Anda di halaman 1dari 5

A.

Akibat remaja yang mengalami kehamilan yang tidak di inginkan


Era globalisasi dan derasnya arus informasi menyebabkan masuknya budaya
barat ke dalam masyarakat Indonesia, baik secara langsung maupun secara
tidak langsung melalui multimedia. Hal ini menyebabkan pergeseran budaya
dan moral masyarakat. Dampaknya adalah meningkatnya pergaulan bebas
yang berujung terjadinya hubungan pra nikah di kalangan remaja yang
berdampak pada meningkatnya kasus kehamilan yang tidak diinginkan
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) adalah kehamilan yang karena suatu
sebab keberadaannya tidak diinginkan oleh salah satu atau kedua calon
orang tua. Jumlah KTD di Indonesia belum dapat ditentukan secara pasti.
Jika ada, maka sifatnya hanya data regional di suatu daerah. Itupun tidak
semua daerah dapat menunjukkan data tersebut. Biasanya data tersebut
diperoleh dari pelaksanaan program kesehatan reproduksi remaja maupun
data dari Persatuan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).
KTD di kalangan perempuan yang belum menikah terjadi karena hubungan
seks pra nikah yang dilakukan. KTD dan hubungan seks pra nikah
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Efek KTD pada remaja jauh lebih berat jika dibandingkan dengan efek KTD
pada kelompok usia yang lebih tua baik secara fisik, maupun psikologis. Hal
ini terjadi karena pada masa remaja pertumbuhan dan perubahan fisik,
kognitif dan psikologis belum optimal. Jika proses pertumbuhan dan
perkembangan belum optimal, dan ditambah dengan adanya KTD, maka efek
yang dirasakan akan jauh lebih berat. KTD yang berakhir dengan aborsi yang
tidak aman ternyata merupakan salah satu penyumbang Angka Kematian Ibu
(AKI) baik di dunia maupun di Indonesia. Analisis lebih jauh data SKRT 1995
menyebutkan aborsi berkontribusi terhadap 11,1% dari kematian ibu di
Indonesia, atau satu dari sembilan kematian ibu.
Remaja perempuan yang mengalami KTD memandang diri mereka keluar
dari definisi ideal dan menyalahi struktur normative keluarga dari sudut
pandang sosial dan agama. Hal ini menyebabkan ketakutan, kebingungan,
stress, rasa malu, rasa bersalah dan bahkan depresi. Mereka akan lebih
cenderung mencari layanan yang aman secara sosial dari pada aman secara
kesehatan fisik.
Beberapa remaja akan mempertimbangkan bahkan mungkin akan berusaha
untuk melakukan bunuh diri. Remaja yang hamil merasakan dampak
terhadap pendidikannya baik selama kehamilan maupun setelah melahirkan.
Dampak tersebut meliputi: dikeluarkan atau tidak tamat dari sekolah dan
menjadi pengangguran. Remaja yang hamil akhirnya terjebak dalam lingkaran
kemiskinan, kegagalan sekolah, dan keterbatasan menentukan pilihan untuk
dirinya .
Kehamilan telah menimbulkan posisi remaja dalam situasi yang serba salah
dan memberikan tekanan batin (stress). Planned Parenthood Federation of
America menyebutkan bahwa kehamilan remaja memiliki beberapa
konsekuensi bagi bayi, remaja dan masyarakat diantaranya keguguran,
kematian bayi, bayi lahir dengan berat rendah, bayi sering disalahgunakan
atau diabaikan, putus sekolah serta menimbulkan beban bagi masyarakat
terkait dengan keuangan untuk perawatan kesehatan anak. Latifah Husaeni
pada tahun 2010 melakukan penelitian pada remaja yang hamil di luar
pernikahan (tidak dikehendaki) memiliki gejala depresi seperti emosional yang
meliputi perasaan terpuruk, sedih, menangis, dan cemas. Mereka juga
mengalami gangguan pola tidur, menurunnya nafsu makan dan interaksi
sosial juga ikut menurun. Perasaan yang tidak terkondisi dengan 4 baik
membuat remaja tertekan dan akhirnya memilih jalan menggugurkan
kandungannya (aborsi) daripada terus merawat hingga kelahiran. Beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya kehamilan tidak diinginkan pada remaja
antara lain kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi kemudian
faktor yang berasal dari dalam diri remaja sendiri yang kurang memahami
kewajibannya sebagai pelajar. Faktor luar seperti yaitu pergaulan bebas
tanpa kendali orangtua menyebabkan remaja merasa bebas untuk melakukan
apa saja yang diinginkan serta perkembangan teknologi media komunikasi
yang semakin canggih yang memperbesar kemungkinan remaja mengakses
apa saja yang termasuk hal-hal negatif . Stress adalah masalah yang
dihadapi oleh keluarga dengan anak remaja KTD. Stress tersebut meliputi
stress fisik, stress finansial, stress psikologis dan stress sosial. Stress fisik
dialami keluarga ketika harus mendampingi anak remaja yang harus dirawat
di rumah sakit akibat morning sickness yang dialami. Stress finansial dialami
sebagian keluarga karena untuk perawatan kehamilan dan kelahiran anaknya
membutuhkan biaya yang besar. Disamping itu juga karena tingkat ekonomi
keluarga yang serba kekurangan. Stress psikologis dialami keluarga ketika
mengetahui KTD anaknya yang meliputi perasaan bingung, menyesal,
menyerah, malu, khawatir, stress, sedih, marah dan kecewa. Umumnya
perasaan ini muncul ketika pertama kali mereka mengetahui KTD anak
remajanya. Sedangkan stress sosial berupa adanya perasaan seperti
disalahkan, dicemooh, ditanya, digunjing, ditakut-takuti, dikasihani, dan
diungkit-ungkit oleh orang-orang di sekitar caregiver.
Fakta-fakta di atas disebabkan oleh banyak faktor, antara lain masih
rendahnya pengetahuan yang dimiliki remaja mengenai seksualitas. Selain
itu, meskipun banyak remaja mengetahui tentang seks akan tetapi faktor
budaya yang melarang membicarakan mengenai seksualitas di depan umum
karena dianggap tabu, akhirnya akan dapat menyebabkan pengetahuan
remaja tentang seks tidak lengkap, di mana para remaja hanya mengetahui
cara dalam melakukan hubungan seks tetapi tidak mengetahui dampak yang
akan muncul akibat perilaku seks tersebut. Semakin banyaknya kasus
kehamilan di luar nikah yang dialami remaja telah menyebabkan hancurnya
masa depan remaja tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perilaku seksual pranikah
berisiko terhadap kehamilan tidak diinginkan serta faktor yang
mempengaruhinya.
B. Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan
pola pergaulan menjadi semakin bebas yang di dukung oleh fasilitas, aktivitas
seksual mudah dilakukan, bahkan berlanjut menjadi hubungan seksual.
Sehingga, timbul akibat buruk yaitu adanya penularan penyakit menular
seksual (PMS) termasuk AIDS kehamilan pranikah, dan kehamilan tidak
diinginkan, serta pengguguran kandungan dikalangan remaja, dan lain
sebagainya.
pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peran
orang tua dalam memberikan pendidikan pada anak tentang kesehatan
reproduksi, karena tingginya jenjang pendidikan yang dimiliki orang tua
merupakan salah satu pendukung luasnya pengetahuan yang diikuti orang
tua. Hal ini bisa disebabkan karena karakteristik responden tersebut sudah
memiliki pacar, sebab pacaran merupakan salah satu penyebab terjadinya
munculnya hasrat untuk melakukan seks pranikah. kehamilan remaja adalah
tidak diinginkan dan sebagian besar remaja mengenal seks melalui media
berpacaran. bahwa remaja yang sudah memiliki pacar mempunyai
kecenderungan untuk mencari perhatian dari pacarnya dan apabila hubungan
mereka sudah terlalu dekat maka tidak menutup kemungkinan akan
terjerumus kedalam perilaku berisiko terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan.
orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial
yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting,
seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak dan tingkah
dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau
seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi
pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya
dianggap penting bagi individu adalah orang tua .
pendidikan seks atau pelajaran kesehatan reproduksi adalah salah satu cara
untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks seperti kehamilan
tidak diinginkan, hal ini dimungkinkan karena pendidikan seks atau pelajaran
kesehatan reproduksi merupakan suatu kebutuhan pendidikan seksual untuk
mengidentifikasi dan mencegah faktor resiko kehamilan yang tidak diinginkan.
C. Tatalaksana pada remaja yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan
Koping adalah cara individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan
diri dengan perubahan, atau respon terhadap situasi yang mengancam.
Mekanisme koping dibagi menjadi 2 yaitu mekanisme koping adaptif dan mal
adaptif. Mekanisme koping adaptif adalah mekanisme koping yang
mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan.
Sedangkan koping maladaptive adalah koping yang menghambat fungsi
integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi Jurnal Kesehatan Al-
Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014 79 dan cenderung menguasai
lingkungan (Unimus, 2004). Reaksi orientasi terhadap tugas merupakan
komponen koping yang dapat diidentifikasi. Reaksi ini meliputi: 1) perilaku
menyerang (agresif) biasanya untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan
untuk memenuhi kebutuhan; 2) perilaku menarik diri, biasanya digunakan
untuk menghilangkan sumber-sumber ancaman baik fisik maupun psikologis;
3) perilaku kompromi, biasanya digunakan untuk merubah cara melakukan,
merubah tujuan, atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.
Koping yang dilakukan oleh anak lelaki caregiver ini merupakan koping yang
maladaptive/destruktif termasuk kategori perilaku menyerang (agresif). Jika
mengacu kepada teori di atas, hal ini menunjukkan adanya kebutuhan
biologis yang mungkin awalnya diharapkan dapat diperoleh dari pacarnya.
Namun karena pacarnya justru meninggalkan dia sementara dia merasa
sudah berkorban banyak, akhirnya dia mencoba memenuhi kebutuhannya
dari orang lain. Namun, sayangnya, dia memenuhi kebutuhannya tersebut
dari adiknya sendiri.

Sumber :
1. Widyaningsih ,. 2014. Masalah kesehatan yang dihadapi keluarga dalam
merawat anak remaja dengan kehamilan yang tidak diinginkan . cilacap: :
jurnal kesehatan al irsyad vol :1
2. PKBI. 2005. Studi kehamilan kehamilan yang tidak diinginkan pada
remaja. http//www.starnusa.net
3. Wong. 2008. Buku ajar keperawatan dan pediatrik vol 1dan vol 2. Jakarta :
EGC
4. Sri purwaningsih, 2015. Gambaran sikap terhadap pencegahan kehamilan
yng tdak diingnkan pada siswi kelas X di SMAN 1 pundul bantung
yogyakarta . yogyakarta : universitas aisyiah yogyakarta
5. Elisa happy amalia, 2015. Faktor yang mempengaruhi kehamilan yng tidak
diinginkan pda remaja . semarng : unnes

Anda mungkin juga menyukai