Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana pengembangan potensi diri dengan

memperoleh pemahaman ataupun pengetahuan sebagai input untuk

memanusiakan manusia (menjadikan manusia seutuhnya) dengan segala

potensi yang dimilikinya sehingga mampu mewujudkan pribadi yang cerdas,

kreatif, mandiri, berpengendalian diri, dan tentunya memiliki akhlak dan akal

budi. (Suparlan Suhartono, 2007:77). Adapun menurut (Purwanto 2009:19)

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, akhal mulai serta keterampilan

yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pengertian pendidikan di atas dapat sedikit disimpulkan bahwa

pendidikan memiliki usaha sadar dan terencana. Hal itu menunjukkan

pendidikan merupakan proses yang disengaja, terencana, dan difikirkan secara

matang. Oleh karena itu di setiap jenjang maupun level manapun proses

pendidikan harus disadari dan direncanakan, baik dalam tataran nasional,

regional (provinsi), kabupaten (kota), institusional (sekolah), maupun pada

tingkat operasional (proses pembelajaran oleh guru).

1
Sejalan dengan dinamika pendidikan yang ada, guru adalah tenaga

pengajar yang mendidik anak murid/siswa dalam jenjang pendidikan baik

Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah

Atas (SMA), ataupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di swasta maupun

negeri. Guru merupakan sosok manusia yang dapat “digugu” (ditaati) dan

ditiru (diikuti), sosok yang ditaati karena ucapanya memuat nasehat kebenaran

(truthfulness) dan kejujuran (fairness) menuju jalan hidup selamat. Sedangkan

sosok yang diikuti karena tingkah lakunya mengandung keteladanan akhlak

(moral) dan berkarakter baik (good character). (Mulyasa, E : 20006: 17)

Peran guru dalam proses mengajarkan pendidikan dan sekaligus

sebagai pihak yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan proses pendidikan

disekolah sangatlah penting karena guru harus memiliki sikap yang positif

terhadap jabatannya dan sebagai contoh bagi para muridnya. Seperti dalam

pepatah, “guru kencing berdiri, murid kencing berlari.” Karena guru adalah

seorang figur yang menjadi contoh bagi muridnya, apa yang dilakukan oleh

seorang guru memungkinkan muridnya akan meniru dari apa yang telah

diajarkan oleh sang guru, jika guru melakukan sebuah kesalahan dalam proses

pengajaranya maka murid kemungkinan akan menirukan dari apa yang telah

dilakukan guru, begitu juga sebaliknya.

Guru merupakan suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus,

tanggung jawab dan jiwa rela memberikan layanan sosial diatas kepentingan

pribadi. Sesuai dengan tuntutan jabatan guru tersebut, maka jabatan guru

2
merupakan jabatan "profesi". Oleh karena itu, tujuan program belajar

mengajar akan dapat dicapai oleh guru yang mempunyai sikap professional

yang positif. Oleh karena itu, tujuan program belajar mengajar akan dapat

dicapai oleh guru yang mempunyai sikap profesional yang positif. Profesional

kinerja dari seorang guru honorer bukan hanya akan berkontribusi terhadap

kualitas lulusan yang akan dihasilkan oleh sekolah itu, melainkan juga akan

berlanjut pada kualitas kinerja dan jasa para lulusan dari sekolah tersebut

dalam pembangunan, yang pada kemudiannya akan berpengaruh terhadap

kualitas hidup murid dan juga sekolah tersebut. (mulyasa. E. 2006)

Dalam penjelasan mengenai guru honorer atau GTT (guru tidak tetap)

ini adalah guru yang diangkat atau dipekerjaan dalam suatu sekolah untuk

jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas dalam pengajaran pendidikan

yang bersifat teknis professional dan administrasi sesuai dengan kebutuhan

dan kemampuan dalam kerangka sistem kepegawaian dibawah arahan dinas

pendidikan. GTT ini tidak berkedudukan sebagai PNS (pegawai negeri sipil)

dan dapat diberhentikan oleh pihak sekolah dalam waktu tertentu. ( Ratna. M.

K. 2008)

Sejak tahun 2005 pemeerintah tidak lagi mengangkat guru honorer

sebagai guru tetap secara langsung, namun untuk mendapatkan status sebagai

guru tetap atau PNS. Harus melalui tes yang diadakan oleh pemerintah. Guru

honorer diangkat oleh kepala sekolah yang sekolah tersebut mengalami

kekurangan tenaga pengajar dengan mengajukan kepada dinas pendidikan

3
setempat akan kekurangan tenaga pengajar oleh kepala sekolah. Pemerintah

sendiri menggolongkan tenaga pengajar tidak tetap/GTT kedalam beberapa

golongan, yaitu guru honorer daerah, guru honorer yayasan, dan guru tidak

tetap tenaga bantu Guru honorer daerah merupakan guru honorer yang

diangkat oleh daerah karena daerah tersebut keurangan tenaga pengajar pada

tingkat pendidikan tertentu, sedangkan tenaga pengajar yayasan merupakan

tenaga yang berada dalam yayasan dan disalurkan oleh yayasan kebeberapa

sekolah yang kekurangan tenaga pengajar, biasanya guru tidak tetap yayasan

ini berada disekolah yang berstatus Swasta, dan guru tenaga bantu ialah

mereka yang hanya membantu kekurangan dari tenaga pengajar dan bersifat

hanya membantu. Guru honorer hanya mendapatkan honorarium perbulan,

cuti dan perlindungan hukum. Selain itu status kepegawaiannya pun kurang

begitu jelas, guru honorer hanya dikontrak saja. Jika kontraknya selesai,

seorang guru honorer tidak akan tahu apakah kontraknya tersebut akan

diperpanjang (Mulyasa, 2006).

Permasalahan guru honorer merupakan permasalahan nasional, karena

masih banyak sekolah mengalami kekurangan tenaga pengajar/guru. Dengan

mengangkat guru honorer merupakan salah satu alternative yang dilakukan

oleh pemerintah demi menutupi kekurangan.

Guru honorer yang bekerja sebagai tenaga pengajar diberbagai

sekolah, baik itu Negeri atau Swasta sampai saat ini belum memiliki standar

upah yang berhak mereka terima dimana dalam pekerjaan itu guru honorer

4
memiliki bobot jam pelajaran, tanggung jawab dengan siswa yang sama

dengan mereka yang telah berstatus sebagai PNS. Dengan kata lain guru

honorer menerima insentif atau upah mereka tidak sebangding dengan apa

yang telah dilakukanya dengan jam kerja, dan rasa tanggung jawab terhadap

siswa yang sama dengan PNS. menutupi kekurangan Jumlah total guru

honorer di kecamatan Sambirampas Kabupaten Manggarai Timur mencapai

72 orang, dari total lima SMA Negeri. Terbanyak ada di dua SMA Negeri ,

yakni SMA Negeri 3 Sambi Rampas dengan SMA Negeri 4 Sambi Rampas.

Untuk guru Honorer di SMA Negeri 3 Sambi Rampas sebanyak 18 guru

honorer, sedangkan di SMA Negeri 4 Sambi Rampas sebanyak 16 guru

honorer. Kisaran gajih yang mereka terima adalah RP 300.000 – RP 625. 000.

Angka-angka tresebut didapat dari operator sekolah masing-masing melaui

via telepon, dan dijadikan data menta sebelum peneliti terjun langsung ke

sekolah-sekolah.

Data Nama-Nama Sekolah, Jumlah Guru Komite Dan Kondisi Gaji

SMA Negeri Se-Kecamatan Sambi Rampas Kabpaten Manggarai Timur

adalah sebagai berikut:

5
GURU KONDISI
NO NAMA SEKOLAH
L P GAJI

1 SMA NEGERI 1 SAMBI RAMPAS 3 5 750.000/Bulan

2 SMA NEGERI 2 SAMBI RAMPAS 5 9 550.000/Bulan

3 SMA NEGERI 3 SAMBI RAMPAS 8 10 650.000/Bulan

4 SMA NEGERI 4 SAMBI RAMPAS 7 9 400.000/bulan

5 SMA NEGERI 5 SAMBI RAMPAS 6 10 350.000/Bulan

T0TAL 29 43 2.700.000

Mengkaji dari data lapangan yang ada maka sangat terlihat bahwa

kesejahteraan guru komite SMA negeri se-kecamatan Sambi Rampas

sangatlah rendah hal ini akan terlihat dari gaji yang diterima tidak lebih besar

dari Upah Minimum Propinsi (UMP).

Sesuai SK Gubernur NTT No 283/KEP/HK/2017 tentang UMP NTT

2018 menteapkan Upah Minimum Propinsi sebagai barikut:

KETERANGAN

PROVINSI Persentase
SK
2017 2018 Kenaikan
Gubernur
(%)

Rp.
NUSA TENGGARA TIMUR Rp .1.660.000 9%
1.525.000

6
Untuk melakukan standarisasi gaji guru honorer. Minimal guru

honorer digaji dengan standar upah minimum Kabupaten/Kota (UMK).

Dengan pemberlakuan UMK tersebut maka Guru honorer di Manggarai Timur

jauh dari harapan. Karena, tidak mendapat perhatian dari pemerintah

kabupaten, pemerintah propinsi, dan pemerintah pusat. Rata-rata upah yang

diterima sekarang ini berkisar RP 300.000-RP 500. 000 per bulan. Jelas

coordinator guru komite, Kabupaten Manggarai Timur. akan membantu guru

honorer dalam pemenuhan kebutuhan hidup mereka dan dengan demikian

guru honorer bisa memiliki pendatan yang lebih layak untuk kesejahteraan

sosial mereka. Gaji guru honorer sangat tidak manusiawi. Setiap bulannya

guru honorer hanya menerima honorer Rp 300.000. Bahkan banyak yang di

bawah Rp 300.000. Demikian ditegaskan Petrus Kanisisus Iku kepada

Florespost.co, Kamis (11/09/2014). Begitu berarti jasa guru honorer bagi

bangsa ini, karena selain kekurangan tenaga pengajar di sekolah mereka

melakukan pekerjaan ini tanpa harus mengeluh, karena untuk memajukan

pendidikan bangsa ini, walau terkadang mereka yang menerima upah minim

harus menerima dalam beberapa bulan berjalan. Oleh sebab itu mengapa

menaikkan upah honorer menjadi standar upah minimum seharusnya menjadi

prioritas utama karena mereka membutuhkan kehidupan layak sebelum

mendapatkan status sebagai PNS karena kewajiban yang mereka berikan

dalam bentuk pengabdian kepada negara tidak sesuai dengan hak upah yang

mereka terima selama ini dalam standar kebutuhan hidup mereka.

7
Apabila upah/gaji yang diterima oleh guru honorer minim bukan tidak

mungkin motivasi kerja seorang guru honorer akan menjadi rendah jika apa

yang diperolehnya tidak sesuai dengan apa yang dikerjakannya, seperti jam

kerjanya yang terlalu padat tetapi penghasilannya tidak sesuai dengan apa

yang dikerjakannya. Tetapi banyak faktor yang dapat menyebabkan motivasi

kerja seorang guru honorer menjadi tinggi salah satunya adalah keinginan

untuk mencerdaskan anak-anak bangsa (Mulyasa, 2006).

Motivasi guru merupakan faktor yang sangat penting dalam kinerja

guru, dalam hal ini berkaitan dengan kesejahteraan, kondisi kerja, kesempatan

untuk mengembangkan karir, dan pelayanan tambahan terhadap guru. Dan

salah satu penentu semangat kerja guru adalah besar kecilnya imbalan. Makin

tinggi imbalan, makin tinggi kesungguhan, komitmen, dan produktivitas kerja

serta makin kecil tindakan indisipliner Supradi (2007: 43).

Berlatar belakang dari pemikiran di atas, akhirnya penulis tertarik

mengadakan sebuah penelitian skripsi dengan judul “Korelasi Gaji/Upah

Guru Komite Terhadap Motivasi Mengajar SMA Negeri Di Kecamatan

Sambi RAmpas Kabupaten Manggarai Timur”.

1.2 Pembatasan masalah

Berdasarakan latar belakang masalah yang telah disebutkan, maka

pembatasan dalam penelitian ini adalah Korelasi Upah/Gaji Guru komite

Terhadap Motivasi mengajar SMA Negeri Di Kecamatan Sambi Rampas

Kabupaten Manggarai Timur.

8
1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, dapat disimpulkan rumusan masalah

yang ada yaitu:

1. Sejauh manakah motivasi mengajar guru komite di SMA NEGERI Se-

Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur ?

2. Bagaimana korelasi upah guru komite terhadap motivasi mengajar guru di

SMA NEGERI Se-Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :

1. Motivasi mengajar guru komite di di SMA NEGERI Se-Kecamatan Sambi

Rampas Kabupaten Manggarai Timur.

2. Korelasi Upah guru komite terhadap motivasi mengajar guru SMA Negeri Se-

Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat menjadikan acuan dan bahan pentimbangan bagi

peneliti-peneliti yang lain berkaitan dengan upah/gaji guru komite SMA

NEGERI Se-Kecamatan Kota Komba Kabupaten Manggarai Timur.

b. Dapat menjelaskan motivasi mengajar guru komite di SMA NEGERI Se-

Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur.

9
2. Secara Praktis

a. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan untuk lebih

memperhatikan kesejahteraan upah/gaji guru komite.

b. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan motivasi guru dalam

mengajar.

c. Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah wawasan tentang masalah upah/gaji guru komite

dan juga menjadi belak peneliti untuk selanjutnya.

d. Bagi Pemerintah

Dengan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah

terhadap tingkat kesejahteraan upah/gaji guru komite di Kecamatan Sambi

Rampas Kabupaten Manggarai Timur.

1.6 Definisi Operasional Judul

Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda dari pembaca maka berikut ini

dijelaskan definisi operasional sebagai berikut :

1. Korelasi dapat diartikan sebagai hubungan. Namun ketika dikembangkan

lebih jauh, korelasi tidak hanya dapat dipahami sebatas pengertian tersebut.

Korelasi merupakan salah satu teknik analisis dalam statistik yang digunakan

untik mencari hubungan antara dua variable yang bersifat kuantitatif.

(Sugiyono,2013:228)

10
2. Upah atau gaji yang diberikan kepada tenaga kerja merupakan penghargaan

atas pelaksanaan yang dilakukan untuk kepentingan suatu organisasi atau

perusahaan.penghargaan ini tidak selamanya berbentuk uang tetapi juga dalam

bentuk penghargaan lain. Upah sendiri merupakana salah satu faktor yang

sensitif karena upah merupakan salah satu faktor pendorong untuk bekerja

dan berpengaruh terhadap moral dan disiplin tenaga kerja.

Upah merupakan imbalan jasa yang diterima seseorang dalam hubungan kerja

yang berupa uang atau barang, melalui perjanjian kerja,imbalan jasa

diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan bagi diri dan keluarga.

Jadi dapat disimpulkan bahwa upah adalah imbalan yang diterima oleh

pekerja sebagai bentuk balas jasa pekerja dari suatu organisasi.

3. Motivasi mengajar seorang guru komite akan menjadi rendah jika apa yang

diperolehnya tidak sesuai dengan apa yang dikerjakannya, seperti jam

kerjanya yang terlalu padat tetapi penghasilannya tidak sesuai dengan apa

yang dikerjakannya. Tetapi banyak faktor yang dapat menyebabkan motivasi

mengajar seorang guru komite menjadi tinggi salah satunya adalah keinginan

untuk mencerdaskan anak-anak bangsa (Mulyasa, 2006)

Motivasi mengajar adalah semangat yang dilakukan oleh guru di dalam kelas.

proses yang menyebabkan seseorang berperilaku dengan cara tertentu dalam

rangka memenuhi kebutuhan yang sangat individual untuk bertahan hidup,

keamanan, perkawanan, dan kehormatan, pencapaian kekuasaan,

pertumbuhan rasa harga diri.

11
4. Guru Honorer merupakan guru yang diangkat secara resmi oleh pemerintah

untuk mengatasi kekurangan guru (Mulyasa, 2006).

Guru honorer atau guru tidak tetap adalah guru yang hanya menggunakan

sebagian kecil waktunya disekolah bersangkutan dan sisa waktu yang

terbanyak dipergunakan di sekolah/kantor lainnya.

Menurut (http://id.wikipedia.org/wiki/Guru 4 maret 2018) yang dimaksud

dengan guru honorer adalah: Guru tidak tetap yang belum berstatus minimal

sebagai calon pegawai negeri sipil, dan digaji per jam pelajaran.

Guru honorer adalah guru yang diangkat oleh kepala sekolah untuk mengatasi

kekurangan guru yang ada pada suatu lembaga tersebut.

12
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Analisis Teoritis

2.1.1 Upah /Gaji

Dalam UU No 13 tahun 2003 memberikan pengertian tentang upah yaitu

hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan

dari pemberi kerja kepada pekeerja yang ditetapkan dan dibayarkan sesuai

dengan perjanjian kerrja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan,

termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya atas pekerjaan atau jasa

pekerjaan yang telah dilakukan.

Upah merupakan imbalan jasa yang diterima seseorang dalam

hubungan kerja yang berupa uang atau barang, melalui perjanjian kerja,

imbalan jasa diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya.

Dalam pengertian teori ekonomi, upah yaitu pembayaran yang diperoleh

berbagai bentuk jasa yang disediakan atau yang diberikan oleh tenaga kerja

kepada pengusaha. (Sardono Sukirno, 2002:353)

Sedangkan menururt Muchdarsyah Sinungan (2000:90) upah kerja

adalah pencerminan pendapatan Nasional dalam bentuk upah uang yang

diterima oleh buruh sesuai dengan jumlah dan kualitas yang dicurahkan

untuk perbuatan suatu produk.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan upah adalah balas jasa atau

pendapatan yang diterima oleh pekerja dari pihak lain.

13
2.1.2 Guru Komite Sekolah

Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta

masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi

pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada jalur pendidikan

prasekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah

(Kepmendiknas, Nomor 004/U/ 2002).

Pembentukan Komite Sekolah, yang telah ditetapkan dalam Keputusan

Mendiknas No. 004/U/2002, merupakan amanat dari UU Nomor 25 tahun

2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004, dengan

tujuan agar pembentukan Komite Sekolah dapat mewujudkan manajemen

pendidikan yang berbasis sekolah/ masyarakat (school/community based

management) (Depdiknas, 2003).

Pembentukan Komite Sekolah menjadi lebih kuat dari aspek

legalitasnya, karena telah diwadahi dalam pasal 56 UU Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional dari ayat 1 sampai 4. Dalam UU Nomor

20 tahun 2003, pasal 56 ayat 3 disebutkan, bahwa ”Komite

Sekolah/Madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam

peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan,

arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan

pendidikan pada tingkat satuan pendidikan”. Dalam pengertian lain Mulyono,

(2008: 258) menyebutkan bahwa komite Sekolah merupakan suatu badan

14
yang berfungsi sebagai forum resmi untuk mengakomodasikan dan membahas

hal-hal yang menyangkut kepentingan kelembagaan sekolah.

1) Tujuan pembentukan Komite Sekolah (Kepmendiknas nomor:

044/U/2002) sebagai berikut:

a) Mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta prakarsa masyarakat dalam

melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan

pendidikan.

b) Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

c) Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan

demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang

bermutu di satuan pendidikan.

2) Fungsi Komite Sekolah (Kepmendiknas Nomor: 044/U/2002) sebagai

berikut:

a) Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

b) Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/

dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

c) Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai

kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.

15
d) Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan

pendidikan mengenai: kebijakan dan program pendidikan, rencana

anggaran pendidikan, belanja sekolah, kriteria kinerja satuan

pendidikan, kriteria tenaga kependidikan, kriteria fasilitas pendidikan,

dan hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan

e) Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan

guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.

f) Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

g) Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,

penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

3) Peranan Komite Sekolah (Kepmendiknas nomor: 044/U/2002) sebagai

berikut:

a) Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan

pelaksanan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.

b) Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial,

pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan disatuan

pendidikan.

c) Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan

akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan

pendidikan.

16
d) Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan

pendidikan

Depdiknas dalam bukunya Partisipasi Masyarakat, menguraikan tujuh

peranan Komite Sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah, yakni:

a) Membantu meningkatkan kelancaran penyelenggaraan kegiatan

belajar-mengajar di sekolah baik sarana, prasarana maupun teknis

pendidikan.

b) Membantu usaha pemantapan sekolah dalam mewujudkan

pembinaan dan pengembangan ketakwaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, pendidikan demokrasi sejak dini (kehidupan berbangsa

dan bernegara, pendidikan pendahuluan bela negara,

kewarganegaraan, berorganisasi, dan kepemimpinan),

keterampilan dan kewirausahaan, kesegaran jasmani dan berolah

raga, daya kreasi dan cipta, serta apresiasi seni dan budaya.

c) Mencari sumber pendanaan untuk membantu siswa yang tidak

mampu.

d) Memberi pertimbangan kepada pengambil kebijakan pendidikan di

daerah dalam upaya pengelolaan tenaga kependidikan (guru), baik

yang menyangkut mengenai kualifikasi tenaga kependidikan

(guru) yang diperlukan dan upaya dalam peningkatan mutu tenaga

kependidikan (guru) itu sendiri.

17
e) Melakukan penilaian sekolah untuk pengembangan pelaksanaan

kurikulum, baik intra maupun ekstrakurikuler dan pelaksanaan

manajemen sekolah, kepala/wakil kepala sekolah, guru, siswa, dan

karyawan.

f) Memberikan penghargaan atas keberhasilan manajemen sekolah.

g) Melakukan pembahasan tentang usulan Rancangan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS).

h) Meminta sekolah agar mengadakan pertemuan untuk kepentingan

tertentu (Depdiknas, 2001:17).

Dari uraian diatas maka dapat simpulkan bahwa komite sekolah

memiliki peran yang banyak didalam lingkup pendidikan. Salah satu dari

peran komite sekolah antara lain memberi pertimbangan kepada pengambil

kebijakan pendidikan di daerah dalam upaya pengelolaan tenaga kependidikan

(guru), baik yang menyangkut mengenai kualifikasi tenaga kependidikan

(guru) yang diperlukan dan upaya dalam peningkatan mutu tenaga

kependidikan (guru) itu sendiri.

Menurut (Depdiknas, 2003) menguraikan bahwa yang dimaksudkan

dengan guru komite sekolah/guru tidak tetap adalah tenaga kependidikan yang

mengabdi atas kehendak sendiri yang dilegalisasi surat keputusan dari kepala

sekolah dengan sistem penggajiaanya atas dasar perjanjian tertulis dengan

pihak sekolah. Ngalim, (2009: 89) menjelaskan bahwa yang dimaksudkan

dengan guru komite sekolah/guru tidak tetap adalah tenaga kependidikan

18
(guru) yang di siapkan untuk mengantisipasi kekurangan tenaga guru di dalam

satu lembaga pendidikan. Suciptoardi (2010: 65), mengemukakan

pendapatnya mengenai guru tidak tetap Sekolah Negeri adalah sebagai

berikut:

1) Diangkat berdasarkan kebutuhan pada satuan pendidikan (sekolah)

dengan persetujuan dari kepala sekolah; dalam hal baik pengangkatan

juga pemberhentian, menandatangani kontak kerja selama jangka waktu

tertentu, setahun atau lebih sesuai dengan kebutuhan sekolah merupakan

kewenangan kepala sekolah;

2) Penggajian berdasarkan sumbangan dari masyarakat dengan berbagai

pertimbangan, baik itu jam mengajar, sebagai wali kelas, pembina

ekstrakulikuler, tim IT sekolah, staff, dan jabatan lainnya dalam koridor

pendidikan;

3) Tunjangan fungsional adalah “jasa baik” Pemerintah daerah, walaupun

legal, akan tetapi tidak masuk dalam kategori dari “pembiayaan

APBD”;dengan demikian, guru tidak tetap adalah guru yang tidak masuk

dalam APBN dan APBD.

Dari pendapat ini dapat dismpulkan bahwa guru komite sekolah/guru

tidak tetap adalah mereka mengabdi atas kehendak sendiri yang dilegalisasi

surat keputusan dari kepala sekolah dengan sistem pengajiannya berdasarkan

sumbangan dari masyrakat.

19
2.1.3 Motivasi Mengajar

2.1.3.1 Pengertian Motivasi Mengajar

Motivasi adalah kemauan atau gairah untuk bekerja. Dan mengajar

adalah memberikan pelajaran kepada murid. Kesimpulannya, motivasi

mengajar adalah kemauan atau gairah untuk memberikan pelajaran kepada

siswa didasari keilmuan dan metode-metode kegiatan belajar mengajar.

Menurut Usman, (2007: 10-11) mengajar adalah suatu proses yang

kompleks yang bukan hanya sekadar menyampaikan informasi oleh guru

kepada siswa tetapi banyak hal yang akan dipertimbangkan dan dilakukan.

Nasution, (2010: 23) merumuskan pengertian mengajar sebagai

berikut:

1. Mengajar adalah menanamkan pengetahuan kepada murid;

2. Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan kepada anak;

3. Mengajar adalah aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan

dengan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga

terjadi proses belajar mengajar.

Sedangkan Kosasi, (2009: 15) mengemukakan mengajar adalah

suatu usaha yang dilakukan guru agar membuat siswa dapat belajar

sehingga menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri anak.

Damyanti, (2009: 25) mengungkapkan bahwa ada empat indikator

motivasi mengajar guru diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Disiplin

masuk kerja, (2) Mengerjakan tugas-tugas guru (3) Mengoreksi ulangan

20
siswa (4) Mengembang profesi guru dengan membaca informasi

pendidikan.

Puwarto, (2012: 84) berpendapat bahwa ada beberapa indikator

motivasi mengajar guru yakni rasa kekeluargaan yang tinggi, loyalitas

dalam tugas, disiplin masuk kerja, antusia yang tinggi dalam menjalankan

tugas-tugas guru, kereatif dalam menjalankan tugas dan ikut serta dalam

kegiatan pengembangan profesi.

Dari pendapat ini dapat disimpulkan bahwa guru dikatakan memiliki

motivasi mengajar bukan hanya dilihat dari faktor dimana guru dengan

semangat memberikan penjelasan materi akan tetapi ukuran semangat guru

juga dilihat dari keempat indikator yaitu disiplin masuk kerja, mengerjakan

tugas-tugas guru, mengoreksi ulangan siswa dan mengembangkan profesi

guru dengan membaca informasi pendidikan.

2.1.3.2 Faktor-faktor yang Menyebabkan Motivasi mengajar

Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan motivasi kerja pada guru

honorer (Gomes, 2003) yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik

1. Faktor yang berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu :

a. Kebutuhan-kebutuhan

Kebutuhan mempengaruhi individu secara langsung, karena

sebagian energi mereka mempengaruhi pikiran-pikiran dan tindakan-

tindakannya. Kebutuhan seseorang yang bekerja sama dengan

21
dengan emosi-emosinya dan fungsi fisiologikalnya, bertindak

sebagai motif-motif yang mendikte tindakannya yakni perilaku.

b. Tujuan-tujuan

Pencapaian tujuan-tujuan yang diinginkan dapat menyebabkan

timbulnya penyusutan dalam kekurangan kebutuhan (Winardi, 2001)

c. Sikap

Perasaan seorang karyawan tentang objek, aktivitas yang terjadi

dalam suatu pekerjaan.

d. Kemampuan-kemampuan

Kapasitas-kapasitas biologikal yang diwarisi olehNya, baik secara

mental mapun fisikal. Kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi

untuk mencapai tujuan-tujuan, yang dikondisikan oleh kemampuan

upaya, untuk memenuhi kebutuhan individual tertentu.

2. Faktor yang berasal dari luar diri (Ekstrinsik) yaitu :

a. Gaji atau Upah

Suatu imbalan untuk pekerjaan yang dilaksanakan. Imbalan berupa

gaji atau upah merupakan salah satu faktor ekstrinsik yang dapat

dicapai orang-orang melalui kegiatan bekerja (Winardi, 2001)

b. Keamanan Pekerjaan

Identifikasi dan peniadaan perilaku-perilaku kerja yang tidak aman.

22
c. Pengawasan

Membatasi sumber-sumber daya keseluruhan yang tersedia untuk

suatu instansi dan mencegah pengeluaran bagi hal-hal atau aktivitas

yang tidak dibenarkan oleh undang-undang

d. Pekerjaan itu sendiri

Besar kecilnya tantangan yang dirasakan tenaga kerja dari pekerjaan

itu sendiri

Menurut (Munandar, 2001:17) indikator motivasi mengajar

yang dapat diukur yaitu: (a) Faktor gaji/penghasilan guru, dan

kepuasan akan gaji untuk kebutuhan guru; (b), Suasana dalam

bekerja, tersedianya fasilitas kerja, dan keselamatan kerja; (c)

Hubungan dengan rekan kerja, bantuan dalam bekerja, arahan dalam

bekerja; (d) Mendapatkan reward, menghargai hasil kerja. (e)

Kemamuan dalam bekerja, pengembangan diri (peningkatan

kemampuan), berusaha lebih keras.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru dapat

termotivasi apabila ke-lima indicator di atas terpenuhi.

2.1.4 Korelasi Upah/Gaji Guru Komite Terhadap Motivasi Mengajar

Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk

watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai dinginkan

dari dimensi tersebut. Peranan guru sulit digantikan oleh yang lain. Dipandang

dari dimensi pembelajaran, peranan guru dalam masyarakat Indonesia tetap

23
dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses

pembelajaran.

Hal ini disebabkan karena ada dimensi-dimensi proses pendidikan, atau

lebih khusus lagi proses pembelajaran yang diperankan oleh guru tidak dapat

digantikan oleh teknologi. Jumlah guru sekarang yang sedemikian besar

tentulah memberikan akibat pada semakin besarnya anggaran pemerintah

untuk menggaji mereka dan semakin kompleks pula system

pengadministrasiannya. Sebagaimana berlaku di Indonesia anggaran untuk

membayar gaji guru sekitar dua pertiga dari anggaran rutin pendidikan.

Oleh karena itu kenaikan gaji guru dan pengangkatan guru PNS selalu

beimplikasi terhadap anggaran yang harus disediakan oleh pemerintah.

Seharusnya peningkatan kesejahteraan guru tidak semata-mata bergantung

kepada pemerintah pusat melainkan juga kepada pemerintah daerah dengan

APBDnya yang merasakan perubahan dari pengabdian guru. Bentuk

kesejahteraan guru tidak harus selalu berupa gaji, melainkan imbalan materiil

lain, seperti asuransi kesehatan, asuransi pendidikan, dan sebagainya yang

dapat meringankan beban ekonomi para guru.

Ditinjau dari status ekonomi, masyarakat memandang guru termasuk

kelompok berpenghasilan rendah. Pandangan dapat dipahami karena memang

kenyataan di lapangan begitu adanya, sebagai bukti kongkret guru-guru

komite SMA Negeri di Kecamatan Sambi Rampas dimana gajinya tidak lebih

besar dari Upah Minimum Propinsi (UMP).

24
Data gaji guru-guru SMA Negeri Se-Kecamatan Sambi Rampas

N GURU KONDISI GAJI


NAMA SEKOLAH
O L P
SMA
1 NEGERI 1 SAMBI RAMPAS 5 3
750.000/Bulan

SMA
2 NEGERI 2 SAMBI RAMPAS 5 9
550.000/Bulan

SMA
3 NEGERI 3 SAMBI RAMPAS 1 8
650.000/Bulan
0
SMA
4 NEGERI 4 SAMBI RAMPAS 5 1
400.000/bulan
1
SMA
5 NEGERI 5 SAMBI RAMPAS 1 4
350.000/Bulan
2

Sesuai SK Gubernur NTT No 283/KEP/HK/2017 tentang UMP NTT

2018 menetapkan Upah Minimum Propinsi sebagai barikut:

KETERANGAN

S
K

G
PROVINSI u
Persentase
2017 2018 b
Kenaikan (%)
e
r
n
u
r

NUSA TENGGA Rp. Rp


9%
RA TIMUR 1.525.000 .1.660.000

25
Melihat kondisi ini, dalam presepsi masyarakat, sebagian besar guru

berada pada lapisan berpenghasilan rendah dan hanya sebagian kecil berada

pada lapisan menengah ke atas. Secara sederhana, logika dapat

memprediksikan bahwa masalah ekonomi berpengaruh terhadap motivasi

guru dalam menjalankan tugas pokoknya. Seseorang akan lebih tenang dalam

melaksanakan tugasnya bila beban ekonomi keluarga secara minimal sudah

terpenuhi, sebaliknya bila beban itu tidak terpenuhi, maka konsentrasinya

dalam menjalankan tugas akan terganggu. Secara sosial guru yang merasakan

kebutuhan ekonominya tidak atau kurang mencukupi akan berusaha mencari

nafkah tambahan bagi diri dan keluarganya sehingga konsentrasi kerjanya

akan terpecah dan hasil pekerjaannyapun tidak bisa optimal. Secara psikologis

gaji yang cukup akan merangsang seseorang bekerja secara giat atau sudah

mantap dengan profesinya tersebut, yakin bahwa profesi tersebut akan mampu

menjadi tulang punggung ekonomi diri dan keluarganya.

Sebaliknya jika gaji dirasakan masih terlalu minim akan berpengaruh

pada kesungguhan, komitmen, dan produktivitas kerja. Dan salah satu penentu

prestasi kerja guru adalah besar kecilnya imbalan. Makin tinggi imbalan,

makin tinggi kesungguhan, komitmen dan produktivitas kerja serta makin

kecil tindakan indisipliner.

2.2 Kerangka Pikir


Upah/Gaji

Guru Komite
26
Dari kerangka pikir diatas dapat dijelaskan bahwa upah/gaji adalah
Motivasi Mengajaar
imbalan jasa yang diterima seseorang dalam hubungan kerja yang berupa

uang atau barang, melalui perjanjian kerja, imbalan jasa diperuntukkan untuk

memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya. Bertilik dari hal di atas maka

setiap orang yang memiliki pekerjaan berhak memperoleh upah/gaji, guru

merupakan salah satu pekerja, dalam hal ini tenaga kependidikan tentunya

sangat membutuhkan gaji/upah sebagai imbalan atas pekerjaannya.

Motivasi mengajar guru didefinisikan sebagai dorongan yang

menyebabkan guru untuk melakukan kinerja dengan semaksimal mungkin,

dorongan itu timbul seiring sejalan dengan bagaimana guru merasa

puas dengan apa yang diperolehnya. Jika di dalam teori kebutuhan

Maslow dikemukakan terdapat lima macam tingkatan kebutuhan, maka guru

disini akan bekerja sedemikian hingga bagaimana mencapai tingkatan-

tingkatan kebutuhan pada teori tersebut. Hasil dari upaya guru dalam

menjalankan proses pemenuhan kebutuhannya itu, dapat dikatakan sebagai

kinerja guru, yang pada hasil akhirnya nanti akan menghasilkan output-output

dalam koridor tujuan pekerjaan itu sendiri (guru). Hasil dari mengajar guru

adalah prestasi yang diperoleh siswa selama dalam kurun waktu tertentu.

Oleh karena itu dalam kerangka berfikir ini adakah korelasi upsh/gaji guru

komite terhadap motivasi mengajar.

27
2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan

dalam bentuk kalimat pertanyaan Sugiyono, (2009: 96). Dengan demikian

hipotesa merupakan dugaan sementara yang nantinya akan diuji/dibuktikan

kebenarannya melalui analisis data. Dalam penelitian ini, untuk membuktikan

hipotesis/pendapat yang sifatnya sementara, peneliti akan menggunakan data

dan informasi yang relevan sebagai dasar dan landasan untuk menguji benar

tidaknya hipotesis.

Adapun hipotesis penelitian yang akan dibuktikan oleh peneliti adalah

sebagai berikut: “Terdapat korelasi yang siknifikan antar upah/gaji Guru

Komite Terhadap Motivasi Mengajar di SMA Negeri Se-Kecamatan Sambi

Rampas Kabupaten Manggarai Timur”. Dapat ditegaskan apabila upah/gaji

yang diterima mencukupi akan berpengaruh pada semakin tinggi pula

motivasi mengajar, dan sebaliknya jika upah/gaji yang diterima rendah maka

rendah pula motivasi mengajar

28
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu kegiatan ilmiah yang penulis lakukan

untuk mengetahui suatu masalah, tujuan, dan manfaat yang terkait dengan judul

yang diteliti. Jenis penelitian ini merupakan penelitian korelatif dengan

pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dapat diartikan sebagai metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism yang mengggunakan

populasi guru komite SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4 Sambi Rampas, sampel

merupakan sebagian dari guru SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4 Sambi

Rampas. teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara

proporsional random sampling, pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/satatistik dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2006: 14)

Sugiyono (2013: 228) mengemukakan: “teknik korelasi ini digunakan

untuk mencari hubungan dua variable bila data kedua variable berbentuk interval

atau ratio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih adalah sama.” Penelitian

ini untuk menentukan besarnya pengaruh upah/gaji guru komite terhadap

motivasi mengajar di SMA Negeri 3 dan 4 Sambi Rampas. Paradigma

29
penelitian ini terdiri atas satu variabel independen (bebas) dan dependen

(terikat). Hal ini digambarkan sepegambar berikut.

x yr

X = Upah/Gaji Guru Komite Y= Motivasi Mengajar

Gambar: Paradigma Sederhana (Sugiyono 2013: 8)

3.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan kerangka acuan bagi peneliti untuk

mengkaji hubungan antar variabel dalam suatu penelitian. Desain penelitian dapat

menjadi petunjuk bagi peneliti untuk mencapai tujuan penelitian dan juga sampai

penuntun bagi peneliti dalam seluruh proses penelitian Ryoyanto, (2010: 43).

Dalam penelitian ini, jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian

kuantitatif. Penelitian kuantitatif berarti menekankan analisis pada data

numerikal (angka) yang diperoleh dengan metode statistik (Sugiyono, 2013: 14).

3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Penyusunan instrumen penelitian perlu diketahui indikator yang terkandung

dalam definisi operasional masing-masing variabel penelitian. Rumusan definisi

operasional masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

3.3.1 Upah/Gaji guru komite (Y)

30
Upah Guru Komite yang yang akan diukur melalui kuesioner akan

menentukan fakta-fakta sebagai berikut.

3.3.2 Motivasi Mengajar (X)

Motivasi mengajar yang akan diukur melalui kuesioner akan menentu

kan fakta-fakta sebagai berikut:

a. Motivasi Fisiologis merupakan dorongan bekerja yang timbul

dari pemenuhan kebutuhan dasar seseorang. Indikatornya adalah

faktor gaji/penghasilan guru, dan kepuasan akan gaji untuk kebutuhan

guru.

b. Motivasi Keselamatan merupakan dorongan bekerja yang timbul

untuk mendapatkan kenyamanan dan rasa aman . Indikatornya

adalah suasana dalam bekerja, tersedianya fasilitas kerja, dan

keselamatan kerja.

c. Motivasi Sosial merupakan dorongan bekerja yang timbul karena

kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain. Indikatornya adalah

hubungan dengan rekan kerja, bantuan dalam bekerja, arahan dalam

bekerja

d. Motivasi Penghargaan merupakan dorongan berkerja untuk

mendapatkan suatu reward atau penghargaan atau berprestasi.

Indikatornya adalah mendapatkan reward, menghargai hasil

kerja.

31
e. Motivasi Aktualisasi diri merupakan dorongan bekerja untuk mampu

menghasilkan sesuatu yang lebih prestisius. Indiktornya adalah,

kemamuan dalam bekerja, pengembangan diri (peningkatan

kemampuan), berusaha lebih keras.

f. Motivasi mengajar guru ini nilainya akan dihitung melalui kuesioner,

dimana semakin tinggi skornya maka semakin tinggi

motivasi mengajarnya. (Munandar, 2001: 17)

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. (Sugiyono, 2013: 61)

Adapun dalam penelitian ini yang tercatat sebagai populasi adalah

jumlah keseluruhan Guru komite se-kecamatan Sambi Rampas

sebanyak 72 orang.

GURU
NO NAMA SEKOLAH JUMLAH
L P

1 SMA NEGERI 1 SAMBI RAMPAS 3 5 8

2 SMA NEGERI 2 SAMBI RAMPAS 5 9 14

3 SMA NEGERI 3 SAMBI RAMPAS 8 10 18

32
4 SMA NEGERI 4 SAMBI RAMPAS 7 9 16

5 SMA NEGERI 5 SAMBI RAMPAS 6 10 16

T0TAL 29 43 72

3.4.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel digunakan untuk mewakili dari

keadaan populasi. Peneliti menentukan jumlah sampel yang digunakan

dari keseluruhan populasi dikurangi dengan 40 sampel untuk uji coba,

jadi jumlah sampel (N) yang digunakan dalam analisis sebanyak 32.

Teknik Stratified Proporsional Random Sampling dipakai untuk

menentukan jumlah sampel yang digunakan pada masing-masing

sekolah. Dengan rincian sampel pada masing masing sekolah dihitung

berdasarkan perbandingan jumlah guru masing-masing sekolah dengan

total guru komite dikalikan jumlah sampel pada tiap sekolah

3.5 Instrumen Penelitian

Arikunto, (2008: 137) menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah

suatu alat atau vasilitas yang penting untuk mendapatkan data yang akurat,

33
dengan demikian suatu penelitian akan berhasil apabila data yang diperlukan

dalam penelitian diperoleh dari instrumen yang benar-benar disiapkan.

Penelitian ini secara pokok melibatkan tiga macam instrumen

(angket/qesioner dan dokumentasi). Angket/qesioner digunakan untuk

memperoleh data berkaitan dengan upa/gaji guru komite (X) dan data motivasi

mengajar (Y) yang akan disebarkan kepada responden penelitian. Angket

tersebut terdiri atas …… pertanyaan yang dibagi kedalam dua variabel yaitu

variabel upah/gaji guru komite (X) berjumlah …..pertanyaan dan variabel

motivasi mengajar (Y) berjumlah ….. pertanyaan sedangkan dokumentasi

digunakan untuk memperoleh data berkaitan dengan lokasi penelitian,

administrasi sekolah dan foto-foto selama peroses penelitian.

3.5.1 Angket

Insturmen penelitian berupa angket merupakan alat bantu yang

digunakan dalam penelitian pada saat pengumpulan data di lapangan

yang digunakan sebagai informasi untuk mengetahui korelasi

upah/gajimguru komite terhadap motivasi mengajar. Angket yang

digunakan dalam penelitian ini berupa angket tertutup yaitu angket yang

telah dilengkapi dengan alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh

responden. Penyusunan angket pada penelitian ini adalah dengan

menjabarkan setiap variabel penelitian kedalam indikator-indikoator

yang akan diukur; dari indikator tersebut akan dijabarkan menjadi butir

pertanyaan. Angket disusun berdasarkan indikator upah guru komite

34
yang merupakan ciri-ciri yang mencerminkan kesejahteraan guru

menurut Hakim, (2001: 146-147) dan juga angket disusun berdasarakan

indikator motivasi mengajar yang meruapakan ciri-ciri yang

mencerminkan motivasi mengajar menurut (Munandar, 2001:17)

Adapun kisi-kisi yang telah disiapkan peneliti dalam kegiatan

penelitian ini sebagai berikut:

Tabel. Kisi-Kisi Upah/Gaji Guru Komite Dan Motivasi Mengajar

Variabel Indikator Nomor Butir Jumlah

Tunjangan Gaji
1,2 2
Yang Memadai

Insentif
Tingkat Uang 3,4 2
Kesejahteraan Rapat
Guru
Insentif Uang
5,6,7 3
Kegiatan

Jaminan Sosial 8,9,10 3

Semangat Disiplin masuk


11,12,13 3
Mengajar kerja
Guru
Mengerjakan
14,15,16,17,18,19 6
tugas guru

Mengoreksi
20,21 2
ulangan siswa

Mengembangkan
profesi guru 22,23,24 3
dengan membaca
informasi

35
pendidikan

Jumlah 24 Butir

Tabel. Kisi-Kisi Penilaian Angket

JAWABAN SKOR/NILAI

SS 4

S 3

TS 2

STS 1

Tabel. Kisi-Kisi Pedoman Dokumentasi

Keterangan
No Aspek Yang Dibutuhkan
ada Tidak ada

1. Lokasi Penelitian

2. Administrasi Sekolah

3. Foto-Foto Penelitian

4. Administrasi guru komite

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam usaha pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian

ini adalah Field Research. Field Research adalah pengumpulan data dan

36
informasi yang terkait dengan obyek penelitian di SMA Negeri Se-Kecamatan

Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur.

Untuk mendapatkan data di lapangan digunakan metode sebagai berikut :

a. Angket/questioner, merupakan pertanyaan tertulis yang dipergunakan

untuk memperoleh informasi dan responden dalam arti laporan tentang

pribadi/hal-hal lain yang diketahuinya Suharsimi, (2010: 194). Angket

dalam penelitian ini berfungsi untuk mengumpulkan data tentang

upah/gaji guru komite dan data tentang motivasi guru dalam mengajar.

Data-data tersebut diperoleh dari hasil jawaban angket guru.

b. Dokumentasi, merupakan teknik penguumpulan data yang bertujuan

untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian yang meliputi

buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto

dan film dokumenter yang relevan dengan penelitian Riduwan, (2013:

58). Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh data

berkaitan dengan lokasi penelitian, administrasi sekolah, letak geografis

sekolah foto-foto kegiatan pada saat penelitian.

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data yang telah terkumpul dari penelitian yang bersifat

kuantitatif penulis menggunakan analisa data statistik dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

4.7.1 Analisis Pendahuluan

37
Dalam menganalisis ini, penulis memasukkan data yang telah terkumpul

ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk memudahkan penghitungan dan

mempermudah keterbacaan data yang ada dalam rangka pengolahan

data selanjutnya.

4.7.2 Analisis Uji Hipotesis

Analisis ini merupakan jenis analisis yang bertujuan untuk

menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti. Adapun tekniknya dari

hasil analisis lebih lanjut dengan menggunakan statistik.

Dalam hal ini upah/gaji guru komite merupakan variabel x dan

motivasi mengajar merupakan variabel y, maka dapat disimpulkan

untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan akan

menggunakan rumus Korelasi Product Moment. Adapun rumusnya

sebagai berikut :

𝑁 ∑ 𝑥𝑦 − (∑ 𝑥) (∑ 𝑦)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑁 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2 }{𝑁 ∑ 𝑦 2 − (∑ 𝑦)2 }

Keterangan :

rxy : Koefisien Korelasi Product Moment

x : Variabel Upah/Gaji Guru Komite

y : Variabel Motivasi mengajar

N : Jumlah Sampel

∑ : Sigma Jumlah

38
4.7.3 Analisis Lanjut

Analisis ini merupakan data lebih lanjut dari hasil nilai kualitatif analisis

sebelumnya, yakni membandingkan besarnya “r” observasi “ro” dengan

“r” tabel dengan taraf signifikan 5 % (0,05). Jika “ro” sama dengan atau

lebih besar dari “r”, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima, sehingga

interpretasinya adalah ada pengaruh yang sedang/cukup signifikan antara

upah/gaji guru komite terhadap motivasi mengajar.

3.8 Uji Persyaratan Analisis

DAFTAR PUSTAKA

Suparlan, Suhartono. 2007. Filsafat Pendidikan.. Ar-Ruzz Media:Yogyakarta.


Mulyasa, E. 2006. Menjadi Guru Profesional; PT. Remaja Resdakarya:
Bandung.
Ratna. M. K. (2008). Nasib guru honorer swasta berharap perhatian konkret
Flores Post.co borong; Nasip Guru Honorer
Arifin dan Barnawi. 2012. Kinerja Guru Profesional. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Munandar, A. S. (2001). Psikologi industri dan organisasi. Depok:
Universitas Indonesia.
Indrawati, Yuliani.2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Guru
dalam Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pada Sekolah

39
Menengah Atas Kota Palembang. Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya
Vol.4, No 7 Juni 2006.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Depar-temen Pendidikan Nasional.
Aritonang, Keke T. 2005. “Kompensasi Kerja, Motivasi Kerja Guru dan
Kinerja Guru SMP Kristen BPK Penabur Jakarta”. Jurnal Pendidikan
Penabur No.04/ th.IV/ Juli 2005.
KBBI, 1991, 232
Sukirno, Pedoman Kerja Komite Sekolah (Yogyakarta: Pustaka Widyatama,
2006),
Kepmendiknas. No: 044/4/2002;Fungsi Komite Sekolah

40

Anda mungkin juga menyukai