Sebelum menggunakan sistem e-catalogue dan e-purchasing, sistem pengadaan dilakukan dengan
menggunakan sistem konvensional. Tentunya sistem ini memiliki beberapa permasalahan yang dapat
menghambat ketersediaan sediaan farmasi di fasilitas kesehatan. Tidak seragamnya harga dapat
menjadi salah satu kendala. Selain itu juga waktu pengadaan yang dibutuhkan pada metode
konvensional cukup lama dan rumit, sehingga hal ini menjadi beban yang perlu diperhatikan.
Selain itu, distribusi yang tidak merata serta waktu kedatangan juga sering menjadi masalah meski
telah menggunakan metode perencaan yang canggih dan ekstra (Serambi Indonesia, 2016). Dengan
begitu, pemerintah melakukan pembaharuan melalui hadirnya system e-catalog (e-katalog) obat yang
berisi daftar harga, spesifikasi dan penyedia obat yang diberitakan melalui surat edaran Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 167 tahun 2014 (Kemenkes RI, 2014). Keberadaannya bertujuan
untuk mengatasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, yaitu menjami ketersediaan dan
pemertaan obat yang aman, bermutu, dan berkhasiat untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan (Kemenkes RI, 2013).
Tahapan pengadaan obat sebelum hadirnya e-catalogue secara garis besar adalah melalui
perencanaan, pengadaan, penerimaan, dan distribusi ke unit pelayanan. Proses pengadaan dengan
menggunakan e-catalogue hampir sama, hanya yang berbeda adalah adanya daftar obat yang telah
ditentukan. Daftar obat yang ada di e-catalogue ini adalah daftar obat yang diusulkan oleh seluruh
daerah di Indonesia.
E-catalogue ini diklaim dapat membuat proses pengadaan barang menjadi lebih efisien. Selain itu, e-
catalogue ini memerlukan waktu pengadaan yang lebih singkat dibandingkan dengan metode
konvensional, hal ini sangat menguntungkan bagi fasilitas-fasilitas kesehatan yang memerlukan
sediaan farmasi dengan cepat. Selain itu, sistem e-catalogue ini juga memberikan kepastian
spesifikasi teknis dan acuan harga yang seragam.
Pengaturan tentang katalog elektronik (e-Catalog) dan E-purchasing telah dijelaskan dalam Peraturan
Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang pengadaan barang atau jasa pemerintahan. Perumusan
kebijakan ini dikembangkan dan dirumuskan oleh lembaga kebijakan pengadaan barang/jasa
pemeritah yang disebut LKPP sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden Nomor 157 Tahun
2014.
3. Lebih transparan
Informasi produk diketahui publik (seperti gambar, fungsi, spesifikasi, teknis, asal barang, dan harga
serta penyedia)
Kekurangan dan kendala yang dialami dalam pelaksanaan e-Purchasing dan e-Catalog:
1. Belum sepenuhnya menampilkan informasi yang dibutuhkan pengguna katalog dan
penyelenggaraanya belum didukung sistem informasi yang memadai.
2. Lambatnya respon penyedia terhadap pemesanan yang dibutuhkan mendesak atau tidak dapat
ditunda
Beberapa hal tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya kekosongan obat di instansi
kesehatan yang berdampak serius dalam proses penanganan pasien. Oleh karena itu, dalam
pelaksanaannya diperlukan kerja sama yang baik semua pihak terkait agar program ini dapat
berlangsung dengan lancar.
Evaluasi berkala dibutuhkan agar setiap kendala yang terjadi di lapangan dapat diselesaikan dengan
cepat dan setiap kekurangan yang ada dapat segera teratasi. Jika hal tersebut dapat dilakukan,
kebutuhan sediaan farmasi dan alat kesehatan di setiap instansi dapat terpenuhi dan semua pihak
terutama pasien dapat merasakan keuntungan dari adanya program ini.
Penulis : Liza Indi Hidayah, Nurulita Dina Ulfah, Gadena Artesis Tanti, Chusnul Hayati, Putri Eka
Sumber Pustaka:
Farmasiasia. 2016. Menyambut Era e-Catalog dalam Tender ALKES dan Obat. Tersedia secara
online pada http://www.farmasi.asia/e-catalog-tender-alkes-obat/ [Diakses pada 23 Desember 2017]
Kemenkes RI, 2013, Surat Edaran Nomor KF/MENKES/337/VII/2013 Tentang Pengadaan Obat
Pemerintah Melalui Mekanisme E-Purchasing Berdasarkan Katalog Elektronik, Pemerintah Negara
Republik Indonesia, Jakarta.
Kemenkes RI, 2014, Surat Edaran Nomor KF/MENKES/167/III/2014 Tentang Pengadaan Obat
Berdasarkan Katalog Elektronik (e-Catalogue), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
LKPP. 2015. Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Melalui E-Purchasing. Jakarta: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Republik
Indonesia.
LKPP. 2016. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 6
Tahun 2016 Tentang Katalog Elektronik dan E-Purchasing. Jakarta: Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Republik Indonesia.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Serambi Indonesia. 2014. Apa Itu e-Katalog?. Tersedia secara online pada
http://aceh.tribunnews.com/2014/06/02/apa-itu-e-katalog [Diaksese pada 23 Desember 2017]
Share this:
Facebook
Twitter
Google
LinkedIn
WhatsApp
Tags E-CATALOGUE E-KATALOG E-PURCHASING PENGADAAN OBAT
About farset
Check Also
Digital Revolution : Digitalization Pharmacy in Distribution
GudangIlmuFarmasi (English Ed.) – The digital revolution is well under way for pharma companies.
These …