TINJAUAN PUSTAKA
1. Anak
1.1. Definisi anak
Anak No. 23 pasal 1 tahun 2003), dalam keperawatan anak yang dimaksud
anak adalah seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun, anak
berada dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik fisik,
fase prenatal (masa kehamilan sampai anak dilahirkan), fase neonatal (usia 0-
28 hari), fase infant (usia 1-12 bulan), fase todler (usia 1-3 tahun), fase
prasekolah (usia 3-6 tahun), fase sekolah (usia 6-12 tahun), dan fase remaja
1.2.1. Bayi
a. Perkembangan psikososial
hubungannya dengan orang tua dan asuhan yang diterima anak. Rasa
semua fase. Kepercayaan memberi bayi perasaan nyaman dan aman secara
8 8
fisik, yang membantu mereka mengahadapi situasi tidak dikenal dan tidak
b. Perkembangan kognitif
c. Perkembangan sosial
interaksi anatara bayi dan pemberi asuhan utama. Menangis dan perilaku
2009).
1.2.2. Toddler
a. Perkembangan psikososial
tubuh dan lingkungannya. Pada fase ini, anak akan meniru perilaku orang
perasaan malu dan ragu akan timbul apabila anak dipaksa oleh orang
tuanya atau orang dewasa lainnya untuk memilih atau berbuat sesuatu
b. Perkembangan kognitif
tahap ini adalah fase sensorimotor dan prakonseptual. Fase sensori motor
atau dengar secara langsung daripada benda atau kejadian yang mereka
c. Perkembangan sosial
terhadap orang asing secara berbeda dibandingkan bayi. Orang yang tidak
1.2.3. Prasekolah
a. Perkembangan psikososial
apa yang ada di sekelilingnya. Anak usia prasekolah adalah pelajar yang
energik, antusias, dan memiliki imajinasi yang aktif, apabila orang tua
tidak dapat menerima imajinasi dan aktifitasnya maka anak akan merasa
(Muscari, 2005).
b. Perkembangan Kognitif
c. Perkembangan moral
apabila tindakannya benar, serta dapat membedakan antara benar dan salah
(Potter & Perry, 2009). Anak usia prasekolah berada pada tahap pra
pengendalian eksternal. Standar moral anak adalah apa yang ada pada
orang lain, dan anak mengamati mereka untuk menghindari hukuman atau
1.2.4. Sekolah
a. Perkembangan psikososial
memulai ketertarikan pada lawan jenis. Interaksi sosial lebih luas dengan
b. Perkembangan kognitif
c. Pekembangan moral
Pada saat pola pikir anak berubah dari egosentrisme ke pola pikir
kesadaran diri dan standar moral. Anak sekolah usia 6-7 tahun
mempercayai bahwa apa yang orang lain katakan pada mereka untuk
melakukan sesuatu adalah benar dan apa yang mereka pikirkan adalah
kesalahan atau akibat tindakan “buruk” yang dilakukan anak. Anak usia
sekolah yang lebih besar mampu menilai suatu tindakan berdasarkan niat
bersifat otoriter serta mulai berisi lebih banyak kebutuhan dan keinginan
d. Perkembangan sosial
adalah kelompok teman sebaya, selain orang tua dan sekolah. Kelompok
a. Perkembangan psikososial
unik dan terpisah dari setiap individu yang lain. Mereka menunjukkan
b. Perkembangan Kognitif
yaitu remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual yang
c. Perkembangan Moral
d. Perkembangan sosial
kuat dan sering kali merupakan suatu masa kesepian yang sama-sama kuat.
Penerimaan oleh teman sebaya, beberapa teman dekat, dan jaminan rasa
2. Rawat Inap
Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak saat rawat inap,
yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah. Stressor utama dari rawat
inap meliputi perpisahan, hilang kendali, cidera tubuh dan nyeri (Wong,
2009).
layanan kesehatan, dan status emosi anak (Price & Gwin, 2008 dalam Lestari,
terhadap koping, dan pengaruh budaya terhadap reaksi anak sakit (James &
Aswill, 2007 dalam Lestari 2013). Reaksi anak terhadap rawat inap menurut
penilaian sesuatu yang berbahaya, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan
tidak berdaya (Stuart & Sundeen, 1998). Pada kondisi cemas akibat
berteriak memanggil orang tua, menarik perhatian agar orang lain tahu
b. Fase putus asa, dimana tangisan akan berhenti, anak tampak tegang dan
muncul depresi yang terlihat yaitu anak kurang begitu aktif, tidak
tertarik untuk bermain atau terhadap makanan dan menarik diri dari
orang lain.
merupakan kesenangan.
2. Kehilangan Kendali
a. Bayi
penting yaitu rasa percaya yang dibangun melalui pemberian kasih sayang
harian bayi dapat menyebabkan rasa tidak percaya dan menurunkan rasa
b. Todler
maka dapat terjadi kemunduran terhadap kemampuan yang sudah dicapai atau
c. Prasekolah
d. Sekolah
kegiatan mandi di tempat tidur, penggunaan kursi roda atau brankar dapat
berespon dengan sangat baik terhadap prosedur apa pun (Wong, 2003).
e. Remaja
dengan penolakan, tidak mau bekerjasama atau menarik diri. Mereka berespon
dengan pengkuan diri, marah atau frustasi sehingga staf rumah sakit sering
menganggap remaja sebagai pasien yang sulit dan tidak dapat diatur.
a. Bayi
tentang sakit berkaitan dengan ketakutan terhadap cedera tubuh tidak ada hasil
temuannya pada anak-anak yang belum dapat bicara. Indikator distress yang
b. Todller
anak dalam kelompok usia ini terus bereaksi dengan kemarahan emosional
yang kuat dan resistensi fisik terhadap pengalaman nyeri baik yang aktual
c. Prasekolah
dimana mereka percaya bahwa sakit yang alami disebabkan pikiran atau
dengan nyeri saat jarum dicabut dan takut intrusi atau pungsi pada tubuh tidak
Reaksi terhadap nyeri cenderung sama dengan reaksi anak usia todler,
akan tetapi anak usia prasekolah memiliki respon yang lebih baik ketika
d. Sekolah
efek prosedur dan prosedur yang menyakitkan atau tidak. Anak usia sekolah
mencoba bertindak berani dengan meringis atau berteriak. Anak usia sekolah
dan tampak tidak begitu takut jika mereka mengetahui apa yang akan terjadi
dan sebaliknya anak yang lain berusaha untuk mendapatkan kendali dengan
e. Remaja
3. Atraumatic care
menyediakan ruang untuk orang tua dan anak tinggal bersama dalam satu
mengganggu seperti rasa sakit, bunyi keras, cahaya yang menyilaukan atau
meminimalisasi stres psikologi dan fisik yang dialami oleh anak dan
dengan upaya mengatasi masalah yang timbul baik pada anak maupun orang
dilakukan dengan membangun hubungan yang baik antara anak dan orang tua
prosedur yang tidak dikenalinya, memfasilitasi orang tua berada didekat muka
sampai anak tertidur setelah diberikan anestesi (Gauderer, Lorig & Eastwood,
jadwal yang konsisten dan memberikan saran secara langsung terhadap proses
2009).
(Wong, 2009).
orang tua dan memberi analgesik (Catudal, 1999). Pemberian sukrosa atau
EMLA pada bayi saat dilakukan pengambilan sampel darah (Joseph & Ulrich,
2007).
cedera tubuh dan rasa nyeri dilakukan dengan cara mempersiapkan psikologis
anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang menimbulkan rasa nyeri
cepat akan tetapi dapat dikurangi dengan berbagai teknik misalnya distraksi,
nyeri lebih dapat ditoleransi dan menurunkan kecemasan (Vessey dan Carlson,
sesuai dengan kebutuhan anak seperti memasang spalk tangan, dan mengatur
jam tindakan perawatan 60-120 menit sebelum anak tidur (Joseph & Ulrich,
2007).
hubungan orang tua dengan anak selama rawat inap, persiapan anak sebelum
rasa takut, suara bising, bau yang tidak sedap, bersikap empati kepada
yang sering dilakukan pada perawatan anak di rumah sakit. Adanya prosedur
berupa nyeri dan trauma psikologis seperti rasa cemas, takut, marah, dan
tentang rumah sakit, untuk itu perlu ada cara agar tindakan invasif menimbulkan
trauma yang minimal. Berbagai upaya dilakukan oleh perawat untuk mengurangi
efek trauma pada anak akibat prosedur invasif. Tindakan yang dilakukan perawat
sebagai berikut :
secara intradermal dekat vena dengan jarum 30G) untuk mengebaskan kulit.
ditusuk.
berteriak).
Metode yang lain misalnya: tempatkan kompres dingin atau es batu yang
dibungkus, di area injeksi kira-kira satu menit sebelum injeksi, atau berikan
sakit dan nyeri apabila anak merasakannya. Dorong keberadaan orang tua atau
anak hanya bilaa diperlukan agar prosedur dapat dilakukan dengan aman.
3) Anjurkan orang tua untuk menyamankan anak dan memuji anak setelah
tindakan keperawatan.
sebagai berikut :
1) Bina hubungan dengan anak dan orang tua. Beri tahu mereka tentang terapi
Berikan anak kerangka waktu yang dapat ia pahami, seperti waktu yang
3) Jika memungkinkan pilih lokasi menggunakan vena tangan dan bukan vena
pergelangan tangan atau lengan atas untuk mengurangi risiko flebitis. Hindari
penggunaan vena ekstremitas bawah dan area fleksi sendi jika memungkinkan
komplikasi lainnya.
6) Gunakan sawar, seperti perban atau waslap atau lengan baju gaun anak
7) Jika vena sulit ditemukan, gunakan peralatan untuk membuat vena terlihat
jelas.
8) Lakukan hanya dua kali upaya untuk mendapatkan akes IV, jika tidak
berhasil setelah dua kali upaya, biarkan individu lain melakukan dua kali
upaya untuk mengakses lokasi IV. Jika masih tidak berhasil, evaluasi
9) Dorong partisipasi orang tua jika tepat dalam membantu memposisikan anak
10) Lindungi lokasi dari benturan dengan menggunakan alat balutan IV House.