Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah.
Sumberdaya alam dan energi itu ada yang bisa diperbaharui dan ada pula yang tidak
bisa diperbaharui. Sumberdaya alam yang dapat diperbaharui berupa sumberdaya
hayati dan hewani sedangkan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui berupa
sumberdaya non hayati seperti barang-barang tambang.
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya, baik
lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Manusia bernapas memerlukan udara
dari lingkungan sekitar. Menurut UU No 32 tahun 2009, pasal 1 menyebutkan
Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang memepengaruhi alam itu
sendiri baik kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas maka perlu
adanya suatu pembangunan, pembangunan yang dimaksud adalah pembangunan yang
berwawasan lingkungan.
Pembangunan berwawasan lingkungan adalah pembangunan berkelanjutan
yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan
cara menserasikan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam untuk
menopangnya. Namun pada kenyataannya pembangunan berwawasang lingkungan ini
belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Banyak Isu tentang penemaran sering
dijumpai di media massaakibat dan dampak dari suatu kegiatan, salah satu
pencemaran itu adalah pencemaran udara yang disebabkan oleh penambangan batu
kapur.
Pemanfaatan batu kapur yang masih aktif hingga saat ini di Kecamatan
Lakudo terutama terdapat di Kelurahan Boneoge. Pemanfaatan batu kapur di
Kecamatan Lakudo sampai saat ini masih berjalan sesuai kebutuhan masyarakat
sekitar untuk dijadikan bahan bangunan seperti batako dan melapisi. Dari kegiatan itu
tentukan akan berdampak positif dan negative.
Dampak negatif yang umum terjadi akibat penambangan batu kapur
diantaranya terbentuknya lereng-lereng terjal yang sangat membahayakan para
penambang, polusi udara, banyak lahan terbuka, tanah yang berdebu dan berpasir,

1
galian material yang terserak dimana-mana. Dampak yang palingan dirasakan akibat
dari Penambangan batu kapur sumbangan polusi udara yang tanpa disadari oleh
penambang dan masyarakat sekitar.
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
No\02/MENKLH/1988 yang menyatakan bahwa pencemaran udara adalah masuk
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy dan atau komponen lain ke dalam
udara dan atau berubahnya tatanan (komposisi) udara oleh kegiatan manusia atau
proses alam, sehingga kualitas udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai denga peruntukannya.
Batu kapur merupakan salah satu jenis bahan galian golongan C yang
banyak digunakan dalam proses industri maupun bangunan.Penambangan
batu kapur dilakukan di daerah yang memiliki lahan kapur yang merupakan
daerah kering. Adapun efek yang dapat ditimbulkan bila terkena paparan akibat dari
aktifitas penambang batu kapur ini secara terus menerus adalah gangguan
penglihatan, alergi, gangguan saluran napas (asma dan rhinitis), serta iritasi kulit.debu
yang terhirup melalu hidung akan disaring oleh silia yang ada dalam mukosa hidung.
Selain berbahaya untuk manusia debu hasil pembakaran batu kapur ini juga
mengancam secara tidak langsung ekosistem hutan bukit kapur, debu-debu dari
kegiatan pertambangan yang terjadi pada saat peledakan, berpotensi menutupi
permukaan daun, sehingga mengganggu proses fotosintesis terutama dimusim
kemarau.
Berdasarkan kondisi tersebut peneliti ingin mengetahui apakah terjadi
pencemaran udara di Kelurahan Lakudo dilihat dari kondisi masyarakatnya dan
bagaiman cara mengatasi pencemaran udara di Kelurahan Lakudo tersebut maka
peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Pencemaran Udara
Akibat Penambangan Batu Kapur di Kelurahan Boneoge Kecamatan
Mawasangka Kabupaten Buton Tengah”

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil praobservasi yang dilakukan di kelurahan Boneoge, bahwa
kegiatan penambangan batu kapur tersebut menyebabkan beberapa masalah baik
dilingkungan maupun masyarakat sekitar.berdasarkan fenomena tersebut dapat
dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana pencemaran udara yang terjadi di Kelurahan Boneoge akibat
dari penambangan batu kapur?
2. Bagaimana cara mengatasi pencemaran udara yang terjadi di Kelurahan
Boneoge akibat dari penambang batu kapur?
C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses kegiatan penambangan produksi kapur dan
pencemaran udara yang disebabkan oleh penambangan batu kapur di
keluarahan Lakudo.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara yang harus dilakukan untuk mengatasi
permasalahan pencemaran udara di kelurahan Lakudo akibat
penambangan batu kapur.
D. Manfaat
Adapun yang menjadi manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat dapat
memberikan informasi awal tentang kondisi udara di Kecamatan
Lakudo khususnya di Kelurahan Boneoge.
2. Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan rekomendasi
bagaimana caara mengatasi pencemaran udara untuk industri
penambang batu kapur sehingga bisa meminimalisir pencemaran
yang terjadi di lingkungan sekitar.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Definisi batu kapur
Batu kapur ialah jenis batuan sedimen yang mengandung senyawa karbonat.
Pada umumnya batu kapur yang banyak terdapat adalah batu kapur yang mengandung
kalsit.Batu kapur memiliki warna putih, putih kekuningan, abu–abu hingga hitam.
Pembentukan warna ini tergantung dari campuran yang ada dalam batu kapur
tersebut, misalnya : lempung, kwarts, oksida besi, mangan dan unsur organik.
Di Indonesia terdapat beberapa batuan yang mengandung senyawa karbonat,
antara lain ialah batu kapur, batu kapur kerang dan batu kapur magnesium. Batu kapur
merupakan salah satu bahan galian industri yang potensinya sangat besar dengan
cadangan diperkirakan lebih dari 28 milyar ton yang tersebar diseluruh daerah di
Indonesia.
Batu kapur merupakan salah satu jenis bahan galian golongan C yang banyak
digunakan dalam proses industri maupun bangunan. Penambangan batu kapur
dilakukan di daerah yang memiliki lahan kapur yang merupakan daerah kering.
Secara umum segala benda yang ada dirumah dan kantor membutuhkan batuan kapur
dengan fase tertentu baik langsung maupun secara tidak langsung, baik sebagai proses
primer maupun sebagai bahan tambahan. Begitu banyaknya hasil olahan pabrik yang
membutuhkan batuan kapur menunjukan bahwa peran batu kapur dalam proses
industry sangatlah penting misalnya sebagai bahan utama pembuatan semen.
2. Penambangan batu kapur
Ada beberapa pengertian pertambangan. Salah satu pengertian dari
pertambangan menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 Tentang Mineral
dan Batu Bara adalah : “sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, kontruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca
tambang.”
Pengertian lain tentang pertambangan adalah : “kegiatan pengambilan endapan
bahan tambang berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, pada
permukaan bumi, dibawah permukaan air, baik secara mekanis maupun manual,

4
seperti : pertambangan minyak dan gas bumi, batu bara, pasir besi, biji nikel, biji
bauksit, biji tembaga, biji emas, perak, biji mangan, dan sebagainya.”
Tujuan dari usaha pertambangan adalah untuk mengolah bahan galian yang
berada di dalam bumi agar dapat dipergunakan untuk mengolah bahan galian yang
berada di dalam bumi agar dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh semua umat
manusia untuk melangsungkan kehidupannya agar tercapai kesejahteraan dan
kemakmuran.
Berkaitan dengan dampak kegiatan lingkungan menurut Abrar Saleng,
kegiatan usaha pertambangan yang dilaksanakan pada dasarnya selalu menimbulkan
perubahan pada alam lingkungannya. Usaha pertambangan selalu diasosiasikan
dengan kegiatan menggali, mengeruk, mengupas, dan membongkar. Kata yang tepat
untuk melukiskan setiap kegiatan pertambangan adalah “tiada setiap penambangan
tanpa resiko pengubahan lingkungan.
H. Salim HS dalam bukunya yang berjudul Hukum Pertambangan Di
Indonesia mengatakan bahwa bahan galian dapat dibedakan dalam tiga golongan yaitu
”golongan A yang merupakan bahan galian strategis, golongan B yang merupakan
bahan galian vital, dan golongan B yang tidak termasuk bahan galian startegis dan
vital. Penggolongan ini didasarkan pada nilai srategis/ekonomis bahan galian terhadap
Negara, terdapatnya sesuatu bahan galian dalam alam (genese), penggunaan bahan
galian bagi industri, pengaruhnya terhadap kehidupan rakyat banyak, pemberian
kesempatan pengembangan pengusahaan, dan penyebaran pembangunan di daerah.
3. Pencemaran udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau
biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan
manusia.
Pencemaran udara didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana udara
mengandung senyawa- senyawa kimia atau substansi fisik maupun biologidalam
jumah yang memberikan dampak buruk bagi kesehatan manusia, hewan , ataupun
tumbuhan, serta merusak keindahan alam serta kenyamanan, atau merusak barang-
barang perkakas (properti). Ketidakseimbangan ekosistem akibat aktivitas manusia
merupakan penyebab utama yang mempengaruhi komposisi udara menjadi tidak
seimbang.
5
Polusi udara adalah suatu kondisi dimana udara sudah tercemar oleh bahan-
bahan kimia, zat atau partikel dan juga bahan biologi lainnya yang bisa
menbahayakan kesehatan makhluk hidup dan juga organisme.
Polusi udara yaitu dimana udara yang berisi substansi- substansi fisik, kimia,
partikel atau bioligis yang ada di atmosfer dalam jumlah yang sangat banyak sehingga
dapat membahayakan kesehatan makhluk hidup, khusunya manusia. selain itu polusi
udara juga merupakan sesuatu yang menyebabkan kerugian atau ketidaknyamanan
bagi manusia atau organisme lainnya. Polusi udara juga merupakan sesuatu yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada lingkungan alam di sekitar manusia.
Ada dua jenis pencemaran udara yang umum diketahui diantaranya yaitu
sebagai berikut:
 Pencemaran udara primer
Pencemaran udara ini disebabkan langsung dari sumber pencemar. Contohnya
peningkatan kadar karbon dioksida disebabkan oleh aktivitas pembakaran oleh
manusia.
 Pencemaran udara sekunder
Berbeda dengan pencemaran udara primer, pencemaran udara sekunder terjadi
disebabkan oleh reaksi antara substansi- sunbtansi pencemar udara primer
yang terjadi di atmosfer. Misalnya pembentukan ozon yang terjadi dari reaksi
kimia partikel- partikel yang mengandung oksigen di udara.
Adapun penyebab dari terjadinya pencemaran udara disebabkan oleh beberapa
hal diantaranya:
a) Aktivitas alam
Aktivitas alami yang terjadi pada alam dapat menimbulkan pencemaran udara
di atmosfer. Kotoran – kotoran yang dihasilkan oleh hewan ternak
mengandung senyawa metana yang dapat meningkatkan suhu bumi,
pemanasan global. Proses yang serupa pada siklus nitrogen di atmosfer.
Selain itu, bencana alam seperti meletusnya gunung brarpi menghasilkan abu
vulkanik yang mencemari udara sekitar yang berbahaya bagi kesehatan serta
tanaman. Kebakaran hutan yang terjadi baik akan menghasilkan
karbondioksida dalam jumlah banyak yang dapat mencemari udara dan
berbahaya bagi kesehatan hewan serta manusia.

6
b) Aktivitas manusia
Kegiatan – kegiatan manusia kini kian tak terkendali, kemajuan industri dan
teknologi membawa sisi negatif bagi lingkungan karena tidak ditangani
dengan baik. Berikut merupakan pencemaran yang diakibatkan oleh aktivitas
manusia:
B. Penelitian relevan
Hasil peenelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Melida Rima Fatimah (2017) tentang pencemaran
udara akibat pengolahan batu kapur di dusun open desa mangkung praya barat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi kuantitatif yang
digunakan agar dapat diketahui tentang pencemaran yang terjadi serta dampaknya
terhadap alam sekitar.
Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui proseskegiatan penambangan
produksi kapur dan pen#emaran udara yangterjadi di dusun open desa
mangkung praya barat serta bagaimana rekomendasi cara mengatasi
pencemaran udara tersebut.
Dari hasil penelitian terealisasi bahwa dengan keberadaan tambang batu kapur
ini membawa dampak yang merugikan bagi masyarakat yang tinggal disekitaran
tambang. Dampak-dampak tersebut antara lain membuat masayarkat terkena penyakit
seperti batuk dan penyakit paru-paru Karena debu dari penambangan batu kapur ini.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah
mengkaji tentang pencemaran udara karena kegiatan penambangan batu kapur.
Metode yang digunakan dalam penelitian sama-sama menggunakan pendekatan
deskriptif kuantitatif berdasarkan teknik pengumpulan data melalui observasi,
wawancara dan dokumnetasi.
Perbedaannya dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan terletak pada lokasi dan bidang kajiannya. Lokasi dalam penelitian ini adalah
di dusun open desa mangkung praya barat, sedangkan penelitian yang akan dilakukan
adalah kelurahan boneoge kecamatan lakudo. Perbedaan yang lain adalah dilihat dari
bidang kajiannya, jika penelitihan yang ada dilihat dari pencemaran udara dari proses
pengolahan penambangan batu kapur, sedangkan peneliti akan meneliti pencemaran
udara dari kegiatan penambangan batu kapur.

7
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesisi merupakan jawaban sementara yang masih dibuktikan
kebenarannya. Sugiyono (2012:51) mengemukakan bahwa: Hipotesis merupakan
jawaban sementara rumusan masalah. Oleh karema itu, rumusan masalah penelitian
biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban
yang diberikan baru didasarkan faktor-faktor empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis
terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban empiris.
Berdasarkan pengertian hipotesis di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
1. Hipotesis I yaitu pencemaran udara yang terjadi disebabkan oleh debu-debu
hasil penambangan batu kapur
2. Hipotesis II yaitu terjadi masalah kesehatan oleh beberapa masyarakat akibat
pencemaran udara
3. Hipotesis III yaitu penambangan batu kapur menyebabkan beberapa dampak
merugikan baik terhadap masyarakat maupun lingkungan
D. Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini akan difokuskan pada dampak yang terjadi
akibat penambangan batu kapur terhadap lingkungan alam maupun
masyarakat. Dalam penelitian ini akan dil akukan proses wawancara
kepada beberapa orang sebagai informan dari penelitian ini, diantaranya
lurah Boneoge, salah satu pekerja yang bekerja di penambangan batu
kapur ini dan masyarakat yang tinggal disekitaran penambangan batu
kapur tersebut. Adapun mas yarakatnya akan dilakukan penelitian
disekitaran tambang dan akan dilakukan data di puskesmas terdekat
apakah ada penyakit yang disebabkan oleh debu -debu akibat
penambangan batu kapur ini. Berdasarkan uraian diatas maka kerangka pikir
dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

8
9
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif untuk
melihat pencemaran udara akibat penambangan batu kapur di Kelurahan Boneoge
Kecamatan Lakudo
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sugiyono (2011:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah batu kapur yang digunakan oleh
masyarakat di kelurahan boneoge Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah, yang
terbentang disepanjang pinggiran jalan poros wamengkoli yang digunakan sebagai
area pertambangan batu kapur untuk memenuhi kebutuhan hidup
2. Sampel
Sabar (2007) menjelaskan bahwa sampel adalah sebagian dari subjek dalam
populasi yang diteliti, yang sudah tentu mampu secara representative dapat mewakili
populasinya.
Dalam pengambilan sampel pada peneli tian ini, peneliti mengambil
teknik sampling sistematis. Sampling sistemati adalah teknik pengambilan
sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi urut.
Pada penelitian ini, ada 4 informan yang bertindak sebagai
sampel,sampel pertama adalah lurah kelurahan boneoge sendiri, sampel
kedua salah satu pekerja yang bekerja ditambang penambangan batu kapur
tersebut, sampel ketiga masyarakat yang tinggal disekitaran penambangan
batu kapur dan sampel terakhir adalah pihak puskesmas setempat untu k
mengetahui apakah ada dampaknya terhadap kesehatan masyarakat
setempat.

10
C. Desain penelitian
Desain penelitian ini berawal dari dari masalah yang bersifat
kuantitatif dan membatasi permasalahan yang ada pada rumusan masalah.
Rumusan masalah dinyatakan dalam kalimat pertanyaan, selanjutnya
menggunakan teori untuk menjawabnya. Sugiyono (2014, hlm. 23)
menyatakan bahwa desain penelitian harus spesifik, jelas dan rinci,
ditentukan secara mantap sejak awal, menjadi pegangan langkah demi
langkah. Desain penelitiab menghubungkan antara variable x dan variable
y yaitu variable bebas (x) adalah pencemaran udara dan variable (y)
adalah penambangan batu kapur.
X
Y Y
X1
X2 XY
X3

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka
teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, waw ancara,
angket dan dokumentasi. Namun dalam penelitian ini, pengumpulan data
yang dilakukan oleh peneliti melalu observasi, wawancara dan
dokumentasi.
1. Observasi
Obesrvasi bertujuan untuk mengamati subjek dan obejek penelitian,
sehingga peneliti dapat memah ami kondisi yang sebenarnya. Dalam
penelitian ini peneliti akan langsung mengamati secara langsung
dengan turun lapangan langsung dipenambangan batu kapur untuk
meninjau lokasi pengamatan yang ada di kelurahan Boneoge
Kecamatan Lakudo

11
2. Wawancara
Wawancara sebagai pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar
informasi dan ide melaluui Tanya jawab, sehingga dapat
dikontruksikan makna dalam suatu topik. Dalam penelitian ini
peneliti akan melakukan wawancara dengan 4 informan yang telah
dipilih. Lurah Kelurahan Boneoge sebagai informan pertama,
pertanyaan yang diajukan berupa pertanyaan -pertanyaan umum
mengenai penambangan batu kapur yang ada di Kelurahan
Boneoge. Informan kedua adalah salah satu pekerja dipenambangan
batu kapur. Informan ketiga adalah masyara kat yang tinggal
disekitaran area penambangan untuk mengetahui bagaimana
dampak fisik yang dirasakan dari proses penambangan ini dan
informan keempat adalah pihak rumah sakit untuk mengetahui
apakah ada masyakarakat yang dapat berobat penyakitnya
disebabkan oleh debu-debu akibat penambangan ini.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang biasa berbentuk
tulisan, gambar atau karya-karya. Dalam penelitian ini dibutuhkan
dokumentasi sebagai alat bantu untuk penelitian ini untuk menjadi
bukti bahwa telah benar di adakannya penelitian penambangan batu
kapur di kecamatan Lakudo. Tidak hanya itu tulisan pun
dibukitikan berupa hasil wawancara antara peneliti dengan para
informan yang telah dipilih oleh peneliti.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penenlitian adalah berupa proses pengumpulan data yang
akan dilakukan dalam penelitian ini yang meliputi tahap -tahap sebagai
berikut:
1. Proses memasuki lokasi penelitian
Sebelum memasuki lokasi penelitian untuk memperoleh data, pada
tahap ini terlebih dahulu peneliti m emperkenalkan diri dan
meminta izin kepada Lurah kelurahan Boneoge, Camat Lakudo,
pemiliki usaha penambangan batu kapur yang di kelurahan Boneoge
dan pihak informan lain yang terlibat dalam penelitian ini dengan
membawa sirat izin formal penelitian dari pe mbantu Dekan 1
12
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.
Setelah iu, peneliti mengutarkan maksud dan tujuan penelitian
untuk menciptakan kepercayaan kepada masing -masing pihak,
kemudia menentukan waktu melakukan wawancara.
2. Ketika berada dilokasi penelitian
Dalam hal ini peneliti berusaha menghubungkan secara pribadi dan
akrab dengan subjek penelitian, mencari informasi dan berbagai
sumber data yang lengkap serta berusaha menangkap makna dari
berbagai informasi yang diterima serta fenomena yang di amati.
Oleh karena itu, peneliti berusaha sebijak mungkin sehingga tidak
menyinggung informan secara formal maupun informal.
3. Pengumpulan data
Pada tahap ini, peneliti melakukan proses pengumpulan data yang
telah ditetapkan berdasarkan penelitian yang akan diteliti. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
 Observsi, tujuannya adalah untuk mengamati objek penelitian,
sehingga dapat memahami kondisi yang sebenarnya.
 Wawancara mendalam yang dilakukan kepada in forman dengan
cara melakukan Tanya jawab atau percakapan langsung dengan
seluruh sumber data yang ada berdasarkan daftar pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti sebagai panduan sumber data
 Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah belaku dan
berbentuk tuisan atau gambar yang berguna untuk memberikan latar
belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian yang dapat
dijadikan bahan triangilasi untuk mengecek data.
F. Teknik Analisis Data
Pengolahan dan analisi data dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengidentifikasi pencemaran udara yang terjadi akibat penambangan batu
kapur di Kelurahan Boneoge kecamatan Lakudo.
Adapun dalam penelitian ini ada beberapa teknik yang digunakan
dalam analisis data penelitian, yaitu sebagai berikut.

13
1. Uji Normalitas Data
Teknik analisis data yang pertam kali dilakukan adalah uji
normalitas data, uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui
apakah data yang dihasilkan berdisrtibusi normal atau tidak.
2. Uji koefisien korelasi
Jika dua variable memiliki hubungan antara variable bebas dengan
variable terkait , maka kemudian dinayatakan dengan koefisien
korelasi. Maka rumus yang digunakan adalah pearson Product
Moment, dengan rumus sebagai berikut:
NXY − (X)(Y)
𝑟𝑥𝑦 =
√{(NX 2 ) − (X 2 )}{(NY 2 ) − (Y 2 )}

Besarnya koefisien atau rhitung atau rruang antara dua variable lalu bandingkan
dengan rtabel. Untuk menguji hipotesis yang sudah diajukan apakah diterima atau
ditolak dengan langkah sebagai berikut.
1. Merumuskan :
Hi: terdapat keterkaitan antara pencemaran udara dengan penambangan
batu kapur
2. Nilai koefisien korelasi atau rhitung yang telah diperoleh melalui perhitungan
rumus Pearson Product Moment kemudian dibandingkan dengan rtabel.
Kriteriaa uji Hi diterima jika rhitung>rtabel
3. Koefisien determinasi. Apabila koefisien korelasi menghasilkan korelasi yang
signifikan maka besarnya kontribusi antara variabell dapat dicari dengan
menggunakan rumus koefisien determinasi sebagai berikut:
𝐷 = 𝑟 2 xy X 100%
Keterangan:
D : koefisien determinasi
r2xy : kuadrat koefisien korelasi

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Pengertian Penambangan. (Online), (http://id.wikipedia.org), diakses 1


Juni 2018
Anonim. 2009. Kategori C, Pertambangan dan Penggalian. (Online),
(http://www.bpkbn.go.id), di akses 2 Juni 2018
Anonim. 2009. Pengertian Batu Kapur, (Online), (http:/id.wikipedia.org), diakses 1
Juni 2018
Budiyono, Afif. 2001. Dampak Pencemaran Udara Pada Lingkungan. Berita
Dirgantara 2(1)

Dalili,Arifah. 2015. Pencemaran dan Jenis-jenisnya, informasi.hiburan.pendidikan,


(Online), (http://www.blogspot.com), diakses 3 Juni 2018.

Fatimah, Melida Rima. 2015. Pencemaran Udara Akibat Pengolahan Batu Kapur di
Dusun Desa Mangkung Open Praya Barat. (Online),
(http://www.scribe.com), di akses 2 Juni 2018
Khosiah, Nur. 2014. Dampak Penambangan Batu Kapur terhadap Lingkungan di
Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban. Swara Bumi e-Jurnal Pendidikan
Geografi FIS Unesa. 3(3)
Nadiva, Angela S.Z. 2017. Aktivitas Penambangan Batu Kapur di Desa Leran Kulon
Kecamatan Palang Kabupaten Tuban. AntroUnairDotNet. 6(1)39-49

15

Anda mungkin juga menyukai