Anda di halaman 1dari 10

DIGITAL ERA

Dirangkum oleh:
Agus Daman (55117120104)

FAKULTAS PASCA SARJANA


JURUSAN MAGISTER MANAGEMENT
MATA KULIAH STRATEGIC MANAGEMENT
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
A. Digital Era

Era Informasi (juga dikenal sebagai Zaman Komputer, Zaman Digital, atau Zaman Media
Baru) adalah periode historis pada abad ke-21 yang ditandai dengan transisi cepat dari industri
tradisional yang dibawa oleh Revolusi Industri melalui industrialisasi, ke teknologi informasi.
ekonomi berbasis. Permulaan Zaman Informasi dikaitkan dengan Revolusi Digital, sama
seperti Revolusi Industri menandai awal Zaman Industri. Definisi apa artinya digital (atau apa
artinya informasi) terus berubah seiring waktu sebagai teknologi baru, perangkat pengguna,
metode interaksi dengan manusia dan perangkat lain memasuki domain riset pasar,
pengembangan, dan peluncuran. Selama Era Informasi, fenomenanya adalah bahwa industri
digital menciptakan masyarakat berbasis pengetahuan yang dikelilingi oleh ekonomi global
berteknologi tinggi yang memperluas pengaruhnya pada bagaimana manufaktur di seluruh dan
sektor jasa beroperasi dengan cara yang efisien dan nyaman.
Dalam masyarakat yang dikomersialkan, industri informasi mampu memungkinkan individu
untuk mengeksplorasi kebutuhan pribadi mereka, sehingga menyederhanakan prosedur untuk
membuat keputusan untuk transaksi dan secara signifikan mengurangi biaya untuk produsen
dan pembeli. Ini sangat diterima oleh para peserta di semua kegiatan ekonomi untuk tujuan
kemanjuran, dan insentif ekonomi baru kemudian akan didorong secara alami, seperti ekonomi
pengetahuan. Era Informasi dibentuk dengan memanfaatkan kemajuan dalam
mikrominiaturisasi komputer. Evolusi teknologi dalam kehidupan sehari-hari dan organisasi
sosial telah memunculkan fakta bahwa modernisasi proses informasi dan komunikasi telah
menjadi kekuatan pendorong evolusi sosial.

a. Definisi Era Digital Era digital adalah istilah yang di gunakan dalam kemunculan digital,
jaringan internet khususnya teknologi informasi komputer. Media baru Era Digital sering di
gunakan untuk menggambarkan teknologi digital. Media ini memiliki karakteristik dapat
dimanipulasi, bersifat jaringan atau internet, selain internet seperti media cetak, telivisi,
majalah, koran dan lain-lain bukanlah termasuk dalam kategori media baru. Media massa
Beralih ke media baru atau internet karena ada pergeseran budaya dalam sebuah penyampaian
informasi.
Kemampuan media era digital ini lebih memudahkan masyarakat dalam menerima informasi
lebih cepat dalam hal ini internet yang membuat media massa berbondong-bondong pindah
haluan. Semakin canggihnya teknologi digital masa kini membuat perubahan besar terhadap
dunia, lahirnya berbagai macam teknologi digital yang semakin maju telah banyak
bermunculan. Berbagai kalangan telah dimudahkan dalam mengakses suatu informasi melalui
banyak cara, serta dapat menikmati fasilitas dari teknologi digital dengan bebas dan terkendali.
Tetapi di sayangkan semakin berkembangnya teknologi justru semakin banyaknya kejahatan
yang terdeteksi. Maka dari itu segala sesuatunya harus memiliki perlindungan hak cipta dan
mengontrol anak-anak dan remaja khususnya.
b. Perkembangan Era Digital di Indonesia Banyak perkembangan Era Digital yang bisa lihat
di negara kita ini. Kemajuan teknologi memaksa media massa di Indonesia harus berubah
dalam menyampaikan informasi. Media online (internet) di era sekarang ini menggeserkan
media massa. Jika perusahaan media massa seperti Koran, majalah dan lain-lain masih tetap
bertahan tanpa mengikuti kemajuan jaman dalam hal ini (internet) maka dapat di pastikan
perusahaan tersebut akan mengalami kemunduran karena kebutuhan masyarat dalam menerima
informasi sudah beralih ke media baru atau internet. Sebenarnya Hampir satu dasawarsa
Indonesia terlambat dalam mengadopsi teknologi komunikasi khususnya internet. Dengan
munculnya budaya digital masyarakat sangat cepat menerima perkembangan teknologi
tersebut. Di lihat secara global Indonesia siap dalam menerima budaya digital, budaya digital
di butuhkan dalam mencapai pertumbuhan yang positif sesuai dengan kemajuan jaman itu
sendiri.
c. Dampak Positif dan Negatif Era Digital Dalam perkembangan teknologi era digital ini tentu
banyak sekali dampak - dampak yang akan kita rasakan dalam dunia digital ini, baik dampak
postif maupun dampak negatifnya.
1) Dampak Positif Era Digital Berikut dampak Positif era digital:
 Informasi yang dibutuhkan untuk menjadi lebih cepat dan lebih mudah dalam
mengakses.
 Tumbuhnya inovasi dalam berbagai bidang yang berorentasi pada teknologi digital,
inovasi ini lebih memudahkan proses dalam pekerjaan kita.
 Munculnya media massa berbasis digital, khususnya media elektronik sebagai sumber
pengetahuan dan informasi.
 Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pengembangan dan pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi.
 Dalam dunia pendidikan seperti perpustakaan online, media pembelajaran online,
diskusi online dan masih banyak lagi.
 Dalam dunia bisnis seperti toko online dengan menggunakan aplikasi yang terhubung
pada situs toko online tersebut

2) Dampak Negatif Era Digital Berikut dampak negatif era digital:


 Kemajuan teknologi gital akan semakin memudahkan pelanggaran Hak Kekayaan
Intelektual (HKI) karena akses mudah ke data yang menyebabkan orang plagiatis akan
melakukan kecurangan.
 Salah satu dampak negatif televisi adalah melatih anak untuk berpikir pendek dan
bertahan berkonsentrasi dalam waktu yang singkat (jangka pendek perhatian).
 Penyalahgunaan pengetahuan bagi orang-orang tertentu untuk melakukan tindak
pidana. Kita tahu bahwa kemajuan di bidang pendidikan juga mencetak generasi e-book
tinggi berpengetahuan tetapi moral yang rendah. Misalnya, dengan ilmu komputer yang
tinggi maka orang akan mencoba untuk menerobos sistem perbankan dan lain-lain.
 Tidak membuat teknologi informasi sebagai media atau sarana hanya dalam belajar,
misalnya, kita tidak hanya men-download, tapi masih membeli buku cetak, tidak hanya
mengunjungi perpustakaan digital, tetapi juga masih mengunjungi perpustakaan.
d. Tantangan Era Digital Dalam Berbagai Bidang Penggunaan bermacam teknologi memang
sangat memudahkan kehidupan. Gaya hidup digital pun akan makin bergantung pada
penggunaan ponsel dan komputer. Apapun itu, kita patut bersyukur semua teknologi ini makin
memudahkan. Hanya saja, tentunya setiap penggunaan mengharuskannya untuk mengontrol
serta mengendalikannya. Karena bila terlalu berlebihan dalam menggunakan teknologi ini kita
sendiri yang akan dirugikan, dan mungkin juga kita tak dapat memaksimalkannya. Berbagai
tantangan dari era digital akan selalu bermunculan.
Dalam bidang politik Demokratisas salah satu tujuan utama dalam penggunaan politik dibantu
dengan teknologi informasi adalah adanya peranan besar masyarakat dalam pengembangan
pemerintah. Dengan e-government maka hal ini bisa tercapai. Selain itu Politik internasional,
juga terdapat kecenderungan tumbuh berkembangnya regionalisme.
Kemajuan di bidang teknologi komunikasi telah menghasilkan kesadaran regionalisme.
Ditambah dengan kemajuan di bidang teknologi transportasi telah menyebabkan meningkatnya
kesadaran tersebut. Kesadaran itu akan terwujud dalam bidang kerjasama ekonomi, sehingga
regionalisme akan melahirkan kekuatan ekonomi baru. Tantangan teknologi era digital untuk
mewujudkan politik yang baik seperti :
1) Biaya Walaupun politik yang menggunakan informasi dan teknologi dapat melakukan
pengeluaran yang lebih sedikit daripada konvensional, namun sebelumnya untuk membuat
infrastruktur dan teknisinya akan memiliki biaya yang sangat mahal.
2) Jangkauan akses Harus diakui tidak semua orang melihat teknologi. Bagi warga yang berada
jauh di pedalaman akan susah untuk mengakses website, blog, atau video streaming tentang
politik di Indonesia.
3) Transparansi Pada beberapa negara maju, banyak yang meragukan berita-berita negara yang
diterbitkan oleh negara sendiri. Alasannya karena yang menulis berita itu adalah negara dan
penerbitnya adalah negara. Kecurigaan akan modifikasi berita dapat terjadi.
4) Privasi Sebuah badan politik seperti negara memerlukan tanggapan dari warganya. Jika
negara terus meminta informasi maka privasi dari seseorang semakin sulit untuk dijaga. Ini
akhirnya menjadi dilema, di sisi yang satu data dari masyarakat dihimpun untuk
mengembangkan kegiatan negara namun di sisi yang lain negara pun harus menjunjung tinggi
hak privasi warganya.
Dalam bidang ekonomi perekonomian suatu negara teknologi digital mulai dirasa mempunyai
peran yang penting dalam perekonomian suatu negara karena dengan berkembangnya
teknologi informasi di era digital, perekonomian suatu negara mulai memperlihatkan
perubahan yang cukup signifikan. Banyak hal yang dirasa berbeda dan berubah dibandingkan
dengan cara yang berkembang sebelumnya. Saat sekarang ini jarak dan waktu bukanlah sebagai
masalah yang berarti untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, berbagai aplikasi tercipta untuk
memfasilitasinya. Akan tetapi tantangan era digital tidak bisa kita pungkiri lagi. Di bidang
ekonomi tantangan akan muncul contohnya dalam perindustrian musik di Indonesia banyak
sekali terjadi pembajakan atau plagiat dari berbagai karya yang original. Sehingga ini menjadi
tantangan dalam perindustrian musik Indonesia di Era Digital ini untuk mengantisipasi atau
mencegah terjadinya pembajakan tersebut. Tantangan lainnya seperti persaingan dunia kerja
yang sangat ketat beberapa perusahaan tidak banyak memakai karyawan akan tetapi
menggunakan mesin-mesin atau alat elektronik yang berteknologi digital dan masih banyak
lagi tantangan ekonomi yang akan dihadapi di era digital ini. Dalam bidang sosial budaya di
Era digital juga memiliki berbagai pengaruh positif namun era digital juga membawa dampak
negatif yang menjadikan tantangan untuk memperbaikinya. Kemerosotan moral di kalangan
warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan pelajar juga menjadi salah satu tantangan
sosial budaya di era digital ini. Pola interaksi antar manusia berubah kehadiran teknologi era
digital seperti komputer pada kebanyakan rumah tangga golongan menengah ke atas telah
merubah pola interaksi keluarga. Komputer yang disambungkan dengan telpon telah membuka
peluang bagi siapa saja untuk berhubungan dengan dunia luar tanpa harus bersosial langsung
dengan lawan mainnya.
Dalam bidang pertahanan dan keamanan penggunaan teknologi di era digital ini sangat
berperan dalam membantu pertahan dan keamanan nasional. Penggunaan teknologi informasi
di era digital telah menyebar ke segala bentuk organisasi. Organisasi militer misalnya,
menempatkan teknologi informasi sebagai salah satu senjata yang mendukung kekuatan dan
persatuan organisasi. Hal ini sejalan dengan kekhasan organisasi militer yang selalu menuntut
kecepatan dan ketepatan informasi sebelum mengambil sebuah keputusan (perumusan
strategi). Ini berarti teknologi informasi akan sangat berpengaruh terhadap perubahan strategi
militer. Tantangan Era Digital dalam pertahanan seperti menghadapi ancaman dari luar yang
bersifat maya seperti aktifitas hacker yang bisa merusak sistem situs pertahanan Indonesia.
Teknologi digital dikombinasikan dengan teknologi perang lainnya memungkinkan untuk
menciptakan jenis perang yang secara kualitatif seperti penggunaan robot.
Dalam bidang teknologi informasi tantangan nyata pada era digital semakin kompleks dari
berbagai bidang kehidupan membawa pengaruh-pengaruh yang bisa membuat perubahan di
setiap sisi. Teknologi informasi meruupakan bidang pengelolaan teknologi dan mencakup
berbagai bidang yang termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-hal seperti proses, perangkat
lunak komputer, sistem informasi, perangkat keras komputer, bahasa program, dan data
konstruksi. Singkatnya, apa yang membuat data, informasi atau pengetahuan yang dirasakan
dalam format visual apapun, melalui setiap mekanisme distribusi multimedia, dianggap bagian
dari TI. TI menyediakan bisnis dengan empat set layanan inti untuk membantu menjalankan
strategi bisnis: proses bisnis otomatisasi, memberikan informasi, menghubungkan dengan
pelanggan, dan alat-alat produktivitas. Tantangan dalam bidang teknologi infotmasi sangatlah
banyak sekali, seperti bagaimana memecahkan suatu masalah, membuka kreativitas,
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam melakukan pekerjaan. Jadi dapat dikatakan
karena dibutuhkannya pemecahan masalah, membuka kreativitas dan efisiensi manusia dalam
melakukan pekerjaan, menjadi penyebab atau acuan diciptakannya teknologi informasi.
Dengan adanya teknologi informasi membuat pekerjaan manusia menjadi lebih mudah dan
efisien.
e. Upaya Yang Harus di Lakukan Pada Era Digital Pada era digital ini kita harus bisa
menyikapi dengan baik yakni dengan melakukan upaya-upaya yang harus kita lakukan agar
Era Digital membawa manfaat bagi setiap aspek kehidupan, beberapa upaya yang harus kita
lakukan seperti memberi pendidikan awal dengan benar agar anak-anak dan remaja mengerti
benar apa-apa saja dampak positif dan negatif dari dunia teknologi digital. Sehingga para
remaja dapat memilah dan memilih informasi yang mereka dapatkan dari kamajuan Ilmu
teknologi ini. Pengenalan tentang pemanfaatan aplikasi aplikasi yang dapat membantu kerja
manusia juga perlu kita ketahui manfaat dan kegunaannya dan jangan sampai penggunaan
aplikasi ini menimbulkan ketergantungan yang mendalam. Dalam berbagai bidang seperti
politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan atau keamanan serta teknologi informasi kita harus
mengetahui berbagai dampak dan manfaatnya sehingga kita tahu apa saja upaya yang akan kita
lakukan dalam memanfaatkan berbagai sumber daya teknologi di Era digital ini.

f. Hubungan dengan ekonomi Akhirnya, Teknologi Informasi dan Komunikasi — komputer,


mesin komputerisasi, serat optik, satelit komunikasi, internet, dan perangkat ICT lainnya —
menjadi bagian penting dari ekonomi. Mikrokomputer dikembangkan dan banyak bisnis dan
industri sangat berubah oleh ICT. Nicholas Negroponte menangkap esensi dari perubahan ini
dalam bukunya 1995, Being Digital. Bukunya membahas persamaan dan perbedaan antara
produk yang terbuat dari atom dan produk yang terbuat dari bit. Pada dasarnya, salinan produk
yang terbuat dari bit dapat dibuat dengan murah dan cepat, dan dikirim ke seluruh negeri atau
internasional dengan cepat dan dengan biaya yang sangat rendah.
Era Informasi telah mempengaruhi tenaga kerja dalam beberapa cara. Ini telah menciptakan
situasi di mana pekerja yang melakukan tugas-tugas otomatis mudah dipaksa untuk mencari
pekerjaan yang tidak mudah otomatis. Para pekerja juga dipaksa berkompetisi di pasar kerja
global. Terakhir, pekerja digantikan oleh komputer yang dapat melakukan pekerjaan mereka
lebih cepat dan lebih efektif. Ini menimbulkan masalah bagi pekerja di masyarakat industri,
yang masih harus dipecahkan. Namun, solusi yang melibatkan penurunan waktu kerja biasanya
sangat ditolak.
Pekerjaan yang secara tradisional dikaitkan dengan kelas menengah (pekerja lini perakitan,
pengolah data, mandor dan pengawas) mulai menghilang, baik melalui alih daya atau
otomatisasi. Individu yang kehilangan pekerjaan mereka harus naik, bergabung dengan
kelompok "pekerja pikiran" (insinyur, dokter, pengacara, guru, ilmuwan, profesor, eksekutif,
jurnalis, konsultan), atau menerima pekerjaan dengan keterampilan rendah dan rendah upah.
Para "pekerja pikiran" mampu bersaing dengan sukses di pasar dunia dan menerima (relatif)
upah tinggi. Sebaliknya, pekerja produksi dan pekerja layanan di negara industri tidak dapat
bersaing dengan pekerja di negara berkembang dan kehilangan pekerjaan mereka melalui
outsourcing atau dipaksa untuk menerima pemotongan upah. Selain itu, internet
memungkinkan para pekerja di negara-negara berkembang untuk menyediakan layanan
langsung dan bersaing langsung dengan rekan-rekan mereka di negara lain. Ini memiliki
beberapa konsekuensi besar, termasuk peningkatan peluang di negara berkembang dan
globalisasi angkatan kerja.
Pekerja di negara berkembang memiliki keunggulan kompetitif yang diterjemahkan ke dalam
peningkatan peluang dan upah yang lebih tinggi. Dampak penuh pada tenaga kerja di negara-
negara berkembang sangat kompleks dan memiliki kelemahan. Di masa lalu, nasib ekonomi
para pekerja terkait dengan nasib ekonomi nasional. Misalnya, pekerja di Amerika Serikat
pernah dibayar dengan baik dibandingkan dengan pekerja di negara lain. Dengan munculnya
Era Informasi dan peningkatan dalam komunikasi, ini tidak lagi terjadi. Karena pekerja dipaksa
untuk bersaing di pasar kerja global, upah tidak terlalu bergantung pada keberhasilan atau
kegagalan ekonomi individu.
g. Dampak pada pekerjaan dan distribusi pendapatan Era Informasi telah mempengaruhi tenaga
kerja dalam otomatisasi dan komputerisasi yang telah menghasilkan produktivitas yang lebih
tinggi ditambah dengan kehilangan pekerjaan bersih dalam pembuatan. Di Amerika Serikat
misalnya, dari Januari 1972 hingga Agustus 2010, jumlah orang yang dipekerjakan di
pekerjaan manufaktur turun dari 17.500.000 menjadi 11.500.000 sementara nilai manufaktur
naik 270%. Meskipun awalnya muncul bahwa hilangnya pekerjaan di sektor industri mungkin
diimbangi sebagian oleh pertumbuhan pesat pekerjaan di sektor TI, resesi Maret 2001
meramalkan penurunan tajam dalam jumlah pekerjaan di sektor TI. Pola penurunan pekerjaan
ini berlanjut hingga 2003. Data telah menunjukkan bahwa secara keseluruhan, teknologi
menciptakan lebih banyak pekerjaan daripada yang dihancurkan bahkan dalam jangka pendek.
Proses dan otomatisasi alur kerja. Komputer menyederhanakan, menstandardisasi, dan secara
efisien menjalankan tugas-tugas rutin (seperti pengumpulan dan pemasukan data).
Analisis canggih dan otomatisasi keputusan. Teknik dan algoritma statistik canggih, bersama
dengan kecerdasan buatan (termasuk pembelajaran mesin, agen kognitif, dan robot) membantu
manajer mengekstraksi wawasan, membuat prediksi yang lebih baik, dan memilih intervensi
yang lebih bermanfaat. Infrastruktur yang kohesif, tepat waktu, dan fleksibel. Lingkungan data
yang dimodernisasi, termasuk arsitektur data dan sistem yang mendasarinya, menjadi fleksibel
melalui penggunaan teknik seperti data danau, virtualisasi, dan cloud hybrid. Infrastruktur
menghasilkan pengalaman pengguna yang mulus dan konsisten — untuk pelanggan dan
karyawan — di PC, ponsel, dan tablet. Visualisasi dan antarmuka yang cerdas. Alat dan
aplikasi menghadirkan data kepada pengguna, seperti laporan layanan mandiri, dasbor
interaktif, dan bahkan realitas yang ditambah. Ekosistem eksternal. Kemitraan memberikan
kemampuan digital terkemuka di pasar yang dikembangkan dengan rekan-rekan, perusahaan,
perusahaan baru, dan lainnya. Bakat dan budaya. Orang menggabungkan pengetahuan dan
pengalaman bisnis dan teknologi tradisional dengan data modern, analitik, dan keahlian digital.
Budaya mendorong pengiriman yang cepat dan berulang; kemampuan untuk "gagal cepat"; dan
kolaborasi yang mendalam.
h. Indonesia dan Era Digital Sebagai negara berkembang, teknologi digital mampu mendorong
berbagai kemajuan Indonesia. Dari segi infrastruktur dan hukum yang mengatur kegiatan di
dalam internet, Indonesia sudah siap hidup di era digital. Kesiapan Indonesia dalam koneksi
internet yang saat ini sudah semakin membaik di era 4G dengan Informasi dan Transaksi
Eelektronik (ITE). Masyarakat Indonesia secara umum antusias mengadopsi hidup mendigital
terutama dipicu oleh penetrasi internet dan penggunaan ponsel pintar yang terus meningkat
setiap tahun. Dunia digital berbasis internet membuat seluruh aktivitas para penghuninya
menjadi tanpa batas ruang dan waktu. Payung hukum untuk mengatur segala bentuk aktivitas
tersebut seperti Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) tahun 2008
terus disempurnakan. Data pribadi masyarakat perlu diberikan perlindungan di dalam dunia
maya, maka pihak seperti Google atau Facebook yang memiliki data pribadi penggunanya tidak
bisa menggunakan big data tersebut sembarangan. Telah banyak perkembangan era digital
yang dilakukan Indonesia termasuk media massa di Indonesia berubah dalam menyampaikan
informasi. Media online (internet) di era sekarang ini menggeserkan media massa
konvensional. Walaupun hampir satu dasawarsa Indonesia terlambat dalam mengadopsi
teknologi komunikasi khususnya internet. Namun budaya digital masyarakat Indonesia sangat
cepat menerima perkembangan teknologi tersebut. Di lihat secara global Indonesia masuk
dalam budaya digital yang di butuhkan dalam mencapai pertumbuhan yang positif sesuai
dengan kemajuan jaman itu sendiri.

B. CONTOH IMPLEMENTASI ERA DIGITAL


Soal pariwisata, daerah tempat lahir Menteri Pariwisata, Arief Yahya, Banyuwangi ini memang
mendunia. Calender of event-nya terbaik di Indonesia. Jumlah kunjungan wisnus dan
wismannya sangat tinggi. Rahasianya? Ada di gerakan digital yang didengungkan Di Rakornas
Kemenpar III di Econvention, Ecopark, Ancol lalu.

Tak percaya? Ketik saja kata kunci: Banyuwangi di mesin pencari Google. Yang muncul pasti
seputar pariwisata di sana. Dari mulai Pantai Plengkung, Kawah Ijen, Blue Fire yang hanya
ada dua di dunia, The Seven Giant Waves Wonder, juara dunia versi UN-WTO (United Nation
World Tourism Organization) 48 events di 2016, Pantai Pulau Merah, Pantai Watu Dodol,
Teluk Hijau, Pantai Rajegwesi, semuanya ada.

Dan semua itu, bisa muncul dan terdeteksi oleh jutaan orang di seluruh dunia lewat pemasaran
pariwisata dengan aplikasi berbasis Android. Aplikasi yang berisi lengkap peta jalan dan
destinasi wisata. Melalui digital, pintu pariwisata kota kecil sekelas Banyuwangi menjadi
sangat dikenal di penjuru dunia.

Di 2015 saja, Banyuwangi sudah dikunjungi wisnus 2 juta orang. Angkanya tergolong tinggi.
Bali, yang notabene merupakan pulau utama pariwisata Indonesia hanya dikunjungi 8 juta
wisnus per tahun. Wismannya? Sudah mencapai 50 ribu.

Lagi-lagi, capaiannya tergolong tinggi. Bila dibandingkan dengan Sumatera Selatan yang
cakupannya sudah level provinsi, angka kunjungan wisman ke Banyuwangi masih lebih tinggi.
Di Sumsel, kunjungan wismannya hanya 30 ribu.

“Kami bisa begini salah satunya lewat gerakan Go Digital. Efek digital sangat dahsyat untuk
peningkatan pelayanan publik dan memacu kesejahteraan ekonomi masyarakat,” ungkap
Bupati Banyuwangi, Azwar Anas yang didampingi Kepala DInas Pariwisata Banyuwangi, MY
Bramuda, Senin (19/9) kemarin.

Sudah bukan rahasia lagi kalau Banyuwangi sudah menerapkan aplikasi "Banyuwangi in Your
Hand” untuk menunjang kinerja pariwisatanya. Aplikasi ini bisa diunduh di Apple
store dan Google Play Store. Dan semua data base sudah ada di aplikasi tersebut. Baik
pariwisata dan tempat makanan khas sekalipun, semuanya ada.

“Berkat pemasaran berbasis internet, pariwisata Banyuwangi semakin dikenal. Kami tidak
punya dana promosi besar untuk iklan di televisi atau media cetak atau online, karena itu kami
memanfaatkan sosial media dan aplikasi tadi,” tambah Anas.

Dengan pola serangan digital, wisman atau wisnus yang landing di Bali, bisa dibelokkan ke
Banyuwangi. Lama-lama, aksesnya makin bagus. Amenitasnya semakin kuat. Atraksinya juga
semakin variatif. Dari pantai yang bagus, yang cocok untuk surfing, yang bagus untuk
snorkeling diving, yang pasir merah, pasir. putih, semuanya laku dijual.
Gerakan Go Digital yang dilaunching Menpar Arief Yahya saat Rakornas III Pariwisata 2016
pun jadi smooth diimplementasikan. Koneksi pusat dan daerah tak lagi sulit. Tidak ribet.
Semuanya mudah lantaran iklim kerja Banyuwangi sudah familiar dengan digital.

“Setelah launching Go Digital kami langsung kerja, bergerak, berkoordinasi kemana-mana.


Yang terdekat, kami akan menuntaskan pemasangan jaringan ke semua desa,” timpal MY
Bramuda, Kadispar Banyuwangi.

Sekarang, sudah ada 24 desa yang dijadikan pilot project. Hingga akhir tahun nanti, Bram
membidik 41 desa yang tersambung dengan jaringan fiber optik.

”Kami bikin jadwal per tanggal, per bulan untuk melihat perkembangannya. Yang sudah
tersambung, langsung kami promosikan potensi wisata daerahnya lewat garapan video digital,”
tambahnya.

Upaya lainnya, memperkuat pemasaran dengan http://ww43.banyuwangimall.com/ .


Inilah market place untuk pemasaran produk masyarakat ke pasar global. Sekitar 600-an
pengusaha mikro sudah menikmati pasar baru mereka lewat internet. Digitalisasi informasi
yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi membantu pelaku usaha mikro di
Banyuwangi yang berada di ujung Timur Jawa menembus keterisolasian pasar.

Manfaatnya pun langsung menyentuh akar rumput. Supanggih misalnya. Perajin makanan kecil
di Banyuwangi itu mengaku sangat terbantu dengan pemasaran berbasis digital itu.

”Dulu saat tak kenal internet, saya mengawali dagang dengan berkeliling kampung karena tak
sanggup sewa tempat untuk menempatkan dagangan. Kini tak perlu lagi sewa tempat, saya
sudah bisa berjualan hingga ke Surabaya dan Bali,” kata Supanggih.

Terbukanya pasar online juga dinikmati pengusaha mikro lainnya. Suradi (40), perajin manik-
manik dari Desa Kabat, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, itu, kini menjadi penyuplai toko
kerajinan di Yogyakarta dan Bali. Jika sebelumnya hanya mendapatkan keuntungan Rp 1.000
per perhiasan yang diproduksi, kini ia mendapatkan keuntungan dua kali lipat karena langsung
berhubungan dengan pembeli lewat jaringan online.

“Pasarnya tambah luas, untungnya dua kali lipat,” ungkapnya.

Dengan fakta tadi, Bram – sapaan akrab MY Bramuda, makin yakin, Banyuwangi bisa makin
cepat naik kelas. Apalagi, bila pemasarannya dibantu Indonesia Tourism Exchange yang baru
dilaunching beberapa lalu.

“Implementasinya saya rasa akan mudah terealisasi. Ini kan tinggal input data yang sudah ada,
mempertajam dengan trend kekinian,semuanya bisa langsung konek. Banyuwangi sudah
menerapkan Smart Tourism Ecosystem seperti yang digunakan di Bali, jadi tidak akan sulit,”
ungkapnya.
Referensi:
1. Hapzi Ali, 2018. Modul Manajeen Strategic, UMB Jakarta.
2. https://www.liputan6.com/lifestyle/read/2606613/banyuwangi-contoh-sukses-
implementasi-go-digital

Anda mungkin juga menyukai