Anda di halaman 1dari 2

Masjid Nurul Hilal Dato Tiro

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Jump to navigation Jump to search


Masjid Nurul Hilal Dato Tiro

Masjid Nurul Hilal Dato Tiro


Informasi umum
Kecamatan Bonto
Tiro, Kabupaten
Letak Bulukumba, Provinsi
Sulawesi Selatan,
Indonesia.
Deskripsi arsitektur
Jenis
Masjid
arsitektur

Mesjid Nurul Hilal Dato Tiro (sebelum tahun 1997 bernama Masjid Hila-Hila) adalah
masjid yang terdapat di Kecamatan Bonto Tiro, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi
Selatan, Indonesia.[1] Masjid peninggalan Al Maulana Khatib Bungsu atau Dato Tiro, seorang
ulama penyebar agama Islam, ini merupakan masjid tertua di Bulukumba yang didirikan pada
tahun 1605 M. Masjid ini terletak sekitar 36 kilometer dari pusat Kota Bulukumba. Keunikan
masjid ini adalah kubahnya yang berbentuk menyerupai rumah adat Jawa yang terdiri dari
tiga tingkat, sedangkan arsitektur dinding jendela diambil dari rumah khas Sulawesi Selatan,
Tongkonan. Di luar masjid terdapat dua buah menara setinggi 20 meter, sedangkan di dalam
masjid ini terdapat empat buah tiang dan sejumlah tulisan kaligrafi yang berada di sudut
dinding masjid. Di samping masjid ini terdapat sebuah kolam yang dinamai kolam hila-hila.
Konon kabarnya, mata air yang keluar dari dasar kolam tersebut awalnya berasal saat Dato
Tiro membuat garis menggunakan tongkatnya hingga mengeluarkan air yang berkelok-kelok
seperti ular. Kolam inilah yang menjadi daya tarik pariwisata, selain makam Dato Tiro yang
terletak sekitar 100 meter dari masjid. Masjid ini telah mengalami lima kali renovasi.
Renovasi pertama kali dilakukan pada tahun 1625, sedangkan renovasi terakhir kali
dilakukan pada tahun 1998. Sejak berdiri, masjid ini bernama Masjid Hila-Hila hingga pada
tahun 1997 namanya diganti menjadi Masjid Hilal Dato Tiro.
TRIBUNNEWS.COM -- Mesjid Nurul Hilal Dato Tiro merupakan masjid tertua di
Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan dibangun pada 1605 Masehi.

Masjid tersebut adalah peninggalan Al Maulana Khatib Bungsu atau Dato Tiro yang
merupakan seorang ulama penyebar agama Islam.

Masjid yang terletak di Kecamatan Bonto Tiro atau sekitar 36 kilometer dari pusat Kota
Bulukumba itu ternyata memiliki keunikan tersendiri.

Di antaranya memiliki kubah berbentuk menyerupai rumah adat Jawa yang terdiri dari tiga
tingkat sementara arsitektur dinding jendela diambil dari rumah khas Sulawesi Selatan.

Sedangkan di luar mesjid terdapat sebuah menara setinggi dua puluh meter. "Di dalam masjid
ini juga terdapat empat buah tiang, serta sejumlah tulisan kaligrafi yang berada di sudut
dinding masjid tersebut," cerita seorang tokoh masyarakat, Muhammad Bakri Ahmad,
Minggu (12/8/2012).

Selain itu, lanjut Bakri keunikan sisi lain masjid yang telah direnovasi hingga lima kali itu
juga terdapat kolam hila-hila tepat di samping masjid. Konon kabarnya mata air yang keluar
dari dasar kolam tersebut awalnya berasal saat Dato Tiro membuat garis menggunakan
tongkatnya hingga mengeluarkan air yang berkelok-kelok seperti ular.

"Tidak hanya permandian hila-hila yang menjadi tempat wisata masyarakat saat ini, makam
Dato Tiro yang terletak kurang lebih 100 meter dari masjid, juga menjadi tempat wisata bagi
pengunjung," jelasnya.

Bakri menjelaskan perobahan dan perbaikan masjid yang menjadi tempat ibadah masyarakat
Bonto Tiro itu mulai direnovasi sejak tahun 1625 Masehi dan yang terakhir pada tahun 1998
Masehi, hingga perubahan arah kiblat.

Sementara penggantian nama dari mesjid Hila-hila menjadi mesjid Nurul Hilal Dato Tiro
dilakukan pada tahun 1997.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Masjid Nurul Hilal Dato Tiro
Berumur 400 Tahun, http://www.tribunnews.com/ramadan/2012/08/12/masjid-nurul-hilal-
dato-tiro-berumur-400-tahun.

Editor: Hendra Gunawan

Anda mungkin juga menyukai