dkk, 2008)

c. Teori Spiritual
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori
interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri (disengagement theory),
teori aktivitas (activity theory), teori kesinambungan (continuity theory), teori
perkembangan (development theory), dan teori stratifikasi usia (age stratification
theory).
1) Teori interaksi sosial
Teori ini menjelaskan mengapa usia lanjut bertindak kepada situasi tertentu,
yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan usia lanjut untuk
terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya
berdasarkan kemampuan bersosialisasi. Pada usia lansia, kekuasaan dan
prestisenya berkurang, sehingga menyebabkan interakssi sosial mereka juga
berkurang yang tersisa adalah harga diri. Pokok-pokok teori interaksi sosial antara
lain:
a) Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya masing-
masing.
b) Dalam upaya tersebut terjadi interakssi sosial yang memerlukan biaya dan
waktu.
c) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor harus mengularkan
biaya.
d) Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya
kerugian.
2) Teori penarikan diri
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat
dan kemundurn individu dengan individu ainnya. Dengan bertambahnya usia
lanjut, ditambah dengan adanya kemiskinan, usia lanjut secara berangsur-angsur
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan
sekitarnya. Hal ini menyebabkan interaksi sosial usia lanjut menurun, baik secara
kualitas maupun kuantitas sehingga sering usia lanjut mengalami kehilangan peran,
hambatan kontak sosial dan berkurangnya komitmen (Nugroho, 2008).
6
3) Teori aktivitas
Teori aktivitas tidak menyetujui teori penarikan diri dan menegaskan bahwa
kelanjutan dewasa tengah penting untuk keberhasilan penuaan. Usia lanjut yang
sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial. Usia
lanjut akan merasa puas bila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan
aktivitas tersebut selama mungkin (Nugroho, 2008).
4) Teori kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
usia lanjut. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambaran
kelak pada saat menjadi usia lanjut. Pada teori kesinambungan ini pergerakan dan
proses banyak arah, bergantung dari bagaimana penerimaan seseorang terhadap
status kehidupannya. Pokok-pokok pada teori kesinambungan ini antara lain:
a) Usia lanjut disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses
penuaan.
b) Peran usia lanjut yang ilang tidak perlu diganti.
c) Usia lanjut berkesempatan untuk memilih berbagai macam cara untuk
beradaptasi (Maryam dkk, 2008).
5) Teori perkembangan
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh
usia lanjut pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu dipahami
Erickson (1930), membagi kehidupan menjadi delapan fase, yaitu:
a) Usia lanjut yang menerima apa adanya.
b) Usia lanjut yang takut mati.
c) Usia lanjut yang merasakan hidup penuh arti.
d) Usia lanjut menyesali diri.
e) Usia lanjut bertanggung jawab dengan merasakan kesetiaan.
f) Usia lanjut yang kehidupannya berhasil.
g) Usia lanjut merasa terlmabat untuk memperbaiki diri.
h) Usia lanjut yang perlu menemukan integritas diri melawan keputusasaan
(Maryam dkk, 2008).
6) Teori stratifikasi usia
Keunggulan teori ini adalah pendekatan yang dilakukan bersifat deterministik
dan dapat dipergunakan untuk mempelajari sifat usia lanjut secara berkelompok
7
atau bersifat makro. Kelemahan pada teori ini adalah tidak dapat dipergunakan
untuk menilai usia lanjut secara perorangan (Stanley, 2006).
7) Teori spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian
hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti
kehidupan. Kepercayaan adalah sebagai suatu bentuk pengetahuan dan cara
berhubungan dengan kehidupan akhir. Sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan
antara orang dan lingkungan yang terjadi karena adanya kombinasi antara nilai-
nilai dan pengetahuan.

2.1.4. Faktor Penuaan


Menurut Darmojo (2006) tujuan hidup manusia itu ialah menjadi tua tetapi
tetap sehat (Healthy aging). Healthy aging artinya menjadi tua dalam keadaan sehat.
Takemi (1977) yang pertama kali menyatakan “Gerontology is concerned primarily with
problem of healthy aging rather than the prevention of aging”. Healthy aging akan
dipengaruhi oleh faktor:
1. Endogenoc aging, yang dimulai dengan cellular aging, lewat tissue dan anatomical
aging kearah proses menuanya organ tubuh. Proses ini seperti jam yang terus berputar.
2. Exogenix faktor, yang dapat dibagi dalam sebab lingkungan (environment) dimana
seseorang hidup dan faktor sosio budaya yang paling tapat disebut gaya hidup (Life
style). Faktor exogenix aging tadi, sekarang lebih dikenal denga ssebutan faktor resiko.

2.2. Konsep Tidur pada Lansia


2.2.1. Definisi Tidur
Tidur adalah suatu proses perubahan kesadaran yang terjadi berulang-
ulang selama periode tertentu (Potter & Perry, 2005). Menurut Chopra (2003),
tidur merupakan dua keadaan yang bertolak belakang dimana tubuh beristirahat
secara tenang dan aktivitas metabolisme juga menurun namun pada saat itu juga
otak sedang bekerja lebih keras selama periode bermimpi dibandingkan dengan
ketika beraktivitas di siang hari.
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan
reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau menghilang, dan dapat
dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Asmadi, 2008).
8
Tidur juga disebut sebagai kondisi tidak sadar dimana individu dapat
dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai atau juga dapat dikatakan
sebagai keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu
urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki
kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi
penurunan respons terhadap rangsangan dari luar (Hidayat, 2008).

2.2.2. Fisiologi Tidur


Fisiologi Tidur Secara Umum
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya
hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan
menekan pusat otak agar agar dapat tidur dan bangun. Pusat pengaturan tidur
terdapat pada medula oblongata (Hidayat, 2009). Menurut Hanun,2011,
berdasarkan gambaran EGG tidur dapat dibagi menjadi dua fase yaitu non rapid
eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). Pada awal tidur
didahului oleh fase NREM yang terdiri dari tiga stadium NREM dan satu REM
yaitu :
a. Tidur stadium 1 (N1)
Stadium ini merupakan antara tahap terjaga dan tahap awal
tidur. Saat seseorang mulai mengantuk, perlahan-lahan kesadaran mulai
meninggalktan dirinya. Stadium ini juga disebut dengan downiness,
yaitu tahap ketika pikiran kita melayang-layang tak menentu tetapi
masih menyadari kondisi disekeliling sehingga merasa belum tidur.
Stadium ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali
dibangunkan. Gambaran EKG biasanya terdiri dari gelombang
campuran alfa, beta, dan kadang gelombang teta dengan amplitude yang
rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan
kompleks K.
Pada tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal
dan dapat terbangun dengan mudah oleh karena suara atau gangguan
lain. Selama tahap pertama tidur, mata akan bergerak peralahan-lahan,
dan aktivitas otot melambat (Patlak, 2005).

9
b. Tidur stadium 2 (N2)
Setelah stadium N1, maka akan semakin dalam tertidur dan
masuk ke tidur fase stadium N2. Gelombang otak lambat masih menjadi
latar, tetapi sesekali muncul gelombang khas berupa gelombang sleep
spindle. Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit. Denyut
jantung melambat dan suhu tubuh menurun (Smith & Segal, 2010).
Pada tahap ini didapatkan gerakan bola mata berhenti (Patlak, 2005).
c. Tidur stadium 3 (N3 )

Setelah kira-kira 10 menit dalam tahap N2, maka akan masuk


ke stadium tidur yang lebih dalam, yaitu tahap stadium 3 (N3) atau
sering disebut tidur slow wave karena gelombang otak semakin
melambat dengan frekuensi yang lebih rendah. Pada gambaran EEG
terdapat lebih banyak gelombang delta simetris antara 25%- 50% serta
tampak gelombang sleep spindle. Dalam stadium ini hormone
pertumbuhan (growth hormon) dan prolaktin dikeluarkan oleh tubuh
untuk pertumbuhan pada bayi dan perbaikan untuk mempertahankan
keutuhan maupun kemudaan jaringan tubuh. Pada tahap ini individu
sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun, individu tersebut tidak
dapat segera menyesuaikan diri dan sering merasa bingung selama
beberapa menit (Smith & Segal, 2010).

d. Tahap tidur REM

Dari tahap N3 biasanya akan terus meningkat dan kembali pada


tahap N2. EEG akan menunjukkan aktivitas otak yang meningkat secara
drastis, yang pertanda seseorang memasuki tahap tidur R (REM) atau
hanyut dalam mimpi. Tahap ini tubuh tidak bisa menerima rangsangan
apa pun, karena tubuh tidak merespon aktivitas otak yang menimbulkan
lumpuh sesaat. Pada tahap ini gelombang otak sangat lambat. Aliran
darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk memulihkan
energi fisik (Smith & Segal, 2010).

10
Gambar 1. Gambaran EEG stadium tidur manusia

Fisiologi Tidur Lansia

Jumlah tidur total tidak berubah sesuai dengan pertambahan usia. Akan
tetapi, kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan usia lanjut.
Episode tidur REM cenderung memendek.Terdapat penurunan yang progresif
pada tahap tidur NREM 3 dan 4. Beberapa usia lanjut tidak memiliki tahap 4
atau tidur dalam. Seorang usia lanjut yang terbangun lebih sering pada malam
hari, dan membutuhkan banyak waktu untuk jatuh tidur. Tetapi pada lansia
yang berhasil beradaptasi terhadap perubahan fisiologis dan psikologis dalam
penuaan lebih mudah mempertahankan tidur REM (Perry & Potter, 2005).

2.2.3. Perubahan Tidur pada Lansia


2.2.3.1 Perubahan Pola tidur Lansia
Dengan bertambahnya usia terdapat penurunan dalam periode tidur.
Kebutuhan tidur akan berkurang dengan berlanjutnya usia. Pada usia 12 tahun
kebutuhan tidur sampai 8,5 jam, berkurang menjadi 8 jam pada usia 20 tahun, 7
jam pada usia 40 tahun, 6 jam pada usia 60 tahun atau lebih (Alimul, 2006).
Selain itu perubahan juga terjadi pada ritme circadian yang menghasilkan

11
peningkatan tidur lebih awal, terbangun lebih awal, disertai dengan peningkatan
bangun yang sering dimalam hari. Alasan-alasan yang juga menyertai
terbangunnya lanjut usia pada malam hari meliputi jalan ke kamar mandi, susah
bernapas, kram kaki, dan suara gaduh. Dengan bertambahnya usia, frekuensi
terbangun meningkat dari 1 atau 2 sampai 6 kali dalam semalam.
Semakin bertambah usia efisiensi tidur semakin berkurang. Efisiensi
tidur diartikan sebagai jumlah waktu tidur berbanding dengan waktu berbaring
ditempat tidur. Kebutuhan tidur pun semakin menurun karena dorongan
homeostatik untuk tidur pun berkurang. Hal ini dialami oleh para lansia. Pada
lansia, wanita lebih banyak mengalami insomnia dibandingkan pria yang lebih
banyak menderita sleep apnea atau kondisi medis lainnya yang dapat
mengganggu tidur. Tidur lansia kurang dalam, lebih sering terbangun, tidur delta
berkurang, dan tidurnya tidak efektif. Mengantuk disiang hari sering terjadi pada
lansia. Keadaan ini dapat mempengaruhi jadual tidur bangunnya dimalam hari.
Perubahan yang sangat menonjol yaitu terjadi pengurangan pada gelombang
lambat, terutama stadium 4 gelombang alfa menurun, dan meningkatnya
frekuensi terbangun dimalam hari atau meningkatnya fragmentasi tidur karena
sering terbangun. Gangguan juga terjadi dalamnya tidur sehingga lansia sangat
sensitif terhadap stimulus lingkungan. Ritmik circadian tidur-bangun lansia juga
sering terganggu. Jam biologik lansia lebih pendek dan fase tidurnya lebih maju.
Seringnya terbangun malam hari menyebabkan keletihan, mengantuk, dan mudah
jatuh tidur pada siang hari.
Perubahan pola tidur pada lansia banyak disebabkan oleh kemampuan
fisik lansia yang semakin menurun. Kemampuan fisik menurun terkait oleh
kemampuan organ dalam tubuh yang menurun juga seperti jantung, paru-paru dan
ginjal. Penurunan tersebut mengakibatkan daya tahan tubuh dan kekebalan turut
berpengaruh. Pada lansia biasanya insomnia lebih sering menyerang. Hal ini
terjadi sebagai efek samping (sekunder) dari penyakit seperti nyeri sendi,
osteoporosis, payah jantung, parkinson, dan depresi. Jika penyebab utamanya
tidak diatasi, dengan sendirinya gangguan tidur tidak akan pernah teratasi. Pada
kondisi seperti ini obat tidur bukanlah solusi yang tepat. Lansia amat mudah lelah
sehingga tertidur pada siang hari (Narto, 2011).

12
Adanya perubahan struktur fungsi tidur pada lansia karena proses
penuaan yang berdampak pada : peningkatan jumlah jam tidur pada tahap I & II,
penurunan jumlah jam tidur pada tahap III & IV, waktu yang lama untuk dapat
tidur, sulit untuk tidur, sering terbangun pada malam hari, jumlah total jam tidur
berkurang, mengantuk pada siang hari (Loftis and Glover, 1993 : Miller, 1995
dalam Karota-Bukit, 2005).
2.2.3.2 Perubahan Kualitas Tidur Lansia
Tidur pada lansia mengalami perubahan seiring dengan terjadinya
proses menua yang membawa perubahan fisik pada sistem saraf yang dapat
mempengaruhi aktivasi dari sel-sel serebral. Jumlah saraf-saraf mulai menurun
yang diikuti oleh penurunan efisiensi sistem saraf. Saraf perifer juga mengalami
degenerasi yang menyebabkan penurunan kecepatan konduksi sensorik dan
motorik. Perubahan sistem saraf lansia mengakibatkan sebuah kebutuhan
terhadap stimulasi yang lebih besar untuk memperoleh respon dan dapat juga
menimbulkan respon yang lambat terhadap stimuli. Terjadinya penurunan
sensorik seperti kemampuan untuk melihat pada lansia mengurangi sensitivitas
terhadap stimulus eksternal seperti cahaya atau gelap yang mempengaruhi pola
tidur (Stabb and Hodges, 1996).
Shneerson,2000 dalam Potter and Perry,2001 menyebutkan pada lansia
juga mengalami perubahan irama sirkadian yang mempengaruhi denyut nadi,
suhu tubuh, volume urin yang disekresikan dan ekskresi dari potasium urin.
Perubahan fisiologis ini sering mengakibatkan perubahan irama tidur pada lansia.
Perubahan irama ini berbeda pada masing-masing individu. Namun, pada
umumnya lansia tidak memiliki kecukupan tidur selama 8 jam tanpa terganggu
(Stabb and Hodges, 1996).
Perubahan tidur pada lansia yang paling umum adalah terjadinya
peningkatan jumlah waktu di tempat tidur namun efisiensi tidur kurang,
peningkatan waktu latensi tidur, peningkatan frekuensi terbangun dari tidur
dimalam hari (Foreman and Wykle, 1995). Hayter,1980 dalam Kozier and
Erb,1987 juga melaporkan frekuensi terbangun pada lansia bisa sampai enam kali
dalam satu malam dibandingkan dengan dewasa yang terbangun rata-rata satu
kali dalam satu malam. Perubahan ini juga termasuk dalam penurunan tidur pada
tahap stadium 3 dan stadium 4 NREM yang sangat bermanfaat bagi pemulihan
13
tubuh (Thorpy, 1990). Lansia dapat dengan mudah lelah sehingga membutuhkan
periode yang lebih panjang untuk tidur, sehingga kurangnya kebutuhan tidur
dapat menyebabkan rendahnya tingkat energi (Stabb and Hodges, 1996).
Kesulitan tidur meningkat seiring dengan pertambahan usia (Rossman,
1986). Lebih dari 50% individu dengan usia 65 tahun atau lebih mendapatkan
masalah dengan tidur. Weinrich,1998 dalam Potter and Perry,2001, mengatakan
penurunan kualitas tidur pada lansia mengakibatkan penurunan kepuasan tidur
pada lansia. Penelitian terdahulu telah melaporkan keluhan-keluhan subjektif
populasi lansia terhadap tidurnya, mereka merasa tidak puas dengan tidurnya bila
dibandingkan dengan individu yang lebih muda, 25% sampai 40% lansia
mengeluh tentang kualitas tidurnya termasuk seringnya terbangun dimalam hari
dan waktu bangun yang terlalu awal dipagi hari (Thorpy, 1990). McGhie and
Russel,1961 dalam Thorpy,1990 mensurvei lebih dari 2000 individu di Britania
Raya, dibandingkan dengan individu yang lebih muda, lansia sering mengeluh
mengalami waktu tidur yang pendek (kurang dari 5 jam) dan melaporkan
panjangnya latensi tidur dan sering terbangun sangat awal dipagi hari.
2.3. Gangguan Tidur pada Lansia
2.3.1 Jenis-jenis gangguan tidur
Ditemukan ada beberapa sumber yang mengemukan tentang gangguan tidur pada lansia
antara lain; insomnia, hipersomnia, enuresis, narkolepsi, dan apnea tidur.
1. Insomnia
Insomnia adalah bukan bagian normal dari penuaan, tapi gangguan tidur
malam hari pada dewasa yang lebih tua, yang menyebabkan kantuk di siang hari
yang berlebihan (Cole & Richards, 2007). Insomnia dapat berupa kesulitan untuk
tetap tidur atau pun seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi merasa belum
cukup tidur. Menurut Hidayat, 2008, insomnia dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
a. Insomnia initial, yang merupakan ketidakmampuan untuk jatuh atau
mengawali tidur.
b. Insomnia intermiten, yang merupakan ketidakmampuan memepertahankan
tidur atau keadaan sering terjaga dari tidur.
c. Insomnia terminal, yang merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali
setelah bangun tidur pada malam hari.
Sedangkan menurut Stanley, 2006, insomnia dibagi menjadi :
14
a) Jangka pendek
Berakhir beberapa minggu dengan muncul akibat pengalaman stress yang
bersifat sementara seperti kehilangan orang yang dicintai, tekanan di
tempat kerja. Biasanya kondisi ini dapat hilang tanpa intervensi medis
setelah orang itu beradaptasi dengan stressor.
b) Sementara
Biasanya disebabkan oleh perubahan-perubahan lingkungan seperti
konstruksi bangunan yang bising atau pengalaman yang menimbulkan
ansietas.
c) Kronis
Berlangsung selama 3 minggu atau seumur hidup.Disebabkan kebiasaan
tidur yang buruk, masalah psikologis, penggunaan obat tidur yang
berlebihan, penggunaan alkohol yang berlebihan.Empat puluh persen
insomnia kronis disebabkan oleh masalah fisik seperti apnea tidur,
sindrom kaki gelisah, atau nyeri kronis.
2. Hipersomnia
Hipersomnia dicirikan dengan tidur lebih dari 8 atau 9 jam per periode 24 jam,
dengan keluhan tidur berlebihan (Stanley, 2006). Biasanya disebabkan oleh
masalah psikologis, depresi, kecemasan, dan gaya hidup yang membosankan
(Hidayat, 2008). Dengan pada ciri mengantuk di siang hari yang persisten,
mengalami serangan tidur.
3. Enuresis
Enuresis yaitu kencing yang tidak disengaja atau mengompol, paling banyak
terjadi pada laki-laki (Asmadi, 2008). Pada pria lansia dapat terjadi hipertrofi
kelenjar prostat yang menyebabkan tekanan pada leher kandung kemih sehingga
sering berkemih. Selain itu, hipertrofi prostat dapat mengakibatkan kesulitan
memulai dan mempertahankan aliran urine. Wanita lansia, terutama wanita yang
memiliki anak, dapat mengalami inkontinensia stress, yaitu terjadi pelepasan urine
involunter saat batuk, bersin, atau pun saat tidur tanpa disadari mereka akan
mengompol sehingga menyebabkan terbangun hal ini disebabkan karena
melemahnya otot kandung kemih pada lansia (Perry & Potter, 2005).
4. Narkolepsi

15
Merupakan keinginan yang tidak terkendali untuk tidur atau serangan
mengantuk mendadak, sehingga dapat tertidur pada setiap saat di mana serangan
tidur itu datang (Asmadi, 2008). Serangan mendadak yang dialami pada siang hari
tidak bisa dihindari, biasanya berlangsung 10-20 menit atau kurang dari 1 jam.
Gambaran tidur pada narkolepsi ini menunjukkan penurunan fase REM 30-70 %.
Terdapat empat gejala klasik penderita narkolepsi yaitu rasa kantuk berlebihan
(EDS), melemasnya otot secara mendadak (katapleksi), dan sleep paralysis
(keadaan ketika akan tidur atau bangun tidur merasa sesak napas seperti tercekik,
dada sesak, sulit berteriak, dan badan sulit bergerak) (Hanun, 2011).
5. Apnea tidur
Apnea tidur merupakan henti napas saat tidur atau mendengkur (Stanley,
2006). Yang disebabkan oleh rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan
di mulut. Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas sering terjadi pada usia
lanjut karena otot-otot di bagian belakang mengendur lalu bergetar jika dilewati
udara pernapasan (Asmadi, 2008). Telah dilaporkan apnea napas terjadi pada 11%
sampai 62% pada usia lanjut (Cole & Richards, 2007). Sebagian besar penderita
apnea tidur ini adalah pria, dengan keluhan sering terbangun di malam hari,
banyak tidur di siang hari, mendengkur,dan nyeri kepala pada saat bangun
(Lumbantobing, 2004)

2.3.2 Klasifikasi gangguan tidur pada lansia berdasarkan penyebab


1. Gangguan tidur primer
Gangguan tidur primer adalah gangguan tidur yang bukan disebabkan oleh
gangguan mental lain, kondisi medik umum, atau zat. Gangguan tidur ini dibagi dua
yaitu disomnia dan parasomnia. Disomnia ditandai dengan gangguan pada jumlah,
kualitas, dan waktu tidur. Parasomnia dikaitkan dengan perilaku tidur atau peristiwa
fisiologis yang dikaitkan dengan tidur, stadium tidur tertentu atau perpindahan tidur-
bangun. (Amir, 2007)
Disomnia terdiri dari insomnia primer, hipersomnia primer, narkolepsi,
gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan, gangguan ritmik sirkadian tidur,
dan disomnia yang tidak dapat diklasifikasikan. Parasomnia terdiri dari gangguan mimpi

16
buruk, gangguan teror tidur, berjalan saat tidur, dan parasomnia yang tidak dapat
diklasifikasikan. (Amir, 2007)

2. Gangguan tidur terkait gangguan mental lain


Gangguan tidur terkait gangguan mental lain yaitu terdapatnya keluhan
gangguan tidur yang menonjol yang diakibatkan oleh gangguan mental lain (sering
karena gangguan mood) tetapi tidak memenuhi syarat untuk ditegakkan sebagai
gangguan tidur tersendiri. Ada dugaan bahwa mekanisme patofisiologik yang mendasari
gangguan mental juga mempengaruhi terjadinya gangguan tidur-bangun. Gangguan tidur
ini terdiri dari: Insomnia terkait aksis I atau II dan Hipersomnia terkait aksis I atau II.
(Amir, 2007)

3. Gangguan tidur akibat kondisi medik umum


Gangguan akibat kondisi medik umum yaitu adanya keluhan gangguan tidur
yang menonjol yang diakibatkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi medik umum
terhadap siklus tidur-bangun. (Amir, 2007)

4. Gangguan tidur akibat zat


Yaitu adanya keluhan tidur yang menonjol akibat sedang menggunakan atau
menghentikan penggunaan zat (termasuk medikasi). Penilaian sistematik terhadap
seseorang yang mengalami keluhan tidur seperti evaluasi bentuk gangguan tidur yang
spesifik, gangguan mental saat ini, kondisi medik umum, dan zat atau medikasi yang
digunakan, perlu dilakukan. (Amir, 2007)

2.4. Etiologi Gangguan Tidur pada Lansia


Orang yang sering terjaga dari tidurnya ternyata dapat disebabkan oleh banyak
faktor, walaupun mungkin satu faktor lebih dominan mempengauhi. Faktor tersebut
antara lain:
1. Gangguan Emosional, Tekanan Batin maupun Depresi
Orang yang dalam kesehariannya banyk diliputi oleh tekanan dan ancaman akan
sangat berpotensi untuk insomnia. Hal ini dikarenakan peraaan batinnya yang
tidak tenteram. Orang tersebut akan selalu memikirkan berbagai kejadian yang
telah menimpa dirinya. Seolah tidak menerima kenyatan tentang mengapa
semua tekanan datang padanya dan bagimanapun akan keluar dari permasalahan
17
akan tetapi tetap tidak bisa. Sehingga tidur pun jadi terganggu karena pikiran
terganggu. (Rahadian, 2002)
2. Penggunaan Obat
Penggunaan obat dalam jumlah yang banyak atau dalam jangka waktu panjang
juga akan mengganggu kegiatan tidur kita. Ada orang yang sangat gemar
mengkomsumsi obat. Sedikit saja badan terasa tidak enak, langsung minum
obat, walaupun tubuh belum benar-benar sakit. Bahkan untukmenjaga tubuh
agar tetap bugar saja juga harus minum obat. Kebiasaan ini dalam jangka
panjang dapat menyebabkan gangguan insomnia, walaupun efek samping obat
adalah mengantuk. Mungkin seketika minum obat akan terasa kantuk, tetapi
ketika malam hari insomnia akan tetap datang. (Rahadian, 2002)
3. Ketidakmampun Untuk Beristirahat dengan Santai
Tidur membutuhkan suasana yang santai selain daripada rasa kantuk. Banyak
orang tetap tidak dapat berpikir santai karena pekerjaan yang menumpuk. Saat
pekerjan menumpuk biasanya kita selalu teringat untuk segera
menyelesaikannya. Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh para mahasiswa,
khususnya ketika waktu-waktu menjelang ujian. Hampir tidak ada waktu untuk
beristirahat karena menumpuknya tugas. Sehingga ketika tidur tidak segera
tidur, pikiran masih gelisah terbayang bagaimana jika tugas tidak selesai,
sementara waktu sudah sempit dan tubuh kita juga butuh istirahat guna
aktivitas esok hari. (Rahadian, 2002)
4. Kebiasaan Merokok
Bagi siapapun juga yang memiliki kebiasaan merokok sebaiknya mulai
dikurangi. Merokok selain mekmberikan efek yang buruk bagi tubuh, juga dapat
menahan keinginan untuk tidur. (Rahadian, 2002)
5. Suasana Ribut
Siapapun juga silahkan kenyamanan tidur anda ketika suatu saat lingkungan
rumah anda sedang dipakai pertemuan arisan, dengan pada saat malam hening
disertai hujan gerimis. Kemudian rasakanlah bedanya. Pekerja pabrik yang
selalu bekerja pada suasana bising, ternyata juga mengalami insomnia ketika di
rumah. (Rahadian, 2002)
6. Kamar Tidur yang Berantakan

18
Ketika beranjak tidusur sebaiknya segala kruwetan mengenai tempat tidur, baik
ranjang, pakaian dan lain sebagainya yang berkaitan dengan tidur harus
dirapikan. Itu akan sangat berpengaruh dengan kenyamanan tidur kita. Semakin
rapi dan bersih akan semakin menambah kenyamanan. Namun demikian, ada
saja orang yang justru tidur nyenyak ketika kasurnya berantakan dan banyak
pakaian berserakan di situ. Selain hal-hal yang telah diuraikan di atas, masih
banyak lagi penyebab insomnia lainnya. Yang jelas insomnia tidak secara
langsung berhubungan dengan menurunnya suatu hormon dalam tubuh.
(Rahadian, 2002)
7. Respon terhadap penyakit
Menurut Potter dan Perry (2005) setiap penyakit yang menyebabkan nyeri,
ketidaknyamanan fisik atau masalah suasana hati seperti kecemasan atau depresi
dapat mempengaruhi masalah tidur. Penyakit juga memaksa klien untuk tidur
dalam posisi yang tidak biasa, seperti memperoleh posisi yang aneh saat tangan
atau lengan diimobilisasi pada traksi dapat mengganggu tidur. Seiring
berjalannya proses penuaan pada usia lanjut maka respon terhadap penyakit
mengalami penurunan secara perlahan-lahan. Sesak napas pada saat tidur,
pusing, ada gerakan kaki secara tidak sadar, ingin buang air kecil dan terutama
respon terhadap nyeri dan ketidaknyamanan yang dapat mengakibatkan
gangguan tidur pada usia lanjut. Kurangnya penanganan nyeri dapat menjadi
masalah bagi usia lanjut karena prevalensi kondisi penyakit yang sering
menyerang usia lanjut. Penyakit yang sering menyerang pada usia lanjut antara
lain penyakit jantung, stoke, diabetes mellitus, penyakit paru, kanker, dan
osteoporosis. Rasa nyeri yang menyertai penyakit pada usia lanjut dapat
menyebabkan kurang tidur yang dapat memperburuk kualitas tidur.

2.5. Manifestasi Klinis Gangguan Tidur pada Lansia


Menurut Remelda (2008), tanda dan gejala yang timbul dari pasien yang
mengalami gangguan tidur yaitu penderita mengalami kesulitan untuk tertidur atau
sering terjaga di malam hari dan sepanjang hari merasakan kelelahan. Kesulitan tidur
hanyalah satu dari beberapa gejala gangguan tidur. Gejala yang dialami adalah:

1. Mengantuk yang berlebihan di siang hari

19
2. Gangguan tidur dengan seringnya terbangun di malam hari
3. Sakit kepala di pagi hari

Tiga keluhan atau gangguan utama dalam memulai dan mempertahankan tidur
yang banyak terjadi pada lansia adalah:
1. Insomnia
Keluhan insomnia mencakup “ketidakmampuan untuk tertidur, sering terbangun,
ketidakmampuan untuk kembali tidur dan terbangun pada dini hari”. Karena insomnia
merupakan gejala, maka perhatian harus diberikan pada faktor-faktor biologis,
emosional, dan medis yang berperan, juga pada kebiasaan tidur yang buruk.
2. Hipersomnia
Penyebab hipersomnia masih bersifat spekulatif tetapi dapat berhubungan dengan
ketidakaktifan, gaya hidup yang membosankan, atau depresi. Orang tersebut dapat
menunjukkan mengantuk di siang hari yang persisten, mengalami “serangan tidur”,
tampak mabuk atau komatose,atau mengalami mengantuk pasca ensefalitik. Keluhan
keletihan, kelemahan, dan kesulitan mengingat atau belajar merupakan hal yang sering
terjadi
3. Apnea Tidur
Gejala apnea tidur antara lain adaah:
a. Dengkuran yang keras dan periodik
b. Aktivitas malam hari yang tidak biasa, seperti duduk tegak, berjalan dalam tidur,
terjatuh dari tempat tidur
c. Gangguan tidur dengan seringnya terbangun di malam hari (nocturnal waking)
d. Peubahan memori
e. Depresi
f. Rasa kantuk yang berlebihan di siang hari
g. Nokturia

Pengobatan yang spesifik untuk apnea tidur melibatkan penurunan berat badan,
dengan penatalaksanaan medis atau pembedahan untuk membuang penumpukan
jaringan di area faring. Pasien dapat dianjurkan untuk menghindari alkohol dan obat-
obatan yang dapat memengaruhi respons terbangun dan untuk menggunakan bantal
tambahan atau tidur di kursi.

20
2.6. Penatalaksanaan Gangguan Tidur pada Lansia
1. Pencegahan primer
a) Tidur seperlunya, tetapi tidak berlebihan, agar merasa segar dan sehat di
hari berikutnya. Pembatasan waktu tidur dapat memperkuat tidur;
berlebihnya waktu yang dihabiskan di tempat tidur tampaknya berkaitan
dengan tidur yang terputus-putus dan dangkal.
b) Waktu bangun yang teratur dipagi hari memperkuat siklus sirkadian dan
menyebabkan awitan tidur yang teratur.
c) Bunyi bising yang bersifat kadang-kadang (mis. bunyi pesawat terbang
melintas) dapat mengganggu tidur sekalipun orang tersebut tidak
terbangun oleh bunyinya dan tidak dapat mengingatnya di pagi hari.
Kamar tidur kedap suara dapat membantu bagi orang-orang yang harus
tidur di dekat kebisingan.
d) Latihan sangat bermanfaat bagi lansia yang sehat maupun untuk mereka
yang mengalami masalah fisik atau mental yang kronik. Aktifitas dan
latihan yang dianjurkan yang dapat meningkatkan energi, mempertahankan
mobilitas, dan meningkatkan kemampuan kardiovaskuler dan pulmonal.
Lansia mengalami peningkatan status kesehatan yang signifikan dengan
aktivitas fisik tingkat rendah sampai sedang dalam waktu luangnya ketika
aktivitas-aktifitas ini di praktikkan secara teratur dan dengan durasi yang
dan intensitas yang sesuai, tetapi manfaat utama dari latihan adlah
pemeliharaan dan peningkatan fungsi fisik, mental, emosional, dan sosial
terhadap diri sendiri dan kemandirian yang lebih besar.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan
pencegahan komplikasi. Diagnosis keperwatan yang dihubungkan dengan
pencegahan sekunder adalah gangguan mobilitas fisik.
3. Pencegahan tersier
Upaya-upaya rehabilitaif untuk memaksimalkan mobilitas bagi lansia
melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli
fisioterapi, dan terapi okupasi, seorang ahli gizi, aktifis sosial dan keluarga
serta teman-teman.

21
2.7. Pengkajian Kebutuhan Tidur
2.7.1. The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
Petunjuk: Pertanyaan-pertanyaan berikut berhubungan dengan kebiasaan tidur
selama sebulan terakhir. Jawaban harus akurat mengenai hal yang dialami selama satu
bulan terakhir.
1. Kapan anda biasanya pergi tidur?
2. Berapa lama (menit) itu anda membutuhkan waktu untuk tidur setiap malam?
3. Kapan anda biasanya bangun pagi?
4. Berapa jam anda tidur di malam hari?
5. Selama sebulan terakhir, Tidak sekali dua kali tiga kali
anda sering mengalami satu seminggu seminggu
atau
kesulitan tidur karen ... bulan (1) (2)
terakhir lebih
(0)
seminggu
(3)

a. Tidak bisa tidur dalam


waktu 30 menit
b. Terbangun di tengah
malam atau dini hari
c. Terbangun untuk ke
kamar mandi
d. Tidak bisa bernapas
nyaman
e. Batuk atau
mendengkur keras
f. Merasakan kedinginan

g. Merasakan kepanasan

h. Mengalami mimpi
buruk
i. Merasakan nyeri

j. Penyebab lain, jelaskan


seberapa sering Anda
mengalami kesulitan
tidur karena hal ini

22
6 Selama sebulan terakhir,
Apakah anda menggunakan
obat-obatan (baik dengan
resep maupun tidak) untuk
membantu anda tidur
7 Selama sebulan terakhir,
apakah Anda sering
mengantuk saat
mengemudi, makan, atau
terlibat dalam kegiatan
sosial?
Tidak Kecil (1) Sedang Besar (3)
antusias (2)
(0)
8 Seberapa besar antusias
anda ingin menyelesaikan
masalah yang anda hadapi?
Sangat Cukup Cukup Sangat
bagus (0) baik (1) buruk (2)
buruk (3)

9 Selama sebulan terakhir,


bagaimana Anda akan
menilai kualitas tidur Anda
secara keseluruhan?

Penilaian pada kualiatias tidur dapat di uraikan sebagai berikut :

a. Durasi Tidur

1) Jika Pertanyaan 4 > 7, diberikan nilai 0

2) Jika Pertanyaan 4 < 7 dan > 6, diberikan nilai 1

3) Jika Pertanyaan 4 < 6 dan > 5, diberikan nilai 2

4) Jika Pertanyaan 4 < 5, diberikan nilai 3

b. Gangguan Tidur

Jumlah nilai 5b hingga 5j, jika total nilai 0 diberikan skor 0, jika total nilai 1-9

diberikan skor 1,total nilai 10-18 diberikan skor 2,total nilai 19-27 diberikan skor 3

c. Latensi Tidur

Pertanyaan 2, diberikan skor (<15 menit = 0), (16-30 menit = 1) (31-60 menit

= 2) (>60 menit = 3). Dan dijumlahkan dengan pertanyaan 5a (P2 + P5a), apabila
23
nilai hasil dari penjumlahan 0 diberikan skor 0, 1-2 diberikan skor 1, 3-4 diberikan

skor 2, 5-6 diberikan skor 3.

d. Disfungsi Siang Hari

Pertanyan 8 dijumlahkan dengan pertanyaan 9 (P8+P9), apabila nilai hasil dari

penjumlahan 0 diberikan skor 0, 1-2 diberikan skor 1, 3-4 diberikan skor 2, 5-6

diberikan skor 3.

e. Efisiensi Tidur

Pertanyaan 1 dan 3 dijumlahkan menjadi lama tidur, kemudian dilakukan

𝐿𝑎𝑚𝑎 𝐽𝑎𝑚 𝑇𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑃𝑢𝑙𝑎𝑠 (𝑃4)


perhitungan 𝑋 100% , apabila hasilnya > 85 % diberikan
𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑇𝑖𝑑𝑢𝑟

skor 0, 75-84 % diberikan skor 1, 65-74 % diberikan skor 2, < 65 % diberikan skor

3.

f. Kualitas Tidur Subjektif

Tidak pernah diberikan skor 0, Sekali seminggu diberikan skor 1, 2 kali

seminggu diberikan skor 2, >3 kali seminggu diberikan skor 3

g. Penggunaan Obat Tidur

Tidak pernah diberikan skor 0, Sekali seminggu diberikan skor 1, 2 kali

seminggu diberikan skor 2, >3 kali seminggu diberikan skor 3.

Kemudian hasil dari 7 item penilaian di jumlahkan dan apabila < 5 dikategorikan
kualitas tidur baik, dan apabila > 5 dikategorikan kualitas tidur buruk.

2.7.2 Anamnesa gangguan tidur pada lansia

Diagnosis insomnia mencakup perjalanan tidur, histori medis dan psikiatri.


Anamnesis pada pasien harus mencangkup psikososial dan psikiatri disamping keadaan
medis. (Setiati, 2005)

Pertanyaan dapat dimulai dari gejala utama. Histori tidur dapat dimulai dari tinjauan
kronologis dari memulai untuk tidur, waktu dan onset, pengaruh pada kehidupan sehari-hari,

24
stressor yang dialami saat ini, aktivitas rutin pasien sehari-hari serperti waktu bangun tidur,
aktivitas setelah bangun, aktivitas sehari-hari waktu tidur, aktivitas sebelum tidur. Histori dari
keluarga, penggunaan alkohol dan obat-obatan juga perlu ditanyakan. Untuk membedakan
primary insomnia dan comorbid insomnia, perlu ditanyakan histori penyakit, dan penyakit
yang sedang dialami saat ini. Pertanyaan yang lain ditujukan kepada partner tidur pasien
seperti lingkungan tidur pasien, apakah pasien berhenti bernapas saat tidur, apakah pasien
mendengkur, apakah ada gerakan atau ditendang oleh pasien. (Wilfred, 2010)

Untuk mencapai kriteria diagnosis secara umum, pasien harus memiliki satu dari tiga
kriteria dibawah: (Wilfred, 2010)

1. Keluhan mengandung paling sedikit satu dari keluhan tidur dibawah ini
a) Kesulitan untuk memulai tidur
b) Kesulitan untuk mempertahankan tidur
c) Terbangun terlalu awal, atau
d) Tidur tidak mengembalikan energi atau kualitas tidur buruk
2. Kesulitan tidur terjadi walaupun adanya kesempatan tidur dan keadaan untuk tidur cukup
memadai
3. Mengalami setidaknya satu dari beberapa bentuk gangguan di siang hari yang
berhubungan dengan kesulitan tidur
a) Kelelahan/ malaise
b) Gangguan konsentrasi, perhatian, dan memori
c) Disfungsi social
d) Mengantuk di siang hari
e) Berkurangnya energy / motivasi
f) Kecenderungan untuk terjadi kesalahan/ kecelakaan pada saat kerja atau
mengemudi
g) Tension headaches, dan gejala GI tract yang berhubungan dengan kesulitan
tidur, atau
h) Keprihatinan atau kecemasan tentang tidur. (Wilfred, 2010)

2.7.3 Pemeriksaan fisik gangguan tidur

1. Keadaan umum pasien

25
a. Kesadaran : Compos Metis
b. Bangun tubuh : Gemuk
c. Postur tubuh : Tegak
d. Cara berjalan : Lancar terkoordinir
e. Gerak motorik : tidak terganggu
f. Keadaan kulit :
 warna kulit : sawo matang
 turgor kulit : elastis
 kebersihan : bersih
 luka : tidak terdapat luka
g. Gejala cardinal : TD = 130/80 mmHg, S = 380c, N = 80x/menit, RR = 24x/menit
h. Ukuran lain : TB = tidak terkaji, BB = tidak terkaji
2. Kepala : kulit kepala bersih, rambut hitam, dengan beberapa rambut putih, distribusi
rambut merata, tidak ada nyeri tekan dan luka.
3. Mata : Biasanya konjungtiva anemis/ pucat, sclera putih, tidak ada odema, kelopak
mata terdapat lingkaran hitam dibawah mata, reflek pupil baik, pupil isokor.
4. Hidung : hidung bersih, tidak ada secret dan darah, tidak ada nyeri tekan, penciuman
baik.
5. Telinga : telinga bersih, tidak ada secret dan darah, tidak ada nyeri tekan, pendengaran
baik.
6. Mulut : mukosa lembat, gigi lengkap dan bersih, lidah bersih, tidak ada pembesaran
tonsil dan faring radang.
7. Leher : tidak ada distensi vena jogularis dan distensi kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tiroid tidak ada tumor.
8. Torak : bentuk dada simetris, gerakan dada bebas terbatas, suara jantung S1S2 tunggal
regular, suara paru fesikuler +/+
9. Abdomen : tidak ada distensi dan asetas, peristaltic 8x/ menit, nyeri tekan epigastrium (-
), suara abdomen timpani.
10. Genetalia : pasien mengeluh nyeri digenetalianya, genetalia tidak terkaji.
11. Anus : tidak terkaji
12. Ekstrmitas
 Atas : tidak ada luka dan edema, terpasang infuse dilengan kiri
 Bawah : tidak ada luka dan edema
26
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA
DENGAN GANGGUAN TIDUR

3.1. Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA
ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER

Nama wisma : Tanggal Pengkajian :

1. IDENTITAS KLIEN :
Nama : ...................................................................................................................................
Umur : ...................................................................................................................................
Agama : ...................................................................................................................................
Alamat asal : ...................................................................................................................................
Tanggal dating : .......................................... Lama Tinggal di Panti ...................................................
2. DATA KELUARGA :
Nama : ..................................................................................................................................
Hubungan : ..................................................................................................................................
Pekerjaan : ..................................................................................................................................
Alamat : ...................................................................Telp : ...................................................
3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :
Keluhan utama:

Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan:

Obat-obatan:

4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA) :

FUNGSI FISIOLOGIS

1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan :
Perubahan BB :
Perubahan nafsu makan :
Masalah tidur :
Kemampuan ADL :
KETERANGAN : ......................................................................................................
......................................................................................................

2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka :

27
Pruritus :
Perubahan pigmen :
Memar :
Pola penyembuhan lesi :
KETERANGAN : ..........................................................................................................
..........................................................................................................

3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal :
Pembengkakan kel limfe :
Anemia :
KETERANGAN : .....................................................................................................

4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala :
Pusing :
Gatal pada kulit kepala :
KETERANGAN : ...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

5. Mata
Ya Tidak
Perubahan :
penglihatan
Pakai kacamata :
Kekeringan mata :
Nyeri :
Gatal :
Photobobia :
Diplopia :
Riwayat infeksi :
KETERANGAN : .........................................................................................................................
.........................................................................................................................

6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran :
Discharge :
Tinitus :

28
Vertigo :
Alat bantu dengar :
Riwayat infeksi :
Kebiasaan membersihkan telinga :
Dampak pada ADL : ..........................................................................................
KETERANGAN : ..........................................................................................
..........................................................................................

7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea :
Discharge :
Epistaksis :
Obstruksi :
Snoring :
Alergi :
Riwayat infeksi :
KETERANGAN : ...................................................................................................................
...................................................................................................................

8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan :
Kesulitan menelan :
Lesi :
Perdarahan gusi :
Caries :
Perubahan rasa :
Gigi palsu :
Riwayat Infeksi :
Pola sikat gigi : ........................................................................................................
KETERANGAN : ........................................................................................................
........................................................................................................

9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan :
Nyeri tekan :
Massa :
KETERANGAN : .........................................................................................................................
.........................................................................................................................

10. Pernafasan
Ya Tidak

29
Batuk :
Nafas pendek :
Hemoptisis :
Wheezing :
Asma :
KETERANGAN : ...................................................................................................................
...................................................................................................................

11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain :
Palpitasi :
Dipsnoe :
Paroximal nocturnal :
Orthopnea :
Murmur :
Edema :
KETERANGAN : ...............................................................................................................
...............................................................................................................

12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia :
Nausea / vomiting :
Hemateemesis :
Perubahan nafsu makan :
Massa :
Jaundice :
Perubahan pola BAB :
Melena :
Hemorrhoid :
Pola BAB : ...........................................................................................................
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................

13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria :
Frekuensi : .......................................................................................................
Hesitancy :
Urgency :
Hematuria :
Poliuria :

30
Oliguria :
Nocturia :
Inkontinensia :
Nyeri berkemih :
Pola BAK : ...........................................................................................................
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................

14. Reproduksi (laki-laki)


Ya Tidak
Lesi :
Disharge :
Testiculer pain :
Testiculer massa :
Perubahan gairah sex :
Impotensi :

Reproduksi (perempuan)
Lesi :
Discharge :
Postcoital bleeding :
Nyeri pelvis :
Prolap :
Riwayat menstruasi : ..............................................................................................
Aktifitas seksual :
Pap smear :
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................

15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi :
Bengkak :
Kaku sendi :
Deformitas :
Spasme :
Kram :
Kelemahan otot :
Masalah gaya berjalan :
Nyeri punggung :
Pola latihan : ............................................................................................

31
Dampak ADL : ..................................................................................................
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................

16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache :
Seizures :
Syncope :
Tic/tremor :
Paralysis :
Paresis :
Masalah memori :
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................

5. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :


Psikososial YA Tidak
Cemas :
Depresi :
Ketakutan :
Insomnia :
Kesulitan dalam mengambil keputusan :
Kesulitan konsentrasi :
Mekanisme koping : ................................................................................
................................................................................
Persepsi tentang kematian :...............................................................................................................
................................................................................................................
Dampakpada ADL :.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
Spiritual
 Aktivitas ibadah :................................................................................................................
................................................................................................................
 Hambatan :................................................................................................................
..................................................................................................................
KETERANGAN:............................................................................................................................
...........................................................................................................................................................

6. LINGKUNGAN :

 Kamar :
..........................................................................................................................................

32
 Kamar mandi:
...............................................................................................................................

 Dalam rumah/wisma:
...................................................................................................................

 Luar rumah:
.................................................................................................................................

7. ADDITIONAL RISK FACTOR


Riwayat perilaku (kebiasaan, pekerjaan, aktivitas) yang mempengaruhi kondisi saat ini :
…………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………….

8. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES

1. Kemampuan ADL :
2. Aspek Kognitif :
3. Tes Keseimbangan :
4. GDS :
5. Status Nutrisi :
6. Fungsi social lansia :
7. Hasil pemeriksaan Diagnostik :
No Jenis pemeriksaan Tanggal Hasil
Diagnostik Pemeriksaan

Pengkajian dengan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)


1. Kapan anda biasanya pergi tidur?
2. Berapa lama (menit) itu anda membutuhkan waktu untuk tidur setiap malam?
3. Kapan anda biasanya bangun pagi?
4. Berapa jam anda tidur di malam hari?
5. Selama sebulan terakhir, Tidak sekali dua kali tiga kali
anda sering mengalami satu seminggu seminggu atau
kesulitan tidur karen ... bulan (1) (2) lebih
terakhir seminggu
(0) (3)

a. Tidak bisa tidur dalam


waktu 30 menit
33
b. Terbangun di tengah
malam atau dini hari
c. Terbangun untuk ke
kamar mandi
d. Tidak bisa bernapas
nyaman
e. Batuk atau mendengkur
keras
f. Merasakan kedinginan
g. Merasakan kepanasan
h. Mengalami mimpi
buruk
i. Merasakan nyeri
j. Penyebab lain, jelaskan
seberapa sering Anda
mengalami kesulitan
tidur karena hal ini
6 Selama sebulan terakhir,
Apakah anda menggunakan
obat-obatan (baik dengan
resep maupun tidak) untuk
membantu anda tidur
7 Selama sebulan terakhir,
apakah Anda sering
mengantuk saat
mengemudi, makan, atau
terlibat dalam kegiatan
sosial?
Tidak Kecil Sedang Besar (3)
antusias (1) (2)
(0)
8 Seberapa besar antusias
anda ingin menyelesaikan
masalah yang anda hadapi?
Sangat Cukup Cukup Sangat
bagus (0) baik (1) buruk (2) buruk (3)

9 Selama sebulan terakhir,


bagaimana Anda akan
menilai kualitas tidur Anda
secara keseluruhan?
Penjelasan Total Nilai PSQI sudah disampaikan pada Bab Tinjauan Pustaka.
3.2.Diagnosa Keperawatan
1) Insomnia
2) Gangguan pola tidur

34
3.3. Intervensi
1) Diagnosa Keperawatan: Insomnia

NOC NIC
Sleep (0004) Sleep Enhancement (1850)
000401; jam tidur 1. Tentukan pola tidur dan pola
000404; kualitas tidur aktivitas pasien
000404; efisiensi tidur 2. Monitor/catat pola tidur dan lama
000406; tidur yang terganggu jam tidur pasien
000418; tidur sepanjang malam yang 3. Catat adanya keluhan fisik, kondsi
konsisten lingkungan yang dapat
000408; merasakan pemulihan setelah mengganggu tidur
bangun tidur 4. Jelaskan tentang pentingnya tidur
000410; bangun pada waktu yang tepat yang adekuat di usia tua
000420; suhu yang nyaman di dalam 5. Menyesuaikan kondisi lingkungan
ruangan (pencahayaan, kebisingan,
000421; kesulitan untuk mulai tidur temperature ruangan, tempat tidur)
000423; nokturia untuk meningkatkan kenyamanan
pasien saat tidur
6. Bantu pasien untuk menetapkan
rutinitas tidur untuk memfasilitasi
transisi dari terjaga untuk tidur
7. Bantu pasien untuk mengurangi
situasi yang dapat menyebabkan
stress sebelum waktu tidur
8. Kolaborasi :
Berikan obat yang dapat
membantu pasien untuk tidur, jika
diperlukan

2) DiagnosaKeperawatan: Gangguan pola tidur

NOC NIC
Sleep (0004) Sleep Enhancement (1850)

35
000401; jam tidur 1) Tentukan pola tidur dan pola
00403; pola tidur aktivitas pasien
000404; kualitas tidur 2) Monitor/catat pola tidur dan lama
000405; efisiensi tidur jam tidur pasien
000406; tidur yang terganggu 3) Catat adanya keluhan fisik, kondsi
000418; tidur sepanjang malam yang lingkungan yang dapat
konsisten mengganggu tidur
000408; merasakan pemulihan setelah 4) Jelaskan tentang pentingnya tidur
bangun tidur yang adekuat di usia tua
000410; bangun pada waktu yang tepat 5) Menyesuaikan kondisi lingkungan
000421; kesulitan untuk mulai tidur (pencahayaan, kebisingan,
temperature ruangan, tempat tidur)
untuk meningkatkan kenyamanan
pasien saat tidur
6) Bantu pasien untuk menetapkan
rutinitas tidur untuk memfasilitasi
transisi dari terjaga untuk tidur
7) Bantu pasien untuk mengurangi
situasi yang dapat menyebabkan
stress sebelum waktu tidur
8) Kolaborasi :
9) Berikan obat yang dapat
membantu pasien untuk tidur, jika
diperlukan

36
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA
(KASUS SEMU)

4.1 Kasus:
Ny. S berumur 70 tahun tinggal di rumah sederhana di sebuah desa bernama
Jimbaran, Provinsi Bali. Ny. S tinggal bersama suami, satu anak dan keempat orang
cucunya. Ny.S banyak menghabiskan waktu untuk membuat canang (wadah bunga
untuk sembayang orang agama Hindu). Sejak tahun 2013, Ny.S mengeluhkan
kepalanya sering berputar-putar dan telinga berdenging sehingga mengganggu
aktivitas dan tidurnya. Saat tidur Ny.S sering terbangun karena ingin pipis ataupun
kepalanya tiba-tiba sakit.
Anak dan menantunya pernah mendatangkan petugas puskesmas untuk
memeriksa penyakitnya. Meskipun sudah diberikan obat dari petugas puskesmas,
namun Ny.S merasa tidak ada perubahan dan mengeluhkan hal yang sama.
Ny.S berangkat tidur jam 9 malam, dan bangun jam 6 dan sering terbangun di
malam hari. Dalam semalam Ny.S bias bangun dari tidurnya sebanyak 3x. Tanda-
tanda vital Ny. S, Nadi: 70x/menit, Suhu: 36,5oC, TD: 140/80 mmHg, RR: 14x/menit.

4.2 Pengkajian

FORMAT PENGKAJIAN LANSIA


ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER

Nama wisma : (Tinggal di Rumah sendiri) Tanggal Pengkajian : 22 Maret 2016

1. IDENTITASKLIEN :
Nama : Ny. S
Umur : 70 Tahun
Agama : Hindu
Alamat asal : Jimbaran, Bali
Tanggal datang : (tidak tinggal di panti) Lama Tinggal di Panti: -
2. DATA :
KELUARGA
Nama : Tn. R
Hubungan : Suami

37
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Jimbaran, Bali Telp : 0361xxxxxxxx
3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :
Keluhan utama:
- Klien mengatakan sulit untuk memulai dan mempertahankan tidurnya.
Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan:
- Tidak ada usaha yang dilakukan oleh Ny. S untuk menyelesaikan masalah tidur yang
dialaminya.
Obat-obatan:
- Tidak mengkonsumsi obat-obatan.

4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA) :

FUNGSI FISIOLOGIS

1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : √ (TTV : Nadi ;
70x/menit, TD : 140/80
mmHg)
Perubahan BB : √
Perubahan nafsu makan : √
Masalah tidur : √ (Ny.S tidur pukul 9
malam namun baru bisa
tidur 30 menit
kemudian, terbangun 3x
dalam semalam kira-
kira pada pukul 11, 2
dan 4 dan rata-rata bisa
tidur kembali setelah 30
menit dari bangun pada
malam hari tersebut)
Kemampuan ADL : √
KETERANGAN : Ditemukan masalah keperawatan: Insomnia

2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : √
Pruritus : √
Perubahan pigmen : √
Memar : √
Pola penyembuhan lesi : √
KETERANGAN : Perubahan pigmen terjadi akkibat proses menua, dan di
sendi sering mengalami memar.

38
3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : √
Pembengkakan kel : √
limfe
Anemia : √
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah

4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : √
Pusing : √
Gatal pada kulit kepala : √
KETERANGAN : Pusing dan sakit kepala yang dirasakan sering mengganggu waktu
tidur klien.

5. Mata
Ya Tidak
Perubahan : √
penglihatan
Pakai kacamata : √
Kekeringan mata : √
Nyeri : √
Gatal : √
Photobobia : √
Diplopia : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Perubahan penglihatan terjadi akibat proses menua.

6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : √
Discharge : √
Tinitus : √
Vertigo : √
Alat bantu dengar : √
Riwayat infeksi : √
Kebiasaan membersihkan telinga : √
Dampak pada ADL : Ketika keluhan muncul, klien mengeluh tidak mampu
melakukan akktivitas membuat “canang”.
39
KETERANGAN : Keluhan seperti tinitus dan vertigo mengakibatkan klien
kesulitan untuk memulai dan mempertahankan
tidurnya.

7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : √
Discharge : √
Epistaksis : √
Obstruksi : √
Snoring : √
Alergi : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah

8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : √
Kesulitan menelan : √
Lesi : √
Perdarahan gusi : √
Caries : √
Perubahan rasa : √
Gigi palsu : √
Riwayat Infeksi : √
Pola sikat gigi : 2x/hari
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah

9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : √
Nyeri tekan : √
Massa : √
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah

10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : √ (jarang)
Nafas pendek : √

40
Hemoptisis : √`
Wheezing : √
Asma : √
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah

11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : √
Palpitasi : √
Dipsnoe : √
Paroximal nocturnal : √
Orthopnea : √
Murmur : √
Edema : √
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah

12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : √
Nausea / vomiting : √
Hemateemesis : √
Perubahan nafsu makan : √
Massa : √
Jaundice : √
Perubahan pola BAB : √
Melena : √
Hemorrhoid : √
Pola BAB : Berkali-kali dalam sehari namun sulit keluar
KETERANGAN : Klien mengalami kesulitan untuk BAB. Ditemukan masalah
keperawatan: Konstipasi.

13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : √
Frekuensi : >5x/hari
Hesitancy : √
Urgency : √
Hematuria : √
Poliuria : √
41
Oliguria : √
Nocturia : √
Inkontinensia : √
Nyeri berkemih : √
Pola BAK : BAK >5x/hari
KETERANGAN : Nokturia menyebabkan klien sering terbangun saat tidur di malam
hari.

14.Reproduksi(perempuan)
Ya Tidak
Lesi : √
Discharge : √
Postcoital bleeding : √
Nyeri pelvis : √
Prolap : √
Riwayat menstruasi : Menstruasi pada usia 15 tahun, dan menopause pada usia 55
tahun
Aktifitas seksual : √
Pap smear : √
KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah

15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : √
Bengkak : √
Kaku sendi : √
Deformitas : √
Spasme : √
Kram : √
Kelemahan otot : √
Masalah gaya berjalan : √
Nyeri punggung : √
Pola latihan : Tidak pernah
Dampak ADL : Klien tidak mampu berdiri lama-lama
KETERANGAN : -

16. Persyarafan
42
Ya Tidak
Headache : √
Seizures : √
Syncope : √
Tic/tremor : √
Paralysis : √
Paresis : √
Masalah memori : √
KETERANGAN : Sakit kepala menyebabkan klien mengalami gangguan tidur.
Masalah memori terjadi karena proses penuaan.

5. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :


Psikososial YA Tidak
Cemas : √
Depresi : √
Ketakutan : √
Insomnia : √
Kesulitan dalam mengambil : √
keputusan
Kesulitan konsentrasi : √
Mekanisme koping : Ketika ada masalah biasanya pasiennya
bercerita kepada anaknya Ny. D.
Persepsi tentang kematian : Pasien menganggap kematian itu adalah hal yang wajar dalam
kehidupan. Karena setiap yang hidup pasti akan mati.
Dampak pada ADL : Ketika klien merasa cemas klien tidakk mampu melakukan
aktivitasnya untuk membuat canang.

Spiritual
 Aktivitas ibadah : Klien sembahyang 2 kali sehari
 Hambatan : Tidak ada hambatan

KETERANGAN : Tidak ditemukan masalah

6. LINGKUNGAN :

 Kamar : 3 kamar
 Kondisi kamar tidur rapi, barang-barang tertata sesuai tempatnya.
 Pencahayaan di dalam kamar cukup terang
 Suhu kamar dingin (26°C pada siang hari dan 20°C pada malam hari)
43
 Terkadang terdengar suara motor pada siang hari
 Kamar mandi : 1 kamar mandi
 Dalam rumah : bersih dan terawat
 Luar rumah : bersih dan terawat

7. ADDITIONAL RISK FACTOR


Riwayat perilaku (kebiasaan, pekerjaan, aktivitas) yang mempengaruhi kondisi saat ini :
Klien tidak banyak melakukan aktivitas karena terjadi penurunan fungsi organ akibat penuaan.

a. Pengkajian dengan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)


1. Kapan anda biasanya pergi tidur?Ny.S`mengatakan biasanya tidur jam 9.
2. Berapa lama (menit) itu anda membutuhkan waktu untuk tidur setiap malam?15 -
30menit (Ny.S mengatakan meskipun saya sudah berbaring di kasur sejak jam 9,
namun baru bisa memejamkan mata sekitar 15 – 30 menit kemudian).
3. Kapan anda biasanya bangun pagi? Ny.S mengatakan bangun jam 6 pagi.
4. Berapa jam anda tidur di malam hari? Ny.S mengatakan tidur sekitar 9 jam namun
sering terbangun hingga 3x
5. Selama sebulan terakhir, Tidak sekali dua kali tiga kali
anda sering mengalami satu seminggu seminggu atau
kesulitan tidur karena... bulan (1) (2) lebih
terakhir seminggu
(0) (3)

a. Tidak bisa tidur dalam √


waktu 30 menit
b. Terbangun di tengah √
malam atau dini hari
c. Terbangun untuk ke √
kamar mandi
d. Tidak bisa bernapas √
nyaman
e. Batuk atau √
mendengkur keras
f. Merasakan kedinginan √

g. Merasakan kepanasan √

h. Mengalami mimpi √
buruk
i. Merasakan nyeri √
j. Penyebab lain, jelaskan √
seberapa sering Anda
mengalami kesulitan
44
tidur karena kepala
pusing dan telinga
berdenging dan
keinginan untuk
pipis/berkemih di
malam hari
6 Selama sebulan terakhir, √
Apakah anda menggunakan
obat-obatan (baik dengan
resep maupun tidak) untuk
membantu anda tidur
7 Selama sebulan terakhir, √
apakah Anda sering
mengantuk saat
mengemudi, makan, atau
terlibat dalam kegiatan
sosial?
Tidak Kecil (1) Sedang Besar (3)
antusias (2)
(0)
8 Seberapa besar antusias √
anda ingin menyelesaikan
masalah yang anda hadapi?
Sangat Cukup Cukup Sangat
bagus (0) baik (1) buruk (2) buruk (3)

9 Selama sebulan terakhir, √


bagaimana Anda akan
menilai kualitas tidur Anda
secara keseluruhan?

Hasil pengkajian Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) :


No. Item Rumus perhitungan Hasil Perhitungan Skor
penilaian
1. Durasi Tidur Didapat dari Tidur ≥ 7 jam 0
pertanyaan nomor 4
2. Gangguan Didapat dari 16 berada diantara 10 - 18 2
Tidur pertanyaan 5b sampai
dengan 5j dengan
total 16
3. Latensi Didapat dari  Pertanyaan nomor 2 2
Tidur pertanyaan nomor 2 Membutuhkan 16 sampai
dan 5a dengan 30 menit untuk
memulai tidur  skor 1
 Pertanyaan nomor 5a 
skor 3
 Latensi Tidur = P2 + P5a
=1+34
45
Skor 4 berada di antara 3 - 4
4. Disfungsi Didapat dari  Pertanyaan 8 mendapat 1
siang hari pertanyaan 8 dan skor 0
pertanyaan 9 yang  pertanyaan 9 mendapat
dijumlahkan skor 2.
 P8 + P9 = 0 + 2 = 2
Skor 2 berada di antara 1 - 2
5. Efisiensi Didapat dari  P1 + P3 artinya, bangun 1
Tidur pertanyaan 1, jam 9 dan bangun jam 6,
pertanyaan 3, dan dhitung lama tidurnya,
pertanyaan 4. yaitu 9 jam
 P4 = Setiap tidur malam
bangun 3x, masing-masing
30 menit, maka 30 menit
dikalikan 3 hasilnya
90menit atau 1,5 jam
 Total lama tidur = 9jam
dikurangi 1,5 jam hasilnya
7,5 jam

Setelah itu dilakukan perhitungan


dengan Rumus =
𝐿𝑎𝑚𝑎 𝐽𝑎𝑚 𝑇𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑃𝑢𝑙𝑎𝑠 (𝑃4)
𝑋 100%
𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑇𝑖𝑑𝑢𝑟
7,5
𝑋 100% = 83,33 %
9

Hasilnya di antara 75% - 84 %


6. Kualitas tidur 2x seminggu (cukup 2
subjektif buruk)
7. Penggunaan Tidak pernah 0
obat tidur
Total Skor 8
Interpretasi Hasil : Kualitas tidur
<5 = kualitas tidur baik buruk
>5 = kualitas tidur buruk

4.3 Analisa Data


No. Data Etiologi Masalah
1. DS: Proses Menua Insomnia (00095)
a. Ny. S mengeluh sulit untuk memulai Domain 4:
dan mempertahankan tidur pada Penurunan fungsi Activity/Rest
malam hari organ tubuh Class 1:
b. Ny S mengatakan sering terjaga dan Sleep/Rest
46
terbangun pada malam hari (karena Adaptasi tidak
merasa kedinginan, kepala terasa adekuat
berputar-putar, telinga berdenging
dan keinginan untuk pipis/berkemih) Sering terjaga dan
DO: terbagun di malam
a. Ny. S tampak gelisah dan kelelahan hari
b. Terdapat kantung mata
c. Tidak mampu berkonsentrasi Sulit untuk memulai
d. Skor PSQI : 8 (kualitas tidur buruk) dan
e. TTV: mempertahankan
Nadi: 70x/menit tidur
Suhu: 36,5oC
TD: 140/80 mmHg Insomnia
RR: 14x/menit
2. DS: Proses Menua Ansietas (00146)
a. Ny. S mengatakan cemas terhadap Domain 9:
kondisi tubuhnya yang semakin Penurunan fungsi Coping/Stress
menurun dan membuatnya tidak organ tubuh Tolerance
mampu melakukan peran dan fungsi Class 2: Coping
seperti dahulu Perubahan status Response
DO: peran dan fungsi
a. Kontak mata kurang peran
b. Dilatasi pupil
c. Perasaan ketakutan Adaptasi tidak
d. Kesulitan untuk berkonsentrasi adekuat
e. Terlihat kebingungan
Ansietas
3. DS: Proses Menua Konstipasi
a. Ny. S mengatakan sering bolak (00011)
balik ke kamar mandi karena Penurunan fungsi Domain 3:
keinginan untuk defekasi tetapi gastrointestinal Elimination and
feses sulit untuk keluar Exchange
b. Ny. S mengeluh nyeri ketika Penurunan motilitas Class 2:
47
defekasi karena feses sulit untuk usus dan asupan Gastrointestinal
keluar makanan kurang Function
c. Ny. S mengatakan makan sedikit- serat
sedikit dan jarang makan sayuran
ataupun buah-buahan Konstipasi
DO:
a. Terlihat letih
b. Distensi abdomen
c. Terdapat massa di kuadran kiri
bawah abdomen

4.4. Diagnosa Keperawatan


1) Insomnia
2) Ansietas
3) Konstipasi

4.5 Intervensi
1) DiagnosaKeperawatan: Insomnia
NOC NIC
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan Sleep Enhancement (1850)
keperawatan selama 14x24 jam pola tidur 1. Tentukan pola tidur dan pola
pasien kembali normal aktivitas pasien
Kriteria Hasil: 2. Monitor/catat pola tidur dan lama
Sleep (0004) jam tidur pasien
000401; jam tidur (3-5) 3. Catat adanya keluhan fisik
000404; kualitas tidur (3-5) (nokturia, kepala berputar-putar,
000405; efisiensi tidur (3-5) dan telinga berdenging) yang dapat
000406; tidur yang terganggu (3-5) mengganggu tidur
000418; tidur sepanjang malam yang 4. Jelaskan tentang pentingnya tidur
konsisten (3-5) yang adekuat di usia tua
000408; merasakan pemulihan setelah 5. Menyesuaikan kondisi lingkungan
bangun tidur (3-5) (pencahayaan, kebisingan,

48
000410; bangun pada waktu yang tepat (3- temperature ruangan, tempat tidur)
5) untuk meningkatkan kenyamanan
000420; suhu yang nyaman di dalam pasien saat tidur
ruangan (3-5) 6. Bantu pasien untuk menetapkan
000421; kesulitan untuk mulai tidur (4-5) rutinitas tidur untuk memfasilitasi
000423; nokturia (4-5) transisi dari terjaga untuk tidur
7. Bantu pasien untuk mengurangi
situasi yang dapat menyebabkan
stress sebelum waktu tidur
8. Kolaborasi :
Berikan obat yang dapat
membantu pasien untuk tidur, jika
diperlukan

2) DiagnosaKeperawatan: Ansietas

NOC NIC
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan Anxiety Reduction (5820)
keperawatan selama 3x24 jam ansietas 1) Gunakan pendekatan yeng tenang
pasien berkurang dan meyakinkan
Kriteria Hasil: 2) Mendengarkan dengan penuh
Acceptance: Health Status (1300) perhatian
130008; mengakui realitas situasi 3) Ciptakan suasana yang dapat
kesehatan (4-5) menimbulkan trust
130017; menyesuaikan diri dengan 4) Mendorong pasien untuk
perubahan status kesehatan dan peran (4- mengungkapkan perasaan,
5) persepsi, dan ketakutan
130013; melaporkan perasaan yang layak 5) Kaji adanya tanda ansietas (verbal
untuk hidup (4-5) dan nonverbal)
Personal Well Being (2002) 6) Bantu pasien untuk
200203; hubungan sosial (3-5) mengidentifikasi situasi yang bisa
200208; kemampuan untuk menimbulkan ansietas
beristirahat/rileks (3-5) 7) Ajarkan pasien untuk

49
200209; tingkat kebahagiaan (4-5) menggunakan teknik relaksasi
8) Kolaborasi:
Berikan obat yang dapat
mengurangi ansietas, jika
diperlukan
Anticipatory Guidance (5210)
1) Membantu pasien untuk
beradaptasi dengan perubahan
peran dan lingkungan sosial

3) DiagnosaKeperawatan: Konstipasi
NOC NIC
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan Bowel Management (0430)
keperawatan selama 3x24 jam pola 1) Catat tanggal terakhir defekasi
defekasi pasien kembali normal 2) Kaji apakah ada masalah
Kriteria Hasil: pencernaan sebelumnya, riwayat
Bowel Continence (0500) penggunaan laksatif
050006; tonus sphincter yang memadai 3) Pantau adanya gejala konstipasi
untuk mengontrol buang air besar (3-5) dan impaksi
050012; sampai ke toilet antara dorongan 4) Monitor gerakan usus termasuk
dan evakuasi feses (4-5) frekuensi, konsistensi, bentuk,
050013; mencerna jumlah cairan yang volume, dan warna dari feses
cukup (4-5) 5) Pantau bising usus pasien
050014; mencerna jumlah serat yang 6) Melaporkan peningkatan frekuensi
cukup (4-5) dan / atau bising usus bernada
050015; menjelaskan tentang hubungan tinggi
antara asupan makanan dengan konsitensi 7) Instruksikan keluarga oasien untuk
feses (3-5) mencatat warna, volume, frekuensi
050018; memonitor jumlah dan dan konsistensi dari feses
konsistensi dari feses (3-5) 8) Mengajarkan pasien tentang
Bowel Elimination (0501) makanan tertentu yang dapat bantu
050129; bunyi/bising usus (4-5) dalam mempermudah defekasi

50
(makanan tinggi serat)
9) Beritahu pasien agar mengurangi
konsumsi makanan yang banyak
mengandung gas
10) Berikan minum air hangat setelah
makan
11) Berikan obat supositoria, jika
diperlukan

51
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan
kematian (Hutapea, 2005). Lansia menghabiskan waktunya lebih banyak di tempat tidur,
mudah jatuh tidur, tetapi juga mudah terbangun dari tidurnya. Perubahan yang sangat
menonjol yaitu terjadi pengurangan pada gelombang lambat, terutama pada stadium 4,
gelombang alfa menurun, dan meningkatnya frekuensi terbangun di malam hari atau
meningkatnya fragmentasi tidur karena seringnya terbangun. Gangguan juga terjadi pada
dalamnya tidur sehingga lansia sangat sensitif terhadap stimulus lingkungan. Gangguan tidur
pada lansia diantaranya adalah insomnia, hipersomnia, enuresis, narkolepsi, dan apnea tidur.

Perawat dapat menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Hal ini
membantu mengidentifikasi dan menilai qualitas tidur lansia. PSQI yang mempunyai 9 item
digunakan untuk mengukur kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, kebiasaan tidur,
gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi siang hari selama satu bulan terakhir.
Penatalaksanaan pada lansia dengan gangguan tidur dapat dilakukan pencegahan secara
primer, sekunder dan tersier.

5.2. Saran
1. Perawat dapat menerapkan intervensi pada lansia yang mengalami gangguan tidur
sesuai keluhan dan penyebab yang memicu gangguan tidur.
2. Harapannya dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa melengkapi mengenai konsep
teori gangguan tidur pada lansia dan bagaimana intervensi keperawatan yang akan
diterapkan dalam menangani kasus gangguan tidur pada lansia

52
DAFTAR PUSTAKA

Amir, Nurmiati. 2007. Gangguan Tidur pada Lanjut Usia (Diagnosis dan Penatalaksanaan).
Jakarta: Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit
Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo

Bulechek, Gloria M., et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th ed. United
Kingdom: Mosby Elsevier

Choppra, D. 2003. Tidur Nyenyak, Mengapa Tidak? Ucapkan Selamat Tinggal pada
Insomnia. Yogyakarta: Ikon Teralitera.
Cole, C. & Richards, K. 2007. Gangguan tidur dewasa lama. American jurnal of nursing. vol
107, 40-49
Foreman, M. D. & Wykle, M. 1995. Nursing standard of practice protocol : Sleep
disturbances in elderly patients. Geriatric nursing ; 16. Cleveland: Mosby Year book.
Inc.
Hanun, S. 2011. Mengenal sebab-sebab, akibat-akibat, dan cara terapi insomnia. Yogyakarta
: Flash books
Hidayat, A. A. A. 2008. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data . Jakarta :
Salemba Medika
Karota-Bukit, E. 2005. Jurnal Keperawatan Indonesia Volume 9. Jakarta: Fakultas Ilmu
Keperawatan Indonesia.
Kozier, B. & Erb, G. 1987. Fundamental of Nursing. California: Addison-Wesley Publishing
Company.
Lumbantobing, M. 2004. Neurogeriatri. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Universitas
Indonesia
Maryam R Siti,dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika

Moorhead, Sue., et al. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC): Measurement of Health
Outcomes 5th ed. United Kingdom: Mosby Elsevier

NANDA International, Inc. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions &
Classification, 2015-2017 10th ed. Oxford: Wiley Blackwell

Rahadian, Vrisaba. 2002. Mengapa anda sulit tidur. Bandung: Pionir Jaya. h. 47-51

53
Stanley, M. 2006. Buku Asmadi. 2008. Teknik procedural keperawatan : konsep dan aplikasi
kebutuhan dasar. Jakarta : Salemba Medika
Stanley Mickey. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

Thorpy, M. J. 1990. Handbook of Sleep Disorders. New York: Arcel Dekker, inc.
Tamher S. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika

54

Anda mungkin juga menyukai