Anda di halaman 1dari 2

Nyeri merupakan alasan paling umum seseorang mencari bantuan perawatan kesehatan.

Nyeri
terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik maupun selama menjalani proses
pengobatan.
Tenaga medis tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh pasien karena nyeri
bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu lainnya berbeda dalam menyikapi nyeri).
Nyeri yang tidak teratasi mengakibatkan efek tidak diharapkan baik secara fisik dan psikologis.
Hal ini yang membuat peran asuhan keperawatan dalam manajemen nyeri berperan penting
untuk mengurangi rasa nyeri dan memberikan kenyaman pasien selama mendapatkan perawatan.
Darah dan produk darah memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan. Ketersediaan,
keamanan dan kemudahan akses terhadap darah dan produk darah harus dapat dijamin. Transfusi
darah merupakan upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan dengan menyediakan darah atau komponen darah yang cukup, aman,
mudah diakses dan terjangkau oleh masyarakat. Pemberi pelayanan kesehatan bertanggung
jawab atas pelaksanaan pelayanan transfusi darah yang aman, bermanfaat dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat, pelayanan
darah hanya dapat dilakukan oleh petugas yang memiliki kompetensi dan kewenangan pada
fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi persyaratan tertentu. Meskipun dapat diyakini
bahwa transfusi bukanlah tanpa risiko, akan tetapi data yang ada sering tidak mengindikasikan
risiko aktual transfusi. Efek samping transfusi adalah segala sesuatu yang terjadi pada tahapan
transfusi yang dapat menimbulkan kematian atau membahayakan jiwa donor ataupun pasien.
Pemberian transfusi kepada perlu dikelola dengan baik dari mulai permintaan darah,
informed consent, tatacara pemberian serta monitoring evaluasi pemberian tranfusi.
Restrain adalah suatu metode untuk membatasi pasien dalam bergerak secara bebas sesuai
dengan ketentuan medis. Ruang lingkup pelayanan restrain yaitu semua pasien dengan resiko
jatuh, kecenderungan melukai diri sendiri, dan yang menghambat proses pengobatan.
Restrain selain merupakan tindakan yang tidak menyenangkan untuk pasien, juga merupakan
tindakan yang memiliki risiko tinggi, sehingga perlu dipastikan kebutuhan untuk restrain, cara
melakukan restrain dan monitoring evaluasi selama restrain.
Rumah sakit sebagai sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat memiliki peran penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Tenaga
kesehatan di rumah sakit mempunyai tanggung jawab untuk memberi pelayanan kepada pasien
sesuai kebutuhan tanpa membedakan agama, ras, kelas perawatan maupun status sosial. Perawat
sebagai profesional pemberi asuhan pasien wajib memiliki kompetensi tentang manajemen
nyeri, manajemen tranfusi dan menajemen restrain untuk dapat memberikan asuhan
keperawatan yang profesional, bermutu dan aman bagi pasien. Salah satu apaya untuk
meningkatkan kompetensi perawat adalah melalui pelatihan. Setelah mengikuti pelatihan, para
tenaga keperawatan diharapkan mampu mengelola pasien dengan nyeri, pasien dengan
pemberian transfusi dan pasien dengan restrain.
 Perawat sebagai profesional pemberi asuhan pasien wajib memiliki kompetensi
tentang manajemen nyeri, manajemen tranfusi dan menajemen restrain untuk
dapat memberikan asuhan keperawatan yang profesional, bermutu dan aman bagi
pasien. Salah satu apaya untuk meningkatkan kompetensi perawat adalah melalui
pelatihan. Setelah mengikuti pelatihan, para tenaga keperawatan diharapkan mampu
mengelola pasien dengan nyeri, pasien dengan pemberian transfusi dan pasien
dengan restrain.

 Pengaplikasian penulisan RPO


(efek samping obat)

 GCS dan Kesadaran

 Critical Ilnes

(mengenali tanda dan gejala serta recomendasi therapi)

 Kasus Pasien CNR (Cardio, Neuro, Respiratory)

 Review penegakan diagnostic keperawatan

Anda mungkin juga menyukai