Anda di halaman 1dari 8

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Kopi Arabika


Tanaman kopi termasuk dalam familly Rubiaceace dengan genus Coffea dan terdiri
dari 25 sampai 40 spesies bahkan lebih. Dalam dunia perdagangan ada dua jenis kopi yang
sangat terkenal yaitu kopi Arabika (Coffea arabika L.) dan kopi Robusta dimana diantara
kedua jenis kopi tersebut kopi arabika mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi dalam
perdagangan (Ekasari, 2009).
Adapun sistematika tanaman kopi adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Familly : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea arabica sp. (Rahadjo, 2010).

2.1 Morfologi Tanaman Kopi Arabika


Tanaman kopi arabika (Coffea arabika L.) tergolong dalam ordo rubiales dengan
familly Rubiaceae (AEKI, 2014). Tanaman kopi ini merupakan tanaman semak belukar
berkeping dua sehingga memiliki perakaran tunggang. Perakaran ini tidak dimiliki oleh
semua tanaman kopi, namun hanya untuk tanaman kopi yang berasal dari bibit semai atau
bibit sambung yang bagian batangnya berasal dari bibit semai. Begitupun sebaliknya,
tanaman kopi yang berasal dari bibit stek, okulasi ataupun cangkok yang batang bagian
bawahnya berasal dari bibit stek tidak memiliki akar tunggang, sehingga mudah rebah.
Panjang akar tunggang ini kurang lebih 45 sampai 60 cm dan memiliki akar cabang
samping yang panjang 1 sampai 2 meter yang horizontal sedalam 30 cm (Syakir, 2010).
Kopi mempunyai bentuk daun bulat telur, ujungnya agak meruncing sampai bulat.
Daun tersebut tumbuh pada batang, cabang dan ranting yang tersusun berdampingan. Pada

4
batang atau cabang-cabang yang terbentuknya tegak lurus. Susunan daun itu berselang-
seling pada ruas-ruas berikutnya, sedangkan daun tumbuh pada ranting-ranting dan
cabang-cabang yang mendatar, pasangan itu terletak pada bidang yang sama, tidak
berselang-seling. Daun dewasa berwarna hijau tua, sedangkan daun yang masih muda
berwarna perunggu (Najiyati dan Danarti, 2004).
Pohon kopi berbatang tegak lurus dan beruas-ruas hampir pada tiap tumbuh
kuncup-kuncup pada batang dan cabang susunannya agak rumit pada batang-batang itu
sering tumbuh cabang yang tegak lurus, yang disebut cabang (orthotrop) nama cabang atau
tunas-tunas yang tumbuh pada batang itu bisa disebut (wiwilan) tunas air atau cabang air.
Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, daunnya tumbuh pada batang, cabang, dan
ranting-rantingnya tersusun berdampingan. Batang pokok atau batang utama sudah mulai
tampak dan tumbuh terus sampai menjadi besar. Tanaman kopi mempunyai beberapa jenis
cabang yaitu cabang reproduksi, cabang primer, cabang sekunder, cabang kipas, cabang
pecut, cabang balik dan cabang air. Cabang primer mempunyai ciri-ciri yaitu arah
pertumbuhannya mendatar, lemah, berfungsi sebagai penghasil bunga karena disetiap
ketiak daunnya terdapat mata atau tunas yang dapat tumbuh menjadi bunga (Panggabean,
2011).
Bunga kopi terbentuk pada ketiak-ketiak daun dari cabang plagiotrop, masing-
masing ketiak dapat menghasilakan 3-4 tandan yang terdiri dari masing-masing tanaman 3-
5 kuntum bunga. Jumlah bunga kopi arabika lebih banyak dari kopi liberika. Pada kondisi
optimal jumlah kopi arabika bisa mencapai 6000-8000 per pohon. Mahkota bunga
berwarna putih dengan jumlah bunga sebanyak 5 bunga. Kopi arabika bertangkai putik
lebih pendek dibanding dengan benang sarinya, sehingga kopi arabika menyerbuk sendiri,
sedangkan kopi robusta dan liberika menyerbuk silang.
Buah terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri atas 3 bagian lapisan
kulit luar (eksocarp), lapisan daging (mesocrap), lapisan kulit tanduk (endocarp) yang tipis
tetapi keras. Buah kopi yang masih muda berwarna hijau, sedangkan buah yang masak
berwarna merah. Pada umumnya kopi mengandung 2 butir biji, biji-biji tersebut
mempunyai bidang yang datar (perut) dan bidang yang cembung (punggun), tetapi ada
kalanya hanya ada satu butir biji yang bentuknya bulat panjang sering disebut biji atau kopi
(lanang) (Evizal, 2004).

5
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kopi Arabika
2.3.1 Iklim
Tanaman kopi dapat tumbuh dari 200 LU sampai 200 LS. Indonesia secara
potensial merupakan daerah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kopi karena terletak
antara 50 LU sampai 100 LS. Kopi arabika dapat tumbuh pada ketinggian 500 sampai 1700
meter diatas permukaan laut. Untuk daerah Gayo (Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo
Lues). Penanaman dilakukan pada ketinggian tempat 1000 sampai 1500 meter diatas
permukaan laut. Hal tersebut dirasa ideal karena jika semakin rendah daerah penanaman
kopi arabika, faktor pembatasnya adalah serangan penyakit karat daun (Hemeleia vastatrx,
B et Br) dan hama penggerek buah kopi (PBKo/Hypotenomus hampei, Ferr) sebaliknya
apabila tanaman kopi ditanam didaerah yang lebih tinggi, faktor pembatasnya adalah
penyakit mati pucuk (Suwarto et al., 2014).
Dalam penyebaran pertanaman kopi, disamping ketinggian tempat juga sangat
dipengaruhi oleh curah hujan. Curah hujan yang dikehendaki oleh tanaman kopi arabika
adalah 2000 sampai dengan 3000 mm/tahun. Walaupun demikian tanaman kopi arabika
bahkan masih dapat tumbuh didaerah bercurah hujan 1300 sampai dengan 2000 mm/tahun.
Pertumbuhan kopi juga masih dapat bertahan jika angka curah hujan menurun menjadi
1000 sampai 1300 mm/tahun, akan tetapi pada tingkatan ini diperlukan usaha untuk
mengatasi kekeringan, misalnya dengan pemberian mulsa dan irigasi yang intensif
(Prastowo et al., 2010).
Temperatur rata-rata tahunan untuk tanaman kopi arabika adalah 210C sampai
240C. Temperatur yang baik untuk tanaman kopi di Kabupaten Bener Meriah adalah 170C
sampai 190C. Unsur iklim lainnya yang turut mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
tanaman kopi adalah cahaya matahari. Cahaya matahari dapat menstimulisir fotosintesis
secara langsung atau tidak langsung meningkatkan pengambilan nutrisi mineral dan air
tanah. kemudian meningkatkan pertumbuhan dan produksi. Intensitas dan lamanya
penyinaran juga sangat berpengaruh terhadap produksi karbohidrat, pembuahan,
penyebaran pollen, dan lainya (Anshori, 2014).

2.3.2 Tanah
Secara umum tanaman kopi menghendaki tanah yang gembur, dan subur dan kaya
bahan organik. Untuk itu tanah disekitar tanaman harus sering ditambah dengan pupuk

6
organik agar sistem perakarannya tetap tumbuh baik dan dapat mengambil unsur hara
sebagaimana mestinya (AEKI, 2014).
Tanah merupakan media tumbuh bagi setiap tanaman. Tanah yang diinginkan
untuk pertumbuhan tanaman kopi adalah tanah yang mempunyai lapisan bawah yang
berpori. Kopi di Indonesia dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. di Jawa kopi pada
umumnya ditanam pada tanah vulkanis, sedangkan di Aceh (dataran tinggi gayo)
umumnya pada tanah komplek resina, latosol, dan podsolik merah kuning. Tanaman kopi
arabika menghendaki reaksi yang agak masam dengan PH 5.0-6.5. Tetapi hasil yang baik
sering kali diperoleh pada tanah yang lebih masam, asalkan keadaan fisik tanahnya baik.
Didataran tinggi Gayo khususnya Kabupaten Bener Meriah, untuk menyuburkan
tanah baik pada fase pembibitan ataupun tanah yang ada dilapangan (kebun) para petani
kopi menggunakan kompos kulit biji kopi. Kompos kulit biji kopi merupakan kompos
yang berbentuk padat. Tujuan dari penggunaan kompos ini adalah untuk menyediakan
unsur hara makro dan mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki struktur
tanah, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, daya serap air yang lebih lama pada
tanah. pelepasan unsur hara pupuk organik berbeda dengan pupuk kimia, pelepasan unsur
hara organik akan semakin baik apabila dibantu dengan aktivitas mikroorganisme (BPTP
Aceh, 2014).
Penggunaan kompos sebagai bahan pembenah tanah (soil condotion) dapat
meningkatkan kandungan baku bahan organik tanah sehingga mempertahankan dan
menambah kesuburan tanah pertanian. Karakteristik umum dimiliki kompos antara lain : 1)
mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah bervariasi tergantung bahan asal, 2)
menyediakan unsur hara secara lambat (selow release) dan dalam jumlah terbatas, dan 3)
mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah (Setyorini et al.,
2010).

2.3.3 Pohon Pelindung


Kopi umumnya tidak menyukai sinar matahari langsung dalam jumlah banyak.
Tetapi menghendaki sinar matahari yang teratur. Sengatan sinar matahari langsung dalam
jumlah banyak dapat mengganggu keseimbangan proses fotosintesis terutama dalam
musim kemarau. Untuk pembentukan buah, tanaman kopi menghendaki intensitas cahaya
di bawah 1000 foot candel (Najiyati dan Danarti, 2014).

7
Oleh karena itu didalam membudidayakan tanaman kopi pohon pelindung juga
menjadi syarat tumbuh bagi tanaman kopi. Tanaman pelindung berfungsi untuk
mengurangi intensitas cahaya, memgurangi fluktuasi temperatur siang dan malam sebagai
sumber bahan organik. Sumber bahan organik yang dimasuk disini adalah berasal dari
pohon pelindung dari jenis Leguminosa yang dapat memfiksasi nitrogen (N) dari udara
misalnya Lamtoro (Leucaena sp.). Didalam budidaya tanaman kopi pohon pelindung harus
sudah ditanam setahun sebelum penanaman kopi dengan maksud saat penanaman kopi
pohon pelindung sudah berfungsi (Wiryadiputra, 2007).
Selain sebagai penahan intensitas cahaya matahari keberadaan pohon pelindung
juga berfungsi untuk sebagai penahan guncangan angin kencang, angin kencang dapat
memberikan beberapa kerugian pada tanaman kopi yaitu jika pada saat berbunga, maka
angin akan menyebabkan bunga gugur, selain itu guncangan angin yang kencang juga akan
mempertinggi penguapan air dan dapat merusak tajuk tanaman (Suwarto et al., 2014).

2.4 Proses Pembuatan Kompos dan Bahan-bahan Yang di Butuhkan


Pupuk kompos adalah jenis pupuk alami yang terbuat dari bahan organik yang
merupakan sisa buangan makhluk hidup (tanaman dan hewan). Sebagai pupuk alami
keberadaan kompos terutama sangat dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi fisik tanah,
disamping untuk mensuplai unsur hara (Sutedjo,2002).
Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan ataupun segar berperan
penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika dan biologi tanah serta sumber nutrisi tanaman.
Penggunaan kompos/pupuk organik pada tanah memberikan manfaat diantaranya
menambah kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah dan gembur,
memperbaiki sifat kimiawi tanah, sehingga unsur hara yang tersedia dalam tanah lebih
mudah diserap oleh tanaman, memperbaiki tata air dan udara dalam tanah, sehingga akan
dapat menjaga suhu dalam tanah menjadi lebih stabil, mempertinggi daya ikat tanah
terhadap zat hara, sehingga mudah larut oleh air dan memperbaiki kehidupan jasad renik
yang hidup dalam tanah. Untuk memperoleh kualitas kompos yang baik perlu diperhatikan
pada proses pengomposan dan kematangan kompos, dengan kompos yang matang maka
frekuensi kompos akan meracuni tanaman akan rendah dan unsur hara pada kompos akan
lebih tinggi dibanding dengan kompos yang belum matang. (Rukmana, 2007).
Proses pembuatan pupuk kompos yaitu dengan cara mencampurkan bahan-bahan
yang digunakan yaitu limbah kulit kopi, kotoran ternak, sekam padi, gula merah/gula pasir

8
dan juga EM4. Mulanya dicampurkan limbah kulit kopi, kotoran ternak dan sekam padi
secara merata pada suatu tempat yang sudah disediakan lalu bahan tersebut dicampurkan
dengan dekomposer EM4 untuk mempercepat proses terurainya kompos tersebut. Kompos
biasanya dapat digunakan setelah 3-4 minggu dari hari pertama pembuatannya. Bahan
yang digunakan dalam pembuatan kompos yaitu :

2.4.1 Limbah kulit Kopi


Menurut Muryanto, dkk (2004), limbah kulit kopi yang diperoleh dari proses
pengolahan kopi dari biji utuh menjadi kopi bubuk. Proses pengolahan kopi ada 2 macam,
yaitu (1) Pengolahan kopi merah/masak dan (2) Pengolahan kopi hijau/mentah.
Pengolahan kopi merah diawali dengan pencucian dan perendaman serta pengupasan kulit
luar, proses ini menghasilkan 65% biji kopi dan 35% limbah kulit kopi.
Kulit kopi sebagai limbah tanaman kopi terdiri atas kulit buah dan kulit tanduk
kopi. Dengan produksi kopi mencapai 460.000 ton biji kopi, maka kulit buah kopi dapat
mencapai 121.000 ton, sedangkan kulit tanduk sebesar 22.000 ton. Kulit tanduk kopi
memiliki kadar air relatif rendah sehingga digunakan sebagai bahan bakar untuk pengering
kopi. Nilai kalori kulit tanduk kopi adalah sebesar 4600 kkal/kg, sedangkan kulit buah
dengan kandungan air 5% nilai tersebut 3300 kkal/kg.

2.4.2 Kotoran Ternak


Kotoran ternak merupakan salah satu limbah yang dihasilkan dari hewan ternak
yang dipelihara dan dibudidayakan. Kotoran ternak memiliki potensi yang besar dalam
pemanfaatan dan pengembangannya seiring dengan banyaknya hewan ternak yang
dipelihara oleh masyarakat maupun perusahaan hewan ternak. Kotoran ternak yang
digunakan dalam praktek lapang ini adalah dan kotoran ternak sapi.
Kotoran sapi merupakan bahan organik yang secara spesifik berperan
meningkatkan ketersediaan fosfor dan unsur-unsur mikro, mengurangi pengaruh buruk dari
alumunium, menyediakan karbondioksida pada kanopi tanaman, terutama pada tanaman
dengan kanopi lebat dimana sirkulasi udara terbatas. Kotoran sapi banyak mengandung
hara yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium,
belerang dan boron.

9
2.4.3 Sekam Padi
Jerami padi adalah sumber bahan organik yang tersedia setelah panen padi dengan
jumlah yang cukup besar, akan tetapi pemanfaatan jerami padi selama ini hanya digunakan
pada tanah sawah saja. Sedangkan beberapa tanah seperti Ultisol, Oxisol dan Entisol masih
sangat membutuhkan penambahan bahan organik untuk meningkatkan kandungan unsur
haranya.
Produksi sekam padi di Indonesia bisa mencapai 4 juta ton per tahunnya. Berarti
abu sekam padi yang dihasilkan 400 ribu ton per tahun. Hal ini bisa menjadi nilai bagi para
petani padi, jika ia tahu akan manfaatnya. Abu sekam padi berfungsi untuk
menggemburkan tanah sehingga bisa mempermudah akar tanaman menyerap unsur hara di
dalamnya. Kandungan unsur hara abu sekam padi itu tidak sebanyak yang ada di pupuk
buatan, maka penggunaan yang terbaik adalah dengan mencampur antara kompos
(misalnya sekam padi) dan pupuk buatan, dengan kuantitas sesuai kebutuhan tanah.

2.8 Effective Microorganism 4 (EM4)


Setiap zat atau bahan yang dapat mempercepat dekomposisi mikrobiologis dalam
tumpukan kompos disebut effective innoculant. Ada beberapa bahan effective innoculant
yang biasanya digunakan dalam pembuatan kompos diantaranya: EM4, OrgaDec, StarDec,
Harmony, Fix-Up Plus, BioDec, Promi, SuperDec, Acticomp, StarBio, BioPos, Agrisimba
dan lain sebagainya. Effective innoculant ini menggunakan mikroba-mikroba terpilih yang
memiliki kemampuan tinggi dalam mendegradasi limbah-limbah padat organik, yaitu:
Trichoderma pseudokoningii, Cytopaga sp, Trichoderma harzianum, Pholyota sp, Agraily
sp dan FPP (fungi pelapuk putih) (Wahyono et al., 2003).
Pembutan pupuk organik menggunakan teknologi EM4 pada dasarnya adalah
proses pengomposan yang terjadi secara ferementatif. Untuk menjaga proses pengomposan
ini agar terjadi secara baik dengan terpenuhinya persyaratan pengomposan antara lain
suhu, oksigenasi dan kadar airmaka pengomposan ini dilakukan dalam kondisi tertutup
atau ditutup atau dimasukkan ke wadah fermentor. Pembuatan pupuk organic EM4
meggunakan bahan organik dapat menggunakan bahan-bahan seperti Jerami/
rumput/tanaman yang lain dipotong-potong sepanjang 5-10 cm; Dedak 10 kg; Sekam 200
kg; Gula pasir 10 sendok makan; EM4 200 ml (20 sendok makan); Air secukupnya.

10
2.5 Pembibitan Kopi
Pembibitan adalah suatu cara pemeliharaan bibit sebelum dipindahkan ke lapangan.
Persyaratan pembibitan selain membutuhkan tanah yang gembur dan subur juga
membutuhkan persyaratan lain, yaitu bebas dari nematoda atau cendawan akar, tata udara
dan tata air baik, topografi datar, dekat dengan areal yang akan ditanam dan mudah untuk
melakukan pengawasan (Ishar, 2016).
Menurut Rahardjo (2012) pembibitan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

 Persemaian terlebih dahulu, kemudian dipindahkan ke pembibitan. Persemaian


dilakukan di atas tanah yang telah dicangkul dan dilapisi pasir lalu dibuat bedengan
antara bedengan diberi parit parit kecil. Agar tanah tidak terkikis sebaiknya di
tanggul dengan seng atau papan. Biji yang diambil untuk persemaian dipilih dari
varietas /klon unggul. Persemaian benih cara ini disebut persemaian generatif.
Setelah sampai umurnya tersebut persemaian benih dapat dipindahkan ke
pembibitan.
 Pembibitan pada bedengan tanah, yaitu: pembibitan dilakukan diatas tanah yang
telah diolah dan dibuat bedengan. Apabila tanah kurang subur dapat ditambah
dengan pupuk kandang atau kompos. Setelah bibit tersebut sampai umurnya
kemudian bibit dapat dipindahkan ke tempat pembibitan.
 Pembibitan dalam polybag, yaitu: pembibitan dilakukan langsung didalam polybag
yang berukuran 30 X 20 cm, dan tanah yang digunakan adalah tanah hitam dan
gembur yang sudah dicampur dengan pupuk kandang. Biasanya di pembibitan ini
pemupukannya dilakukan dua kali, yaitu pada waktu bibit berumur 3 bulan dan 6
bulan. Setelah bibit tersebut sampai umurnya, kemudian bibit dapat dipindahkan ke
lapangan.

11

Anda mungkin juga menyukai