Can there be a joint venture between urban history and urban morphology? ( Sylvain
Malfroy, Laboratoire d’histoire de la ville et de la pensee urvbanistique (LHV PU/ENAC,
Ecole Polytechnique Federal de Lausannes, Batiment polyvalent , CH 1015 Laussan,
Switzerland. Email: sylvain.malfroy@epfl.ch)
Kota Kolonial Lama Semarang (Tinjauan Umum Perkembangan Arsitektur Kota, L.M.F
Purwanto Staff Prengajar Jurusan Arsitektur Fakultus Teknik Universitas Katolik
Sugijopranoto, Email. : purwanto@gmx.de)
OLEH :
1
1. Pendahuluan.
Dalam hal ini juga menjelaskan sejarah kota dengan mendorong kerjasama untuk
merekontruksi ulang pembangunan dan mencegah hal-hal buruk yang pernah terjadi
dengan melakukan inovasi-inovasi sebagai cara menjaga keberlanjutan suatu wilayah
kota.
2. Deskripsi Jurnal.
Jurnal-jurnal yang dideskripsikan pada review ini terdiri dari Jurnal The History Of
Urban Morphology (Bernard Gauthiez, 2004) merupakan jurnal yang diangkat di forum
internasional perencanaan Vol. 8 dan halaman 71-89 dan critical review Jurnal (Sylvain
Malfroy, 2004) Merupakan review dari jurnal The History Of Urban Morphology dengan
Vol.8 dan halaman 114-118. Sebagian besar bahasan dalam jurnal ini berkaitan dengan
beberapa negara seperti Inggris dan Italia yang melakukan perancangan kota yang
melihat sejarah perang dunia dan penjajahan kolonial dalam pembentukan kota
sedangkan Jurnal Kota Lama Semarang (L.M.F Purwanto, 2005) dengan Vol.33 dan
halaman 27-33 membahasas bahasan yang sama tapi sebab faktor yang ada lebih ke
penjajahan kolonial.
Ada lagi faktor-faktor utama pembahasan Jurnal-jurnal yang ada yaitu menyangkut
pembentukan morfologi kota akibatan aktifitas aktif manusia baik dalam bidang ekonomi
dan politik (pemerintahan). Jurnal Urban Historis Of Planners (Carl About, 2006)
merupakan jurnal dari Planning History Vol. 5 dan halaman 301-313 juga jurnal dengan
bahasan yang sama yaitu Jurnal dari dimensi teknik arsitektur, Kawasan “Pusat Kota”
Dalam Perkembangan Sejarah Perkotaan di Jawa. ( Rully Damayanti dan Hndinoto,
2005) dengan Vol. 33 dan halaman 34-42).
3. Pembahasan
2
mempunyai susunan struktur yang beda dalam penelitian tersebut tetapi hasil dari
interprestasinya tidak terlalu jauh berbeda. Beberapa penelitian yang lebih dulu
menyinggung tentang sebuah dampak yang terlupakan dizaman sekarang namun
sangat berpengaruh pada wilayah sejarah hal tersebut adalah perubahan morfologi
yang terjadi juga lebih dikhusukan bagaimana bentuk kota pasca perang dunia.
4. Sintesa.
Sejarah perkotaan memang tidak terlepas dari segala perhatian tentang bentuk kota
terkini bahkan masih ada pula yang turut mengenangkan kehadiran sejarah. Namun
dalam bentuk tata kota sejarah-sejarah tersebut justru menjadi tolak ukur sebagai
perencanan sekarang dan kedepan untuk mencapai kebutuhan dan keberlanjutan.
Ada beberapa faktor yamg mempengaruhi bentuk kota baik dalam perubahn
morfologi akibat kajadian dahulu maupun akitivitas-aktivas dalam perhatian
pemerintahan dan perekonomian yang ada.
4a. Faktor sejarah panjang perubahan morfologi akibat Perang Dunia dan
Penjajahan.
3
besar perumahan pasca perang dan penjajahan yaitu menjadi hal-hal yang
diperhitungkan desain perencanaan yang baru.
Dimana hanya da 2 katalog hasil yang timbul dari guna perubahan morfologi
yang ada yaitu menjadi antisipasi pembangunan selanjutnya dan menjadi antisipas
apabila ada penyerangan dikemudian hari. Bentuk kota yang sesuai dengan
kedudukan kolonial zaman dulu memberikan nilai sejarah yang tinggi dimana
kebanyakan sampai saat ini masih dibudayakan bentuk-bentuk yang namun banyak
pula yang berubah karena kebutuhan aktivitas manusia saat ini.
Rencana yang ada dari abad ke-18 tentang bentuk-bentuk kota yag envolving
dan berkaitan dengan bentuk kontenporer. Identitas dan otoritas politik yang
menjalankan aspek penting di Kota AS yang pertama kadang-kadang diproduksi
dalam generasi permukiman pertama di kota ini, beberapa jurnalis promotor
meriwayatkan perubahan ekonomi dan pemerintah (politik) yang mendukung cerita
dengan statistik populasi, perdagangan, manufakur, fasilitas-fasilitas umum yang
menujukan pertumbuhan dalam jumlah yang tinggi secara keseluruhan keterkaitan
sunggu nampak dimana bentuk kota terpengaruh juga dengan faktor pemerintahan
yang ada. Dalam hal ini pertama sejarah kota menyediakan alat untuk kepemimpinan
kewarganegaraannya,dan yang kedua membentuk monument yang sama.
Rencana bangunan kotak dan jalanan untuk menghargai struktur ruang dan
menunjukan bahwa konstruksi menjukkan tata letak kota untuk dilihat sebagai hasil
dari banyak perturan terisolasi dan individual, dimana rencana yang mendukung
pemikiran ini adalah rencana arkeologi. Bentuk sejarah perkotaan ini juga disebut-
sebut oleh seorang guru besar sekolah Strassburg, (Fritz, 1894) mengatakan bahwa
dari pengamatannya meskipun kota-kota telah menghasilkan cukup banyak literature
sejarah, khusunya dibidang hukum praktisi pasti tidak ada yang tau secara jelas dan
tepat badan fisik kota itu sendiri beserta karakteristik rencananya disisi lain justru
disinyalir oleh (McGee, 1991) bahwa bentuk kota justru menhgalami pergeseran
fungsi dimana kota-kota besar menjadi pusat manufakur dalam kegiatan jasa dan
keuangan. Dalam hal ini jelas dapat diseimpulakan bahwa hukum-hukum
(pemerintah) dapat memepengaruhi bentuk kota dari berbagai kebijakan yang ada
namun kebutuhan dan sebuah pusat manufakur juga mempegaruhi bentuk kota dari
aktivitasnya.
Wade menekan 2 issu luas terkait dalam bentuk perkotaan : (1) Proses internal
pembentukan institusi, yaitu pemerintahan dan nirlaba yang mengklaim untuk
berbicara mewakili semua warga dengan kebijakan yang ada dan (2) Hubungan
4
ekonomi dan politik eksternal kota, termasuk interaksi antara pembangunan kota dan
pembangunan bangsa. Hal ini pula yamg menjadi alat ukur pembangunan kedepan
sebagai cara memperoleh hal keberlanjutan.
Masalah yang dibahas dalam buku-bulu semi popular seperti permainan inside
atau Off Game David Rusk, Metropolitik Myron Oefield dan visi baru Anthony Downs
untuk Metropolitan Amerika, berpendapat bahwa ada cara menghidupkan
metropolitan sebagai etis dengan membuat kolektivitas sosial dan politik kongruen
dengan unit ekonomi funsional, cara historis pada topik semacam itu
menghubungkan sejarah kota tidak hanya untuk perencanaan tetapi juga untuk
ekonomi, sejarah dan studi politik. Namun terlepas dari hal tersebut perjalanan
sejarah memperlihatkan bahwa pelaksanaan yang terbaik dalam
pembangunasebuah kota, adalah dibawah pemerintahan otoriter atau kekuasahan
yang absolut (Catanese, 1988). Dalam perbandingkan tersebut pernyataan terkait
yang ada bahwa politik di zaman ini lebih membuka ruang bagi semua aspek yang
ada dibandingkan dahulu dimana semuanya tunduk dibawah otoriter kekuasahaan.
Membingkai sejarah perencanaan sadar diri ada cerita yang lebih besar tentang
interaksi faktor sosial, budaya, dan ekonomi dalam pembentukan lingkungan binaan
sebanarnya proses ini telah belajar banyak dari geografi perkotaan dan studi budaya
popular serta budaya rakyat. Sejarawan lansekap JB Jackson mengatakan semakin
banyak pengetahuan sejarah yang meneliti cara-cara dimana kota dan lingkungan
dibentuk oleh kelompok dan budaya di semua kelas tidak hanya dari Las Vegas tapi
juga dari Lubbock seperti yang pernah disarankan Jackson, sedangkan di Indonesia
tentang kota-kota besar dan daerah kabupaten justru dikembangkan sebagai pusat
kota dengan tidak hanya melakukan pembangunan kembali namun juga
memperhatikan desain baru, rencana pelaksana dan lingkungan sekitar sehingga
berkelanjutan, jadi ada 2 hal berberda yaitu mengembangkan bentuk kota dari
sejarah perkonomian dan mendesai ulang kota demi keberlanjutan.
5. Kesimpulan.