Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

Materi:

KESETIMBANGAN FASA

Oleh:
Kelompok: 7 / Senin Pagi

Melynda Christiana R NIM : 21030116120060

Rizky Laksmita D NIM : 21030116120071

Samuel A Rajagukguk NIM : 21030116130171

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

Universitas Diponegoro

Semarang

2017
LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

Materi:

KESETIMBANGAN FASA

Oleh:
Kelompok: 7 / Senin Pagi

Melynda Christiana R NIM : 21030116120060

Rizky Laksmita D NIM : 21030116120071

Samuel A Rajagukguk NIM : 21030116130171

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

Universitas Diponegoro

Semarang

2017
KESETIMBANGAN FASA

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Praktikum : Kesetimbangan Fasa


2. Kelompok : 7 / Senin Pagi
3. Anggota
1. Nama Lengkap : Melynda Christiana Rarasati
NIM : 21030116120060
Jurusan : Teknik Kimia
Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Diponegoro
2. Nama Lengkap : Rizky Laksmita Dewi
NIM : 21030116120071
Jurusan : Teknik Kimia
Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Diponegoro
3. Nama Lengkap : Samuel Alexandro Rajagukguk
NIM : 21030116130171
Jurusan : Teknik Kimia
Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Diponegoro

Semarang, 23 Mei 2016

Asisten Laboratorium PDTK II

Rizki Primawati

NIM 21030113120069

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II ii


KESETIMBANGAN FASA

RINGKASAN

Larutan adalah fasa homogen yang mengandung lebih dari satu


komponen. Bila sistem hanya mengandung dua zat maka disebut larutan biner,
misalnya alkohol dalam air. Tujuan praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu
memahamikesetimbangan antara dua (uap-air) dari sistem campuran yang terdiri
dari dua komponen, mampu membuat diagram komposisi versus suhu untuk
larutan etanol-air. Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik-menarik antar
molekul sejenis dan tidak sejenis sama. Komposisi etanol dan air di fase uap yang
digunakan dalam uji dan di fase cair yang dinyatakan dalam xi pada berbagai
suhu. Hukum Roult digunakan untuk larutan ideal.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah etanol 100 mL dan
aquadest 105 mL. Alat yang digunakan adalah labu destilasi, thermometer,
pendingin balik, thermostat, erlenmeyer, pipet, refraktometer, adaptor, statif,
klem, waterbath, kaki tiga, heater, dan thermocouple. Prosedur kerja yang
dilakukan adalah buat kurva standar hubungan komposisi etanol vs indeks bias,
panaskan cairan dalam beaker glass sampai mendidih, labu distilasi didingankan
lalu ditambahkan dengan volume volume tertentu kemudian dipanaskan sampai
mencapai suhu konstan dan ambil cuplikan beserta residu untuk diperiksa indeks
biasnya. Prosedur dilakukan untuk berbagai komposisi, buat kurva hubungan
suhu dengan komposisi etanol.
Hubungan antara %W dengan indeks bias adalah berbanding lurus.
Semakin tinggi komposisi maka kecepatan antar molekulnya semakin rapat.
Akibatnya cepat rambat cahaya makin lambat sehingga indeks biasnya semakin
besar. Hubungan antara %W dengan suhu baik destilat maupun residu, semakin
besar %W maka titik didihnya juga semakin meningkat. Sebaiknya alat
refraktometer dan alat lainnya diperbarui, sebaiknya disediakan timbangan dan
aquadest lebih dari satu.

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II iii


KESETIMBANGAN FASA

SUMMARY

Solution is a homogeneous phase containing more than one component.


When the system contains only two substances it is called a binary solution, such
as alcohol in water. The purpose of the experiment is to enable students to
understand the equilibrium between two (water-vapor) systems of mixtures
comprising two components, capable of making a composition versus temperature
diagram for ethanol-water solutions. The ideal solution is a solution of attraction
between molecules of the same kind and not the same type. The ethanol and water
composition in the vapor phase used in the test and in the liquid phase expressed
in xi at various temperatures. Roult's law is used for ideal solutions.
The ingredients used in this lab are 100 mL ethanol and 105 mL aquadest.
The tools used are distillation flask, thermometer, coolant, thermostat,
erlenmeyer, pipette, refractometer, adapter, stative, clamp, waterbath, foot three,
heater, and thermocouple. The procedure is to make a standard curve of the
ethanol vs composition relationship of the refractive index, heat the liquid in a
beaker glass until boiling, distillation flask is lightened and then added with a
certain volumes then heated until it reaches a constant temperature and take the
trailer along with the residue to check its refractive index. The procedure is
performed for various compositions, create a relation curve between temperature
and etanol composition
The relationship between % W with refractive index is directly
proportional. The higher the composition the speed between the molecules more
tightly. As a result, the creepage speed of light is decline so that the refractive
index is greater. The relationship between % W with both distillate and residue
temperature, the greater % W then the boiling point is also escalated. We
recommend that the refractometer and other tools are updated, it is better to
provide more than one scales and aquadest.

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II iv


KESETIMBANGAN FASA

PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga laporan resmi Praktikum Dasar Teknik Kimia II dapat
terselesaikan dengan lancar dan sesuai dengan harapan.
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Praktikuk
Dasar Teknik Kimia II. Adapun isi dari laporan ini adalah pembahasan mengenai
hasil percobaan dari praktikum Kesetimbangan Fasa.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami ucapkan kepada :
1. Dr.Ing.Silviana, ST, MT. selaku Penanggung jawab Laboratorium
Dasar Teknik Kimia II.
2. Bapak Rustam beserta Ibu Dini selaku laboran Laboratorium Dasar
Teknik Kimia II.
3. Rizki Primawati selaku Asisten pengampu Kesetimbangan Fasa
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II
4. Asisten-asisten Laboratorium Dasar Teknik Kimia II.
5. Teman-teman yang membantu baik dalam segi waktu maupun
motivasi dan semangat.
Laporan resmi ini merupakan Laporan resmi terbaik yang bisa diajukan
saat ini, namun tidak dapat dipungkiri pasti ada kekurangan yang masih perlu
diperbaiki. Maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
diharapkan.

Semarang, 23 Mei 2017

Penyusun

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II v


KESETIMBANGAN FASA

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. ii
RINGKASAN....................................................................................................... iii
SUMMARY.......................................................................................................... iv
PRAKATA........................................................................................................... v
DAFTAR ISI....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Tujuan Praktikum ............................................................................. 1
1.3. Manfaat Praktikum............................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 2
2.1. Pengertian Kesetimbangan Fasa........................................................ 2
2.2. Hukum Raoult..................................................................... .............. 2
BAB III METODE PRAKTIKUM................................................................... 4
3.1. Alat dan Bahan................................................................................... 4
3.1.1. Bahan yang Digunakan........................................................ 4
3.1.2. Alat yang Dipakai................................................................ 4
3.2. Gambar Alat....................................................................................... 4
3.3. Cara Kerja........................................................................................... 5
3.4. Tabel Pengamatan.............................................................................. 5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 7
4.1. Hubungan %W Etanol-Air dengan Indeks Bias................................. 7
4.2. Hubungan %W Etanol-Air dengan Suhu............................................ 8
BAB V PENUTUP............................................................................................... 10
5.1. Kesimpulan......................................................................................... 10
5.2. Saran................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 11

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II vi


KESETIMBANGAN FASA

LAMPIRAN
A. LAPORAN SEMENTARA
B. LEMBAR PERHITUNGAN
C. LEMBAR GRAFIK
D. LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN
REFERENSI
LEMBAR ASISTENSI

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II vii


KESETIMBANGAN FASA

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Hubungan antara Komposisi Etanol dengan Indeks Bias............ 6


Tabel 3.2. Pengaruh Komposisi Umpan Destilasi......................................... 6

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II viii


KESETIMBANGAN FASA

DAFTAR GAMBAR

Gambar.2.1. Diagram Suhu-Komposisi Asam Formiat-Air..................................3


Gambar.2.2. Diagram Suhu-Komposisi Etanol-Air................................................3
Gambar.3.1. Rangkaian Alat Destilasi....................................................................4
Gambar.4.1. Grafik Hubungan %W Etanol-Air dengan Indeks Bias.....................7
Gambar.4.2. Grafik Hubungan %W Etanol-Air dengan Suhu................................8

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II ix


KESETIMBANGAN FASA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Larutan adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu
komponen. Bila sistem hanya terdiri dari dua zat maka disebut larutan biner,
misalnya alkohol dalam air. Jika larutan diuapkan sebagian, maka mol fraksi
uap dan mol fraksi air tidak sama karena ”volatilitas” ( mudahnya menguap )
dari masing-masing penyusunnya berbeda. Uap relatif mengandung lebih
banyak zat yang lebih volatil dari pada cairannya. Pada praktikum
kesetimbangan fasa mempelajari kesetimbangan antara fase uap dan fase cair
dari suatu larutan. Dari praktikum ini mahasiswa dapat membuat diagram suhu
versus komposisi dengan pengukuran nilai indeks bias. Prinsip kesetimbangan
fasa dapat digunakan dalam industri kimia pada proses destilasi (pemisahan
yang menggunakan perbedaan titik didih). Contohnya untuk pemurnian etanol,
dan pemisahan solven.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa diharapkan mampu memahami kesetimbangan antara dua fase
(uap-cair) dari sistem campuran (larutan) yang terdiri dari dua komponen.
2. Mahasiswa diharapkan mampu membuat diagram komposisi versus suhu
untuk larutan etanol-air.

1.3 Manfaat Praktikum


Setelah praktikum mahasiswa dapat memahami konsep kesetimbangan fase
(uap-cair) dari suatu sistem larutan yang terdiri dari dua komponen serta
membuat dan memahami diagram komposisi versus suhu .

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II 1


KESETIMBANGAN FASA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kesetimbangan Fase


Larutan adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu
komponen. Bila sistem hanya terdiri dari dua zat maka disebut larutan biner,
misalnya alkohol dalam air. Menurut sifatnya dikenal larutan ideal dan non
ideal. Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik menarik antara molekul
yang sejenis dan tidak sejenis sama. Sedangkan larutan non ideal gaya tarik
menarik antara molekul yang sejenis maupun yang tidak sejenis berbeda.
Jika larutan diuapkan sebagian, maka mol fraksi dari masing-masing
penyusun larutan tidak sama karena ”volatilitas” ( mudahnya menguap ) dari
masing-masing penyusunnya berbeda. Uap relatif mengandung lebih banyak
zat yang lebih volatil dari pada cairannya. Hal ini dapat dilihat dari diagram
kesetimbangan uap dan cairan pada tekanan tetap dan suhu tetap.
Pada percobaan kesetimbangan fase dipelajari diagram komposisi suhu
pada tekanan tetap. Komposisi etanol dan air di fase uap yang dinyatakan
dalam yi dan di fase cair yang dinyatakan dalam xi pada berbagai suhu.
Komposisi ini kemudian dipakai untuk membuat diagram Komposisi versus
Suhu pada sistem larutan biner.

2.2 Hukum Raoult


Proses distilasi satu stage digunakan untuk membuat diagram
kesetimbangan fase antara uap dengan cairan untuk sistem larutan biner ini.
Tekanan uap komponen air (A) dan etanol (B) dari larutan ideal mengikuti
Hukum Raoult :
PA = P0A XA ....................(1)
PB = P0B XB ....................(2)
Dengan :
PA = tekanan parsial Air
PB = tekanan parsial Etanol
P0A = tekanan uap murni Air pada suhu tertentu

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II 2


KESETIMBANGAN FASA

P0B = tekanan uap murni Etanol pada suhu tertentu


XA = mol fraksi Air di dalam larutan
XB = mol fraksi Etanol di dalam larutan
Jika persamaan (1) dan (2) dimasukan ke persamaan Dalton, P = PA 0 XA +
PB0 XB, maka diperoleh persamaan :
P = PA 0 XA + PB0 XB ....................(3)
Dengan P adalah tekanan uap total dari sistem. Dalam larutan berlaku :
XA + XB = 1 ....................(4)
Jika persamaan (4) dimasukan ke persamaan (3) diperoleh :
P = PB0 - ( PA0 – PB0 ) XA ....................(5)
Hukum Raoult hanya dapat digunakan untuk larutan ideal atau larutan
yang sangat encer, karena pada larutan encer, hubungan antara jumlah zat
terlarut dengan tekanan uapnya merupakan fungsi linier (semakin banyak
solute, maka tekanan uap akan semakin kecil), sedangkan pada larutan yang
tidak encer, hubungannya tidak linier (pengaruh jumlah solute terhadap
tekanan uap tidak tetap).
Dalam larutan yang mempunyai tekanan uap sistem yang lebih besar jika
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan menggunakan hukum
Raoult dikatakan sistem mempunyai deviasi positif (larutan non ideal), seperti
ditunjukkan pada gambar 1. Dikatakan deviasi negatif, jika tekanan uap larutan
lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan
menggunakan Hukum Raoult seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 1. Diagram Suhu-Komposisi Gambar 2. Diagram Suhu-Komposisi

Asam Formiat-Air Ethanol-Air

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II 3


KESETIMBANGAN FASA

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Bahan dan Alat yang digunakan

3.1.1 Bahan :

1. Etanol 100 ml
2. Air/Aquadest/Air demin 105 ml

3.1.2 Alat :

1. Labu destilasi 8. Adaptor


2. Thermometer 9. Statif-klem
3. Pendingin Leibig 10. Waterbath
4. Thermostat 11. Kaki tiga
5. Erlenmeyer 12. Heater
6. Pipet 13. Thermocouple
7. Refraktometer

3.2 Gambar Alat Keterangan :

1. Statif
2. Klem
3. Labu Destilasi
4. Thermostat
5. Termometer
6. Pendingin Leibig
7. Erlenmeyer
8. Adaptor
9. Waterbath
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Destilasi
10. Kaki Tiga
11. Heater
12. Thermocouple
13. Aliran air pendingin
masuk
14. Aliran air pendingin
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA
keluarII 4
KESETIMBANGAN FASA

3.3 Cara Kerja


1) Membuat kurva standart hubungan komposisi etanol (larutan etanol-air)
versus indeks bias
a. Menentukan densitas etanol dan air dengan menggunakan piknometer.
b. Menentukan kadar etanol menggunakan tabel hubungan densitas
dengan kadar etanol.
c. Membuat larutan etanol-air pada berbagai komposisi.
d. Masing- masing larutan pada langkah c dilihat indeks biasnya dengan
refraktometer.
e. Dibuat kurva hubungan antara komposisi versus indeks bias
2) 100 ml air dimasukkan ke dalam beaker glass pirex 250 ml , dipanaskan
sampai mendidih dan dicatat titik didihnya.
3) Etanol dengan volume tertentu dimasukkan ke dalam labu destilasi
kosong, dipanaskan menggunakan minyak yang dilengkapi dengan
thermostat sampai mendidih, kemudian dicatat suhu didihnya.
4) Labu destilasi tersebut didinginkan , lalu ditambahkan air dengan volume
tertentu ke dalam labu destilasi, selanjutnya dipanaskan sampai mencapai
suhu konstan dan catat titik didihnya , ambil cuplikan residu dan destilat
untuk diperiksa indeks biasnya masing-masing. Destilat yang telah diambil
sedikit untuk sampel dikembalikan lagi kedalam labu destilasi.
5) Prosedur 4 dilakukan berulang untuk berbagai komposisi.
6) Dibuat kurva hubungan suhu dengan komposisi etanol atau kurva
hubungan suhu dengan komposisi aquadest/air.
Catatan : Komposisi etanol-air dapat dinyatakan dalam fraksi berat atau fraksi
mol.

3.4 Tabel Pengamatan

Tabel 1. Hubungan antara Komposisi Etanol (Larutan Etanol-Air) dengan


Indeks Bias

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II 5


KESETIMBANGAN FASA

Komposisi Etanol (% Volume Air Volume Etanol


Indeks Bias
berat) (ml) (ml)

Tabel 2. Pengaruh Komposisi Umpan Destilasi

Suhu Indeks
Volume Etanol Volume Air Indeks Bias
Didih Bias
(ml) (ml) Residu
(oC) Destilat

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II 6


KESETIMBANGAN FASA

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hubungan antara %W atau komposisi Etanol-Air dengan Indeks Bias

1,342
1,34
1,338
1,336
Indeks Bias

1,334
1,332
1,33
1,328
1,326
1,324
0 8 16 24 32 40 48 56 64 72 80 88 94,8
% W Etanol

Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara %W atau komposisi Etanol-Air dengan


Indeks Bias

Berdasarkan grafik, pada komposisi 0-64 terjadi kenaikan, lalu pada


komposisi 64-72 konstan dan meningkat lagi sampai komposisi 94,5 . Hali ini
dapat terjadi karena berdasarkan indeks bias sebanding dengan komposisi
larutan tersebut. Semakin tinggi komposisi maka kecepatan antarmolekulnya
semakin rapat akibat nya cepat rabat cahaya dalam medium semakin lambat
sehingga indeks biasnya semakin besar sesuai dengan :
𝑐
𝑛=
𝑣
Dimana
n = Indeks Bias
c = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa
v = cepat rambat cahaya dalam medium
Namun dalam praktikum kami kenaikan indeks biasnya dipengaruhi oleh
komposisi larutan. Komposisi suatu larutan dapat berubah karena volume etanol
dalam larutan biner makin tinggi. Molekul etanol memiliki BM (46 gr/mol) yang

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II 7


KESETIMBANGAN FASA

lebih besar dibandingkan dengan BM air (18 gr/mol). Oleh karena itu, cahaya
lebih mudah merambat di air dibandingkan etanol sehingga dengan begitu juga,
jika cepat rambat dalam suatu zat kecil maka indeks biasnya lebih besar. Nilai
cepat rambat cahaya dalam medium etanol dengan air sebagai berikut :
3 . 108 𝑚/𝑠
𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 ∶ 𝑣1 = = 192307692,3 𝑚/𝑠
1,56
3 . 108 𝑚/𝑠
𝑎𝑖𝑟 ∶ 𝑣2 = = 222407863 𝑚/𝑠
1,33
Pada percobaan ini, didapatkan pada komposisi etanol 64 % dan 72 %
diperoleh nilai indeks bias yang sama. Hal ini disebabkan karena pada komposisi
tersebut molekul air tidak bisa mengikat molekul etanol, dimana gaya tarik
menarik antar molekul yang tidak sejenis lebih kecil dari yang sejenis. Sehingga
larutan etanol yang lebih banyak dari aquadest akan memperkuat sifat fisiknya
yang merupakan sifat volatil. Karena sifat volatil tersebut maka etanol lebih cepat
menguap sehingga konsentrasi campuran dan indeks bias menjadi tetap ( Utono,
D.L, 2012 )

4.2 Hubungan antara %w atau komposisi etanol dengan suhu

76
74
72
70
Residu
68
Destilat
66
64
62
60
0 16 32 48 64 80
% W Etanol
Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara %w atau komposisi etanol dengan suhu

Pada percobaan kami di dapatkan data bahwa semakin tinggi %w atau


komposisi etanol maka semakin tiinggi pula suhu yang didapatkan. Hal ini
menyimpang dari yang seharusnya. Pada destilat, semakin besar %w titik

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II 8


KESETIMBANGAN FASA

didih semakin berat. Hal ini disebabkan karena destilat adalah etanol yang
merupakan hasil destilat dari larutan etanol air dan titik didihnya jauh dari titik
didih air.
Pada residu, semakin besar %w titik didihnya juga cenderung naik.
Peristiwa tersebut terjadi karena etanol terus menguap sehingga fraksi mol
dalam larutan semakin kecil yang akhirnya mengakibatkan kenaikan titik
didih.
Berdasarkan grafik 4.2, telah terjadi fenomena yang tidak sesuai dengan
teori diatas atau telah terjadi penyimpangan baik terhadap titik didih residu
maupun titik didih destilat. Hal ini disebabkan karena terbentuknya azeotrop
dimana azeotrop adalah dua atau lebih cairan sedemikian rupa sehingga
komposisi tidak dapat diubah dengan destilasi. (Wahyuni, 2012)

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II 9


KESETIMBANGAN FASA

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Hubungan antara %w dengan indeks bias adalaha berbanding lurus.
Semakin banyak komposisi, maka kerapatan antar molekulnya semakin
rapat, akibatnya cepat rambat cahaya semakin lambat sehingga indeks bias
semakin besar
2. Hubungan antara %w dengan suhu baik residu maupun destilat semakin
besar %w maka titik didihnya juga cenderung meningkat

5.2 Saran
1. Sebaiknya alat refraktometri diperbaharui agar lebih teliti hasilnya
2. Sebaiknya disediakan timbangan lebih dari 1
3. Sebaiknya disediakan 1 aquadest untuk setiap kelompok
4. Sebaiknya peralatan untuk percobaan ini diperbaharui

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II 10


KESETIMBANGAN FASA

DAFTAR PUSTAKA
Alberty, R.A. and Daniels, F., 1983, ” Kimia Fisika”, Edisi lima, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Castelan, G.,W., 1981,” Physical Chemistry”, 2nd edition, Tokyo.
Hart., 1983. “Refractive Index”.
Ni Ketut, Susi., 2012. “Data Kesetimbangan Uap Air dan Etanol-Air dalam
Hasil Fermentasi Rumput Gajah
Utomo. 2012. “Hubungan antara %w atau komposisi Etanlo-Air dengan
Indeks Bias”
Wahyuni. 2012. “Hubungan antara komposisi Etanol-Air dengan Titik Didih”

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II 11


LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

MATERI :
KESETIMBANGAN FASA

DISUSUN OLEH :
Kelompok : VII / SENIN PAGI

NAMA: Melynda Christiana R NIM : 21030116120060

Rizky Laksmita D NIM : 21030116120071

Samuel A Rajagukguk NIM : 21030116130171

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II


TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
KESETIMBANGAN FASA

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa diharapkan mampu memahami kesetimbangan antara dua fase
(uap-cair) dari sistem campuran (larutan) yang terdiri dari dua komponen.
2. Mahasiswa diharapkan mampu membuat diagram komposisi versus suhu
untuk larutan etanol-air.
II. PERCOBAAN
2.1. Bahan yang digunakan
1. Kurva standar etanol basis 10 ml (0,8,16,24,32,40,48,56,64) %w
2. Untuk destilasi, etanol 125 ml, aquadest (5x) @ 25 ml
2.2. Alat yang dipakai

8. Labu destilasi 14. Adaptor


9. Thermometer 15. Statif-klem
10. Pendingin Leibig 16. Waterbath
11. Thermostat 17. Kaki tiga
12. Erlenmeyer 18. Heater
13. Pipet 19. Thermocouple
14. Refraktometer

2.3. Cara Kerja


1. Membuat kurva standart hubungan komposisi etanol (larutan etanol-air)
versus indeks bias
a. Menentukan densitas etanol dan air dengan menggunakan
piknometer.
b. Menentukan kadar etanol menggunakan tabel hubungan densitas
dengan kadar etanol.
c. Membuat larutan etanol-air pada berbagai komposisi.
d. Masing- masing larutan pada langkah c dilihat indeks biasnya
dengan refraktometer.
e. Dibuat kurva hubungan antara komposisi versus indeks bias
2. 100 ml air dimasukkan ke dalam beaker glass pirex 250 ml , dipanaskan
sampai mendidih dan dicatat titik didihnya.
3. Etanol dengan volume tertentu dimasukkan ke dalam labu destilasi
kosong, dipanaskan menggunakan minyak yang dilengkapi dengan
thermostat sampai mendidih, kemudian dicatat suhu didihnya.
4. Labu destilasi tersebut didinginkan , lalu ditambahkan air dengan
volume tertentu ke dalam labu destilasi, selanjutnya dipanaskan sampai
mencapai suhu konstan dan catat titik didihnya , ambil cuplikan residu
dan destilat untuk diperiksa indeks biasnya masing-masing. Destilat

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II A-2


KESETIMBANGAN FASA

yang telah diambil sedikit untuk sampel dikembalikan lagi kedalam


labu destilasi.
5. Prosedur 4 dilakukan berulang untuk berbagai komposisi.
6. Dibuat kurva hubungan suhu dengan komposisi etanol atau kurva
hubungan suhu dengan komposisi aquadest/air

Catatan : Komposisi etanol-air dapat dinyatakan dalam fraksi berat atau


fraksi mol.

2.4 Hasil Percobaan


Tabel 1. Hubungan antara Komposisi Etanol (Larutan Etanol-Air) dengan
Indeks Bias
Komposisi Etanol (% Volume Etanol
Volume Air (ml) Indeks Bias
berat) (ml)

0 10 0 1,33
8 9,69 1,0310 1,332
16 7,9856 2,0144 1,333
24 7,0467 2,9533 1,334
32 6,1494 3,8506 1,335
40 5,291 4,709 1,336
48 4,4685 5,5314 1,337
56 3,6806 6,3194 1,338
64 2,9245 7,0755 1,339
72 2,1985 7,9055 1,339
80 1,501 8,499 1,3395
88 0,83 9,17 1,340
94,8 0,28 9,72 1,341

Tabel 2. Pengaruh Komposisi Umpan Destilasi

Volume Etanol Suhu Indeks Bias Indeks Bias


Volume Air (ml)
(ml) Didih (oC) Residu Destilat

125 0 60 1,332 1,334


125 25 62 1,333 1,336
125 50 65 1,334 1,338
125 75 69 1,335 1,339
125 100 71 1,337 1,339
125 125 74 1,338 1,340

PRAKTIKAN MENGETAHUI
ASISTEN

Melynda C. Rizky L. Samuel R. Rizki Primawati

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II A-3


KESETIMBANGAN FASA

LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN

Massa picnometer kosong = 17,297 g


Massa picnometer+aquadest = 42,442 g
Massa aquadest = 25,145 g
ρ aquadest = 0,99704 g/mL
𝑚 25,145 𝑔𝑟
V aquadest = = 0,99704 𝑔𝑟/𝑚𝑙 = 25,2195 mL
𝜌

Massa picnometer + etanol = 37,374 g


Massa etanol = 20,077 g
𝑚 20,077 𝑔𝑟
ρ etanol = = 25,2195 𝑚𝑙 = 0,7960 g/mL
𝑉

Interpolasi
796,706− 807,52 𝑦−0,7956
= 0,9075−0,7956
795,40 – 807,52

y (xetanol) = 0,898

𝜌𝑒𝑡 .𝑉𝑒𝑡 .𝑋𝑒𝑡 𝜌𝑒𝑡 .𝑉𝑒𝑡 .𝑋𝑒𝑡


%W =𝜌 =𝜌
𝑒𝑡 .𝑉𝑒𝑡 .𝑋𝑒𝑡 + 𝜌𝑎𝑖𝑟 (10 – 𝑉𝑒𝑡 ) + 𝜌𝑒𝑡 .𝑉𝑒𝑡 (1−𝑥𝑒𝑡) 𝑒𝑡 .𝑉𝑒𝑡 + 𝜌𝑎𝑖𝑟 (10 – 𝑉𝑒𝑡 )

0,7960.𝑉𝑒𝑡 .0,898
0 = 0,7960.𝑉
𝑒𝑡 + 0,99704(10−𝑉𝑒𝑡 )

Vet = 0 ml
0,7960.𝑉𝑒𝑡 .0,898
0,08 = 0,7960.𝑉
𝑒𝑡 + 0,99704(10−𝑉𝑒𝑡 )

Vet = 4,709 ml
0,7960.𝑉𝑒𝑡 .0,898
0,16 = 0,7960.𝑉
𝑒𝑡 + 0,99704(10−𝑉𝑒𝑡 )

Vet = 5,53141 ml
0,7960.𝑉𝑒𝑡 .0,898
0,24 = 0,7960.𝑉
𝑒𝑡 + 0,99704(10−𝑉𝑒𝑡 )

Vet = 6,3194 ml
0,7960.𝑉𝑒𝑡 .0,898
0,32 = 0,7960.𝑉
𝑒𝑡 + 0,99704(10−𝑉𝑒𝑡 )

Vet = 7,0755 ml
0,7960.𝑉𝑒𝑡 .0,898
0,40 = 0,7960.𝑉
𝑒𝑡 + 0,99704(10−𝑉𝑒𝑡 )

Vet = 7,8015 ml

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II B-1


KESETIMBANGAN FASA

0,7960.𝑉𝑒𝑡 .0,898
0,48 = 0,7960.𝑉
𝑒𝑡 + 0,99704(10−𝑉𝑒𝑡 )

Vet = 8,499 ml
0,7960.𝑉𝑒𝑡 .0,898
0,56 = 0,7960.𝑉
𝑒𝑡 + 0,99704(10−𝑉𝑒𝑡 )

Vet = 9,1700 ml
0,7960.𝑉𝑒𝑡 .0,898
0,64 = 0,7960.𝑉
𝑒𝑡 + 0,99704(10−𝑉𝑒𝑡 )

Vet = 9,720 ml

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II B-2


LEMBAR KUANTITAS REAGEN
LABORATURIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

LEMBAR KUANTITAS REAGEN

MATERI : Kesetimbangan Fasa

HARI/TANGGAL : Senin, 20 Maret 2017

KELOMPOK : 7 / Senin Pagi

NAMA : - Melynda Christiana Rarasati

- Rizky Laksmita Dewi

- Samuel Alexandro Rajagukguk

ASISTEN : Rizki Primawati

KUANTITAS REAGEN
NO JENIS REAGEN KUANTITAS
1. Kurva standart (Basis 10 mL, %W)
Etanol (0, 8, 16, 24, 32, 40, 48,
....., %W etanol teknis)
2. Distilasi
Etanol 125 mL
Aquadest (5x) @ 25 mL

TUGAS TAMBAHAN:
MSDS etanol dan H2O

CATATAN
- Bawa kalkuator Semarang, 20 Maret 2017
- Bawa milimeter blok ASISTEN
- Lap Rizki Primawati
- Tissue/kapas

NIM 2103011312006

D-1
KESETIMBANGAN FASA

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II C-2


LEMBAR ASISTENSI

DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO. TANGGAL

1. 24/5 2017  Summary


 Daftar Isi
 Kata Pengantar
2. 27/5 2017  Font Diperhatikan
 Kata Pengantar
 Font Diperhatikan
3. 28/5 2017  ACC

Anda mungkin juga menyukai