Anda di halaman 1dari 18

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab 4 ini menguraikan tentang hasil penelitian yang berjudul

“Perbandingan Jumlah Kuman Sebelum dan Sesudah Pembersihan pada Meja

Operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Ngudi Waluyo Wlingi” dengan

pembahasan yang berisi gambaran umum tempat peneltian, karakteristik subyek,

tabel hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian yang dilakukan.

4. 1 Gambaran Tempat Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar yang

merupakan rumah sakit milik Pemkab Blitar. Terletak di bagian tengah, selatan

Jatim, 4 jam perjalanan ke Surabaya & 25 menit dari Wlingi ke arah Blitar.

Didirikan pada 13 April 1984 dan ditetapkan sebagai Rumah Sakit Swadana pada

Januari 1998. Kemudian Ditetapkan sebagai Badan Pelayanan Kesehatan

Masyarakat berdasarkan PERDA Kab. Blitar No. 3 Th. 2002 tanggal 21 Maret

2002. Selanjutnya Ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)

pada tanggal 14 Juli 2008 dengan Keputusan Bupati Nomor

188/255/409.012/KPTS/2008, dan direalisasikan sejak tanggal 1 Januari 2009.

RSUD Ngudi Waluyo menjadi RS Tipe B non pendidikan sesuai SK Menkes

No.1176/Menkes/SK/X/2004. RSUD Ngudi Waluyo Kabupaten Blitar melayani

rawat jalan dan rawat inap serta terdapat pelayanan penunjang yang berstandart

ISO 9001 tahun 2008 dan telah terakreditasi lulus tingkat paripurna sejak tahun

2016 sampai sekarang. Pada pelayanan rawat jalan terdapat 15 poliklinik, rawat

inap terdapat 8 ruang rawat inap dengan kapasitas 200 tempat tidur.
50

Instalasi Bedah Sentral RSUD Ngudi Waluyo Wlingi berada di pusat area

RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Instalasi Bedah Sentral buka pada hari senin sampai

jumat jam 07.00 - 14.00 namun melayani operasi cito selama 24 jam. Ruangan ini

melayani tindakan pembedahan orthopedi, obgyn, bedah umum, urologi, mata,

THT, dan plastik. Instalasi Bedah Sentral memiliki 8 kamar operasi dan 2 ruang

pemulihan. IBS terdapat 8 meja operasi yang siap digunakan dan terdapat dalam

masing masing kamar operasi.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo

Wlingi Kabupaten Blitar di Instalasi Bedah Sentral pada tanggal 26 Mei sampai

dengan 10 Juni 2017. Subyek penelitian ini adalah meja operasi di dalam kamar

operasi Instalasi bedah Sentral dengan cara mengobservasi perubahan jumlah

kuman sesudah pasien post operasi keluar kamar operasi dan 15 menit sesudah

dilakukan pembersihan pada meja operasi sesuai kriteria inklusi dan eksklusi

yang telah dipilih. Jumlah subyek dalam penelitian ini adalah 10 meja operasi.

4. 2 Hasil Penelitian
4. 2.1 Data Umum
4. 2. 1.1 Karakteristik Jenis Meja Operasi

Gambar 4.1 Diagram Karakteristik Jenis Operasi di Instalasi Bedah


Sentral RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.
51

Instalasi bedah Sentral memiliki delapan meja operasi. Berdasarkan

gambar 4.1 diketahui bahwa di dalam instalasi bedah sentral terdapat lima meja

operasi elektrohidraulik dan tiga meja operasi mekanik.

4. 2. 1.2 Karakteristik Jenis Operasi

Gambar 4.2 Diagram Karakteristik Jenis Operasi di Instalasi Bedah


Sentral.

Berdasarkan Gambar 4.2 diketahui bahwa saat pengambilan sampel

terdapat 10 operasi yang terdiri dari 4 operasi orthopedi, 2 operasi bedah umum, 2

operasi mata ,dan 2 operasi obgyn

4. 2. 1.3 Karakteristik Usia Petugas Pembersihan pada Kamar Operasi

Gambar 4.3 Diagram Karakteristik Usia Petugas Pembersihan di Instalasi


Bedah Sentral RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.

Petugas kebersihan dari kamar operasi di Instalasi Bedah Sentral adalah

petugas cleaning service. Di dalam Instalasi Bedah Sentral terdapat 3 petugas


52

cleaning service. Berdasarkan gambar 4.3 diketahui bahwa dari ketiga petugas

memiliki karakteristik usia yang berbeda. Petugas 1 berusia 22 tahun, petugas 2

berusia 39 tahun, dan petugas 3 berusia 45 tahun.

4. 2. 1.4 Karakteristik Riwayat Pendidikan

Karakteristik riwayat pendidikan petugas pembersihan kamar operasi

diketahui bahwa dari ketiga petugas pembersihan memiliki riwayat pendidikan

yang sama yaitu STM.

4. 2. 1.5 Karakteristik Lama Kerja di Instalasi Bedah Sentral

Gambar 4.4 Diagram Karakteristik Lama Kerja di Instalasi Bedah Sentral

Berdasarkan gambar 4.4 diketahui bahwa lama pengabdian dari tiga

petugas antaralain : petugas pertama 1 tahun, petugas kedua 3 tahun, dan petugas

ketiga 5 tahun. Ketiga petugas cleaning service mendapatkan informasi tentang

bagaimana melakukan pembersihan dengan menggunakan komunikasi lisan.


4. 2.2 Data Khusus

Data khusus ini menjelaskan tentang identifikasi jumlah kuman

dan hasil observasi pembersihan petugas. RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Blitar memiliki Standard Operasional Prosedur sendiri yang berbeda dari

teori dari Depkes. Dalam pelaksanaan pembersihan oleh petugas

didapatkan hasil observasi bahwa pembersihan yang dilakukan tidak


53

menyeluruh pada meja operasi dan jumlah kain lap dan kain pel tidak

sesuai dengan jumlah kamar operasi. berikut penjelasan tentang jumlah

kuman pada meja operasi:

4. 2. 2.1 Jumlah Kuman pada Meja Operasi Sebelum Pembersihan dan

Setelah Digunakan meliputi Total Plate Count, Total Coliform, dan

E. Coli
a. Jumlah kuman pada meja operasi sebelum pembersihan dan setelah digunakan
Tabel 4. 1 Jumlah kuman pada meja operasi sebelum pembersihan dan
setelah digunakan.
No Meja Operasi Nilai Standard Total Total Plate Kesimpulan
Plate Count Count
1 Meja OK 1 ≤ 5 CFU/ml 133 CFU/ml Tidak normal
2 Meja OK 2 ≤ 5 CFU/ml 2 CFU/ml Normal
3 Meja OK 5 ≤ 5 CFU/ml 35 CFU/ml Tidak normal
4 Meja OK 6 ≤ 5 CFU/ml 1 CFU/ml Normal
5 Meja OK 8 ≤ 5 CFU/ml 7 CFU/ml Tidak normal
6 Meja OK 1 ≤ 5 CFU/ml 27 CFU/ml Tidak normal
7 Meja OK 3 ≤ 5 CFU/ml 67 CFU/ml Tidak normal
8 Meja OK 5 ≤ 5 CFU/ml 18 CFU/ml Tidak normal
9 Meja OK 6 ≤ 5 CFU/ml 58 CFU/ml Tidak normal
10 Meja OK 8 ≤ 5 CFU/ml 49 CFU/ml Tidak normal
Rata – rata 39,7 CFU/ml
Minimum 1 CFU/ml
Maximum 133 CFU/ml
Std. Deviation 40,158

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui jumlah koloni kuman yang

ditemukan pada meja operasi yang belum dilakukan pembersihan bervarasi. Dari

ke 10 sampel didapatkan 8 sampel jumlah kuman berada diatas ambang normal

dan 2 sampel menunjukkan nilai normal. Nilai minimum jumlah koloni kuman

ialah 1 CFU/ml sedangkan nilai maksimum ialah 133 CFU/ml. Rata – rata jumlah

koloni kuman dari 10 sampel adalah 33,9 CFU/ml.

b. Jumlah Koloni Bakteri Coliform pada Meja Operasi Sebelum pembersihan dan

Setelah Digunakan
Tabel 4. 2 Total Coliform pada meja operasi sebelum pembersihan dan
setelah digunakan.
54

No Meja Operasi Nilai Standard Nilai Total Coliform Kesimpulan


Total Coliform
1 Meja OK 1 < 3.10² MPN/ml < 3.10² MPN/ml Normal
2 Meja OK 2 < 3.10² MPN/ml < 3.10² MPN/ml Normal
3 Meja OK 5 < 3.10² MPN/ml < 3.10² MPN/ml Normal
4 Meja OK 6 < 3.10² MPN/ml < 3.10² MPN/ml Normal
5 Meja OK 8 < 3.10² MPN/ml < 3.10² MPN/ml Normal
6 Meja OK 1 < 3.10² MPN/ml < 3.10² MPN/ml Normal
7 Meja OK 3 < 3.10² MPN/ml < 3.10² MPN/ml Normal
8 Meja OK 5 < 3.10² MPN/ml < 3.10² MPN/ml Normal
9 Meja OK 6 < 3.10² MPN/ml < 3.10² MPN/ml Normal
10 Meja OK 8 < 3.10² MPN/ml < 3.10² MPN/ml Normal
Jumlah sampel normal 10

Jumlah sampel tidak normal 0

Berdasarkan tabel 4. 2 dapat diketahui bahwa hasil dari 10 sampel meja

operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Ngudi Waluyo menyatakan bahwa

jumlah bakteri Coliform <3x10² MPN/ml yang berarti ke-10 sampel menyatakan

bakteri coliform berada dalam batas normal. Berdasarkan data diatas disimpulkan

bahwa total coliform pada meja operasi dinyatakan normal.

c. Hasil Identifikasi E. Coli pada Meja Operasi Sebelum pembersihan dan Setelah

Digunakan.
Tabel 4. 3 E. Coli pada meja operasi sebelum pembersihan dan setelah
digunakan.
No Meja Operasi Nilai Standard E. Coli Nilai E. Coli Kesimpulan
1 Meja OK 1 Negatif (-) Negatif (-) Normal
2 Meja OK 2 Negatif (-) Negatif (-) Normal
3 Meja OK 5 Negatif (-) Negatif (-) Normal
4 Meja OK 6 Negatif (-) Negatif (-) Normal
5 Meja OK 8 Negatif (-) Negatif (-) Normal
6 Meja OK 1 Negatif (-) Negatif (-) Normal
7 Meja OK 3 Negatif (-) Negatif (-) Normal
8 Meja OK 5 Negatif (-) Negatif (-) Normal
9 Meja OK 6 Negatif (-) Negatif (-) Normal
55

10 Meja OK 8 Negatif (-) Negatif (-) Normal


Jumlah sampel normal 10
Jumlah sampel tidak normal 0

Berdasarkan tabel 4. 3 dapat diketahui bahwa dari 10 sampel meja operasi

di Instalasi Bedah Sentral di RSUD Ngudi Waluyo menyatakan hasil dari

pemeriksaan E. Coli Negatif ( - ) yang berarti tidak Terdapat Bakteri E. Coli pada

meja operasi.

4. 2. 2.2 Jumlah Kuman pada Meja Operasi Sesudah Pembersihan meliputi

Total Plate Count, Total Coliform, dan E. Coli.


a. Jumlah Kuman Setelah Pembersihan pada Meja Operasi
Tabel 4.4 Jumlah kuman pada meja operasi setelah pembersihan.
No Meja Operasi Nilai Standard Total Total Plate Kesimpulan
Plate Count Count
1 Meja OK 1 ≤ 5 CFU/ml 46 CFU/ml Tidak normal
2 Meja OK 2 ≤ 5 CFU/ml 0 CFU/ml Normal
3 Meja OK 5 ≤ 5 CFU/ml 5 CFU/ml Normal
4 Meja OK 6 ≤ 5 CFU/ml 14 CFU/ml Tidak normal
5 Meja OK 8 ≤ 5 CFU/ml 3 CFU/ml Normal
6 Meja OK 1 ≤ 5 CFU/ml 0 CFU/ml Normal
7 Meja OK 3 ≤ 5 CFU/ml 12 CFU/ml Tidak normal
8 Meja OK 5 ≤ 5 CFU/ml 17 CFU/ml Tidak normal
9 Meja OK 6 ≤ 5 CFU/ml 0 CFU/ml Normal
10 Meja OK 8 ≤ 5 CFU/ml 0 CFU/ml Normal
Rata – rata 9,7 CFU/ml
Minimum 0 CFU/ml
Maximum 46 CFU/ml
Std. Deviation 14,291

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui jumlah koloni kuman yang

ditemukan pada meja operasi yang sudah mengalami pembersihan bervarasi. Dari

ke 10 sampel didapatkan 6 sampel jumlah kuman dalam ambang normal dan 4

sampel menunjukkan nilai melebihi batas normal. Nilai minimum jumlah koloni

kuman ialah 0 CFU/ml sedangkan nilai maksimum ialah 46 CFU/ml. Rata – rata

jumlah koloni kuman dari 10 sampel adalah 9,7 CFU/ml.

b. Jumlah Koloni Bakteri Coliform pada Meja Operasi Setelah pembersihan


Tabel 4. 5 Total Coliform pada meja operasi setelah pembersihan.
56

No Meja Operasi Nilai Standard Nilai Total Kesimpulan


Total Coliform Coliform
1 Meja OK 1 < 3.10² MPN/ml < 3.10² MPN/ml Normal
2 Meja OK 2 < 3.10² MPN/ml < 3.10² MPN/ml Normal
3 Meja OK 5 < 3.10² MPN/ml 4.10² MPN/ml Tidak Normal
4 Meja OK 6 < 3.10² MPN/ml < 3.10² MPN/ml Normal
5 Meja OK 8 < 3.10² MPN/ml < 3.10² MPN/ml Normal
6 Meja OK 1 < 3.10² MPN/ml < 3.10² MPN/ml Normal
7 Meja OK 3 < 3.10² MPN/ml < 3.10² MPN/ml Normal
8 Meja OK 5 < 3.10² MPN/ml < 3.10² MPN/ml Normal
9 Meja OK 6 < 3.10² MPN/ml < 3.10² MPN/ml Normal
10 Meja OK 8 < 3.10² MPN/ml < 3.10² MPN/ml Normal
Jumlah sampel normal 9
Jumlah sampel tidak normal 1

Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan hasil bahwa dari 10 sampel meja operasi

yang sudah mengalami pembersihan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Ngudi

Waluyo Wlingi memiliki jumlah bakteri coliform pada 9 meja operasi dalam batas

normal yaitu <3x10² namun pada satu sampel meja operasi memiliki jumlah

bakteri coliform diatas batasan normal yaitu 4x10² MPN/ml. Kesimpulan dari

tabel 4.8 ialah masih terdapat bakteri coliform yang melebihi batas dan perlu

penanganan lebih lanjut.

c. Hasil Identifikasi E. Coli pada Meja Operasi Setelah pembersihan


Tabel 4. 6 E. Coli pada meja operasi setelah pembersihan.
No Meja Operasi Nilai Standard E. Coli Nilai E. Coli Kesimpulan
1 Meja OK 1 Negatif (-) Negatif (-) Normal
2 Meja OK 2 Negatif (-) Negatif (-) Normal
3 Meja OK 5 Negatif (-) Negatif (-) Normal
4 Meja OK 6 Negatif (-) Negatif (-) Normal
5 Meja OK 8 Negatif (-) Negatif (-) Normal
6 Meja OK 1 Negatif (-) Negatif (-) Normal
7 Meja OK 3 Negatif (-) Negatif (-) Normal
8 Meja OK 5 Negatif (-) Negatif (-) Normal
9 Meja OK 6 Negatif (-) Negatif (-) Normal
10 Meja OK 8 Negatif (-) Negatif (-) Normal
Jumlah sampel normal 10
57

Jumlah sampel tidak normal 0

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan hasil Bakteri E. Coli bahwa dari 10

sampel meja operasi setelah dilakukan pembersihan di Instalasi Bedah Sentral

RSUD Ngudi Waluyo Wlingi ialah negatif ( - ). Dari hasil tersebut dapat

dinyatakan bahwa tidak terdapat Bakteri E. Coli pada meja operasi.

4. 2. 2.3 Perbedaan Jumlah Kuman Sebelum dan Sesudah Pembersihan pada

Meja Operasi
Tabel 4.3 Tabel Uji Beda Paired T-test Jumlah Kuman Sebelum dan
Sesudah Pembersihan pada Meja Operasi
Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval


of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pai TPC_Kuman_Pre -
30.000 31.934 10.098 7.156 52.844 2.971 9 .016
r 1 TPC_Kuman_Post
Berdasarkan hasil analisis uji statistik normalitas data dengan

menggunakan Kolmogrov Smirnov SPSS 16 didapatkan data nilai pre dan pos

jumlah koloni bakteri berdistribusi normal yaitu 0,941 dan 0,567. Setelah

diketahui kedua data berdistrubusi normal maka dilakukan uji beda Paired T-test

pada tabel 4.3 di dapat hasil p value sebesar 0,016 <0,05. Dari hasil data p value

tersebut dapat diartikan H1 diterima artinya ada perbedaan jumlah kuman sebelum

dan sesudah pembersihan pada meja operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD

Ngudi Waluyo Wlingi.

Hasil dari total coliform dan E. Coli pada meja operasi tidak dapat

dilakukan uji beda karena data yang didapatkan berkelompok. Hasil dari total

coliform dan E. Coli akan dijelaskan secara narasi, berikut penjelasannya:


58

Hasil pemeriksaan total coliform pada meja operasi terjadi perubahan

setelah dilakukan pembersihan. Dari 10 sampel meja operasi sebelum

pembersihan didapatkan hasil berada dalam batas normal, sedangkan pada 10

sampel meja operasi sesudah pembersihan didapatkan hasil 9 sampel berada

dalam batas normal dan satu sampel melebihi batas normal. Hasil pemeriksaan E.

Coli didapatkan hasil bahwa dari 10 sampel sebelum dan sesudah pembersihan

pada meja operasi dinyatakan negative (-) yang berarti tidak ada E. Coli pada

meja operasi.

4. 3 Pembahasan
4. 3.1 Jumlah kuman pada meja operasi sebelum pembersihan dan setelah

digunakan.

Hasil pemeriksaan jumlah kuman dalam oleh tabel 4.1 menunjukkan

bahwa dari 10 sampel terdapat 8 sampel yang memiliki jumlah kuman melebihi

batas normal. Peningkatan jumlah kuman bisa disebabkan berbagai hal salah

satunya adalah tindakan pembedahan. Tindakan pembedahan menurut

Sjamsuhidayat (2010) merupakan tindakan pengobatan dengan menggunakan cara

invasif dengan membuka tubuh dan menampilkan bagian yang harus ditangani.

Tindakan invasif ini berkontak langsung dengan cairan tubuh pasien. Berdasarkan

hal tersebut tidak menutup kemungkinan cairan tubuh pasien (cairan ketuban,

darah, dll) terkena petugas atau tercecer di dekat daerah operasi. Salah satu faktor

pertumbuhan kuman ialah oksigen dan air. Dengan adanya cairan tubuh pasien

yang tercecer saat operasi digunakan kuman untuk tumbuh dan berkembangbiak.

Salah satu penyebab terjadinya peningkatan jumlah kuman pada meja

operasi ialah kuman kulit. Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh yang

berkontak langsung dengan lingkungan termasuk kuman. Kulit merupakan tempat


59

untuk menempel dan berkembangbiak. Besar kemungkinan kontak kulit dengan

meja operasi sehingga terjadi peningkatan jumlah kuman setelah digunakan.

Kemungkinan penyebab lain terjadinya peningkatan jumlah kuman setelah

penggunaan kamar operasi karena adanya perlak yang digunakan sebagai pengalas

pasien di meja operasi. Kemungkinan perlak yang digunakan sebagai pengalas

tidak bebas dari kuman meskipun sudah dibersihkan. Penelitian Yunita (2008)

menyatakan bahwa terdapat kuman pada perlak yang sudah mengalami

pembersihan. Hasil penelitian Yunita (2008) ialah pada tahap penyetrikaan pada

perlak terdapat 8217 per inchi dan 64128 per inchi pada saat pendistribusian ke

ruang perawatan. Jadi tidak menutup kemungkinan saat pengalas perlak berkontak

dengan meja operasi dapat menambah kuman pada meja operasi.

Peningkatan jumlah kuman yang terjadi pada meja operasi tidak

berdampak pada bakteri coliform setelah selesai penggunaan kamar operasi dan

sebelum pembersihan pada meja operasi. Tabel 4.2 menunjukan bahwa 10 sampel

berada dalam batas normal. Bakteri coliform sendiri merupakan bakteri yang

digunakan sebagai indikator tercemar atau terkontaminasinya suatu lingkungan.

Dapat disimpulkan bahwa peningkatan jumlah kuman tersebut tidak berasal dari

bakteri coliform. Hal ini di tunjang dengan hasil pemeriksaan E. Coli. E. Coli

merupakan salah satu bakteri sebagai indikator cemaran lingkungan. Efek dari E.

Coli jika terdapat pada meja operasi dapat menimbulkan infeksi luka operasi.

Hasil ini bisa dilihat pada tabel 4.3 yang menunjukkan bahwa dari 10 sampel

semuanya menunjukkan hasil negative ( - ) yang berarti tidak ada bakteri E. Coli

pada meja operasi.

4. 3.2 Jumlah kuman sesudah pembersihan pada meja operasi


60

Hasil pemeriksaan jumlah kuman setelah dilakukan pembersihan pada

meja operasi seperti pada tabel 4.4, didapatkan hasil bahwa dari 10 sampel

didapatkan 6 sampel dalam batas normal. Ada kemungkinan 6 sampel jumlah

kuman berada dalam batas normal karena dilakukannya pembersihan pada meja

operasi. Pembersihan pada meja operasi merupakan suatu cara membersihkan

meja operasi setelah digunakan untuk proses pembedahan. Tujuan dari

pembersihan ini untuk mejaga kebersihan meja operasi dan jumlah kuman agar

tidak meningkat. Pembersihan ini menggunakan cairan desinfektan. Cairan

desinfektan adalah bahan kimia yang mampu menghancurkan mikroorganisme

patogen dan dalam keadaan normal digunakan pada benda yang tidak dapat

disterilkan (Gruendemann, 2006). Jadi dengan dilakukannya pembersihan pada

meja operasi dapat menjaga dan menurunkan jumlah kuman berada dalam batas

normal.

Hasil pemeriksaan jumlah kuman setelah dilakukan pembersihan pada

meja operasi ditunjukan pada tabel 4.4 bahwa dari 10 sampel didapatkan 4 sampel

melebihi batas normal jumlah kuman. Ada berbagai hal penyebab jumlah kuman

melebihi batas normal, salah satunya adalah dari cara pembersihan yg kurang

menyeluruh pada meja operasi dan mengakibatkan penggunaan desinfektan yang

kurang maksimal untuk membunuh kuman pada meja operasi, Faktor efektivitas

dari desinfektan juga memiliki peran antara lain lama paparan, suhu, konsentrasi

desinfektan, pH, dan ada tidaknya bahan pengganggu (Gruendemann, 2006). jadi

jika faktor – faktor tersebut tidak dilakukan secara maksimal maka penggunaan

desinfektan tidak dapat berfungsi secara maksimal.


61

Hasil pemeriksaan bakteri coliform yang ditunjukkan pada tabel 4.5

menunjukkan dari 10 sampel terdapat 1 sampel melebihi batas normal. Dalam 1

sampel tersebut menunjukkan bakteri pathogen yang melebihi batas normal.

Kemungkinan pertama penyebab terjadinya peningkatan bakteri coliform adalah

dengan pembersihan yang kurang menyeluruh sehingga menyisakan bakteri

patogen pada meja operasi karena penggunaan desinfektan kurang maksimal.

kemungkinan kedua adalah jumlah alat pembersih yang tidak sesuai dengan

jumlah kamar operasi sehingga penggunaan lap pembersih meja operasi bisa

digunakan pada lebih dari satu kamar operasi sehingga masih tersisa kuman pada

lap. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan terjadi peningkatan kuman setelah

dilakukan pembersihan. Tabel 4.6 tentang E. Coli menunjukkan bahwa 10 sampel

dinyatakan negative (-) yang artinya dari 10 sampel tidak terdapat bakteri E. Coli

sebagai indikator cemaran lingkungan. Untuk pemeriksaan bakteri pathogen yang

lain perlu pemeriksaan yang lebih lanjut serta menggunakan bahan yang berbeda

dari penelitian ini.

4. 3.3 Perbedaan Jumlah Kuman Sebelum dan Sesudah Pembersihan pada

Meja Operasi
Kamar operasi merupakan sebuah tempat khusus yang berfungsi untuk

melakukan tindakan pembedahan secara akut atau elektive yang membutuhkan

kondisi atau area steril serta membutuhkan kondisi lainnya. Pembedahan elektif

merupakan tindakan invasive kepada pasien yang berkontak langsung dengan

tubuh pasien termasuk darah. Kemungkinan tercemar lingkungan oleh

mikroorganisme akibat proses pembedahan sangat tinggi. Menurut Kepmenkes

(2004) jumlah kuman peralatan meliputi Meja mayo, meja operasi, lantai, dinding,
62

dll di kamar operasi maksimal 5 CFU/ml. Kamar operasi yang memiliki jumlah

kuman lebih dari 5 CFU/ml meningkatkan resiko infeksi seperti infeksi silang

atau infeksi nosokomial. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa 8 dari 10 sampel jumlah

kuman setelah proses pembedahan pada meja operasi melebihi batas normal.

Namun setelah dilakukan pembersihan pada meja operasi terjadi perbedaan yaitu

4 dari 10 sampel jumlah kuman melebihi batas normal. Dapat disimpulkan bahwa

pembersihan pada meja operasi sangatlah penting untuk menjaga atau

menurunkan jumlah kuman karena dalam pelaksanaannya menggunakan cairan

desinfektan.
Desinfektan mempunyai peranan untuk menurunkan jumlah kuman. Pada

penelitian yang dilakukan oleh Retno palupi (2005) di RSU Dr, Pirngadi Medan

didapatkan hasil bahwa penggunaan cairan desinfektan dapat menurunkan jumlah

kuman pada ruangan rawat inap rumah sakit tersebut. Jenis desinfektan yang

digunakan pada IBS RSUD Ngudi Waluyo Wlingi adalah klorin 0,05%.
Berdasarkan uji statistik yaitu uji beda paired t-test didapatkan hasil p

value 0,016 yang dapat diartikan H1 diterima yang artinya ada perbedaan jumlah

kuman sebelum dan sesudah pembersihan pada meja operasi di Instalasi Bedah

Sentral RSUD Ngudi Waluyo Wlingi yang dapat diartikan ada perubahan jumlah

kuman sebelum dan sesudah pembersihan pada meja operasi. Hasil uji statistik

menunjukkan ada perubahan jumlah kuman sebelum dan sesudah pembersihan

pada meja operasi, namun rata – rata dari hasil pemeriksaan jumlah kuman

sesudah pembersihan pada meja operasi masih diatas dari batas maksimal jumlah

kuman pada meja operasi yaitu 9,7 CFU/ml. Hal ini dapat terjadi oleh banyak

faktor yang mempengaruhi pembersihan pada kamar operasi khususnya meja

operasi.
63

Penggunaan perlakuan desinfektan seperti tingkat konsentrasi desinfektan

pada kamar operasi dapat berpengaruh hasil penurunan jumlah kuman

berdasarkan tingkat konsentrasi desinfektan tersebut. Penelitian yang dilakukan

Amalia (2009) di ruang operasi RSUD BanjarBaru dengan meneliti perubahan

jumlah kuman sesudah pembersihan dengan menggunakan konsentrasi

desinfektan sebesar 30%, 40%, 50%, 60%, dan 70%. Hasil dari penelitian Amalia

menunjukkan ada pengaruh perlakuan desinfektan terhadap jumlah kuman /

bakteri kontaminan dengan p value 0,007. Jadi diharapkan dengan peningkatan

konsentrasi desinfektan dalam penggunaan pembersihan di kamar operasi bisa

menurunkan jumlah kuman sampai ambang batas dari kelayakan jumlah kuman

pada penggunaan kamar operasi yaitu ≤ 5 CFU/ml.


Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi jumlah kuman adalah keefektifan

cairan desinfektan. Cairan desinfektan yang digunakan untuk pembersihan di

Instalasi Bedah Sentral RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar adalah cairan klorin.

Cara kerja cairan klorin ialah menghambat oksidasi glukosa dalam sel suatu

mikroorganisme dengan cara menghambat enzim – enzim metabolisme

karbohidrat. Kelebihan penggunaan cairan desinfektan klorin ialah

penggunaannya mudah, dan dapat membunuh jenis mikroorganisme yang cukup

luas seperti gram positif dan negatif. Kekurangan desinfektan ini adalah memiliki

suasana asam jadi dapat mengkorosi benda yang dibersihkan. Pada penelitian

Dewi (2006) yang dilakukan di IBS RSUP Sanglah Denpasar tentang ke efektifan

desinfektan dengan metode peneliti melakukan desinfeksi dengan menggunakan 3

desinfektan berbeda yaitu lysol, carbol, dan creolin. Hasil penelitian Dewi ialah

ada perbedaan kefektifan dari ketiga cairan desinfektan dengan p value 0,00.

Kefektifan cairan desinfektan yang paling tinggi dari ketiga desinfektan adalah
64

lysol. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kefektifan cairan desinfektan

juga dapat mempengaruhi penurunan jumlah kuman.


Faktor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penurunan jumlah

kuman selain penggunaan desinfektan ialah pertumbuhan kuman pada kulit

pasien. Kulit merupakan bagian terluar tubuh yang berkontak langsung dengan

kuman. Dengan adanya pertumbuhan kuman pada kulit maka perlu adanya

tindakan untuk menurunkan jumlah kuman sebelum dilakukan tindakan

pembedahan. Tindakan untuk menurunkan jumlah kuman dengan melakukan

mandi sebelum pembedahan dengan menggunakan sabun yang mengandung

antiseptik. Hasil penelitian dari Rahmaningrum, dkk (2014) pada pemeriksaan

kultur swab sebelum mandi, pada kelompok yang akan mandi dengan

chlorhexidine gluconate 2% didapatkan adanya 8 pasien (80%) dengan kultur

swab positif, dan jumlah koloni kuman terbanyak 11-40 x 104 CFU/ml yaitu 4

pasien (40%). Sementara pada kelompok yang mandi dengan sabun mandi bayi

didapatkan 9 (90%) pasien dengan kultur swab positif, dan jumlah koloni kuman

terbanyak 1-10 x 104 CFU/ml yaitu 7 pasien (70%).


Bakteri dapat berpindah dari tempat satu ke tempat yang lain melalui berbagai

macam perantara seperti air, udara dan benda-benda padat. Berdasarkan observasi

yang dilakukan, peralatan untuk pembersihan kamar operasi terbatas. Jumlah

peralatan pembersihan seperti kain lap atau kain pel yang tidak sama dengan

jumlah kamar operasi dapat mengakibatkan pembersihan yang dilakukan kurang

maksimal seperti kemungkinan penggunaan peralatan kebersihan untuk

membersihkan lebih dari satu kamar operasi. Hal ini meningkatkan resiko

perpindahan kuman dari kamar operasi satu ke kamar operasi lain. Perlunya

penambahan peralatan kebersihan agar setiap kamar operasi memiliki alat


65

kebersihan sendiri untuk meminimalisir terjadinya perpindahan kuman dan

peningkatan jumlah kuman setelah dilakukan pembersihan.


Berdasarkan hasil pemeriksaan jumlah kuman Total Plate Count pada meja

operasi dari 10 sampel didapatkan 9 sampel mengalami penurunan sedangkan 1

sampel mengalami kenaikan dari 1 CFU/ml sampai dengan 14 CFU/ml. Hal ini

pun terjadi pada pemeriksaan Total Coliform yaitu pada 10 sampel sebelum

pembersihan pada meja operasi nilai bakteri koliform berada dalam batas normal

namun pada 10 sampel sesudah pembersihan pada meja operasi didapatkan 1

sampel mengalami kenaikan melebihi ambang batas. Pada hasil pemeriksaan E.

Coli pada meja operasi sebelum dan sesudah pembersihan didapatkan hasil

negative (-) yang berarti bukan bakteri E. Coli yang mengalami pertumbuhan,

untuk mengetahui bakteri yang mengalami pertumbuhan perlu melakuakan

penelitian yang lebih lanjut.


Dari beberapa faktor yang terterang diatas yang adalah kemungkinan

penyebab terjadinya kenaikan dan penurunan kurang maksimal dari jumlah kuman

di kamar operasi di IBS RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.


Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa ada perbedaan jumlah kuman

sebelum dan sesudah pembersihan pada meja operasi di IBS RSUD Ngudi

Waluyo Wlingi. Pentingnya pembersihan kamar operasi untuk menurunkan

jumlah kuman pada meja operasi untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial

atau infeksi silang. Pada penelitian ini mendukung pentingnya pemeliharaan

kamar operasi agar meningkatkan patient safety di rumah sakit.

4. 4 Keterbatasan Penelitian
4. 4.1 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian yang berjudul “Perbandingan Jumlah Kuman Sebelum dan

Sesudah Pembersihan pada Meja Operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Ngudi
66

Waluyo Wlingi” ini, peneliti memiliki keterbatasan dan hambatan dalam

melakukan pengambilan data, sebagai berikut :


1.Pengambilan sampel dilakukan oleh peneliti sendiri dibawah bimbingan

petugas IPL RSSA sehingga memungkinkan adanya ketidaksempurnaan

dalam pengambilan swab pada permukaan meja operasi didalam penelitian

ini.
2.Jumlah sampel yang digunakan oleh peneliti kurang mewakili seluruh meja

operasi di instalasi bedah sentral karena adanya kriteria inklusi pada

penelitian ini.
3.Dalam penelitian ini menyertakan bakteri E. Colli sebagai indikator cemaran

lingkungan dalam pemeriksaan, dikarenakan pemeriksaan swab meja

operasi adalah salah satu dari jenis swab lingkungan yang dikategorikan

oleh pihak IPL RSSA , sehingga indikator yang digunakan adalah bakteri

E.Colli sebagai bakteri cemaran lingkungan.


4.Didalam penelitian ini peneliti tidak dapat memaparkan jenis bakteri apa

saja yang ada dalam hasil laboratorium, dikarenakan adanya perbedaan

jenis media yang digunakan untuk pembiakan dan membutuhkan waktu

yang lebih lama dalam pengerjaannya di laboratorium IPL RSSA.


5.Proses perjalanan specimen swab meja operasi dari RSUD Ngudi Waluyo

Wlingi menuju RSSA selama 1,5 jam, dimungkinkan selama perjalanan

jauh ini dapat menyebabkan perubahan terhadap specimen meskipun

sudah diletakkan pada coolbox dengan suhu dingin.

Anda mungkin juga menyukai