Anda di halaman 1dari 4

Nilai-nilai Humanisme di Kalangan Mahasiswa

Dwi Putri Ivane


Universitas Negeri Semarang
dwiputrisinagaii@gmail.com

Didunia ini tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri. Oleh karena itu, manusia disebut sebagai
makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial pasti manusia melakukan interaksi dengan sesamanya.
Kenyataannya, manusia memiliki naluri untuk bekerja sama dan saling bersaing. Manusia dapat bekerja sama
dengan sesamanya untuk mencapai tujuan tertentu dengan membentuk suatu kelompok. Sebab itu, didalam
pergaulan manusia selalu ada kerja sama atau kelompok.
Didalam kehidupan bermasyarakat, manusia saling berinteraksi dengan sesamanya yang disebut
interaksi sosial. Interaksi sosial dapat terjadi antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok dan
individu dengan kelompok. Interaksi sosial tersebut menghasilkan suatu nilai-nilai dalam kehidupan
bermasyarakat. Nilai-nilai didalam masyarakat dianggap penting karena menunjukan baik-tidaknya suatu hal.
Oleh karena itu, nilai-nilai dalam masyarakat memiliki peran didalam kehidupan bermasyarakat.
Nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat tidak hanya memiliki peran di tempat kita tinggal. Nilai-nilai
tersebut juga ada di tempat kerja, pusat perbelanjaan, tempat rekresi, sekolah bahkan perguruan tinggi. Nilai-
nilai itu selalu ada dimanapun saat manusia melakukan interaksi sosial. Oleh karena itu, nilai-nilai dalam
masyarakat erat kaitannya dengan kehidupan manusia.
Nilai-nilai dalam masyarakat ada bermacam-macam. Nilai-nilai tersebut timbul karena adanya aturan-
aturan, ketentuan-ketentuan, atau norma-norma yang harus dipatuhi. Norma-norma tersebut dibagi menjadi
dua, yaitu norma tertulis dan norma tidak tertulis. Norma tertulis adalah norma yang ditulis secara jelas diatas
kertas dan jelas terlihat dengan mata. Sedangkan, norma tidak tertulis adalah norma yang hidup dalam
masyarakat berdasarkan kebiasaan-kebiasaan masyarakat atau biasa disebut aturan adat. Agar nilai-nilai
dalam masyarakat bisa terwujud, masyarakat membuat norma-norma. Norma adalah aturan-aturan, perintah-
perintah, dan larangan-larangan yang harus dipatuhi masyarakat demi terwujudnya nilai-nilai. Oleh karena itu,
norma-norma itu bersumber dari nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Misalnya, jika masyarakat
menginginkan nilai kesopanan, maka masyarakat harus membuat norma kesopanan. Jadi, norma dan nilai-
nilai masyarakat adalah dua hal yang saling bekaitan.
Salah satu tempat dimana nilai-nilai dalam masyarakat berperan adalah di perguruan tinggi. Di
perguruan tinggi, nilai-nilai dalam masyarakat juga berlaku dan selalu ada karena manusia berinteraksi
didalamnya. Perguruan tinggi terdiri dari mahasiswa, dosen dan pekerja lain yang terlibat ditempat tersebut.
Kelompok-kelompok manusia tersebut memungkinkan adanya interaksi sosial yang terjadi baik antara
mahasiswa dengan dosen atau pekerja lain, mahasiswa dengan mahasiswa dan dosen dengan pekerja lain.
Oleh sebab itu, nilai-nilai dalam masyarakat berperan juga di perguruan tinggi.
Kehidupan bermasyarakat di perguruan tinggi sangatlah menarik, terutama kehidupan
mahasiswanya. Kehidupan mahasiswa terkenal dengan kehidupan yang bebas karena mereka sudah
dianggap sebagai manusia yang dewasa. Didalam kehidupan mahasiswa juga terjadi interaksi sosial. Interaksi
sosial yang terjadi juga bermacam-macam karena di perguruan tinggi terdapat banyak organisasi atau
kelompok-kelompok yang menekuni bidang tertentu. Nilai-nilai yang ditimbulkan akibat interaksi sosial
tersebut tidak jauh berbeda dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat.
Nilai-nilai masyarakat di lingkungan mahasiswa juga ada bermacam-macam. Seperti, nilai kesopanan,
nilai sosial, nilai politik, nilai religus dan nilai humanisme. Secara tidak sadar, sebagai mahasiswa kita sudah
menerapkan nilai-nilai tersebut karena kodratnya manusia memiliki naluri untuk menerapkan itu. Nilai- nilai
tersebut juga tidak hanya ada di perguruan tinggi, di tempat-tempat lain seperti kantor, pasar dan sekolah
juga kita temukan. Seperi yang sudah dijelaskan bahwa nilai-nilai dalam masyarakat timbul karena adanya
norma. Di kalangan mahasiswa, nilai-nilai tersebut juga terjadi karena norma, baik tertulis maupun tidak
tertulis. Nilai-nilai dalam masyarakat di kalangan mahasiswa sangatlah penting karena menjadi tolak ukur baik-
buruknya suatu perilaku dalam interaksi sosial.
Di kalangan mahasiswa, nilai-nilai humanisme adalah nilai-nilai dalam masyarakat yang cukup
menarik. Nilai-nilai humanisme merupakan nilai dalam masyarakat yang sering kita temui. Mungkin terdengar
asing namun sesungguhnya arti nilai humanisme adalah nilai kemanusiaan. Nilai-nilai humanisme di kalangan
mahasiswa merupakan suatu topik yang cukup menarik karena di zaman ini, nilai-nilai humanisme mulai
tersingkirkan. Nilai-nilai humanisme mulai menghilang seiring dengan banyaknya mahasiswa-mahasiswa
yang bersifat tidak peduli atau individualisme.
Secara etimologi, nilai berasal dari kata value (Inggris) yang berasal dari kata valere (Latin) yang
artinya kuat, baik dan berharga. Secara sederhana, nilai (value) adalah sesuatu yang berguna. Menurut Djahiri
(1999), nilai adalah harga, makna, isi dan pesan, semangat, atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta,
konsep, dan teori, sehingga bermakna secara fungsional. Nilai difungsikan untuk mengarahkan,
mengendalikan dan menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku. Sedangkan
menurut Dictionary dalam Winataputra (1989), nilai adalah harg atau kualitas sesuatu. Artinya, sesuatu
dianggap memiliki nilai apabila sesuatu tersebut secara instrinsik memang berharga.
Sedangkan, humanisme berasal dari Latin, humanis; manusia, dan isme yang berarti paham atau
aliran. Humanisme dalam pengertian Ethichal Humanism adalah sebuah gerakan kemanusiaan yang secara
luas memiliki perhatian khusus kepada perikemanusiaan, yang memperjuangkan kaum minoritas. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), humanisme adalah aliran yang bertujuan menghidupkan rasa
perikemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik. Berarti humanisme erat kaitannya
dengan perikemanusiaan.
Lalu, pengertian mahasiswa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang
belajar di perguruan tinggi. Menurut Knopfemacher dalam Suwono (1978), mahasiswa merupakan insan-insan
calon sarjana yang terlibat dalam suatu instansi perguruan tinggi, dididik serta diharapkan menjadi calon-calon
intelektual. Berarti mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi yang diharapkan menjadi insan
intelektual.
Dari pengertian-pengertian tersebut, didapatkan bahwa nilai-nilai humanisme di kalangan mahasiswa
artinya standar prilaku kemanusiaan seseorang di kalangan orang yang belajar di perguruan tinggi. Nilai-nilai
humanisme di kalangan mahasiswa masih menjadi pertanyaan. Apakah mahasiswa yang dianggap sudah
dewasa dan calon insan intelektual masih menjunjung nilai humanisme? Apakah lingkungan mahasiswa
memengaruhi nilai humanisme mahasiswa tersebut? Bagaimana dengan kasus-kasus pelanggaran nilai
humanisme yang semakin marak terjadi? Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin sering terbenak dalam
pikiran kita.
Sifat-sifat setiap pribadi mahasiswa sangatlah berbeda. Tidak semua mahasiswa di suatu perguruan
tinggi adalah mahasiswa dengan sifat yang baik. Ada pula mahasiswa bersifat tidak baik atau buruk. Ada
mahasiswa cerdas, adapula yang kurang berilmu. Ada mahasiswa yang peduli, adapula yang egois. Sifat-sifat
bertolak belakang inilah yang memunculkan dua kelompok masyarakat. Nilai-nilai humanisme di kalangan
mahasiswa yang baik akan sangat terlihat sedangkan mahasiswa yang sifatnya buruk tidak akan
memperlihatkan nilai-nilai tersebut.
Kasus-kasus pelanggaran akibat hilangnya nilai-nilai humanisme di kalangan mahasiswa semakin
marak setiap tahunnya. Hal ini membuktikan bahwa kesadaran akan nilai-nilai humanisme di kalangan
mahasiswa berkurang seiring perkembangan zaman. Berita-berita di televisi, koran bahkan radio terlihat
sering menayangkan kasus-kasus pelanggaran yang dilakukan mahasiswa. Kasus-kasus tersebut sebagian
besar terjadi akibat mereka kurang memahami nilai-nilai humanisme. Kurangnya pemahaman tersebut tidak
bisa kita salahkan sepihak kepada mahasiswa tersebut. Hal tersebut bisa saja akibat faktor lain, seperti
lingkungan tempat tinggal dan pergaulannya. Kasus-kasus yang dilakukan mahasiswa tersebut tidak hanya
merugikan dirinya sendiri, melainkan juga orang lain. Kasus pelanggaran akibat hilangnya nilai-nilai
humanisme yang sering kita jumpai adalah bullying. Bullying sering terjadi di kalangan mahasiswa, terutama
saat ospek mahasiswa baru. Kasus lain yang mungkin sering kita dengar adalah pelecehan sexual dan sex
bebas. Mahasiswa yang sudah merasa dirinya dewasa sering menganggap dirinya pantas melakukan hal-hal
tersebut. Kurangnya pemahaman nilai-nilai humanisme di kalangan mahasiswa akan menyeret mereka
melakukan hal-hal yang buruk.
Salah satu kasus pelanggaran akibat kurangnya nilai-nilai humanisme di kalangan mahasiswa adalah
kasus salah satu mahasiswa IPDN yang tewas saat orientasi pada tanggal 25 Januari. Berdasarkan
keterangan kerabat korban, korban sering keluar masuk rumah sakit akibat disiksa para seniornya. Dari kasus
tersebut dapat terlihat kurangnya nilai humanisme di kalangan mahasiswa. Nilai-nilai humanisme yang
berpusat pada kepentingan perikemanusiaan sudah tidak ada lagi. Nilai-nilai tersebut hilang karena kurangnya
pemahaman dan pengajaran tentang hal tersebut. Berdasarkan keterangan diketahui korban disiksa oleh para
seniornya yang berarti mereka tidak lagi memandang baik-buruknya perilaku yang mereka lakukan. Mereka
juga tidak memikirkan dampak yang timbul dari perilaku tersebut. Padahal, hakikatnya, nilai-nilai humanisme
adalah standar atau tolak ukur perilaku manusia tentang perikemanusiaan. Berarti, para senior yang telah
menyiksa juniornya tersebut tidak mengukur perilakunya sendiri. Sifat-sifat yang menyiksa inilah yang sangat
bertentangan dengan nilai-nilai humanisme. Seharusnya , masa orientasi mahasiswa baru dilakukan dengan
menjunjung nilai-nilai humanisme. Selain itu, para senior juga seharusnya di berikan wawasan mengeai nilai
humanisme terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan orientasi tersebut. Dari kasus tersebut terlihat bahwa
perilaku mereka tidak hanya merugikan dirinya sendiri bahkan merugikan nyawa orang lan.
Kasus lain yang juga sempat viral di media sosial, yaitu pelecehan seksual oleh mahasiswa salah satu
perguruan tinggi negeri di Yogyakarta dengan mahasiswi yang terjadi di Kereta Api Prameks tujuan
Yogyakarta-Solo. Mahasiswi melaporkan pelecehan sesual yang dialaminya kepada polisi khusus kereta api.
Hal tersebut langsung ditangani oleh polisi. Dari kasus tersebut terlihat nilai-nillai humanisme di kalangan
mahasiswa mulai hilang. Bahkan kejadian tersebut bukan lagi terjadi di perguruan tinggi, namun di kereta api.
Mahasiswa yang semakin memberanikan diri melakukan hal-hal tersebut dapat membahayakan dan
merugikan lingkungan sekitar. Mahasiswa yang terlalu berpikir dewasa bisa saja berprilaku melewati batasnya
sebagai mahasiswa. Kasus tersebut bisa saja menjadi trauma dan beban bagi korban. Terlebih foto dan berita
tersebut sudah menyebar di media sosial dan ramai dibicarakan. Hal tersebut sengat merugikan korban.
Contoh kurangnya nilai-nilai humanisme di kalangan mahasiswa juga terdapat dalam sektor agama.
Mungkin hal tersebut sangat menarik di bicarakan akhir-akhir ini karena merupakan pembahasan yang cukup
sensitif. Agama seringkali menjadi penyebab terjadinya pelanggaran-pelanggaran dari kurangnya nilai
humanisme, tidak terkecuali di kehidupan perguruan tinggi. Beberapa kali mungkin kita mendengar adanya
keributan di kalangan mahasiswa akibat perbedaan agama. Padahal, nilai-nilai humanisme mengajarkan
untuk bertoleransi dan menghargai apapun perbedaan baik pendapat, agama atau aspek-aspek lainnya. Jika
nilai-nilai humanisme mulai pudar maka bisa saja terjadi adu pendapat yang berakibat perkelahian, dendam
dan segala macam. Sebagai mahasiswa yang memiliki pemahaman yang baik tentang nilai-nilai humanisme
seharusnya dapat bertoleransi dalam hal agama.
Perilaku yang mencerminkan kurangnya nilai-nilai humanisme tidak hanya dilakukan dari orang lain
kepada kita, namun juga kita terhadap diri kita sendiri. Contohnya dalam kalangan mahasiswa. Di kalangan
mahasiswa, berbagai macam komentar mengenai diri kita seringkali terucap dari mahasiswa-mahasiswa lain.
Hal tersebut sering membuat kita minder atau malu dalam melakukan hubungan dengan orang lain. Padahal
nilai-nilai humanisme dapat diartikan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup seorang
diri. Begitu pula saat seorang mahasiswa tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan nya. Jika seperti itu,
mahasiswa itu akan sulit bekerja sama dengan orang lain. Dia akan mengalami stres jika terus menerus hidup
dengan diri sendiri. Sebenarnya kasus-kasus tersebut akibat mahasiswa seringkali berpikir negatif terhadap
suatu hal sehingga takut untuk memulai sebuah interaksi sosial antar mahasiswa.
Nilai-nilai humanisme bisa saja hilang akibat adanya kelompok-kelompok atau sekumpulan
mahasiswa yang bekerja sama untuk merencakan perbuatan-perbuatan yang salah. Kehidupan di kalangan
mahasiswa adalah kehidupan yang bebas. Kehidupan dimana mahasiswa sudah dapat memilih pilihannya
sendiri sesuai kemauannya. Namun, karena kebebasan inilah mahasiswa sering salah dalam memilih
pilihannya karena pemahaman dasarnya tidak kokoh. Mahasiswa mudah untuk dipengaruhi oleh oknum-
oknum yang menawarkan kegiatan-kegiatan yang tidak memiliki nilai humanisme. Oknum-oknum ini bisa dari
luar perguruan tinggi ataupun dari dalam perguruan tinggi itu sendiri. Dasar-dasar nilai humanisme harus
dimiliki oleh setiap mahasiswa. Menumbuhkan nilai-nilai humanisme dapat dilakukan dengan berbagai cara.
berbaai cara tersebut dapat dilakukan didalam perguruan tinggi maupun diluar perguruan tinggi.
Dari kasus-kasus yang telah disebutkan terlihat bahwa tingkat pemahaman nilai-nilai humanisme di
kalangan mahasiswa belum sempurna. Masih banyak kasus-kasus lain yang mungkin saja lebih fatal daripada
kasus-kasus yang telah disebutkan sebelumnya. Dari kasus-kasus tersebut dapat kita jawab pertanyaan-
pertanyaan sebelumnya bahwa mahasiswa tidak sepenuhnya dewasa sehingga masih melakukan
pelangggaran. Dan kurang pahamnya nilai-nilai humanisme di kalangan mahasiswa dapat terjadi karena faktor
ingkungan perguruan tinggi mereka. Lalu timbul pertanyaan, bagaimana solusi terbaik untuk meningkatkan
nilai-nilai humanisme di kalangan mahasiswa? Bagaimana menerapkan nilai-nilai humanisme di kalangan
mahasiswa?
Menerapkan nilai-nilai humanisme di kalangan mahasiswa dapat dilakukan melalui organisasi-
oraganisasi. Tentunya orgnisasi itu harus diketahui secara jelas visi dan misinya. Organisasi dengan visi dan
misi yang baik dan mengedepankan nilai-nilai humanisme patut diikuti oleh mahasiswa. Banyak ditemukan
organisasi-organisasi di kalangan mahasiswa yang tidak jelas visi dan misinya. Visi dan misi yang tidak jelas
inilah yang dapat memungkinkan terjadi tindakan pelanggaran nilai-nilai humanisme. Banyak juga ditemukan
orgnisasi-organisasi yang visi dan misinya hanya untuk kelompok-kelompok tertentu. Jelas organisasi tersebut
tidak menerapkan nilai-nilai humanisme. Oleh sebab itu, mahasiswa dituntut untuk menjadi kritis dan selektif
dalam berorganisasi. Mahasiswa harus cerdas dalam memilih suatu organisasi.
Tidah hanya organisasi di perguruan tinggi. Teman-teman mahasiswa lain juga bisa saja menjadi
faktor kurangnya pemahaman nilai-nilai humanisme. Mahasiswa-mahasiswa yang terdapat dalam suatu
kelompok yang sama cenderung enggan untuk keluar dari zona nyamannya. Kemudian mereka akan
menjauhkan diri dari orang-orang sekitar. Terkadangan sifat individualisme ini bisa memberikan pemikiran-
pemikiran buruk yang dapat menyebabkan mahasiswa berprilaku buruk. Sebab itu, mahasiswa harus aktif
melakukan interaksi sosial dengan mahasiswa lain. Tetapi harus tetap selektif karena sifat manusia berbeda-
beda. Namun, kita jangan berpikir negatif tentang seseorang tanpa alasan tertentu. Mahasiswa harus berpikir
baik-buruknya suatu interaksi sosial sehingga tidak melakukan pelanggaran nilai-nilai humanisme.
Lingkungan di luar perguruan tinggi juga harus diperhatikan oleh mahasiswa. Lingkungan tersebut
bisa lebih berbahaya dibandingkan kawasan perguruan tinggi karena berbagai orang dapat berinteraksi
dengan bebas. Mahasiswa harus selalu waspada dengan orang-orang sekitar karena pemikiran mereka masih
mudah untuk di pengaruhi. Banyak orang jahat diluar sana yang dengan mudah memengaruhi pemikiran
tentang nilai-nilai humanisme kepada mahasiswa. Mahasiswa yang jarang melaukan interaksi sosial dengan
orang lain akan mudah dipengaruhi. Banyak kasus mahasiswa ditawarkn oleh orang jahat diseitar kampusnya
untuk melakukan suatu hal dengan embel-embe keuntungan tertentu. Mahasiswa yang tidak kritis akan
menerima tawaran tersebut yang pad akahirnya akan berdampak buruk. Oleh karena itu mahasiswa harus
selalu waspada pada siapapun di sekitar perguruan tinggi.
Nilai-nilai humanisme terkadang dapat disalah artikan oleh beberapa mahasiswa. Beberapa
mahasiswa mengartikan bahwa nilai-nilai humanisme adalah nilai yang harus dijunjung tinggi diatas
segalanya. Pemikiran seperti ini bukanlah pemikiran yang benar. Nilai-nilai humanisme harus didasarkan atas
nilai religius (agama). Mahasiswa harus tetap mengutamakan nilai religius (agama) diatas nilai-nilai
humanisme. Beberapa perguruan tinggi memiliki mahasiswa yang memiliki nilai-nilai humanisme yang tinggi
namun tidak didasarkan pada nilai-nilai religius (agama). Pemikiran seperti inilah adalah pemikiran nilai-nilai
humanisme yang salah. Niilai-nilai humanisme harus didasarkan nilai-nilai religius (agama).
Mahasiswa sebagai insan-insan intelektual seharusnya memahami dengan baik nilai-nilai
humanisme. Nilai-nilai humanisme di kalangan mahasiswa merupakan hal yang penting karena merupakan
tolak ukur dari perilaku manusia tentang perikemanusiaan. Kasus-kasus yang sudah terjadi bisa dijadikan
pelajaran bagi mahasiswa untuk tidak mengulangi hal yang sama dan berusaha menerapkan nilai-nilai
humanisme dengan lebih baik. Solusi untuk meningkatkan pemahaman tentang nilai-nilai humanisme dapat
dilakukan dengan interaksi sosial yang baik dengan orang-orang sekitar, baik sesama manusia maupun warga
sekitar perguruan tinggi. Mahasiswa harus kritis dan cerdas dalam pergaulannya dan selalu mengutamakan
nilai-nilai religius sebagai dasar penerapan nilaai-nilai humanisme. Diharapakan mahasiswa dapat terus
meningkatkan pemahaman nilai-nilai humanisme di kalangan mahasiswa dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai