Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Pelaksanaan Praktekum Mikrobiologi Pertanian.

Laporan Praktekum ini merupakan salah satu matakuliah yang wajib ditempuh
di bidang pertanian lebikusus Agroteknologi pertanian . Laporan Praktekum ini
disusun sebagai pelengkap kerja praktek yang telah dilaksanakan di
laboraturium Universitas Respsti Indonesia B.

Dengan selesainya laporan kerja praktek ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Dosen

2. Teman teman seperjuangan

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.

Terimakasih.

Jakarta 18, juli 2018

Junaid Kelderak

1
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 1

BAB I .................................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4

1.1 Latar Belang ............................................................................................................ 4

1.2 Tujuan ...................................................................................................................... 5

BAB II ................................................................................................................................ 6

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 6

2.1 Bakteri Secara Umum ............................................................................................ 6

2.2 Teknik Pengamatan Koloni dan Morfologi Sel Bakteri ...................................... 9

2.3 Manfaat Bakteri Bagi Pertanian ......................................................................... 11

BAB II .............................................................................................................................. 18

METODE PRAKTEKUM ............................................................................................. 18

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum .......................................................................... 18

3.2. Alat dan Bahan..................................................................................................... 18

3,3 Cara Kerja ............................................................................................................. 18

BAB IV ............................................................................................................................. 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................... 20

4.1 Hasil....................................................................................................................... 20

4.2 Pembahasan ........................................................................................................... 22

BAB VI ............................................................................................................................. 24

PENUTUP........................................................................................................................ 24

5.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 24

5.2 Saran ...................................................................................................................... 25

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belang


Menurut bentuk dan struktur selnya makhluk hidup dibedakan menjadi dua
yaitu makhluk hidup bersel banyak dan makhluk hidup bersel satu, makhluk ini
tidak dapat terlihat dengan mata kita, karena panca indra manusia memiliki
kemampuan daya pisah atau daya lihat yang sangat terbatas. Oleh karena itu
banyak masalah mengenai benda atau organisme yang akan diamati dan
pengamatan itu hanya bisa dilakukan dengan menggunakan alat bantu.
Morfologi suatu mikroba dapat diperiksa dalam keadaan hidup maupun mati.
Pemeriksaan morfologi ini penting untuk mengenal nama bakteri, pengenalan
sifat fisiologisnya yang kebanyakan merupakan faktor penentu dalam mengenal
nama spesies. Bagian-bagian sel dapat dilihat dengan terlebih dahulu memberi
warna dimana warna bisa bersifat asam, netral, maupun basa.

Bakteri dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu Gram positif dan
Gram negatif didasarkan pada perbedaan struktur dinging sel. Pada umumnya
bakteri gram negatif lebih tahan terhadap aktivitas antimikroba dibandingkan
dengan bakteri gram positif. Perbedaan daya tahan ini disebabkan karena
perbedaan komponen penyusun dinding sel . Bakteri Gram positif memiliki
dinding sel yang terdiri dari 40 lapis rangka dasar murein, meliputi 30-70 %
berat kering dinding sel bakteri. Murein adalah senyawa yang tersusun dari N-
asetil glukosamin dan N-asetil asam muramat yang terikat oleh ikatan 1,4-β-
glikosida. Senyawa lain penyusun dinding sel gram positif adalah polisakarida
yang terikat secara kovalen, dan asam teikoat yang sangat spesifik. Sementara
bakteri Gram negatif memiliki 1 lapis rangka dasar murein, dan hanya meliputi
+ 10% dari berat kering dinding sel. Murein hanya mengandung
diaminopemelat, dan tidak mengandung lisin. Di luar rangka murein tersebut
terdapat sejumlah besar lipoprotein, lipopolisakarida, dan lipida jenis lain.

4
Senyawa-senyawa ini merupakan 80 % penyusun dinding sel. Asam teikoat
tidak terdapat dalam dinding sel ini

identifikasi bakteri dapat berupa melihat morfologi koloni dan uji biokimia
bakteri. Morfologi bakteri meliputi bentuk, ukuran, tekstur, warna koloni,dll.
Oleh karena itu, dilakukan praktikum ini untuk mengetahui teknik pewarnaan
bakteri, morfologi koloni sehingga dapat mempernudah untuk isdentifikasi
bakteri.

1.2 Tujuan
1. Mengetehui bentuk koloni bakteri

2. Mengetahuai morfologi sel bakteri

3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi koloni bakteri.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bakteri Secara Umum
Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok
organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam
domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran
besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen
penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan
manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif
sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti
mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel
prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks.

Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, air, udara, dalam
simbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan
dalam tubuh manusia. Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada
bakteri tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita.
Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi
dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan). Beberapa jenis bakteri
bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel.

Model mikroskop awal yang dirancang oleh Robert Hooke; dimuat dalam
Micrographia.

Bakteri merupakan organisme mikroskopik. Hal ini menyebabkan


organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya
mikroskop. Barulah setelah abad ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama
bakteri (bakteriologi), mulai berkembang. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, berbagai hal tentang bakteri telah berhasil ditelusuri. Akan tetapi,
perkembangan tersebut tidak terlepas dari peranan berbagai tokoh penting seperti

6
Robert Hooke, Antony van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert
Koch. Istilah bacterium diperkenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun
1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang memiliki arti "batang-
batang kecil". Pengetahuan tentang bakteri berkembang setelah serangkaian
percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu
mikrobiologi. Bakteriologi adalah cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi
bakteri.

Robert Hooke (1635-1703), seorang ahli matematika dan sejarahwan


berkebangsaan Inggris, menulis sebuah buku yang berjudul Micrographia pada
tahun 1665 yang berisi hasil pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan
mikroskop sederhana. Akan tetapi, Robert Hooke masih belum dapat menumukan
struktur bakteri. Dalam bukunya tersebut, tergambar hasil penemuannya mengenai
tubuh buah kapang. Walau demikian, buku inilah yang menjadi sumber deskripsi
awal dari mikroorganisme.

Antony van Leeuwenhoek (1632—1723) hidup di era yang sama dengan


Robert Hooke di mana pengamatan dengan mikroskop masih sangat sederhana.
Terinspirasi dari kerja Robert Hooke, ia membuat mikroskop rancangannya sendiri
dengan sangat baik untuk mengamati makhluk mikroskopik ini pada berbagai
media alami pada tahun 1684. Antoni van Leeuwenhoek berhasil menemukan
bakteri untuk pertama kalinya di dunia pada tahun 1676. Hasil temuannya
dikirimkan ke Royal Society of London yang kemudian dipublikasikan pada tahun
1684. Penemuan ini segera mendapat banyak konfirmasi dari ilmuwan lainnya.
Sejak saat itulah, tidak hanya ilmu tentang bakteri tetapi juga mikroorganisme pada
umumnya pun mulai berkembang.

Ferdinand Cohn (1828-1898) merupakan seorang botanis berkebangsaan


Breslau (sekarang Polandia). Hasil penemuannya banyak berkisar tentang bakteri
yang resisten terhadap panas. Ketertarikannya pada kelompok bakteri ini
mengarahkannya pada penemuan kelompok bakteri penghasil endospora yang
resisten terhadap suhu tinggi. Ferdinand Cohn juga berhasil menjelaskan siklus

7
hidup bakteri Bacillus yang sekaligus menjelaskan mengapa bakteri ini bersifat
tahan panas. Selanjutnya, ia juga membuat dasar klasifikasi bakteri sederhana dan
mengembangkan beberapa metode untuk mencegah kontaminasi pada kultur
bakteri, seperti penggunaan kapas sebagai penutup pada labu takar, erlenmeyer, dan
tabung reaksi. Metode ini kemudian digunakan oleh ilmuwan lain, Robert Koch.

Robert Koch (1843-1910), seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman,


banyak melakukan penelitian mengenai penyakit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Ilmuwan pada awalnya mempelajari penyakit antraks yang banyak
menyerang hewan ternak. Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus anthracis, salah
satu bakteri penghasil endospora. Robert Koch juga merupakan orang pertama yang
berhasil mendapatkan isolat murni Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab
penyakit tuberkulosis.[14][16] Berdasarkan dua penelitian mengenai penyakit ini,
Robert Koch berhasil membuat Postulat Koch, sebuah teori mengenai
mikroorganisme spesifik untuk penyakit yang spesfik. Dia juga berhasil
menemukan metode untuk mendapatkan isolat murni dari bakteri. Penemuan
lainnya adalah penggunaan media kultur padat untuk menumbuhkan bakteri di luat
habitat aslinya. Pada awalnya ia menggunakan potongan kentang dan kemudian
dikembangkan dengan menggunakan nutrien gelatin. Penggunaan nutrien gelatin
masih memiliki banyak kekurangan yang pada akhirnya penggunaanya digantikan
dengan agar (sejenis polisakarida) yang digagas oleh istri Walter Hesse yang juga
bekerja bersama Robert Koch.

8
2.2 Teknik Pengamatan Koloni dan Morfologi Sel Bakteri
Pengamatan mofologi bakteri pada percobaan ini menggunakan medium
yang berbeda dangan cara inokulasi yang berbeda pula sehingga didapat morfologi
koloni yang berbeda. Medium yang digunakan dalam percobaan ini adalah medium
agar tegak, agar miring, medium cair, dan medium streak plate. Pengamatan
morfologi ini berguna untuk mengidentifikasi suatu bakteri. Bakteri yang
digunakan adalah Bacillus subtilis dan Escherichia coli.

Medium padat tegak merupakan media yang ditambahkan agar sehingga bersifat
padat, yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditutup dengan kapas penyumbat
dan berfungsi sebagai penguji kebutuhan bakteri terhadap udara atau kebutuhan
oksigen terhadap pertumbuhan bakteri atau mikroorgasnime. Medium agar tegak
merupakan medium padat dengan posisi medium tegak dan luas permukaan untuk
biakan kecil. Medium agar tegak digunakan untuk melihat jenis atau bentuk koloni,
sifat aerob dan anaerob mikrobia. Cara inokulasinya adalah dengan tusukan, bentuk
pertumbuhan suatu bakteri diamati melalui bekas tusukan. Inokulasi dilakukan
dilakukan dengan ose yang berujung lurus dari atas ke bawah sepanjang ¾
mediumnya. Pada Escherichia coli dalam medium agar tegak pertumbuhannya
hanya sepanjang tusukan osenya saja atau bersifat motil dan berbentuk echinulate.
Sedangkan pada Bacillus subtilis, pertumbuhannya tidak hanya sepanjang tusukan
saja, tetapi menyebar dalam medium sehingga disebut juga nonmotil dan berbentuk
rhizoid.

Medium agar padat miring merupakan medium nutrien cair yang ditambah agar
sebagai pemadatnya dan dibiarkan mengeras pada posisi miring. Cara
menginokulasinya adalah dengan cara mengambil bakteri menggunakan ose
berujung bulat dan digoreskan pada permukaan medium. Fungsinya adalah untuk
melihat kebutuhan O2 bakteri. Pada medium agar padat miring, bakteri Eschericia
coli, bentuknya spreading dengan elevasi low convex, tidak berbau, berwarna krem

9
dan pertumbuhannya sedikit saja tetapi membentuk koloni. Pada Bacillus subtilis,
pertumbuhannya tipis dan merata tanpa koloni dengan elevasi low convex
berbentuk echinulate, tidak berbau, dan berwarna krem. Kedua bakteri tersebut
tidak menunjukkan perubahan pada medianya, sehingga warna medium tetap krem.
Artinya, kedua medium tersebut hanya menggunakan nutrien dalam medium saja
dan tidak melakukan reaksi kimia yang mengubah komposisi nutrient dengan
mengeluarkan produk sisa yang dapat bereaksi dengan medium. Perubahan medium
dapat diamati dari perubahan warna, dan konsistensi medium.

Medium cair merupakan media yang tidak ditambahkan agar sehingga bersifat cair,
yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditutup dengan kapas penyumbat, dan
berfungsi untuk melihat kebutuhan O2 dari bakteri. Cara inokulasi pada medium
cair adalah dengan mencelupkan ose dan mengaduk ose dalam medium nutrisi cair
sehingga bakteri akan terlepas dari ose dan berada didalam medium cair tersebut
dalam bentuk koloni. Koloni dalam medium cair yang paling mudah diamati adalah
tingkat kekeruhannya, dimana jika semakin keruh maka diketahui bakteri yang
tumbuh didalamnya semakin banyak. Berdasarkan pertumbuhan bakteri pada
medium tersebut, terdapat 2 kemungkinan yakni pada permukaan atau dasar
medium, sehingga dapat digolongkan suatu bakteri termasuk aerob atau anaerob,
selain itu dapat ditinjau bau, bentuk, warna, dan endapan. Pada bakteri Eschericia
coli, bentuknya tidak bergranula, memiliki bau, warnanya sedikit keruh dan
terdapat endapan yang banyak di dasar tabung yang menunjukkan bahwa E. coli
termasuk bakteri anaerob. Sedangkan pada Bacillus subtilis bentuknya tidak
bergranula hanya butiran-butiran kecil, memiliki bau dan sedikit keruh seperti E.
coli, dan terdapat sedikit endapan pada dasar tabung yang menunjukkan B. subtilis
sebagai bakteri anaerob juga. Kekeruhan pada medium dari kedua bakteri
menunjukan kelangsungan hidup dari bakteri tersebut, dimana kekeruhan terjadi
akibat regenerasi atau pembelahan sel bakteri.

10
Medium lainnya yang digunakan adalah medium agar petridish dengan metode
streak plate. Cara inokulasi pada medium ini yakni dengan menggoreskan suspensi
bahan yang mengandung bakteri pada permukaan medium dengan kawat ose dan
digoreskan sesuai dengan petridish. Setelah inkubasi, maka pada bekas goresan
akan tumbuh koloni-koloni terpisah yang mungkin berasal dari satu sel bakteri.
Koloni dalam streak plate method dapat diamati pertumbuhannya, bentuk koloni,
permukaannya, elevasi, bentuk tepi (margin) dan bentuk struktur dalam.
Escherichia coli pada streak plate method, pertumbuhannya merata, dengan bentuk
koloni circulair, permukaan kasar, elevasinya low convex, bentuk tepinya erose.
Bacillus subtilis pada streak plate method, koloninya tumbuh tidak merata
dipermukaan, dengan bentuk koloni irregulair, permukaan licin, elevasinya low
convex, bentuk tepinya entire dan struktur dalamnya mengkilat. Sedangkan pada B.
subtilis, pertumbuhan, elevasi, permukaan, dan struktur dalamnya sama seperti E.
coli, hanya saja bentuk koloninya berbeda yaitu filamentous dan tepiannya ciliate.

2.3 Manfaat Bakteri Bagi Pertanian


Banyak sekali ladang, Sawah yang tidak digarap. Petani mengeluhkan harga
Pupuk yang mahal dan kondisi tanah yang rusak akibat penggunaan pestisida kimia
sementara ketika panen gabah dan hasil pertanian lainnya mereka hanya dihargai
murah. Ribuan hektar sawah dan ladang menganggur, semangat petani pun
berkurang karena tidak ada modal lagi untuk bertani sehingga mereka hanya
bertahan untuk hidup dengan hasil pertanian seadanya. Nasib petani terpuruk
karena penentuan harga pembelian sarana produksi pertanian serta harga jual hasil
pertanian banyak ditentukan oleh perusahaan.

Petani harus segera menghilangkan ketergantungannya pada penggunaan


sarana produksi pertanian yang dibuat pabrik. Potensi sumberdaya alam yang
tersedia disekitar lahan pertanian perlu dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk serta
pestisida. Untuk mengatasi hal tersebut salah satu caranya adalah dengan
pemanfaatan mikroorganisme yang berperan di sektor pertanian, contohnya seperti
pemanfaatan biofertilizer dalam pertanian organik, sebagai bioinsektisida dan
sebagai agen biocontrol yang saat ini di dunia telah berkembang pesat. Berbagai

11
negara seperti India, Thailand, Jepang, Cina, Brazil, Taiwan dan Negara maju
lainnya telah lama beralih dari pupuk kimia ke arah pupuk biologi sebagai hasil
penerapan pertanian organik.

Biofertilizer pada Pertanian Organik

Pertanian organik semakin berkembang dengan sejalan dengan timbulnya


kesadaran akan petingnya menjaga kelestarian lingkungan dan kebutuhan bahan
makanan yang relatif lebih sehat.dalam pertanian organik yang tidak meggunakan
bahan kimia buatan seperti pupuk kimia buatan dan pestisida, biofertilizer atau
pupuk hayati menjadi salah satu alternatif yang dapat dipertimbangkan. Beberapa
mikroba tanah seperti Rhizobium, Azaosprillium, Azotobacter mikoriza perombak
sellulosa dan efektif mikroorgnisme dapat dimanfaatkan sebagai biofertilizer pada
pertanian organik, biofertilizer tersebut fungsinya antara lain membantu penyediaan
hara pada tanaman, mempermudah penyediaan hara bagi tanaman membantu
dekomposisi bahan organik, meyediakan lingkungn rhizosfer sehingga pada
akhirnya akan mendukung pertumbuhan dan produksi peningkatan tanaman.

Pemanfaatan Bakteri Rhizobium leguminosarum. sebagai biofertilizer

Klasifikasi ilmiah Rhizobium leguminosarum

Kingdom : Monera

Kelas : Psilopsida

Ordo : Psilotales

Family : Psilotaceae

Genus : Rhizobium

Species : Rhizobium leguminosarum

12
Bakteri Rhizobium bila bersimbiosis dengan tanaman legum, kelompok
bakteri ini akan menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar di dalamnya.
Akar tanaman tersebut menyediakan karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri
melalui kemampuannya mengikat nitrogen bagi akar. Jika bakteri dipisahkan dari
inangnya (akar), maka tidak dapat mengikat nitrogen sama sekali atau hanya dapat
mengikat nitrogen sedikit sekali. Bintil-bintil akar melepaskan senyawa nitrogen
organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan demikian terjadi
penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah.

Pemanfaatan Rhizobium dalam Produksi Pertanian Dilakukan Melalui:

Pemeliharaan dan peningkatan kesuburan tanah dengan memanfaatkan


mikrobia yang berperan dalam siklus Nitrogen (mikrobia penambat nitrogen,
mikrobia amonifikasi, nitrifikasi, dan denitrifikasi), Fosfor (mikrobia pelarut
fosfat), Sulfur (Mikrobia pengoksidasi sulfur), dan Logam-logam (Fe, Cu, Mn, dan
Al),

Pemeliharaan kesehatan tanah dengan memanfaatkan mikrobia penekan organisma


pengganggu tanaman (OPT),

Pemulihan kesehatan tanah dengan memanfaatkan mikrobia pendekomposisi /


penyerap senyawa-senyawa toksik terhadap mahluk hidup (Bioremediasi),

Pemacuan pertumbuhan tanaman dengan memanfaatkan mikrobia penghasil


fitohormon.

Skema Bakteri Rhizobium leguminasarum. dalam mengikat nitrogen

Biopeptisida pada pertanian organik

Biopestisida adalah pestisida yang mengandung mikroorganisme seperti


bakteri patogen, virus dan jamur. Pestisida biologi yang saat ini banyak dipakai
adalah jenis insektisida biologi (mikroorganisme pengendali serangga) dan jenis
fungisida biologi (mikroorganisme pengendali jamur). Jenis-jenis lain seperti
bakterisida, nematisida dan herbisida biologi telah banyak diteliti, tetapi belum

13
banyak dipakai.Beberapa bakteri sekarang telah dikembangkan menjadi
biopestisida. Secara ekologi, penggunaan biopestisida ini sangat menguntungkan
jika dibandingkan dengan penggunaan pestisida. Hal ini dikarenakan adanya efek
residu pestisida terhadap lingkungan termasuk manusia. Bakteri-bakteri tertentu
dapat menghasilkan endotoksin yang dapat meracuni serangga hama tanaman
tertentu. Sebagai contoh, di Amerika telah dikembangkan bakteri yang potensial
menjadi biopestisida pada skala komersial, antara lain adalah Bacillus popilliae
dengan merk dagang Doom or Japidemik, Bacillus thuringiensis dengan merk
dagang Dipel, Thuricide, dan Agritol. Di Canada, pada tahun 1980 penggunaan
Bacillus thuringiensis sebagai biopestisida mencapai 4%, dan meningkat menjadi
63 % pada tahun 1990. Endotoksin yang dihasilkan oleh Bacillus thuringiensis aktif
mematikan sebagian besar serangga yang termasuk dalam kelas Lepidoptera,
Diptera, dan Coleoptera.

Pemanfaatan Bakteri Bacillus thuringiensis sebagai biopeptisida

Klasifikasi ilmiah Bacillus thuringiensis

Kerajaan : Eubacteria

Filum : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Ordo : Bacillales

Famili : Bacillaceae

Genus : Bacillus

Spesies : Bacillus thuringiensis

14
B. thuringiensis adalah bakteri yang menghasilkan kristal protein yang bersifat
membunuh serangga (insektisidal) sewaktu mengalami proses sporulasinya.
Kristal protein yang bersifat insektisidal ini sering disebut dengan σ- endotoksin.
Kristal ini sebenarnya hanya merupakan protoksin yang jika larut dalam usus
serangga akan berubah menjadi poli-peptida yang lebih pendek (27- 149 kd) serta
mempunyai sifat insektisi-dal. Pada umumnya kristal Bt di alam bersifat protoksin,
karena ada-nya aktivitas proteolisis dalam sistem pencernaan serangga dapat
mengubah Bt-protoksin menjadi polipeptida yang lebih pendek dan bersifat toksin.
Toksin yang telah aktif berinteraksi dengan sel-sel epithelium di midgut serangga.
Bukti-bukti telah menunjukkan bahwa toksin Bt ini menyebabkan terbentuknya
pori-pori (lubang yang sangat kecil) di sel membrane di saluran pencernaan dan
mengganggu keseimbangan osmotik dari sel –sel tersebut. Karena keseimbangan
osmotik terganggu, sel menjadi bengkak dan pecah dan menyebabkan matinya
serangga.

Pemanfaatan Bacillus thuringiensis dalam Pertanian:

Bacillus thuringiensis varietas tenebrionis menyerang kumbang kentang colorado


dan larva kumbang daun.

Bacillus thuringiensis varietas kurstaki menyerang berbagai jenis ulat tanaman


pertanian.n

Bacillus thuringiensis varietas israelensis menyerang nyamuk dan lalat hitam.

Bacillus thuringiensis varietas aizawai menyerang larva ngengat dan berbagai ulat,
terutama ulat ngengat diamondback.

Skema Bt dalam membunuh serangga

Agen Biokontrol Pada pertanian Organik

Agen biokontrol ialah suatu mikroorganisme yang digunakan untuk


menekan populasi serangga hama serendah mungkin hingga dapat mencegah

15
kerugian yang di timbulkan tanpa mengganggu keseimbangan ekologis yang ada.
Biokontrol dapat bersifat antagonis atau bahkan sebagai parasit.Ditemukannya
penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur Fusarium sp. merupakan salah
satu kendala yang dihadapi oleh para petani saat ini, jamur ini banyak menyerang
tanaman kentang, pisang, tomat, ubi jalar, strawberry dan bawang daun. Penyakit
layu fusarium adalah penyakit sistemik yang menyerang tanaman mulai dari
perakaran sampai titik tumbuh. Salah satu alternatif untuk menanggulangi hal
tersebut yaitu dengan pengendalian untuk menekan populasi jamur Fusarium
dengan mengembangkan pengendalian secara hayati.

Pemanfaatan Bakteri Pseudomonas fluorescens Sebagai Agen Biokontrol Pada


Pertanian Organik

Klasifikasi ilmiah Pseudomonas fluorescens

Kingdom : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria

Ordo : Pseudomonadales

Famili : Pseudomonadaceae

16
Genus : Pseudomonas

Species : P. fluorescens

Pemanfaatan rhizobakteria di Jawa Barat dikembangkan sebagai biofungisida


khususnya antara lain: Bacillus subtilis, Bacillus polymyxa, Bacillus thuringiensis,
Bacillus pantotkenticus , Burkholderia cepacia dan Pseudomonas fluorescens.

Bakteri Pseudomonas fluorescens merupakan bakteri gram negative yang


berbentuk batang yang menghuni tanah, tanaman dan air, bakteri ini dapat
mengeluarkan senyawa antibiotik (antifungal), siderofor, dan metabolit sekunder
lainnya yang sifatnya dapat menghambat aktivitas jamur Fusarium oxysporum.
Senyawa siderofor, seperti pyoverdin atau pseudobacin diproduksi pada kondisi
lingkungan tumbuh yang miskin ion Fe. Senyawa ini menghelat ion Fe sehingga
tidak tersedia bagi mikroorganisme lain. Ion Fe sangat diperlukan oleh spora F.
oxysporum untuk berkecambah. Dengan tidak tersedianya ion Fe maka infeksi F.
oxysporum ke tanaman berkurang.

17
BAB II

METODE PRAKTEKUM
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Tanggal : 18 September 2015

Pukul : 14.00-16.00 WIB

Tempat : Laboratorium kampus uniersitas respati Indonesia kampus B

3.2. Alat dan Bahan


a. Alat : Microskopis Koloni counter, Loupe, Penggaris, Jarum Inokulasi

b. Bahan : 2 buah medium kiloni , bakteri PN 10- 3 dan PK 10-4

3,3 Cara Kerja


Melakukan pengamatan seperti yang disebut di atas pada masing-masing koloni
bakteri Melakukan pengamatan morfologi koloni dari dua macam koloni bakteri yang
meliputi warna koloni, bentuk koloni, tipekoloni, kepekatan koloni, mengkilat atau
suram, dan diameter Memilih dua macam koloni bakteri yang tumbuh Menghitung
jumlah koloni bakteri yang tumbuh. koloni bakteri ditandai dengan bentuk seperti lender.
adanya serat seperti benang saat koloni bakteri diambil dnegan jarum oase. Jumlah koloni
2 pada ketiga cawan petri Penghitungan jumlah koloni ini menggunkan colony counter.
Jumlah koloni 1 bakteri ini sangat banyak jika dibandingkan dengan koloni 2. Hal ini
menunjukkan bahwa pertumbuhan koloni 2 adalah cepat.proses pertumbuhan yang
optimal jika berdasarkan syarat yaitu dengan tersedianya makanan dan energi yang cukup
serta keadaan lingkungan (pH, suhu). Selain itu juga pertumbuhan bakteri dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti substrat pertumbuhan yaitu menggunakan medium agar pada
prektikum ini.

18
Perlakuan dengan melewatkan diatas api dengan perlahan-lahan supaya bakteri
itu benar-benar melekat pada kaca benda, dan dengan demikian tidak akan terhapus
apabila sediaan dicuci. Pencucian dengan alcohol berguna mengilangkan zat warna yang
berlebihan. membrane luar yang melindungi peptidoglikan), struktur membran luar mirip
membran sel dalam, membran luar terdiri dari fosfolipid (lapisan dalam) dan
lipopolisakarida (bagian luar), membran sel terdiri atas dua lapis fosfolipid, da nada
lipopolisakarida, bahwa pewarnaan sel bakteri secara prosedur yang penting dan paling
banyak digunakan dalam klasifikasi bakteri. Karena kemampuannya membedakan suatu
kelompok bakteri tertentu dari kelompok lainnya, maka pewarnaan ini disebut pewarnaan
diferensial. Namun, dalam praktikum yang telah dilaksanakan tidak dilakukan
identifikasi untuk menyusun klasifikasi koloni yang di amati, hanya melakukan
pengamatan morfologi, pengamatan bakteri pada medium. Berdasarkan hasil analisis data
menunjukkan bahwa pewarnaan koloni bakteri 1 dan bakteri 2 adalah berwarna merah.
Berarti koloni bakteri1 dan koloni bakteri 2 termasuk dalam bakteri gram negatif. Warna
merah tersebut disebabkan kompleks zat warna kristal violet-yodium yang sebelumnya
diberikan larut ketika pemberian larutan alkohol 75% sehingga saat diberi safranin akan
memberi warna merah pada membran sel bakteri. adalah dengan mengambil bakteri dari
cawan petri dengan jarum oase dan memindahkannya pada medium miring.

Andaikata medium dan alat-alat yang kita pergunakan dalam inokulasi itu tidak
steril, niscayalah kita tidak akan mungkin memperoleh piaraan bakteri yang kita inginkan,
maka langkah-langkah pertama yang harus kita ambil sebelum kita melakukan inokulasi
ialah mengusahakan sterilnya medium serta alat-alat perlengkapannya. Ujung kawat
inokulasi sebaiknya dari platina atau dari nikrom, sebelum digunakan lebih dahulu ujung
kawat dipijarkan, sedangkan sisanya sampai tangkai cukup dilewatkan pada nyala api
saja. Setelah dingin kembali, ujung kawat itu disentuhkan suatu koloni. Mulut tabung
tempat pemeriaaraan itu dipanasi juga setelah sumbatannya diambil. Setelah pengambilan
inoculum (yaitu sampel bakteri) selesai, mulut tabung dipanasi lagi kemudian disumbat
seperti semula.

19
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
a.Tabel Pengematan Bakteri Actinimiecetes ( PN 10-3)

No Ciri bakteri Koloni 1 Koloni 2 Koloni 3

yang di amati

1 Bentu koloni Bulat Cembung( kasar) Bulat ( halus) Bulat


permukaan
permukaan

2 Warna koloni Coklat Tua Coklat muda Colat

3 Sepora Bersepora bagian tegaa Tidak ada Semua bagian

Berwarnah puti ( putih)

4 Posisi koloni Di dalam agar agar Di dalam agar agar Di atas pemukaan
media / agar agar
Atau media Atau media

5 Koloni Tidak berlendir Tidak berlendir Tidak berlindir

20
b. Bakteri Bukan Actinimiecetes ( PK 10-1 )

No Ciri bakteri Koloni 1 Koloni 2

yang di amati

Bentuk kloloni Bulat halus Bulat cembung

Warna koloni Coklat muda Abu – abu

Sepora Ada ( coklat muda kasar ) Tidak ada

Poosisi koloni Di atas Di atas

Koloni Berlendir -

Permukaan Kasar Halus

21
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas tentang Morfologi Koloni Bakteri. Praktikum
ini menanam bakteri pada sebuah medium padat yang telah dibuat sebelumnya. Bakteri
yang diberikan adalah bakteri E.colli dan Salmonella. Media yang digunakan adalah
medium lempeng dan medium miring. Untuk menanam baketri ini cukup mudah tetapi
harus berhati-hati dan media harus tetap steril. Untuk medium lempeng, cara menanam
bakteri dengan arah zigzag dengan menggunakan jarum inokulasi ujung lurus, medium
tidak boleh tergores. Dan untuk medium miring cara menanamkan bakteri dengan arah
lurus. Pada koloni 1 dan koloni 2 morfologi koloninya sama. Warna koloni putih, bentuk
koloni tidak beraturn,tepi koloni berombak, elevasi koloni datar, suram, kepekatan koloni
tidak pekat, asal bakteri pada koloni 1 yaitu E.colli dan tipe pertumbuhan pada media
miring berupa batang. Dan asal bakteri pada koloni 2 yaitu S. Aureus tipe pertumbuhan
pada media miringberupa batang

Pada praktikum kali ini menggunakan dua medium, yaitu medium Nutrient Agar
atau NA .Setiap medium memiliki fungsi masing-masing dalam menumbuhkan
mikroorganisme. Medium NA memiliki fungsi yakni untuk mengembangbiakkan bakteri
secara umum, Medium NA mengandung nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan bakteri. sifat-sifat media yang digunakan untuk faktor pertumbuhan yaitu
harus mudah tumbuh, media harus dibuat, pertumbuhan bakteri harus khas dan
mempunyai sifat-sifat yang diinginkan. Jika sifat ini dipenuhi, maka pertumbuhan bakteri
akan bagus.Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui morfologi bakteri pada
medium kiko dan tipe pertumbuhan bakteri tersebut pada medium milkuatPada medium
datar dapat diketahui ciri morfologi koloni bakteri baik koloni I maupun koloni II, yang
keduanya memiliki warna suram sama juga sama-s terdapat pertumbuhan kapang dalam
medium tersebut.Morfologi koloni bakteri I menampakkan Kuning hijau kecoklatan,
bentuk koloninya Koloni II menampakkan warna putih, bentuk koloninya bulat /circular,
tepi koloni beringgit elevasi koloni timbul dan tampak suram Hijau beringgit 7mm,kuning

22
2,4mm coklat 4mm warna pekat, jumlah koloni 4 Koloni II yang ditemukan pada biakan
juga berjumlah 4 dengan diameter kuning 3mm, hijau lumut .

23
BAB VI

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah kita dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan
bahwa Media merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi yang dipakai
untuk menumbuhkan mikroba. Selain untuk menumbuhkan mikroba, medium dapat pula
di gunakan untuk isolasi, memperbanyak mikroba, pengujian sifat-sifat fisiologi dan
perhitungan jumlah mikroba. Media agar-agar merupakan media yang sangat baik untuk
memisahkan campuran mikroorganisme sehingga masing-masing jenisnya menjadi
terpisah-pisah.

Teknik inokulasi merupakan teknik pemindahan bakteri ke dalam media dengan


perlakuan khusus untuk mempertahankan kemurnian dari bakteri tersebut. Teknik
inokulasi dapat dilakukan dengan metode gores pada agar datar (streak plate method) dan
metode gores pada agar miring (streak plate method). Proses inokulasi harus benar-benar
aseptik atau steril supaya tidak terjadi kontaminasi oleh mikroorganisme lain. Pada hasil
pengamatan metode gores agar miring terlihat adanya garis zig-zag putih menyebar yang
menandakan koloni bakteri biakan tumbuh. teknik penggoresan ini lebih menguntungkan
jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan keterampilan-
keterampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan
menghasilkan koloni yang terpisah.

Dalam praktikum ini terdapat beberapa jenis bakteri yang berhasil diidentifikasi
berdasarkan morfologi koloninya dengan metode quadrant streak saat pengisolasian.
Terdapat 2 jenis bakteri yang didapat dari laboratorium, yaitu Escherichia colii Dan
Salmonella. Masing-masing bakteri memiliki morfologi dan ciri-ciri yang berbeda.
Morfologi koloni dapat dilihat dengan jelas jika sebagai kultur murnidalam suatu
medium. Namun dari hasil pengamatan morfologi koloni bakteri dapat dibedakan
berdasarkan ukuran, pigmentasi, form, margin dan elevasi.

24
5.2 Saran
Sebaiknya saat praktikum, dilakukan lebih berhati-hati pada saat penanaman bakteri pada
media yang sudah dibuat sebelumnya. Usahakan hanya satu orang saja yang
memindahkan bakteri pada media agar tidak terjadi kontaminasi dan tercampur dengan
bakteri lain perlu diperhatikan juga saat penanaman bakteri usahakan cawan hanya dibuka
sedikit agar tidak bersentuhan dengan udara langsung. Dan perhatikan sebelum dan
sesudah penanaman bakteri sebaiknya cuci tangan.

25
Daftar Pustaka

Alcamo IE. 2001.Fundamentals of microbiology. Boston: Jones and Bartlett Atlas RM


(1995). Principles of microbiology. St. Louis: Mosby

Darkuni, Noviar. 2001. Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi dan Mikologi).


Malang: Pendidikan Nasional.

Dwidjoseputro, D., Prof.,Dr. 1987. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan

Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Funke BR, Tortora GJ, Case CL. 2004. Microbiology: an introduction (edisi ke-8th ed,).
San Francisco: Benjamin Cummings

Gaman, P.M & K.B. Sherrington. 1994. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi
dan.

Kusnadi, dkk. 20013. Mikrobiologi. Bandung: JICA

Madigan M and Martinko J.2005. Brock Biology of Microorganisms (11th ed.). Prentice
Hall. Mikrobiologi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada press.

Pelczar, Michael J. dan E.C.S. Chan. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta: UI-
Press.

Ristiati, Ni Putu. 2012. Pengantar Mikrobiologi Umum. 2016. Jakarta:


Departemen Universitas Negeri Malang

(Laporan%20Praktikum-Uji%20Salmonella%20_%20risaluvita.html)

26
LAMPIRAN GAMAR

Gambar A2 K3 2

27
Gambar Mycerinan pirang

Gambar fasarium tomat

Gambar PK-4-2-1

28
Gambar Pn 4.1. 23/4/2018

29

Anda mungkin juga menyukai