Anda di halaman 1dari 17

jKATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
kemudahan dan kelancaran yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas Kimia Organik, yaitu tentang Eter.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penyusun telah mendapatkan bantuan
dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima
kasih kepada:

1. Ibu Siti Chodijah, M.Pd selaku dosen mata kuliah Kimia Organik yang
telah memberikan tugas mengenai makalah ini sehingga pengetahuan
kami dalam penulisan makalah ini semakin bertambah.
2. Kedua orang tua kami, yang senantiasa memberikan do’a serta
dukungan baik moril maupun materil.
3. Rekan-rekan kelas 3B1 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan
namanya satu per satu yang telah membantu dalam menyusun laporan
ini.

Penyusun memberi kesempatan kepada para pembaca untuk memberi


saran dan kritik demi kesempurnaan makalah. Penyusun juga berharap makalah
ini dapat memberikan manfaat, baik untuk penyusun ataupun pembaca.

Bogor, 24 November 2018

Penyusun

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan Makalah ................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. Pengertian Eter..................................................................................................... 3
1. Struktur dan Ikatan........................................................................................... 3
2. Struktur Serupa ................................................................................................ 4
1. Penamaan Alkil Eter (Trivial) .......................................................................... 4
2. Penamaan Alkoksialkana (IUPAC) ................................................................ 5
C. Sifat-sifat Eter ................................................................................................... 6
1. Sifat-sifat Fisika Eter ........................................................................................ 6
2. Sifat-sifat Kimia Eter ........................................................................................ 6
D. Jenis-Jenis atau Macam-Macam Eter........................................................... 7
1. Reaksi Oksidasi Eter ....................................................................................... 7
2. Reaksi Eter dengan Asam .............................................................................. 7
3. Reaksi Hidrolisis Eter ...................................................................................... 8
4. Reaksi Eter dengan Halogen ......................................................................... 8
E. Pembuatan Eter.................................................................................................... 8
1. Menurut Sintesis Eter Williamson .................................................................. 9
2. Mereaksikan Alkil Halida dengan Perak Iodida ........................................... 9
3. Kondensasi Ullman .......................................................................................... 9
4. Adisi Elektrofilik Alkohol ke Alkena................................................................ 9
5. Pembuatan Epoksida .................................................................................... 10
F. Reaksi pada Eter ................................................................................................ 10
1. Pembelahan Eter............................................................................................ 10
2. Pembentukan Peroksida ............................................................................... 10
3. Sebagai Basa Leuwis .................................................................................... 10
G. Keisomeran pada Eter ................................................................................... 11
1. Isomer Struktur ............................................................................................... 11
2. Isomer Fungsional.......................................................................................... 11
H. Manfaat Eter beserta Dampaknya ............................................................... 11

ii
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 13
Kesimpulan ................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 14

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan selalu berkaitan dengan apapun demikian juga berkaitan


dengan kimia, kehidupan tak lepas dari yang namanya kimia. Ilmu kimia adalah
ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang materi yang memiliputi
struktur, susunan, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertainya.
Kehidupan selalu berkaitan dengan kimia contohnya saja deterjen, alkohol,
kopi, susu, air dan sebagainya yang didalamnya mengandung unsur-unsur
kimia.
Eter adalah nama segolongan senyawa organik yang mengandung
unsur-unsur C, H, dan O dengan rumus umum R-O-R'. Bila rumus umum ini
dikaitkan dengan rumus air (HOH), maka eter dapat dianggap sebagai turunan
dialkil dari senyawa air.
Dari pembahasan diatas penyusun ingin membahas tentang
pembuatan Eter, jenis-jenis atau macam-macam Eter, tata nama Eter, sifat-
sifat Eter, keisomeran pada Eter, dan manfaat dari Eter beserta dampaknya.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan eter?
2. Bagaimana tata nama eter?
3. Bagiaman sifat-sifat eter?
4. Bagaimana cara pembuatan eter?
5. Sebutkan jenis-jenis atau macam-macam eter.
6. Bagaimana keisomeran pada eter?

C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian eter;
2. Mengetahui pembuatan eter;
3. Mengetahui jenis-jenis atau macam-macam eter;
4. Mengetahui tata nama eter;
5. Mengetahui sifat-sifat eter;
6. Mengetahui keisomeran pada eter;

1
7. Mengetahui manfaat eter beserta dampaknya.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Eter
Eter adalah nama segolongan senyawa organik yang mengandung
unsur C, H, dan O dengan rumus umum R-O-R'. Bila rumus umum ini dikaitkan
dengan rumus air (HOH), maka eter dapat dianggap sebagai turunan dialkil
dari senyawa air. Eter atau alkoksialkana merupakan senyawa turunan alkana.
Satu atom H rantai alkana diganti oleh gugus alkoksi sehingga eter mamiliki
dua gugus alkil.
R–H R – OR'
alkana eter

Rumus umum struktur : R – O -R'


Rumus umum molekul : CnH2n+2
Contoh senyawa eter yang paling umum adalah pelarut dan
anestetik dietil eter (etoksietana, CH3-CH2-O-CH2-CH3). Eter sangat
umum ditemukan dalam kimia organik dan biokimia, karena gugus ini
merupakan gugus penghubung pada senyawa karbohidrat dan lignin.
Eter atau alkoksi alkana adalah golongan senyawa yang mempunyai
dua gugus alkil yang terikat pada satu atom oksigen. Dengan demikian
eter mempunyai rumus umum : R–O–R1 dimana R dan R1 adalah gugus alkil,
yang boleh sama boleh tidak.
Contoh :
R = R1 (eter homogen) : CH3–CH2–O–CH2–CH3
R - R1 (eter majemuk) : CH3–O–CH2–CH2–CH3
Berikut ini adalah penjelasan struktur ikatan dan struktur serupa eter:
1. Struktur dan Ikatan
Eter memiliki ikatan C-O-C yang bersudut ikat sekitar 110° dan
jarak C-O sekitar 140 pm. Sawar rotasi ikatan C-O sangatlah rendah.
Menurut teori ikatan valensi, hibridisasi oksigen pada senyawa eter adalah
sp3. Oksigen lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga hidrogen yang
berada pada posisi alfa relatif terhadap eter bersifat lebih asam daripada
hidrogen senyawa hidrokarbon. Walau demikian, hidrogen ini kurang asam
dibandingkan dengan alfa hidrogen keton.

3
Eter dapat berbentuk rantai terbuka maupun siklik. Bila besar cinicn
( termasuk oksigen) lima anggota atau lebih, maka sifat eter itu mirip rantai
terbuka padanannya. ( Terdapat beda laju reaksi karena oksigen dalam
suatu eter siklik kurang mengalami rintangan sterik dibandingkan dalam
eter rantai tebuka, sebab subtituen – subtituen alkilnya terikat kebelakan
dalam suatu rantai). Epoksida mengandung cincin eter beranggota tiga.
Epoksida lebih reaktif dari pada eter lain karena ukuran cicinnya kecil.
Sistem cincin besar dengan satuan berulang –OCH2CH2- disebur eter
mahkota. Senyawa ini merupakan reagensia berharga yang dapat
digunakan untuk membantu melarutkan garam anorganik dalam pelarut
organik.
2. Struktur Serupa
Eter tidak boleh dinamakan dengan gugus-gugus sejenis berikut yang
mempunyai stuktur serupa - R-O-R.
a. Senyawa aromatik seperti furan di mana oksigen adalah sebahagian
daripada sistem aromatik.
b. Senyawa dengan atom-atom karbon yang bersebelahan dengan
oksigen terikat dengan oksigen, nitrogen, atau sulfur:
 Ester R-C(=O)-O-R
 Asetal R-CH(-O-R)-O-R
 Aminal R-CH(-NH-R)-O-R
 Anhidrida R-C(=O)-O-C(=O)-R

B. Tata Nama Eter


Penamaan eter dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penamaan
alkil eter (Cara Trivial) dan Menurut sistem IUPAC, gugus –OR disebut gugus
alkoksi sehingga penataan nama senyawa eter dimulai dengan nama gugus
alkoksi (alkoksialkana) diikuti oleh nama rantai utamanya.
1. Penamaan Alkil Eter (Trivial)
Nama kedua gugus alkil disebut lebih dahulu (diurutkan
berdasarkan abjad), kemudian di tambahkan eter. Jika kedua gugus alkil
sama, diawalan di. Tata nama trivial untuk senyawa eter sangat sederhana
dengan menyebutkan nama-nama gugus yang terikat pada atom oksigen
dan kemudian ditambahkan kata eter. Contohnya adalah CH3-O-

4
CH2CH3 diberi nama etil metil eter, sedangkan CH3CH2-O-CH2CH3 diberi
nama dietil eter.
2. Penamaan Alkoksialkana (IUPAC)
Penataan nama senyawa eter dimulai dengan nama gugus alkoksi
diikuti oleh nama rantai utamanya. Gugus alkoksi dianggap sebagai
cabang yang terikat pada rantai induk. Menurut tata nama IUPAC, eter
diberi nama sebagai alkoksialkana, dalam arti bahwa eter dipandang
sebagai turunan alkoksi suatu alkana. Contohnya adalah metoksimetana,
metoksietana, dan 2-metoksipropana yang rumus strukturnya berurutan
adalah sebagai berikut:

Bila senyawa yang menurunkannya adalah alkena, maka nama


yang diberikan adalah alkoksialkena. Sebagai contoh adalah 1-
metoksipropena yang mempunyai rumus CH3OCH=CHCH3. Eter yang
mengandung gugus aril dinamakan Alkoksiarena. Sebagai contoh adalah
Metoksibenzena yang rumus strukturnya sebagai berikut:

Di bawah ini penataan nama eter menurut Trivial dan IUPAC:

Rumus Struktur Eter Nama Trivial Nama IUPAC


(alkoksialkana)

CH3 ⎯ O ⎯ CH3 Dimetil eter Metoksi metana


CH3 ⎯ O ⎯ CH2 ⎯ CH3 Etil metil eter Metoksi etana

CH3 ⎯ CH2 ⎯ O ⎯ CH2 ⎯CH3 Dietil eter Etoksi etena

5
C. Sifat-sifat Eter
Sifat-sifat eter yaitu pada keadaan standar, hampir seluruh senyawa
eter berwujud cair, kecuali dimetil eter (gas). Jika dibandingkan dengan
senyawa alkohol, titik didih dan titik leleh eter lebih keci. Ini terjadi karena antar
molekul eter tidak membentuk ikatan hidrogen. Eter juga cenderung bersifat
nono polar, sehingga kelarutannya dalam air sangat kecil. Selain itu eter
bersifat mudah terbakar. Dibandingkan terhadap alkohol, eter jauh kurang
reaktif kecuali dalam hal pembakaran.Eter jauh lebih mantap (lebih kurang
reaktif) dibandingkan alkohol. Eter tidak bereaksi dengan logam natrium. Sifat
ini dapat digunakan untuk membedakan alkohol dengan eter.
1. Sifat-sifat Fisika Eter
 Eter adalah cairan tidak berwarna yang mudah menguap dengan bau
yang khas.
 Eter tidak larut air, akan tetapi larut dalam pelarut nonpolar.
 Eter mudah terbakar dengan nyala bening yang jernih karena uap eter
membentuk campuran yang eksplosif dengan udara.
 Eter dapat melarutkan lemak, minyak, resin, alkaloid, brom, dan iod.

Beberapa alkil eter


Titik Titik Momen p pada 20
Kelarutan
Eter Struktur lebur didih dipol
dalam 1 L H2O
(°C) (°C) (D)
Dimetil eter CH3-O-CH3 -138,5 -23,0 70 g 1,30 gas
CH3CH2-O- 0.71
Dietil eter -116,3 34,4 69 g 1,14
CH2CH3
Larut pada
Tetrahidrofuran O(CH2)4 -108,4 66,0 semua 1,74 0.89
perbandingan
Larut pada
Dioksana O(C2H4)2O 11,8 101,3 semua 0,45
perbandingan

2. Sifat-sifat Kimia Eter


 Eter sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat,
sehingga dipol C-O tidak dapat meniadakan satu sama lainnya.
 Eter lebih polar daripada alkena, namun tidak sepolar alkohol, ester,
ataupun amida.
 Eter dapat dipisahkan secara sempurna melalui destilasi.
 Eter secara umumnya memiliki reaktivitas kimia yang rendah,
walaupun ia lebih reaktif daripada alkana.

6
 Mudah terbakar, pada umumnya bersifat racun, dan bersifat anastetik
(membius).
 Eter tak dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekul –
molekulnya, karena tak mempunyai hidrogen yang terikat pada
oksigen.
 Eter hanya dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air , alkohol
atau fenol.

D. Jenis-Jenis atau Macam-Macam Eter


Eter dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu eter simetris dan eter
asimetris. Kalau dalam rumus umum eter R = R', maka eter tersebut
dinamakan eter sederhana atau eter simetrik. Tetapi bila R ≠ R', dinamakan
eter campuran atau eter asimetrik. Di samping yang mempunyai gugus alkil
(R) terdapat pula eter yang mengandung gugus aril (Ar) yang rumus umumnya
dinyatakan dengan Ar-O-Ar' atau Ar-O-'R.
Di antara eter dan Alkohol terdapat isomeri gugus fungsi dalam arti
keduanya mempunyai rumus molekul yang sama tetapi gugus fungsinya
berbeda. Contoh untuk isomeri fungsi di antara eter dan alkohol ini adalah CH3-
O-CH3 dan CH3CH2OH. Perbedaan gugus fungsi tersebut mengakibatkan
adanya perbedaan sifat-sifat fisika dan kimia pada eter dan alkohol.
Reaksi terhadap Eter, Eter merupakan suatu senyawa organik yang
tidak terlalu reaktif. Dengan kata lain, eter hanya dapat mengalami reaksi
khusus. Reaksi terhadap eter adalah:
1. Reaksi Oksidasi Eter
Dengan campuran (K2Cr2O7 + H2SO4), eter mengalami oksidasi dengan
hasil seperti pada oksidasi alkohol asalnya. Sebagai contoh, dietil eter
(yang dibuat dari etanol) bila direaksikan dengan (K2Cr2O7 + H2SO4)
menghasilkan asetaldehida. C2H5-O-C2H5 → 2 CH3CHO
2. Reaksi Eter dengan Asam
 Dengan HI Dingin
Dengan asam iodida dingin, eter menghasilkan alkohol dan alkil iodida.
Contoh: C2H5-O-C2H5 + HI → C2H5OH + C2H5I
 Dengan H2SO4 Dingin

7
Dengan asam sulfat pekat dingin, eter dapat larut. Pemanasan larutan
eter dalam asam sulfat pekat mengakibatkan terbentuknya alkohol dan
alkil hidrogensulfat.
Contoh: C2H5-O-C2H5 + H2SO4 → C2H5OH + C2H5HSO4
3. Reaksi Hidrolisis Eter
Bila eter dididihkan dalam air yang mengandung asam (umumnya H2SO4)
terjadilah hidrolisis yang memberikan hasil alkohol.
Contoh: C2H5-O-C2H5 + H2O → 2C2H5OH
4. Reaksi Eter dengan Halogen
Halogen(klor atau brom) dapat mensubstitusi atom H yang terikat pada
atom C alfa (atom C yang berikatan dengan atom O) dalam suatu eter.
Contoh: C2H5-O-C2H5 + Cl2 → CH3CHCl-O-C2H5 + HCl

E. Pembuatan Eter
Umumnya eter dibuat dari dehidrasi alkohol. Dietil eter dapat dibuat
melalui pemanasan etanol dengan asam sulfat pekat pada suhu sekitar 140°C
hingga reaksi dehidrasi sempurna. Bila uap etanol dan alkohol-alkohol primer
suhu rendah yang lain dilewatkan di atas suatu alumina pada suhu 250-260°C
maka akan terjadi dehidrasi pada alkohol tersebut dan menghasilkan eter.
2C2H5OH → C2H5-O-C2H5 + H2O
Di laboratorium dan industri, yang lazim digunakan sebagai penarik air
adalah H2SO4. Dalam cara ini, rangkaian reaksinya adalah sebagai berikut:
(1) C2H5OH + H2SO4 → C2H5OSO3H + H2O
(2) C2H5OSO3H + C2H5OH → C2H5-O-C2H5 + H2SO4
Asam sulfat yang diperoleh dalam langkah (2) dapat bereaksi kembali
dengan etanol seperti yang dituliskan dalam langkah (1). Oleh karena itu cara
pembuatan eter seperti ini dinamakan "proses eterifikasi kontinyu". Secara
teoritik, dapat diduga bahwa dengan sekali penambahan asam sulfat dapat
digunakan untuk membuat eter dengan jumlah alkohol yang tidak terbatas.
Dalam kenyataannya, setelah jangka waktu tertentu, asam sulfatnya harus
diperbarui karena ada sebagian yang tereduksi menjadi asam sulfit.
Dalam pembuatan eter dengan cara ini diperlukan suhu yang relatif
rendah karena dalam keadaan panas etil hidrogensulfat (C2H5OSO3H) dapat
terdekomposisi menjadi etilena dan asam sulfat. Suhu yang diperlukan adalah

8
120-140° C, dengan katalis Al2(SO4)3. Bila reaksi berlangsung pada suhu
≥145° C, memberikan hasil etilena.
Perlu diketahui bahwa pembuatan eter dengan menggunakan asam
sulfat ini hanya memberikan hasil sebaik-baiknya untuk eter suku rendah
dengan rantai linier. Bila diterapkan untuk membuat eter suku tinggi dan
bercabang, ternyata lebih banyak menghasilkan etena.
Pembuatan eter dari alkohol
CH3CH2OH + HOCH2CH3⎯H2SO4→ CH3CH2–O–CH2CH3 + H2O
1. Menurut Sintesis Eter Williamson
Eter dapat dibuat dengan mereaksikan suatu alkil halida (haloalkana)
dengan suatu alkoksida. Alkoksida dapat dibuat dengan mereaksikan
suatu alkohol primer dengan suatu basa seperti NaOH. Contoh:
C2H5Br + Na-OC2H5 → NaBr + C2H5-O-C2H5
2. Mereaksikan Alkil Halida dengan Perak Iodida
Alkil halida jika direaksikan dengan perak iodida akan menghasilkan eter
dan garam perak halida. Contoh:
2C2H5I + Ag2O → C2H5-O-C2H5 + 2 AgI
Eter mempunyai struktur rantai C-O-C yang mempunyai sudut ikatan
sebesar 104,5º dan jarak antara atom C dengan O adalah sekitar 140 pm.
Halangan rotasi untuk ikatan C-O sangat kecil. Ikatan oksigen dalam eter,
alkohol dan air sangatlah mirip. Pada teori ikatan valensi, hibridisasi
oksigen adalah sp3. Oksigen lebih elektronegatif daripada karbon, dengan
demikian hidrogen alfa eter bersifat lebih asam daripada hidrokarbon
sederhana, tetapi jauh kurang asam dibandingkan dengan hidrogen alfa
golongan karbonil (seperti aldehida dan keton).
3. Kondensasi Ullman
Kondensasi Ullmann mirip dengan metode Williamson, kecuali substratnya
adalah aril halida. Reaksi ini umumnya memerlukan katalis, misalnya
tembaga.
4. Adisi Elektrofilik Alkohol ke Alkena
Alkohol dapat melakukan reaksi adisi dengan alkena yang diaktivasi
secara elektrofilik.
R2C=CR2 + R-OH → R2CH-C(-O-R)-R2
Katalis asam diperlukan agar reaksi ini dapat berjalan. Biasanya merkuri
trifluoroasetat (Hg(OCOCF3)2) digunakan sebagai katalis.

9
5. Pembuatan Epoksida
Epoksida biasanya dibuat melalui oksidasi alkena. Eposida yang paling
penting dalam industri adalah etilena oksida, yang dihasilkan melalui
oksidasi etilena dengan oksigen. Epoksida lainnya dapat dihasilkan melalui
dua cara:
 Melalui oksidasi alkena dengan peroksiasam seperti Asam meta-
kloroperoksibenzoat (m-CPBA).
 Melalui substitusi nukleofilik intramolekuler halohidrin

F. Reaksi pada Eter


Eter secara umumnya memiliki reaktivitas kimia yang rendah,
walaupun ia lebih reaktif daripada alkana. Beberapa contoh reaksi penting eter
adalah sebagai berikut:
1. Pembelahan Eter
Walaupun eter tahan terhadap hidrolisis, ia dapat dibelah oleh asam-asam
mineral seperi asam bromat dan asam iodat. Asam klorida hanya
membelah eter dengan sangat lambat. Metil eter umumnya akan
menghasilkan metil halida:
ROCH3 + HBr → CH3Br + ROH
Reaksi ini berjalan via zat antara onium, yaitu [RO(H)CH3]+Br-.
Beberapa jenis eter dapat terbelah dengan cepat menggunakan boron
tribomida (dalam beberapa kasus aluminium klorida juga dapat digunakan)
dan menghasilkan alkil bromida. Bergantung pada substituennya,
beberapa eter dapat dibelah menggunakan berbagai jenis reagen seperti
basa kuat.
2. Pembentukan Peroksida
Eter primer dan sekunder dengan gugus CH di sebelah oksigen eter, dapat
membentuk peroksida, misalnya dietil eter peroksida. Reaksi ini
memerlukan oksigen (ataupun udaara), dan dipercepat oleh cahaya,
katalis logam, dan aldehida. Peroksida yang dihasilkan dapat meledak.
Oleh karena ini, diisopropil eter dan tetrahidrofuran jarang digunakan
sebagai pelarut.
3. Sebagai Basa Leuwis
Eter dapat berperan sebagai basa Lewis maupun basa Bronsted. Asam
kuat dapat memprotonasi oksigen, menghasilkan "ion onium". Contohnya,

10
dietil eter dapat membentuk kompleks dengan boron trifluorida, yaitu dietil
eterat (BF3.OEt2). Eter juga berkooridasi dengan Mg(II) dalam reagen
Grignard. Polieter (misalnya eter mahkoya) dapat mengikat logam dengan
sangat kuat.

G. Keisomeran pada Eter


Eter memilki dua isomer, yaitu isomer struktur dan isomer fungsional.
1. Isomer Struktur
Isomer struktur ialah senyawa yang memiliki rumus molekul sama, namun
rumus strukturnya berbeda. Contohnya dietil eter memiliki isomer struktur
dengan metil propil eter dan metil isopropil eter.
2. Isomer Fungsional
Alkohol dan eter keduanya memiliki rumus umum yang sama, Akan tetapi,
keduanya memiliki jenis gugus fungsional yang berbeda. Dua senyawa
yang memiliki rumus umum molekul sama namun gugus fungsionalnya
berbeda disebut memiliki keisomeran fungsional. Eter berisomer
fungsional dengan alkohol.

H. Manfaat Eter beserta Dampaknya


1. Penggunaan senyawa eter dalam kehidupan adalah:
 Di bidang medis, banyak sekali eter yang digunakan untuk anestesi
(bius). Senyawa dietil eter biasa digunakan sebagai zat anestetik
(pemati rasa atau obat bius) yang diberikan melalaui pernafasan
namun penggunaan dietil eter dapat menyebabkan iritasi saluran
pernafasan dan merangsang sekresi lendir.
 Di bidang otomotif, eter digunakan untuk menghidupkan mesin yang
tak mau menyala. Bahkan eter juga digunakan sebagai tambahan
bahan bakar sehingga laju mesin lebih kencang.
 Di laboratorium, eter merupakan pelarut yang banyak digunakan.
 Eter juga digunakan sebagai pelarut non polar untuk melarutkan
senyawa non polar pula, seperti lemak, lilin dan minyak. Eter dapat
menyebabkan mual dan muntah selama waktu pemulihan. Karena
dampak negatif ini, eter sudah jarang dipakai di negara-negara maju.

11
 Eter bersifat racun, tetapi jauh lebih aman jika dibandingkan
kloroform untuk keperluan obat bius.
 Metil ters-butil eter (MTBE) digunakan untuk menaikkan angka
oktan bensin.

2. Dampak penggunaan senyawa eter adalah:


 Pada konsentrasi rendah, eter dapat menyebabkan pusing kepala,
sedangkan pada konsentrasi tinggi menyebabkan tidak sadarkan diri.
 Eter dapat menyebabkan mual dan muntah selama waktu pemulihan.
 Eter bahan yang mudah terbakar karena eter mudah tersulut oleh
kobaran maupun percikan api.

12
BAB III PENUTUP

Kesimpulan
1. Eter adalah nama segolongan senyawa organik yang mengandung unsur-
unsur C, H, dan O dengan rumus umum R-O-R'. Bila rumus umum ini dikaitkan
dengan rumus air (HOH), maka eter dapat dianggap sebagai turunan dialkil
dari senyawa air. Eter atau alkoksialkana merupakan senyawa turunan alkana.
Satu atom H rantai alkana diganti oleh gugus alkoksi sehingga eter mamiliki
dua gugus alkil.
2. Eter dibuat dari dehidrasi alkohol, Pembuatan Eter Menurut Williamson,
Mereaksikan Alkil Halida dengan Perak Iodida.
3. Eter digolongkan menjadi dua jenis, yaitu eter simetris dan eter asimetris.
4. Tata Nama Eter Penamaan eter dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
penamaan alkil eter (Cara Trivial) dan Menurut sistem IUPAC.
5. Sifat-sifat eter yaitu pada keadaan standar, hampir seluruh senyawa eter
berwujud cair, kecuali dimetil eter (gas).
6. Eter memilki dua isomer, yaitu isomer struktur dan isomer fungsional.
7. Manfaat eter, dibidang medis digunakan untuk anestesi (bius), dibidang
otomotif, eter digunakan untuk menghidupkan mesin yang tak mau menyala,
dilaboratorium, eter digunakan sebagai pelarut non polar untuk melarutkan
senyawa non polar pula, seperti lemak, lilin dan minyak.

13
DAFTAR PUSTAKA

Alex Kimia. 2013. Pengertian dan Manfaat Eter (online). Pengertian dan Manfaat
Eter_Chemistry by Alex P.I.P.htm. Akses tanggal 19 November 2018.

Fessenden, Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Suhartinichemist. 2012. Kimia Alkohol dan Eter (online). Kimia Alkohol dan
Eter.htm. Akses tanggal 19 November 2018.

http://www.nafiun.com/2013/09/pengertian-eter-sifat-kegunaan-isomer-
sintesis.html

14

Anda mungkin juga menyukai