Anda di halaman 1dari 7

TUGAS GEOLOGI STRUKTUR INDONESIA

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Geologi Struktur Indonesia


Dosen Ir. Kumala Harjawidjaksana, M.Sc.

Disusun oleh :

ASEP HAERUDIN
(1016002)

TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINERAL INDONESIA (STTMI)
BANDUNG
2018
1. Tahapan Pemekaran Lempeng Samudra

Siklus Wilson (Wilson Cycle) mengacu pada hipotesis siklus terbentuknya lempeng
samudra, hingga kembali menujamnya lempeng tersebut ke lapisan astenosfer. Siklus Wilson
sendiri dinamakan berdasarkan nama pengaju teori ini, yakni Tuzo Wilson. Siklus ini terbagi
menjadi delapan fase. 4 fase pertama disebut fase bukaan (Opening phase) sedang 4 fase
selanjutnya disebut fase tutupan (Closing phase). Jumlah fase di setiap versi berbeda namun
memiliki inti proses yang sama.

Gambar. Siklus Wilson

Fase Bukaan
 Fase A : Sebuah lempeng benua tunggal.
 Fase B : Munculnya titik panas (hotspot) dan spreading (pemekaran lantai samudera)
di tengah-tengah yang membelah lempeng tersebut menjadi dua, Laut merah dan
dataran afar adalah salah satu contoh tempat terjadinya fase B.
 Fase C : Pembuatan Lempeng Samudera baru di antara kedua lempeng benua yang
telah terbentuk sebelumnya.
 Fase D : Terjadinya divergen di salah satu lempeng benua yang tadi terpisah dengan
kerak samudera, kerak samudra melebar, namun continental margin tetap (passive
margin). Samudera atlantik merupakan contoh tempat terjadinya fase C dan D.
Fase Tutupan
 Fase E : Divergen terhenti, dan kedua lempeng benua yang tadinya menjauh berbalik
mendekat, terbentuk Busur vulkanik karena pergerakan lempeng benua yang menelan
lempeng samudera ke bawah seperti yang terjadi di samudera pasifik.
 Fase f : Terjadinya kolisi antara lempeng benua dengan busur vulkanik.dimana busur
vulkanik (hinterland) naik ke atas lempeng benua (foreland). Seiring berjalannya
waktu, hinterland tererosi dan meninggalkan dataran peneplain (datar) pada lempeng
benua yang dinaikinya.
 Fase G : Pembentukan pegunungan coldilleran, dimana merupakan pegunungan yang
terbentuk akibat terjadinya penujaman kedua, yakni ketika dataran peneplain dan
lempeng benua pasangannya semakin mendekat.
 Fase H : Pembentukan pegunungan kolisi benua - benua,yakni ketika kedua lempeng
benua telah bertabrakan satu sama lain seperti yang terjadi di Pegunungan himalaya.

2. Merangkum Paper

 Judul Paper:

Hipotesis Mengenai Sejarah Tumbukan Lempeng Zaman Kapur Di Indonesia


Bagian Barat

 Dibuat oleh:
Iyan Haryanto, Edy Sunardi, Adjat Sudradjat, dan Suparka.
 Rangkuman Paper:
Peristiwa tumbukan lempeng Zaman Kapur di Indonesia Bagian Barat masih
menjadi bahan perdebatan terutama mengenai kedudukan dan sejarah
pembentukannya.
Tumbukan lempeng Zaman Kapur di sepanjang Jawa-Kalimantan diawali oleh
subduksi ganda yang berlawanan arah. Pada saat itu Benua Eurasia dan benua Australia
dipisahkan oleh kerak samudra yang sempit dan masing-masing batasnya merupakan
jalur subduksi. Menjelang Akhir Kapur, kerak samudra semakin menyempit seiring
dengan mendekatnya kedua lempeng benua tersebut. Pada akhirnya aktivitas subduksi
ganda berakhir dan sebagai gantinya berlangsung collition antara Lempeng Eurasia
dengan Lempeng Australia. Tumbukan kedua lempeng tersebut menghasilkan jalur
tinggian regional, yaitu tinggian Ciletuh, tinggian Rajamandala, tinggian Billiton,
tinggian Bawean dan tinggian Meratus.
- Granit Benua Australia melampar jauh hingga masuk ke wilayah Indonesia
Bagian Timur. Mulai terpisah dari induknya menjelang Kapur.
- Terdapat dua jalur subduksi pada waktu Zaman Kapur di Indonesia bagian
Barat, masing-masing jalur subduksi Ciletuh-Meratus dan jalur subduksi
Karangsambung-Bantimala
- Pada Akhir Kapur aktivitas subduksi ganda berakhir digantikan dengan
peristiwa collition antara Pecahan Benua Australia dengan Benua Eurasia.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Siklus_wilson
Haryanto, I., Sunardi, E., Sudrajat, A., Suparka. Hipotesis Mengenai Sejarah Tumbukan
Lempeng Zaman Kapur Di Indonesia Bagian Barat. FTG – UNPAD., LIPI.

Anda mungkin juga menyukai