BAB IV
Rumah Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar yang
merupakan rumah sakit milik Pemkab Blitar. Terletak di bagian tengah, selatan
Jatim, 4 jam perjalanan ke Surabaya & 25 menit dari Wlingi ke arah Blitar.
Didirikan pada 13 April 1984 dan ditetapkan sebagai Rumah Sakit Swadana pada
Masyarakat berdasarkan PERDA Kab. Blitar No. 3 Th. 2002 tanggal 21 Maret
rawat jalan dan rawat inap serta terdapat pelayanan penunjang yang berstandart
ISO 9001 tahun 2008 dan telah terakreditasi lulus tingkat paripurna sejak tahun
2016 sampai sekarang. Pada pelayanan rawat jalan terdapat 15 poliklinik, rawat
inap terdapat 8 ruang rawat inap dengan kapasitas 200 tempat tidur.
50
Instalasi Bedah Sentral RSUD Ngudi Waluyo Wlingi berada di pusat area
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Instalasi Bedah Sentral buka pada hari senin sampai
jumat jam 07.00 - 14.00 namun melayani operasi cito selama 24 jam. Ruangan ini
THT, dan plastik. Instalasi Bedah Sentral memiliki 8 kamar operasi dan 2 ruang
pemulihan. IBS terdapat 8 meja operasi yang siap digunakan dan terdapat dalam
Wlingi Kabupaten Blitar di Instalasi Bedah Sentral pada tanggal 26 Mei sampai
dengan 10 Juni 2017. Subyek penelitian ini adalah meja operasi di dalam kamar
kuman sesudah pasien post operasi keluar kamar operasi dan 15 menit sesudah
dilakukan pembersihan pada meja operasi sesuai kriteria inklusi dan eksklusi
yang telah dipilih. Jumlah subyek dalam penelitian ini adalah 10 meja operasi.
4. 2 Hasil Penelitian
4. 2.1 Data Umum
4. 2. 1.1 Karakteristik Jenis Meja Operasi
gambar 4.1 diketahui bahwa di dalam instalasi bedah sentral terdapat lima meja
terdapat 10 operasi yang terdiri dari 4 operasi orthopedi, 2 operasi bedah umum, 2
cleaning service. Berdasarkan gambar 4.3 diketahui bahwa dari ketiga petugas
petugas antaralain : petugas pertama 1 tahun, petugas kedua 3 tahun, dan petugas
menyeluruh pada meja operasi dan jumlah kain lap dan kain pel tidak
E. Coli
a. Jumlah kuman pada meja operasi sebelum pembersihan dan setelah digunakan
Tabel 4. 1 Jumlah kuman pada meja operasi sebelum pembersihan dan
setelah digunakan.
No Meja Operasi Nilai Standard Total Total Plate Kesimpulan
Plate Count Count
1 Meja OK 1 ≤ 5 CFU/ml 133 CFU/ml Tidak normal
2 Meja OK 2 ≤ 5 CFU/ml 2 CFU/ml Normal
3 Meja OK 5 ≤ 5 CFU/ml 35 CFU/ml Tidak normal
4 Meja OK 6 ≤ 5 CFU/ml 1 CFU/ml Normal
5 Meja OK 8 ≤ 5 CFU/ml 7 CFU/ml Tidak normal
6 Meja OK 1 ≤ 5 CFU/ml 27 CFU/ml Tidak normal
7 Meja OK 3 ≤ 5 CFU/ml 67 CFU/ml Tidak normal
8 Meja OK 5 ≤ 5 CFU/ml 18 CFU/ml Tidak normal
9 Meja OK 6 ≤ 5 CFU/ml 58 CFU/ml Tidak normal
10 Meja OK 8 ≤ 5 CFU/ml 49 CFU/ml Tidak normal
Rata – rata 39,7 CFU/ml
Minimum 1 CFU/ml
Maximum 133 CFU/ml
Std. Deviation 40,158
ditemukan pada meja operasi yang belum dilakukan pembersihan bervarasi. Dari
dan 2 sampel menunjukkan nilai normal. Nilai minimum jumlah koloni kuman
ialah 1 CFU/ml sedangkan nilai maksimum ialah 133 CFU/ml. Rata – rata jumlah
b. Jumlah Koloni Bakteri Coliform pada Meja Operasi Sebelum pembersihan dan
Setelah Digunakan
Tabel 4. 2 Total Coliform pada meja operasi sebelum pembersihan dan
setelah digunakan.
54
jumlah bakteri Coliform <3x10² MPN/ml yang berarti ke-10 sampel menyatakan
bakteri coliform berada dalam batas normal. Berdasarkan data diatas disimpulkan
c. Hasil Identifikasi E. Coli pada Meja Operasi Sebelum pembersihan dan Setelah
Digunakan.
Tabel 4. 3 E. Coli pada meja operasi sebelum pembersihan dan setelah
digunakan.
No Meja Operasi Nilai Standard E. Coli Nilai E. Coli Kesimpulan
1 Meja OK 1 Negatif (-) Negatif (-) Normal
2 Meja OK 2 Negatif (-) Negatif (-) Normal
3 Meja OK 5 Negatif (-) Negatif (-) Normal
4 Meja OK 6 Negatif (-) Negatif (-) Normal
5 Meja OK 8 Negatif (-) Negatif (-) Normal
6 Meja OK 1 Negatif (-) Negatif (-) Normal
7 Meja OK 3 Negatif (-) Negatif (-) Normal
8 Meja OK 5 Negatif (-) Negatif (-) Normal
9 Meja OK 6 Negatif (-) Negatif (-) Normal
55
pemeriksaan E. Coli Negatif ( - ) yang berarti tidak Terdapat Bakteri E. Coli pada
meja operasi.
ditemukan pada meja operasi yang sudah mengalami pembersihan bervarasi. Dari
sampel menunjukkan nilai melebihi batas normal. Nilai minimum jumlah koloni
kuman ialah 0 CFU/ml sedangkan nilai maksimum ialah 46 CFU/ml. Rata – rata
Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan hasil bahwa dari 10 sampel meja operasi
Waluyo Wlingi memiliki jumlah bakteri coliform pada 9 meja operasi dalam batas
normal yaitu <3x10² namun pada satu sampel meja operasi memiliki jumlah
bakteri coliform diatas batasan normal yaitu 4x10² MPN/ml. Kesimpulan dari
tabel 4.8 ialah masih terdapat bakteri coliform yang melebihi batas dan perlu
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi ialah negatif ( - ). Dari hasil tersebut dapat
Meja Operasi
Tabel 4.3 Tabel Uji Beda Paired T-test Jumlah Kuman Sebelum dan
Sesudah Pembersihan pada Meja Operasi
Paired Samples Test
Paired Differences
Pai TPC_Kuman_Pre -
30.000 31.934 10.098 7.156 52.844 2.971 9 .016
r 1 TPC_Kuman_Post
Berdasarkan hasil analisis uji statistik normalitas data dengan
menggunakan Kolmogrov Smirnov SPSS 16 didapatkan data nilai pre dan pos
jumlah koloni bakteri berdistribusi normal yaitu 0,941 dan 0,567. Setelah
diketahui kedua data berdistrubusi normal maka dilakukan uji beda Paired T-test
pada tabel 4.3 di dapat hasil p value sebesar 0,016 <0,05. Dari hasil data p value
tersebut dapat diartikan H1 diterima artinya ada perbedaan jumlah kuman sebelum
dan sesudah pembersihan pada meja operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD
Hasil dari total coliform dan E. Coli pada meja operasi tidak dapat
dilakukan uji beda karena data yang didapatkan berkelompok. Hasil dari total
dalam batas normal dan satu sampel melebihi batas normal. Hasil pemeriksaan E.
Coli didapatkan hasil bahwa dari 10 sampel sebelum dan sesudah pembersihan
pada meja operasi dinyatakan negative (-) yang berarti tidak ada E. Coli pada
meja operasi.
4. 3 Pembahasan
4. 3.1 Jumlah kuman pada meja operasi sebelum pembersihan dan setelah
digunakan.
bahwa dari 10 sampel terdapat 8 sampel yang memiliki jumlah kuman melebihi
batas normal. Peningkatan jumlah kuman bisa disebabkan berbagai hal salah
invasif dengan membuka tubuh dan menampilkan bagian yang harus ditangani.
Tindakan invasif ini berkontak langsung dengan cairan tubuh pasien. Berdasarkan
hal tersebut tidak menutup kemungkinan cairan tubuh pasien (cairan ketuban,
darah, dll) terkena petugas atau tercecer di dekat daerah operasi. Salah satu faktor
pertumbuhan kuman ialah oksigen dan air. Dengan adanya cairan tubuh pasien
yang tercecer saat operasi digunakan kuman untuk tumbuh dan berkembangbiak.
operasi ialah kuman kulit. Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh yang
penggunaan kamar operasi karena adanya perlak yang digunakan sebagai pengalas
tidak bebas dari kuman meskipun sudah dibersihkan. Penelitian Yunita (2008)
pembersihan. Hasil penelitian Yunita (2008) ialah pada tahap penyetrikaan pada
perlak terdapat 8217 per inchi dan 64128 per inchi pada saat pendistribusian ke
ruang perawatan. Jadi tidak menutup kemungkinan saat pengalas perlak berkontak
berdampak pada bakteri coliform setelah selesai penggunaan kamar operasi dan
sebelum pembersihan pada meja operasi. Tabel 4.2 menunjukan bahwa 10 sampel
berada dalam batas normal. Bakteri coliform sendiri merupakan bakteri yang
Dapat disimpulkan bahwa peningkatan jumlah kuman tersebut tidak berasal dari
bakteri coliform. Hal ini di tunjang dengan hasil pemeriksaan E. Coli. E. Coli
merupakan salah satu bakteri sebagai indikator cemaran lingkungan. Efek dari E.
Coli jika terdapat pada meja operasi dapat menimbulkan infeksi luka operasi.
Hasil ini bisa dilihat pada tabel 4.3 yang menunjukkan bahwa dari 10 sampel
semuanya menunjukkan hasil negative ( - ) yang berarti tidak ada bakteri E. Coli
meja operasi seperti pada tabel 4.4, didapatkan hasil bahwa dari 10 sampel
kuman berada dalam batas normal karena dilakukannya pembersihan pada meja
pembersihan ini untuk mejaga kebersihan meja operasi dan jumlah kuman agar
patogen dan dalam keadaan normal digunakan pada benda yang tidak dapat
meja operasi dapat menjaga dan menurunkan jumlah kuman berada dalam batas
normal.
meja operasi ditunjukan pada tabel 4.4 bahwa dari 10 sampel didapatkan 4 sampel
melebihi batas normal jumlah kuman. Ada berbagai hal penyebab jumlah kuman
melebihi batas normal, salah satunya adalah dari cara pembersihan yg kurang
kurang maksimal untuk membunuh kuman pada meja operasi, Faktor efektivitas
dari desinfektan juga memiliki peran antara lain lama paparan, suhu, konsentrasi
desinfektan, pH, dan ada tidaknya bahan pengganggu (Gruendemann, 2006). jadi
jika faktor – faktor tersebut tidak dilakukan secara maksimal maka penggunaan
kemungkinan kedua adalah jumlah alat pembersih yang tidak sesuai dengan
jumlah kamar operasi sehingga penggunaan lap pembersih meja operasi bisa
digunakan pada lebih dari satu kamar operasi sehingga masih tersisa kuman pada
lap. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan terjadi peningkatan kuman setelah
dinyatakan negative (-) yang artinya dari 10 sampel tidak terdapat bakteri E. Coli
lain perlu pemeriksaan yang lebih lanjut serta menggunakan bahan yang berbeda
Meja Operasi
Kamar operasi merupakan sebuah tempat khusus yang berfungsi untuk
kondisi atau area steril serta membutuhkan kondisi lainnya. Pembedahan elektif
(2004) jumlah kuman peralatan meliputi Meja mayo, meja operasi, lantai, dinding,
62
dll di kamar operasi maksimal 5 CFU/ml. Kamar operasi yang memiliki jumlah
kuman lebih dari 5 CFU/ml meningkatkan resiko infeksi seperti infeksi silang
atau infeksi nosokomial. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa 8 dari 10 sampel jumlah
kuman setelah proses pembedahan pada meja operasi melebihi batas normal.
Namun setelah dilakukan pembersihan pada meja operasi terjadi perbedaan yaitu
4 dari 10 sampel jumlah kuman melebihi batas normal. Dapat disimpulkan bahwa
desinfektan.
Desinfektan mempunyai peranan untuk menurunkan jumlah kuman. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Retno palupi (2005) di RSU Dr, Pirngadi Medan
kuman pada ruangan rawat inap rumah sakit tersebut. Jenis desinfektan yang
digunakan pada IBS RSUD Ngudi Waluyo Wlingi adalah klorin 0,05%.
Berdasarkan uji statistik yaitu uji beda paired t-test didapatkan hasil p
value 0,016 yang dapat diartikan H1 diterima yang artinya ada perbedaan jumlah
kuman sebelum dan sesudah pembersihan pada meja operasi di Instalasi Bedah
Sentral RSUD Ngudi Waluyo Wlingi yang dapat diartikan ada perubahan jumlah
kuman sebelum dan sesudah pembersihan pada meja operasi. Hasil uji statistik
pada meja operasi, namun rata – rata dari hasil pemeriksaan jumlah kuman
sesudah pembersihan pada meja operasi masih diatas dari batas maksimal jumlah
kuman pada meja operasi yaitu 9,7 CFU/ml. Hal ini dapat terjadi oleh banyak
operasi.
63
desinfektan sebesar 30%, 40%, 50%, 60%, dan 70%. Hasil dari penelitian Amalia
menurunkan jumlah kuman sampai ambang batas dari kelayakan jumlah kuman
Instalasi Bedah Sentral RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar adalah cairan klorin.
Cara kerja cairan klorin ialah menghambat oksidasi glukosa dalam sel suatu
luas seperti gram positif dan negatif. Kekurangan desinfektan ini adalah memiliki
suasana asam jadi dapat mengkorosi benda yang dibersihkan. Pada penelitian
Dewi (2006) yang dilakukan di IBS RSUP Sanglah Denpasar tentang ke efektifan
desinfektan berbeda yaitu lysol, carbol, dan creolin. Hasil penelitian Dewi ialah
ada perbedaan kefektifan dari ketiga cairan desinfektan dengan p value 0,00.
Kefektifan cairan desinfektan yang paling tinggi dari ketiga desinfektan adalah
64
lysol. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kefektifan cairan desinfektan
pasien. Kulit merupakan bagian terluar tubuh yang berkontak langsung dengan
kuman. Dengan adanya pertumbuhan kuman pada kulit maka perlu adanya
kultur swab sebelum mandi, pada kelompok yang akan mandi dengan
swab positif, dan jumlah koloni kuman terbanyak 11-40 x 104 CFU/ml yaitu 4
pasien (40%). Sementara pada kelompok yang mandi dengan sabun mandi bayi
didapatkan 9 (90%) pasien dengan kultur swab positif, dan jumlah koloni kuman
macam perantara seperti air, udara dan benda-benda padat. Berdasarkan observasi
peralatan pembersihan seperti kain lap atau kain pel yang tidak sama dengan
membersihkan lebih dari satu kamar operasi. Hal ini meningkatkan resiko
perpindahan kuman dari kamar operasi satu ke kamar operasi lain. Perlunya
sampel mengalami kenaikan dari 1 CFU/ml sampai dengan 14 CFU/ml. Hal ini
pun terjadi pada pemeriksaan Total Coliform yaitu pada 10 sampel sebelum
pembersihan pada meja operasi nilai bakteri koliform berada dalam batas normal
Coli pada meja operasi sebelum dan sesudah pembersihan didapatkan hasil
negative (-) yang berarti bukan bakteri E. Coli yang mengalami pertumbuhan,
penyebab terjadinya kenaikan dan penurunan kurang maksimal dari jumlah kuman
sebelum dan sesudah pembersihan pada meja operasi di IBS RSUD Ngudi
jumlah kuman pada meja operasi untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial
4. 4 Keterbatasan Penelitian
4. 4.1 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian yang berjudul “Perbandingan Jumlah Kuman Sebelum dan
Sesudah Pembersihan pada Meja Operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Ngudi
66
ini.
2.Jumlah sampel yang digunakan oleh peneliti kurang mewakili seluruh meja
penelitian ini.
3.Dalam penelitian ini menyertakan bakteri E. Colli sebagai indikator cemaran
operasi adalah salah satu dari jenis swab lingkungan yang dikategorikan
oleh pihak IPL RSSA , sehingga indikator yang digunakan adalah bakteri