Tugas Kesehatan Ibu Dan Anak
Tugas Kesehatan Ibu Dan Anak
DISUSUN OLEH :
b. Manajemen
Penatalaksanaan pada bayi makrosomia antara lain: 1) menjaga kehangatan;
2) membersihkan jalan nafas; 3) memotong tali pusat dan perawatan tali pusat;
4) melakukan inisiasi menyusui dini;5) membersihkan badan bayi dengan kapas
baby oil; 6) memberikan obat mata; 7) memberikan injeksi vitamin K; 8)
membungkus bayi dengan kain hangat; 9) mengkaji keadaan kesehatan pada
bayi dengan makrosomia dengan mengobservasi keadaan umum dan vital sign
serta memeriksa kadar glukosa darah sewaktu pada umur 3 jam; 10) memantau
tanda gejala komplikasi yang mungkin terjadi; dan 11) memberikan terapi sesuai
komplikasi yang dialami oleh bayi. Makrosomia yang tidak ditangani secara
adekuat berisiko menimbulkan beberapa komplikasi seperti hipoglikemia,
hipokalsemia, hiperbilirubinemia. Hipoglikemia adalah kadar gula darah
5mg/dL.Hiperbilirubin adalah pewarnaan kuning dikulit, konjungtiva, dan
mukosa yang terjadi karena meningkatnya kadar bilirubindalam darah. Klinis
ikterus tampak bila kadar bilirubin dalam serum >5 mg/dL. Penatalaksanaanya
dimulaisejak bayi mulai kurang kadar bilirubinnya harus dipantau dengan teliti
kalau perlu beri terapi sinar atau transfusi tukar darah dengan cara:1)
mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara membungkus bayi menggunakan
selimut bayi yang dihangatkan terlebih dahulu;2) menidurkan bayi dalam
inkubator. Perawatan bayi dalam inkubator seperti ini merupakan metode
merawat bayi dengan dimasukkan ke dalam alat yang berfungsi membantu
terciptanya suhu lingkungan yang cukup dengan suhu normal;3) memberikan
substrat yang kurang untuk transfortasi atau konyugasi, contohnya ialah
pemberian albumin untuk mengikat bilirubin yang bebas. Albumin dapat diganti
dengan plasma dengan dosisi 15-20 mg/kgBB. Semua ibu hamil dianjurkan
untuk menjalani pemeriksaan untuk melihat adanya diabetes melitus gestasional,
namun waktu dan jenis pemeriksaannya bergantung pada faktor risiko yang
dimiliki ibu. Faktor risiko diabetes melitus gestasional meliputi: obesitas, adanya
riwayat diabetes melitus gestasional sebelumya, glukosuria, adanya riwayat
keluarga dengan diabetes, abortus berulang, adanya riwayat melahirkan dengan
cacat bawaan atau bayi >4000 gram, dan adanya riwayat preeklampsia. Pasien
dengan faktor risiko tersebut perlu diperiksa lebih lanjut sesuai standar diagnosis
diabetes melitus di kunjungan antenatal pertama. Diagnosis diabetes melitus
ditegakkan bila kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dl (disertai gejala klasik
hiperglikemia) ATAU kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl ATAU kadar
glukosa 2 jam setelah TTGO >200 mg/dl ATAU kadar HbA1C >6,5%. Hasil
yang lebih rendah perlu dikonfirmasi dengan melakukan pemeriksaan TTGO di
usia kehamilan antara 24-28 minggu. Diagnosis diabetes melitus gestasional
ditegakkan apabila ditemukan:
- Kadar gula darah puasa > 92 mg/dl, ATAU
- Kadar gula darah setelah 1 jam > 180 mg/dl, ATAU
- Kadar gula darah setelah 2 jam > 153 mg/dl
Tujuan penatalaksanaan adalah mencapai dan mempertahankan kadar
glukosa darah puasa <95mg/dl dan kadar glukosa 2 jam sesudah makan <120
mg/dl.
- Pengaturan diet perlu dilakukan untuk semua pasien:
Tentukan berat badan ideal: BB ideal = 90% x (TB-100)
Kebutuhan kalori = (BB ideal x 25) + 10-30% tergantung aktivitas fisik
+ 300 kal untuk kehamilan
Bila kegemukan, kalori dikurangi 20-30% tergantung tingkat
kegemukan. Bila kurus, ditambah sekitar 20-30% sesuai kebutuhan
untuk meningkatkan BB
Asupan protein yang dianjurkan adalah 1-1,5 g/kgBB
- Pemberian insulin dilakukan di rumah sakit dan dipertimbangkan bila
pengaturan diet selama 2 minggu tidak mencapai target kadar glukosa darah.
Pemberian insulin dimulai dengan dosis kecil yaitu 0,5-1,5 unit/kgBB/ hari.
- Pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan pemeriksaan tinggi fundus uteri,
USG, dan kardiotokografi.
- Penilaian fungsi dinamik janin plasenta (FDJP) dilakukan tiap minggu sejak
usia kehamilan 36 minggu
Skor <5 merupakan tanda gawat janin dan indikasi untuk melakukan
seksio sesarea. Lakukan amniosentesis dahulu sebelum terminasi
kehamilan bila usia kehamilan <38 minggu untuk memeriksa
kematangan janin.
Skor >6 menandakan janin sehat dan dapat dilahirkan pada umur
kehamilan aterm dengan persalinan normal.
- Bila usia kehamilan telah mencapai 38 minggu dan janin tumbuh normal,
tawarkan persalinan elektif dengan induksi maupun seksio sesarea untuk
mencegah distosia bahu.
- Lakukan skrining diabetes kembali 6-12 minggu setelah bersalin. Ibu dengan
riwayat diabetes melitus gestasional perlu diskrining diabetes setiap 3 tahun
seumur hidup.
Penatalaksanaan pada bayi makrosomia antara lain menjaga kehangatan,
membersihkan jalan nafas, memotong tali pusat dan perawatan tali pusat,
melakukan inisiasi menyusui dini, membersihkan badan bayi dengan kapas baby
oil, memberikan obat mata, memberikan injeksi vitamin K, membungkus bayi
dengan kain hangat, mengkaji keadaan kesehatan pada bayi dengan makrosomia
dengan mengobservasi keadaan umum dan vital sign serta memeriksa kadar
glukosa darah sewaktu pada umur 3 jam, memantau tanda gejala komplikasi
yang mungkin terjadi, dan memberikan terapi sesuai komplikasi yang dialami
oleh bayi. Makrosomia yang tidak ditangani secara adekuat berisiko
menimbulkan beberapa komplikasi seperti hipoglikemia, hipokalsemia,
hiperbilirubinemia
b. Manajemen
Usia anak-anak untuk memulai pengobatan toksoplasmosis berkisar dari satu
hari hingga sembilan bulan (median umur, satu bulan). Di antara 29 bayi
yang menerima terapi spesifik, 28 (90,3%) menerima sulfadiazin,
pirimetamin, dan asam folinic, dan satu (3,2%) menerima spiramisin. Bayi-
bayi (34,5%) adalah diobati dengan kortikosteroid (prednison) yang terkait
dengan spesifik terapi ketika protein CSF mereka ≥1 g / dL dan / atau
kapanMereka menyajikan chorioretinitis dengan cedera makula. Dua
anak(6,5%) tidak diobati. Seorang anak lima tahun adalah mereferensikan
layanan referensi tetapi ibu dari yang lain Perawatan yang ditolak oleh anak,
dan bayi tidak memiliki tindak lanjut klinis. Bayi yang dirawat dengan
spiramisin selama tiga tahun Maanden dat een andere gezondheidszorg
adalah omgezet naar mengenakannya sulfadiazin, pirimetamin, dan asam
folinic. Di antara 29 (93,5%) bayi yang diobati, pengobatan itu sementara
dimodifikasi dalam sembilan (31,0%): dua anak (6,9%) diobati dengan
klindamisin, satu (3,5%) dengan pirimetamin dan asam folinic, dan enam
(20,7%) diobati dengan spiramisin.
Selama perawatan untuk toksoplasmosis, 16 dari 29 Pasien (55,2%)
menunjukkan efek samping (Tabel 6). Enam Pasien (37,5%) menerima
kombinasi terapi. Empat Pasien menerima AZT, dan tiga pasien menerima
gansiklovir. Satu bayi yang diobati dengan spiramisin disajikan pengereman
yang sering ditingkatkan dengan reintroduksi sulfadiazin, pirimetamin, dan
asam folinic. Hematologi perubahan, termasuk neutropenia ringan dan / atau
anemia ringan, dibalik dengan dosis harian asam folat yang
meningkat.Ketika dikembalikan ke sulfadiazin, pirimetamin, dan folinic
terapi asam, pasien yang sementara menerima modifikasi behandling fordi
negatif effekter var behandlet medosis harian asam folat yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA