Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang ASI

1. Pengertian ASI

Air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting

terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan. ASI merupakan

sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang

dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi, karena ASI

adalah makanan bayi yang paling sempurna baik secara kualitas

maupun kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup

memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 4-

6 bulan. ASI eksklusif sangat penting untuk peningkatan SDM di

masa yang akan datang, terutarna dari segi kecukupan gizi sejak

dini. Asi ekslusif adalah pemberian ASI selama enam bulan

pertama . Memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6

bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensial

kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai

nutrien yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan

dengan kebutuhan bayi (Khairuniyah, 2014).

Air susu ibu (ASI) adalah bahan makanan bayi yang sangat

alami, ideal, dan fisiologis, dan mengandung nutriet lengkap

dengan komposisi yang sesuai bagi bayi yang lahir cukup umur

dalam bulan pertama kehidupan mereka. ASI adalah amunisi

9
10

pertama karena ASI mengandung berbagai zat kekebalan antara

lain amunoglobin, dan ASI juga makanan alami bagi bayi (Hapsari,

2009).

2. Mengukur cakupan ASI pada bayi

Untuk melihat apakah bayi cukup mendapatkan ASI atau

tidak, dapat dilakukan suatu cara yaitu dengan uji keabsahan. Ibu

perlu perhatikan berapa kali bayi kencing dalam satu hari. Dalam

satu hari bayi harus kencing 1 kali atau lebih, dan air seni biasanya

tidak berwarna atau warna kuning pucat, bila bayi hanya menyusui

dan ia kencing 6 kali sehari, berarti ia cukup mendapatkan ASI. Dan

jika ibu memberikan air atau minuman lain maka dalam

pengujiannya tidak mempunyai manfaat (Hapsari, 2009).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegagalan Pemberian ASI

Pemberian ASI ekslusif selama enam bulan pada

kenyataannya tidak sederhana yang dibayangkan karena barbagai

kendala pada upaya pemberian ASI ekslusif selama enam bulan

pertama kehidupannya bayi. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai

berikut (Khairuniyah, 2014) :

a. Faktor pendidikan

Pendidikan merupakan wadah untuk menambah

pengatuhuan dan pendidikan juga membawa umat manusia agar

menjadi manusia yang tangguh pada proses kehidupannya

termasuk memberi ASI ekslusif yang baik pada bayi.


11

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana

seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi

dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan lebih tinggi biasanya

akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang

berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru.

Pendidikan juga mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan

rasional terhadap adat kebiasaan, dengan pendidikan yang tinggi

seseorang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah

baru seperti penerimaan, pembatasan jumlah anak, dan

keinginan terhadap jenis kelamin tertentu. Pendidikan juga akan

meningkatkan kesadaran wanita terhadap manfaat yang dapat

dinikmati bila ia mempunyai jumlah anak sedikit. Wanita yang

berpendidikan lebih tinggi cenderung membatasi jumlah

kelahiran dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan atau

berpendidikan rendah (Soekanto, 2014).

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan diperlukan untuk mend apat informasi misalnya hal-

hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang

termasuk juga perilaku seseorang yang akan pola hidup


12

terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam

pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah meneriam informasi (Riska, 2014).

b. Faktor pengetahuan

Dalam pemberian ASI jika ibu yang mempunyai

pengetahuan yang rendah maka berdampak pada kegagalan

pemberian ASI ekslusif pada bayi.

Pengetahuan adalah proses kegiatan mental yang

dikembangkan melalui proses belajar dan di simpan dalam

ingatan, akan digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk

ingatan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,

yakni indera penglihatan, pendengaran penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga (Juanda, 2012).

Pengetahuan itu bisa bersumber dari pengalaman, orang

tua, teman, buku maupun media massa. Pengetahuan yang

kurang mengenai ASI Eksklusif sangat dipengaruhi oleh

karakteristik individu, karakteristik sosial ekonomi rumah tangga,

gaya hidup dan kurangnya informasi yang dimiliki. Karakteristik

individu meliputi: umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan

(Karningsih, 2014).
13

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang.

1) Proses Adopsi Perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Sebelum orang tersebut mengadopsi perilaku baru dalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :

a) Awarenes (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari

dalam arti memahami.

b) Stimulus (objek) terlebih dahulu.

c) Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus.

d) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap

responden sudah lebih baik lagi.

e) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

f) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap

stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers

menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu

melewati taha-tahap diatas.


14

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi

perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka

perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya,

apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan

kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Juanda,

2012).

2) Tingkat Pengetahuan Didalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif

mempunyai enam tingkatan yaitu :

a) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (reccal) sesuatu yang spesifik

dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkatan

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan

dan sebagainya.

b) Memahami

Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang


15

diketahui, dan dapat mengiterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek

atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

c) Aplikasi

Apllikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan

sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain.

d) Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen,

tetapi masih didalam suatu struktur organisasi, dan masih

ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

membedakan, mengelompokkan, memisahkan dan

sebagainya.

e) Sintesis

Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam


16

suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya,

dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan,

menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau

rumusan-rumusan yang telah ada.

f) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-

kriteria yang telah ada. Misalnya dapat membandingkan

anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi,

dapat menggapai terjadinya diare disuatu

tempat.Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden (Juanda, 2012).

c. Faktor Psikologis

Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita dan adanya

tanggapan para ibu bahwa dengan menyusui akan merusak

penampilan, dan ada juga yang mengalami tekanan batin disaat


17

menyusui bayi sehingga dapat mendesak si ibu untuk

mengurangi frekuensi menyusui bayi.

d. Faktor Emosional

Faktor emosi mampu mempengaruhi produksi air susu ibu.

Aktifitas kalenjar-kalenjar susu ibu senantiasa berubah yang

dipengaruhi oleh psikis/kejiwaan yang dialami oleh ibu dan

perasaan ibu dapat menghambat dalam peningkatan

pengeluaran oksigen.

e. Faktor Fisik Ibu

Kelancaran menyusui bayi adalah tergantung pada kesehatan

ibu, alasan ibu untuk tidak menyusui karena ibu sakit dan

halangan lain baik sebentar maupun lama.

Sehat sebagai sebuah keadaan dinamis yang berubah

secara terus menerus sesuai dengan adaptasi seseorang

terhadap berbagai perubahan yang ada dilingkungan internal

dan eksternalnya. Adaptasi penting dilakukan untuk

menghindari terjadinya perubahan dan penurunan dibanding

kondisi sebelumnya. Adaptasi terjadi untuk mempertahankan

kondisi fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan dan

spiritual yang sehat.

Dua kondisi yang penting dipertahankan karena

berpengaruh terhadap pemberian ASI yaitu kondisi fisik dan

emosional. Kondisi fisik perlu dipertahankan agar seseorang


18

tidak mengalami masalah kesehatan, tidak terkecuali pada ibu

menyusui.

Masalah kesehatan dalam memberikan ASI merupakan

faktor utama ibu berhenti atau tidak memberikan ASI pada bayi

berusia 3-4 bulan. Masalah kesehatan atau penyakit yang

diderita ibu dapat menyebabkan pemberian ASI menjadi

kontraindikasi bagi ibu (Ismawati, 2015).

Kondisi emosional juga perlu dipertahankan agar ibu tidak

mengalami perubahan perilaku dalam memberikan ASI

eksklusif. Salah satu masalah emosi yang paling umum dialami

yaitu stress. Stress dapat terjadi pada ibu menyusui akibat bayi

cepat marah dan sering mencari susu ibu. Ibu yang berada

dalam keadaan tertekan secara emosional, memiliki

kemungkinan untuk mengalami kegagalan dalam menyusui

bayinya. mudah sekali terganggu saat ibu mengalami

goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran

(Ismawati, 2015).

4. Cara Peningkatan Asupan ASI

a. dibuat merasa bahwa ia akan menghasilkan ASI yang cukup.

b. Ibu harus diusahakan beristrahat lebih banyak dan mencoba

bersantai saan menyusui bayinya.

c. Ibu harus makan makanan yang bergizi dan minum yang

banyaks.
19

d. Bayi harus dekat dengan ibu dan ditangani ibu sering mungkin.

e. Ibu harus menyusui bayinya walaupun pada malam hari.

f. Bila diketahui ada perangsang ASI setempat yang bermanfaat

ibu dianjurkan untuk menggunakannya.

g. Menyusui bayi lebih sering

B. Tinjauan Umum Tentang PASI

Pengganti Air Susu Ibu adalah makanan bayi yang secara

tunggal dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi pertumbuhan dan

perkembangan bayi sampai berumur antara 4 dan 6 bulan. Pengganti

Air Susu Ibu (PASI) merupakan makanan yang diberikan pada bayi

setelah cukup bulan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi yang

diperlukan bagi bayi karena produksi ASI mulai menurun, dimana bayi

secara berlahan-lahan dibiasakan dengan makan orang dewasa

(Suhardjo, 1992)

1. Kapan PASI boleh diberikan

Dalam keadaan bayi harus dipisahkan dari ibu, misalnya: Ibu sakit

keras/ menular.

Dalam keadaaan demikian bayi dapat diberi pengganti air susu ibu

sesuai petunjuk kesehatan. Susu kental manis tidak baik digunakan

sebagai PASI.

2. Cara memberikan PASI

a) Air yang digunakan untuk mengencerkan PASI adalah air yang

sudah dimasak mendidih.


20

b) Peralatan yang digunakan untuk mengencerkan PASI sebaiknya

dibilas dengan air panas mendidih.

c) Disamping pemberian PASI, berikan makanan pendamping ASI

setelah berumur 4 bulan

d) Segera setelah ibu sembuh upayakan menyusui kembali untuk

pemberian PASI sementara ibu sakit, usahakan tidak

menggunakan botol dan dot, tapi gunakan gelas dan sendok

agar bayi tidak bingung (Hendrawan, 2013).

3. Kerugian akibat pemberian PASI

1. Bagi ibu: Tidak ekonomis dan praktis

2. Bagi bayi: Bayi tidak memperoleh zat kekebalan yang ada pada

ASI, dengan demikian dapat meningkatkan resiko infeksi.

Ancaman kekurangan gizi, apabila diberikan tidak sesuai dengan

ketentuan petunjuk penggunaan PASI.

a) Ancaman kegemukan, apabila diberikan secara berlebihan

b) Lebih mudah terserang diare dan alergi

c) Pertumbuhan mulut, rahang dan gigi tidak baik

d) Mengurangi hubungan kasih sayang ibu dan anak yang dapat

menghambat perkembangan mental selanjutnya.

PASI atau pengganti ASI diberikan berupa susu formula

yang sesuai umur atau cocok dengan bayi, artinya susu yang

bayi tersebut bisa menerima. Bila dengan susu formula anak

tidak mau menerima sebaiknya diganti dan akan lebih baik


21

sesuai petunjuk dokter anak. Bila dengan susu formula anak

ada keluhan diare dan sebagainya perlu petunjuk dokter

apakah bayi menderita intoleransi laktosa sehingga perlu

diganti dengan susu kedelai (Hendrawan, 2013).

Kendala dalam pemberian susu botol dimulai dari botol

susunya sendiri yang lebih sulit membersihkannya dan mudah

tercemar bakteri ataupun kuman penyakit. Susu botol tidak

mengandung zat kekebalan tubuh karena itu bayi/anak sering

menderita sakit terutama diare. Dan, susu botol harganya

mahal karena diproses dari susu sapi.

Bila ibu tidak bisa memberi ASI, upayakan memilih susu

yang sesuai. Kebersihan botol susu harus dijaga dengan

mensteril atau merebus dulu sebelum dipakai. Susu harus

diberikan dengan kekentalan sesuai aturan dan jumlahnya

sesuai umur. Bila susu terlalu kental bayi akan cepat haus.

Pemberian susu yang kekentalan terus-menerus dan

berlebihan akan membuat bayi kegemukan. Ini akan dibawa

sampai besar. Kebanyakan susu juga akan mengganggu

nafsu makan sehingga makanan tidak dihabiskan

(Hendrawan, 2013).

C. Tinjauan Umum Tentang Makanan Pendamping MP-ASI

Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan

kepada bayi selain ASI setelah untuk memenuhi kebutuhan gizi,


22

biasanya MP-ASI diberikan setelah berumur 6 bulan tapi ada kalanya

sudah diberikan pada bayi ketikaa berumur 4 bulan sampai 24 bulan,

karena semasa itu produksi ASI makin menurun sehingga suplai zat

gizi dan ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi anak yang semakin

meningkat (Krisnatuti, 2012).

MP-ASI diberikan sebagai pelengkap ASI sangat membantu

bayi dalam proses belajar makan dan kesempatan untuk

menanamkan kebiasaan makan yang baik. Pemberian makanan

pelengkap bertahap dan bervariasi dari sari buah, makanan lumat,

makanan lembek dan makanan padat.

a. Tujuan Pemberian MP-ASI adalah sebagai berikut :

1) Melengkapi zat gizi yang kurang pada ASI

2) Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam

makanan dengan berbagai tekstur dan rasa

3) Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan

menelan

4) Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kalor

energi yang tinggi

b. Pola Pemberian MP-ASI

1) Pola pemberian ASI/MP-ASI pada bayi 0-6 bulan

Dimulai dengan pemberian ASI segera mungkin setelah

melahirkan apalagi kolostrum yang sangat bermanfaat untuk

bayi. Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi


23

ASI. ASI diberikan pada kedua payudara, kiri dan kanan

secara bergantian, tiap kali sampai payudara kosong.

Pemberian ASI 8-10 kali setiap hari termasuk pemberian pada

malam hari sudah memenuhi gizi bayi.

2) Pola pemberian ASI/MP-ASI pada bayi 6-9 bulan

Pemberian ASI diteruskan. Pemberian MP-ASI berbentuk

lumat halus karena bayi sudah memiliki refleks mengunyah

antara lain bubur susu, biskuit yang ditambahkan dengan air

atau susu, pisang dan pepaya yang dilumatkan. Bayi

diperkenalkan dengan nasi tim sering dan ditambahkan

makanan yang lain yang lebih bervarisi. Mulai usia 8-9 bulan

tim tidak lagi disaring tetapi dibuat dalam tekstur yang lebih

kasar sesuai dengan pertumbuhan gigi bayi. Setiap kali

memberikan MP-ASI perlu diberikan ASI telebih dahulu agar

ASI dimanfaatkan seoptimal mungkin.

3) Pola pemberian ASI/MP-ASI pada bayi usia 9-12 bulan

Pemberian ASI diteruskan. Bayi mulai diperkenalkan dengan

makanan padat dalam bentuk makanan lembik (nasi tim bayi).

Pada usia ini bayi sering memegang makanan sendiri maka

dapat diberikan biskuit atau pisang. Bayi dapat diberikan

makanan selingan paling sedikit 1 kali sehari dan makanan

lembek sedikitnya 3 kali sehari. Perlu diperkenalkan makanan

agar bayi terbiasa dengan makanan yang beraneka ragam.


24

c. Bentuk MP-ASI

1. Makanan lumat

Makanan lumat adalah semua makanan yang dimasak dan

disajikan secara halus yang diberikan pertama kali pada bayi

disamping ASI contohnya bubur tepung, bubur beras (encer),

nasi pisang dilumatkan, ketupat dilumatkan dan sebagainya.

Apabila makanan terdiri 1 atau 2 macam bahan makanan

sebaiknya diaanjurkan untuk menambah bahan makanan ketiga

kedalam makanan tersebut sehingga lengkap misalnya bubur

tepung ditambah tempe dilumatkan dan sayuran hijau, nasi

pisang sebelum ditambah ikan asin atau tahu.

2. Makanan Lembek

Makanan lembek merupakan peralihan dari makanan lumat

menjadi makanan orang dewasa dapat berupa bubur beras

(padat), nasi lembik, ketupat dan lain-lain yang biasanya disertai

dengan lauk pauk tertentu (tempe, tahu dan lain-lain).

d. Pengaturan MP-ASI secara tepat dan benar

ASI betapapun baik mutunya sebagai makanan bayi

berjumlah merupakan jaminan bahwa gizi baik yang selalu baik,

kecuali ASI tersebut diberikan secara benar dan tepat. Baik

makanan maupun pendamping haruslah mendekati mutu ASI,

dalam arti dapat memberikan semua unsur gizi essensial yang


25

diperlukan oleh bayi. Mutu protein makanan harus baik, dapat

memenuhi kebutuhan akan berbagai asam amino essensial.

Dengan memperhatikan mutu ASI yang tepat dan benar

maka kemungkinan akan bayi mendapatkan penyakit tidak akan

terjadi. MP-ASI mutu gizinya harus baik seperti susu sapi atau

bersumber protein hewati dalam jumlah yang cukup. Penghentian

pemberian ASI yang terlalu awal mungkin tidak akan membawa

akibat berupa penurunan tingkat gizi. Makanan MP-ASI adalah

makanan yang sangat terbuka akan berbagai kemungkinan

kontaminasi, baik waktu membuatnya maupun menyimpannya.

e. Resiko pemberian MP-ASI yang terlalu dini

Bayi belum siap untuk menerima semi padat kira-kira berumur

6 bulan dan makanan itu belum dirasakan perlu sepanjang bayi

mendapatkan ASI yang cukup. Hal ini dapat mengakibatkan

berbagai munculnya penyakit seperti gangguan menyusui, beban

ginjal yang terlalu berat dan gangguan selera makan.

1. Resiko jangka pendek

2. Gangguan menyusui. Pengenalan makanan selain ASI secara

dini akan menurunkan frekuensi dan intensitas pengisapan bayi,

sehingga resiko akan terjadinya penurunan ASI semakin besar.


26

3. Penurunan absorbsi besi dari ASI

Pengenalan serelia dan sayur-sayuran tertentu dapat

mempengaruhi penyerapan zat besi dari ASI, walaupun

konsentrasi zat besi dalam ASI rendah, tetapi lebih mudah.

4. Penyakit diare

Resiko jangka pendek pada bayi yang mendapat makanan

pendamping ASI terlalu dini adalah penyakit diare.

a. Resiko jangka panjang

Beberapa resiko jangka panjang pemberian MP-ASI sejaak

dini adalah :

1. Obesitas

Pemberian makanan pada bayi sejak usia dini dapat

mengekibatkan kegemukan pada bayi. Bayi yang

mendapat ASI tampaknya dapat mengatur masukan

konsumsi sehingga konsumsi mereka dapat disesuaikan

dengan kebutuhannya.

2. Beban ginjal yang berlebihan

Makanan padat banyak yang mengandung kadar

Natrium clorida (NaCl) yang tinggi yang akan menambah

beban bagi ginjal . beban tersebut masih ditambah oleh

makanan pendamping lainnya yang mengandung

daging.
27

3. Arteriosklerosis

Peranan faktor dalam patogenesis dan penyakit jantung

ischemic tidak dipungkiri lagi. Faktor nutrisi yang terlibat

antara lain : diit yang mengandung tinggi energi atau

kalori dan kaya akan kolesterol serta lemak-lemak jenuh

sebaiknya kandungan lemak tak jenuh yang rendah.

1. Alergi terhadap makanan

Belum matangnya sistem kekebalan usus pada umur

dini, akan menyebabkan banyak terjadinya alergi

terhadap makanan pada masa kanak-kanan. ASI dapat

menularkan penyebab-penyebab alergi dalam jumlah

yang cukup banyak untuk menyebabkan gejala-gejala

klinis tetapi pemberian susu sapi atau makanan

pendamping yang dini menambah terjadinya alergi

terhadap makanan (Krisnatuti, 2012).

f. Perlakuan Salah Pada Pemberian Makanan Pendamping

1. Memberikan makanan pralaktat sebelum ASI keluar. Makanan

pralaktat adalah jenis makanan seperti air kelapa, air tajin, madu,

pisang, yang sudah diberikan pada bayi baru lahir.

2. Membuang kolostrum. Masih banyak ibu-ibu yang tidak

memanfaatkan optimal ASI-nya sehingga ASI yang dikonsumsi

tidak cukup. Kombinasi pemberian ASI dengan pemberian


28

makanan pendamping ASI yang tidak tepat dalam kualitas dan

kuantitas dapat menyebabkan bayi menderita kurang gizi.

3. Penggunaan hanya satu payudara. Menyusui hanya dari satu

payudara berarti tidak memanfaatkan ASI secara optimal

sehingga ASI yang dikonsumsi tidak cukup. Kombinasi

pemberian ASI dengan pemberian makanan pendamping ASI

yang tidak tepat dalam kualitas dan kuantitas dapat

menyebabkan bayi menderita kurang gizi.

4. Pemberian makanan pendamping terlalu dini atau terlambat.

Pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini menurunkan

konsumsi ASI dan menimbulkan gangguan pencernaan/ diare.

Sedang bila terlambat bisa menyebabkan bayi kurang gizi

(Krisnatuti, 2012).

g. Cara pemberian makanan pendamping

Pertama, berikan dalam bentuk cair dan bertahap menjadi

lebih kental. Kedua, bila bayi tidak mau jangan dipaksa tetapi bisa

diganti jenis lainnya dan pada kesempatan lain bisa diulang

pemberiannya. Ketiga, jangan memberikan makanan pendamping

dekat dengan waktu menyusui. Keempat, berikan makanan

pendamping yang bervariasi supaya tidak bosan sekaligus

memperkenalkan aneka jenis bahan makanan.


29

h. Kecukupan makanan bayi usia empat bulan

Selama masa bayi, pengaturan makan perlu mengalami

beberapa tahap perubahan yang disebabkan oleh peningkatan

rekuiremen dan perkembangan kemampuan bayi untuk menerima

dan mencerna makanan. Bayi disusukan sedini mungkin, kalo bisa

langsung setelah melahirkan. Program Inisiasi Menyusui Dini atau

disingkat dengan IMD juga mulai marak di lakukan di beberapa

rumah sakit. Waktu dan lama menyusui disesuaikan dengan

kebutuhan bayi.

Makanan pendamping ASI atau bisa disebut MP-ASI adalah

makanan yang diberikan kepada bayi selain ASI, dimana jenis dan

karakter dari makanan tersebut disesuaikan dengan umur bayi.

a. Bayi 0 – 6 Bulan

Bayi usia 0-6 bulan sebenarnya tidak memerlukan makanan

pendamping, dengan ASI saja sudah mencukupi. ASI ekslusif

dewasa ini disarankan memang sampai dengan bayi usia 6

bulan. Namun bila kebutuhan ASI tidak mencukupi, atau ada hal

tertentu yang menyangkut kondisi sang ibu seperti tidak

keluarnya ASI, pemberian makanan penunjang bisa dilakukan.

Pada usia 3-4 bulan, bayi bisa diberikan buah-buahan seperti

pisang dan air jeruk manis. Pemberian bubur susu (makanan

lumat sampai lembik) disesuaikan dengan keperluan masing-

masing bayi. Makanan padat bayi pertama ini (bubur susu)


30

dapat dibuat dari tepung seperti tepung beras, jagung atau

havermouth dengan ditambahkan susu dan gula. Pemberian

bubur susu dan buah-buahan 1x sehari.

Usia sebelum 4 bulan ini dapat pula mulai diberikan telur

ayam, tetapi harus waspada kemungkinan alergi dengan gejala

urtikaria. Bila terjadi alergi, pemberian telur ditangguhkan.

Biasanya bayi sudah tahan telur pada usia 7 bulan ke atas.

Untuk pemberian makanan lumat bisa memilih waktu yang

sesuai misalkan sekitar jam 09.00 dengan memperhatikan

bahwa kira-kira 2 jam sebelumnya tidak diberi apa-apa. Pada

bayi usia 5-6 bulan dapat diberikan 2x bubur susu sehari, buah-

buahan dan juga telur.

b. Bayi 6 – 8 Bulan

Bayi dapat mulai diberi nasi tim yang merupakan makanan

lunak dan makanan campuran yang lengap karena dapat dibuat

dari beras, bahan makanan sumber protein hewani (hati, daging

cincang, telur atau tepung ikan) dan makanan sumber protein

nabati seperti tahu, tempe, sayuran hijau (bayam), buah tomat

dan wortel. Sehingga nasi tim ini merupakan makanan yang

mengandung nutrien lengkap. Selama bayi, pemberian nasi tim

ini harus disaring terlebih dahulu untuk memudahkan

menelannya dan tidak mempersulit atau memperberat

pencernaan.
31

c. Bayi 8 – 12 Bulan

Bubur susu sudah dapat diganti seluruhnya dengan nasi tim,

yaitu pada pagi hari sebagai makan pagi misalnya sekitar jam

09.00. Siang hari sekitar jam 13.00 sebagai makan siang dan

sore hari sekitar jam 17.00 – 18.00 sebagai makan malam.

Bila bayi disusui lebih dari 1 tahun, harus diperhatikan

kemungkinan timbulnya anoreksia (berkurangnya atau

hilangnya napsu makan) terhadap makanan lain sehingga anak

bisa kekurangan protein dan kalori yang akhirnya menderita

penyakit malnutrisi energi protein.

d. Makanan Buatan dan Susu Formula

Memberikan makanan buatan hanya dibenarkan bila

menyusui tidak dapat dilaksanakan, misalnya produksi ASI

tidak ada atau sangat kurang. Susu formula sebagai pengganti

ASI kebanyakan dibuat dari susu sapi. Hampir semua tersedia

dalam bentuk bubuk dan hanya memerlukan pengenceran

dengan air matang sebelum disajikan. Pengganti ASI (PASI) ini

dapat dikelompokan berbagai macam baik menurut rasa,

menurut Ph cairan, kadar nutrien, bahan utama protein,

maksud penggunaan maupun menurur komposisi nutriennya.

Bila bayi tidak menghabiskan hidangan yang disediakan,

mungkin bayi telah cukup mendapatkan pengganti ASI dan

sebaliknya bila menghabiskan hidangan yang disediakan


32

mungkin juga masih kurang sehingga hidangan selanjutnya

perlu diperbanyak terutama jika bayi masih menangis atau

belum puas.

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang ideal harus

mengandung: (1) makanan pokok (yang paling banyak

dikonsumsi oleh keluarga, biasanya makanan yang

mengandung tepung seperti beras, gandum, kentang dan

tepung maizena) ditambah dengan bahan lain seperti (2)

kacang, sayuran berdaun hijau atau kuning, (3) buah, (4)

daging hewan dan (5) minyak atau lemak. Bahan ini dibuat

menjadi bubur. Makanan pokok direbus di dalam air atau susu

sampai menjadi bubur yang kental dan tidak terlalu cair,

kemudian diperkaya dengan sedikit minyak atau lemak

(Krisnatuti, 2012).

D. Tinjauan Umum Tentang Pekerjaan

Dengan terbukanya kesempatan bekerja dan tuntutan untuk

bekerja membantu ekonomi keluarga maka sebagian ibu-ibu memilih

bekerja di luar rumah. Dengan bekerja ibu tidak dapat berhubungan

penuh dengan bayinya, akibatnya ibu cenderung memberikan susu

formula dan diberikan melalui botol, menyebabkan frekuensi

penyusuan akan berkurang dan produksi ASI akan menurun. Keadaan

ini menyebabkan ibu menghentikan pemberian ASI. Jadi, seorang ibu


33

yang bekerja kemungkinan menyusui bayinya secara eksklusif

menurun drastis (Adrian, 2013).

Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang

diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang

bersangkutan. Aktivitas dalam kerja mengandung unsur suatu

kegiatan sosial, menghasilkan sesuatu, dan pada akhirnya bertujuan

untuk memenuhi kebutuhannya. Namun demikian di balik tujuan yang

tidak langsung tersebut orang bekerja untuk mendapatkan imbalan

yang berupa upah atau gaji dari hasil kerjanya itu. Jadi pada

hakikatnya orang bekerja, tidak saja untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya, tetapi juga bertujuan untuk mencapai taraf

hidup yang lebih baik (Asmiati, 2013).

Anda mungkin juga menyukai