Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Blade turbin pada pembangkit listrik tenaga uap merupakan salah satu
komponen penting yang mengubah energi dari aliran uap menjadi energi mekanik
yang memutar poros turbin. Sudu atau blade turbin bekerja pada putaran yang tinggi
dan lingkungan yang korosif sehingga menyebabkan sudu turbin rentan terjadi
kegagalan terutama pada sudu turbin tekanan rendah (Mabruri, et al. 2015).
Kegagalan pada blade turbin sering ditemukan karena interaksi mekanikal dan
lingkungan pada saat sistem turbin bekerja. Penyebab kegagalan pada blade turbin
uap yang paling sering terjadi disebabkan oleh pitting corrosion, dan stress
corrosion cracking (Mabruri, et al. 2014). Oleh karena itu, penulis dan rekan
bersama peneliti dari Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI melakukan
penelitian untuk mencari material blade turbin yang handal. Penelitian yang
dilakukan menggunakan material baja tahan karat martensitik 13Cr dengan
mencangkup struktur dan sifat mekanik, laju korosi, ketahanan impact, serta
ketahanan stress corrosion cracking dari baja tahan karat martensitik 13Cr.
Baja tahan karat martensitik tipe 13Cr banyak digunakan secara luas pada
industri energi, salah satunya sebagai material blade pada turbin uap. Baja tahan
karat martensitik mempunyai kandungan kromium (Cr) 12% - 30%, memiliki
kandungan karbon (C) yang lebih tinggi dari ferritik sehingga dapat diperkeras
melalui perlakuan panas (Muliadi, R. 2009). Unsur kromium berfungsi untuk
meningkatkan ketahanan terhadap korosi, menaikan hardenability dan ketahanan
terhadap keausan. Baja tahan karat martensitik AISI 410 mempunyai kandungan
kromium (Cr) 11,5% - 14%, kandungan karbon (C) ≤ 0,07%, kandungan nikel (Ni)
3,5% - 4,5%, dan kandungan molibdenum (Mo) 1,5% - 2,5% . Baja tahan karat
martensitik ini biasanya diberikan perlakuan panas untuk mendapatkan kombinasi
sifat mekanis dan ketahanan korosi yang baik (Taji et al. 2015)
Perlakuan panas (Heat Treatment) adalah suatu proses mengubah sifat
mekanis logam dengan cara mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan

1
dan pengaturan kecepatan pendinginan dengan atau tanpa merubah komposisi
kimia logam yang bersangkutan. Tujuan proses perlakuan panas untuk
menghasilkan sifat-sifat logam yang diinginkan. Salah satu proses perlakuan panas
pada baja tahan karat martensitik adalah hardening. Hardening merupakan salah
satu proses perlakuan panas yang dilakukan dengan memanaskan material hingga
temperatur austenite, ditahan dan kemudian didinginkan secara cepat (quenching)
dengan media pendinginan berupa air, oli ataupun gas. Proses perlakuan panas
hardening dapat berupa austenitisasi dan tempering. Proses perlakuan panas
austenitisasi dilakukan untuk meningkatkan nilai kekerasan suatu material (Totten,
G.E. 1993). Austenisasi dilakukan pada suhu antara 1050oC dengan waktu
penahanan 60 menit. Proses perlakuan panas tempering dilakukan dengan
memanaskan baja martensitik pada temperatur kritis bawah dalam waktu yang
ditentukan, hal tersebut dimaksudkan agar dapat mengurangi tegangan dalam,
keuletan serta ketangguhannya naik kembali. Baja yang telah dikeraskan pada
perlakuan austenitisasi bersifat rapuh dan tidak cocok untuk digunakan, melalui
proses tempering, kekerasan dan kerapuhan dapat diturunkan sampai memenuhi
persyaratan penggunaan. Tempering dilakukan pada suhu 400 oC, 500 oC, 600 oC,
650 oC, dan 700oC, yang dilanjutkan proses pendinginan dengan media pendinginan
udara.
Stress corrosion cracking (SCC) adalah salah satu bentuk korosi yang sering
terjadi pada blade turbin. Stress corrosion cracking menjadi perhatian serius karena
sulit diprediksi kapan terjadinya, bisa terjadi secara cepat serta bentuk patahannya
tidak stabil. Stress corrosion cracking dapat didefinisikan sebagai suatu formasi
retakan yang diakibatkan adanya aktivitas secara simultan antar tegangan tarik
statik dan kondisi lingkungan yang korosif. Tanpa adanya salah satu faktor tersebut,
maka tidak akan terjadi stress corrosion cracking (Raja & Shoji 2011). Pada blade
turbin mekanisme tegangan tarik terjadi karena putaran blade yang bekerja, dan dari
putaran blade tersebut menghasilkan gaya sentrifugal yang menyebabkan
terjadinya tegangan tarik. Sedangkan untuk pengaruh lingkungan pada blade turbin
disebabkan oleh air dan garam (NaCl) yang berfungsi sebagai lingkungan korosif
pada blade turbin.

2
Dalam penelitian tugas akhir ini, penulis mencoba untuk menganalisa
ketahanan material baja tahan karat martensitik 13Cr setelah dilakukan proses
perlakuan panas terhadap stress corrosion cracking. Serta mengetahui bentuk
patahan dan bentuk permukaan patahan pada material baja tahan karat martensitik
13Cr yang mengalami stress corrosion cracking.

1.2. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang ingin diperoleh dalam Tugas Akhir ini yaitu:
1. Mengetahui ketahanan material baja tahan karat martensitik tipe 13Cr
setelah proses perlakuan panas terhadap stress corrosion crack (SCC).
2. Mengetahui bentuk patahan dan permukaan patahan pada material baja
tahan karat martensitik 13Cr setelah mengalami stress corrosion
cracking (SCC).

1.3. Batasan Masalah


Beberapa batasan masalah yang diambil pada Tugas Akhir ini adalah :
1. Material uji adalah baja tahan karat martensitik tipe 410 13Cr berbentuk
sheet metal.
2. Jenis perlakuan panas yang digunakan adalah hardening.
3. Temperatur austenitisasi yang dilakukan adalah 1050oC dengan media
quenching oli.
4. Variasi temperatur tempering yang dilakukan adalah 400 oC, 500 oC,
600 oC, 650 oC, dan 700 oC.
5. Pengujian yang dilakukan berupa uji stress corrosion cracking dan
pengamatan SEM.
6. Media perendaman spesimen yang berfungsi sebagai lingkungan
korosif adalah larutan NaCl 3,5%.
7. Variasi beban yang digunakan yaitu 40%, dan 80% dari nilai ultimate
tensile strength.

3
1.4. Metode Penelitian
Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan dalam membuat penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Studi Pustaka
Studi pustaka yang dikumpulkan didapatkan dari beberapa literatur
yang berupa buku-buku maupun jurnal-jurnal yang berkaitan dengan
penelitian ini.
2. Observasi
Melakukan pencarian data yang dibutuhkan untuk mendukung proses
penelitian dan melakukan pemahaman mengenai alat-alat yang akan
digunakan dalam penelitan.
3. Bimbingan
Bertujuan untuk mendapatkan tambahan pengetahuan dan masukan
dari dosen pembimbing serta koreksi terhadap kesalahan-kesalahan
yang terjadi dalam pembuatan Tugas Akhir dan penyusunan laporan.
4. Eksperimen
Proses preparasi benda uji, perlakukan panas (austenitisasi dan
tempering) menggunakan furnace chamber, pengujian stress corrosion
cracking dan pengamatan bentuk patahan serta bentuk permukaan
patahan hasil stress corrosion cracking menggunakan SEM dilakukan
di Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI Kawasan PUSPIPTEK
Serpong, Tangerang Selatan.
5. Penyusunan laporan
Melakukan penyusunan laporan yang beruapa pengolahan data dan
analisis data berdasarkan hasil yang diperoleh setelah melakukan proses
penelitian yang telah dilakukan.

1.5. Sistematika Penulisan


Sistematika dalam penyusunan laporan tugas akhir ini diawali dengan Bab
I mengenai pendahuluan, bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan,
pembatasan masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

4
Kemudian Bab II adalah dasar teori, yang berisikan tentang steam turbine
blade, klasifikasi baja tahan karat, baja tahan karat martensitik tipe 410 13Cr,
perlakuan panas pada baja, serta pengujian yang dilakukan penulis yaitu stress
corrosion cracking.
Bab III adalah metodologi penelitian, yang berisikan tentang metode
penelitian yang dilakukan pada penelitian ini yaitu mengenai pengujian stress
corrosion cracking dan pengamatan SEM pada baja tahan karat martensitik tipe 410
13Cr.
Bab IV adalah hasil dan pembahasan, yang berisikan tentang data hasil
pengujian stress corrosion cracking dan pengamatan SEM guna melihat bentuk
patahan serta bentuk permukaan patahan pada baja tahan karat martensitik tipe 410
13Cr.
Bab V adalah penutup, bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian dan
saran penelitian selanjutnya agar lebih baik lagi.
Selanjutnya adalah daftar pustaka yang berisikan penomoran referensi-
referensi yang dipakai dalam penelitian, dan lampiran yang berisikan informasi
tambahan yang berkaitan dan dibutuhkan dalam penulisan.

Anda mungkin juga menyukai