ABSTRAK
Tempat kerja yang nyaman merupakan salah satu faktor penunjang gairah kerja.
Lingkungan kerja yang panas dan lembab akan menurunkan produktivitas kerja, juga
akan membawa dampak negatif terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Suhu panas
terutama berakibat menurunkan prestasi kerja berfikir. Penurunan kemampuan berfikir
terjadi sesudah suhu udara melampaui suhu 32⁰C. Suhu dilingkungan area furnace
sebesar 34,9⁰C, melebihi NAB yang distandarkan sebesar 30,5⁰C. Tujuan dari
penelitiaan ini adalah untuk menganalisis pengendalian heat stress pada tenaga kerja
dibagian furnace PT.X Pangkalpinang Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam pada 8 informan
utama, 5 orang tenaga kerja dibagian produksi dan 3 orang dari manajemen. Analisa
data menggunakan metode content analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua
informan mengungkapkan suhu dilingkungan kerja area tanur panas sesuai dengan hasil
pengukuran suhu dilapangan sebesar 34,9⁰C melebihi ambang batas yang distandarkan,
pengendalian heat stress dengan training (pendidikan atau latihan tentang pengendalian
heat stress dan mengendalikan resiko tekanan panas) belum rutin dilaksanakan,
pengendalian dengan penggantian cairan sudah disediakan oleh perusahaan tetapi
aturan dan pola konsumsi belum dilaksanakan, pengendalian dengan aklimatisasi belum
dilaksanakan diperusahaan.
Kata Kunci: heat stress, pengendalian, pekerja
ABSTRACT
Comfortable workplace is one of the factors supporting morale. The work environment is
hot and humid will reduce labor productivity, it will also have negative impacts on health
and safety. Warmer temperatures result in lower performance primarily thinking.
Decreased ability to think happened after the temperature has exceeded 32⁰ C. The
temperature within the furnace area of 34.9⁰ C, which exceeds the standardized NAV of
30.5⁰ C. The purpose of this is to research analyze control of heat stress on the workforce
section furnace PT.X Pangkalpinang Bangka Belitung. This study used a qualitative
approach with in-depth interviews on 8 key informants, 5 labor section of the production
and management 3. Analysis of the data using content analysis. The results showed that all
informants reveal the temperature within the furnace hot work area in accordance with the
results of temperature measurements in the field at 34.9⁰ C exceeds the threshold
standardized, control heat stress with training (education or training on heat stress control
and controlling the risk of heat stress) is not routinely executed, control with fluid
replacement has been provided by the company but the rules and patterns of consumption
150
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 2 / Januari 2017
have not been implemented, control with acclimatization yet implemented in the company .
Keywords: heat stress, control, worker
151
Pengendalian Heat Stress pada tenaga….. (Gita Fajrianti, Zahroh S, Daru L)
152
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 2 / Januari 2017
dalam penelitian ini yaitu dengan tenaga kerja dibagian produksi, Kepala
mengumpulkan data primer dan sekunder. tehnik tambang, Manajer produksi dan Ahli
Pengumpulan data primer dilakukan K3.
dengan wawancara mendalam (indepth Reliabilitas atau tingkat ketepatan,
interview). Wawancara dilakukan dengan dalam penelitian ini auditing yang
menggunakan pertanyaan terbuka yang dilakukan peneliti dengan cara yaitu
dilakukan oleh peneliti sendiri tanpa dengan memeriksa, menyeleksi dan
bantuan dari orang lain, dimana jadwal mengelompokkan data hasil wawancara
wawancara sudah dibuat berdasarkan dengan menanyakan pertanyaan yang sama
kesepakatan antara responden dan peneliti. untuk informan tenaga kerja dan pertanyaan
Alat bantu yang digunakan peneliti pada yang sama untuk informan dari manajemen,
saat melakukan wawancara berupa alat yang disesuaikan dengan topik-topik
tulis, tape recorder untuk mencatat dan penelitian.
merekam informasi yang diperoleh, dan
kamera. Data sekunder diperoleh melalui HASIL PENELITIAN DAN
data – data dari perusahaan serta data awal PEMBAHASAN
hasil pengukuran iklim kerja. Karakteristik informan dalam
Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini, dimana informan utama
penelitian ini menggunakan metode content dalam penelitian ini berjumlah 8 orang. 5
analysis (analisis isi) yaitu pengumpulan orang tenaga kerja di bagian produksi, dan
data, reduksi data, verifikasi kemudian 3 orang dari manajemen. Usia tenaga
disajikan dalam bentuk deskriptif, kerja yang khusus dibagian produksi antara
kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. 28 sampai 46 tahun dengan lama kerja
Setelah itu dilakukan validitas yaitu derajat antara 1 sampai 3 tahun dan tingkat
ketepatan antara data yang terdapat pendidikan dari SMP sampai SLTA
dilapangan tempat penelitian dan data yang sederajat. Sedangkan 3 orang dari pihak
dilaporkan oleh peneliti. Validitas pada manajemen, usianya antara 24 – 60 tahun
penelitian ini dilakukan dengan triangulasi, dengan lama kerja antara 1 - 3 tahun dan
yaitu teknik pemeriksaan data yang tingkat pendidikan Diploma 3 - Strata1.
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data Informan dari manajemen bekerja
itu untuk keperluan pengecekkan atau non shift dengan jam kerja mulai jam
sebagai pembanding terhadap data itu. 08.00 – 16.00. Informan dari tenaga kerja
Triangulasi sumber dilakukan dengan dibagian produksi menjalankan proses
wawancara mendalam kepada 5 orang produksi dengan sistem kerja shift yang
153
Pengendalian Heat Stress pada tenaga….. (Gita Fajrianti, Zahroh S, Daru L)
terbagi dalam 3 shift dengan lama kerja 8 memerlukan suhu panas dengan titik lebur
jam. Shift pagi dari pukul 07.00 – 15.00, 1300⁰C. Tenaga kerja yang bekerja
shift sore dari pukul 15.00 – 23.00, dan dibagian produksi, tubuhnya akan
shift malam dari pukul 23.00 – 07.00. mengeluarkan suhu panas karena proses
Pembagian shift kerja selama 1 minggu metabolisme. Kontribusi kombinasi dari
yaitu : 2 hari shift pagi, 2 hari shift sore, 2 suhu panas tubuh dengan suhu panas dari
hari shift malam dan 1 hari off. iklim kerja ini disebut heat stress atau
tekanan panas. Suhu panas ini akan
Heat Stress diarea Furnace menurunkan produktivitas yang akan
Suhu di lingkungan kerja area membawa dampak negatif terhadap
furnace tergolong kategori panas, dengan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja.
temperatur di tempat produksi area furnace Hasil wawancara kepada informan
sebesar 34,9⁰C dan di area tapping 34,6⁰C. tenaga kerja, pada waktu melakukan
Suhu ini melebihi nilai ambang batas yang aktivitas, mereka merasakan gejala-gejala
diperkenankan menurut peraturan Menaker seperti: panas, keringat berlebihan, badan
No.Per.13/Men/X/2011 dimana NAB iklim lemas, mata berkunang-kunang, ada satu
kerja bagi pekerja yang pengaturan waktu informan yang pernah merasakan pusing,
kerja setiap jam nya 0%-25% adalah mual dan pernah muntah, akibat dari panas
sebesar 30,5⁰C. Suhu panas ini dikarenakan tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh
dari aktifitas proses peleburan timah, informan dalam petikan wawancara berikut
dimana untuk mendapatkan timah yang cair ini :
“ Panas, pasti panas soalnya timahkan harus panas untuk lebur 1600⁰C an,
kurang menyenangkanlah yang jelas panaslah, rasa ditubuh perubahan tubuh
dadakan dari panas ke suhu biasa diluar tanur (furnace) atau dari suhu biasa ke
panas, dari tanur ke luar tanur , badan e dak nyamen (badannya ngak nyaman) ,
dak enak jadi dibadan , lemas, keringat becucuran... “ (IU1)
154
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 2 / Januari 2017
tenaga kerja yang bekerja dilingkungan ketidaknyamanan. Rasa tak nyaman penting
tempat kerja tersebut sebagai beban panas dalam biologis, karena menyebabkan orang
tambahan (disamping beban panas yang mengalami langkah-langkah untuk
dihasilkan tubuh sebagai akibat mengembalikan keseimbangan suhu.
pelaksanaan kerja), yang dapat Penyimpangan dari batas kenyamanan suhu
mengakibatkan banyak pengaruh negatif menyebabkan perubahan secara fungsional
kepada tenaga kerja baik yang berupa yang meluas. Kelewat panas akan
gangguan pekerjaan (pelaksanaan kerja) menyebabkan capek dan ngantuk yang
maupun gangguan kesehatan, yang berupa mengurangi prestasi dan meningkatkan
gangguan pekerjaan termasuk : kepala frekuensi kesalahan. Iklim kerja merupakan
pusing, mata berkunang-kunang, perut salah satu aspek yang cukup penting dalam
mual, berkeringat, dan cepat lelah suatu perusahaan. Iklim yang tidak tepat
(Suma’mur, 1996) dapat menimbulkan gangguan kesehatan
Hasil wawancara mendalam kepada pada tenaga kerja, yang pada akhirnya akan
pihak manajemen bahwa manajemen menurunkan produktivitas.
menyadari adanya lingkungan kerja yang Sistem kerja yang dilakukan oleh
panas. Suhu di tempat kerja yang panas ini tenaga kerja pada saat melakukan aktivitas,
dikarenakan dari proses produksi yang tenaga kerja bekerja secara bergantian, hal
mengharuskan adanya proses panas. Untuk ini bertujuan untuk mengurangi paparan
peleburan suhu di dalam tanur 1300⁰C panas. Pergantian ini merupakan inisiatif
yang pada akhirnya dari proses peleburan sendiri dari pekerja tidak ada standar dan
ini akan mendapatkan hasil berupa timah aturan dari manajemen yang mengaturnya.
cair. Oleh karena itu suhu yang panas ini Pada kegiatan pengkajian resiko
tidak bisa dihindari oleh pekerja dibagian (risk assesment), hirarki pengendalian
produksi. (hierarchy of control) merupakan salah
Manusia merasa nyaman bekerja satu hal yang sangat diperhatikan.
pada temperatur udara sekitar 20⁰C dan Pemilihan hirarki pengendalian
27⁰C dan dalam situasi humiditas berkisar memberikan manfaat secara efektifitas dan
35% sampai 60% (CCOHS, 2001). efesiensi sehingga resiko menurun dan
Kebanyakan orang tidak menyadari tentang menjadi resiko yang bisa diterima
kondisi suasana nyaman dalam ruangan. (acceptable risk) bagi suatu organisasi.
Hanya bila kondisi ini menyimpang dari Dalam perusahaan ini, hirarki pengendalian
batas kenyamanan, kita akan mengalami yang dapat dilakukan adalah dengan cara
administratif control ditujukan
155
Pengendalian Heat Stress pada tenaga….. (Gita Fajrianti, Zahroh S, Daru L)
pengendalian dari sisi orang yang akan setelah melakukan aktivitas yang terpapar
melakukan pekerjaan, dengan dikendalikan suhu panas, dalam hal ini dimaksudkan
metode kerja diharapkan orang akan untuk penguapan karena berkeringat
mematuhi, memiliki kemampuan dan banyak.
keahlian cukup untuk menyelesaikan Tekanan panas juga berpengaruh
pekerjaan secara aman. Jenis pengendalian kepada tingkah laku tenaga kerja, tingkah
yang dapat dilakukan diperusahaan ini laku yang umumnya dihubungkan dengan
adalah bagian manajemen membuat, tekanan panas adalah upaya untuk
mengatur dan mengawasi dengan teratur mengurangi pemajanan, seperti membuka
pergantian kerja setiap tenaga kerja dengan baju yang dimaksudkan untuk
cara minimalisir waktu paparan terhadap meningkatkan penguapan dari tubuh,
panas yang berguna untuk mengurangi melambatkan gerakan saat bekerja atau
interaksi paparan panas dengan tenaga istirahat sebentar untuk menurunkan
kerja. kecepatan metabolisme (Moeljosoedarmo,
Lingkungan kerja yang panas akan 2008).
menurunkan produktivitas kerja, juga akan
membawa dampak negatif terhadap Pengendalian Heat Stress dengan Cara
kesehatan dan keselamatan kerja, hal ini Training
bila tidak dilakukan upaya pengendalian Metode pengendalian heat stress
akan menimbulkan gangguan terhadap salah satunya dengan cara training yaitu
suasana kerja dan berpengaruh terhadap berupa pendidikan atau pelatihan
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. mengendalikan tekanan panas dan resiko
Pengendalian suhu panas yang panas dilingkungan kerja yang beriklim
dilakukan oleh tenaga kerja berdasarkan panas.
hasil wawancara mendalam kepada Hasil penelitian, pelaksanaan
informan adalah tenaga kerja mencari pengendalian heat stress pada tenaga kerja
tempat yang dingin atau mencari angin dengan cara training (pendidikan/latihan)
segar disekitar tempat kerja setelah diperusahaan yang sudah dijalankan berupa
melakukan aktivitas yang berhubungan safety induksi untuk tenaga kerja baru.
dengan panas, seperti memasukkan material Untuk tenaga kerja lama, ada yang pernah
ke dalam tanur/furnace, melakukan mengikuti training tentang penanggulangan
rubbling, dan melakukan tapping. Upaya kebakaran yang diberikan oleh dinas
lain yang dilakukan 3 dari 5 informan pemadam kebakaran dan pelatihan tentang
tenaga kerja adalah dengan membuka baju P3K yang disampaikan oleh dokter
156
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 2 / Januari 2017
157
Pengendalian Heat Stress pada tenaga….. (Gita Fajrianti, Zahroh S, Daru L)
program diwilayah kerjanya (Pranoto, Said, haus saja dan biasanya setelah melakukan
2008) aktivitas yang terpapar dengan suhu panas
seperti memasukkan material ke dalam
Pengendalian heat stress dengan tanur, melakukan rubbling dan tapping. 1
penggantian cairan dari 5 informan mengungkapkan bahwa
Berdasarkan hasil penelitian dan setelah melakukan aktivitas, minum bisa
observasi dilapangan, bahwa upaya mencapai 5 gelas (1000cc). Konsumsi
pengendalian dengan penggantian cairan cairan tenaga kerja rerata selama 8 jam
yang dilaksanakan dilingkungan kerja adalah 1600 – 2200 cc.
perusahaan dengan selalu menyediakan air Kehilangan air yang banyak dari tubuh
minum untuk tenaga kerja dan disediakan dalam bentuk keringat adalah untuk tujuan
dilingkungan tempat kerja. pendinginan dengan penguapan.
Air minum harus disediakan bagi Kehilangan dapat mencapai 6 liter air
tenaga kerja yang bekerja dilingkungan dalam 1 hari. Air yang hilang ini harus
kerja panas, dengan cara seperti itu mereka diganti dengan minum air dingin atau
di dorong untuk minum dalam jumlah minuman yang berasa seperti es teh encer,
sedikit–sedikit tapi sering dilakukan, atau dengan rasa jeruk atau cairan minuman
misalnya 1 gelas (200 cc) setiap 20 – 30 yang dijual (minuman yang mengandung
menit (moeljosoedarmo,2008). Sebagai elektrolit). Air minum harus disediakan
pengganti cairan yang hilang kebutuhan air bagi tenaga kerja yang bekerja
dan garam perlu mendapat perhatian. dilingkungan panas, dengan cara seperti itu
Dalam lingkungan kerja yang panas dengan mereka di dorong untuk minum dalam
jenis pekerjaan berat diperlukan sekurang– jumlah sedikit–sedikit tapi sering dilakukan
kurangnya 2,8 liter air minum bagi seorang (moeljosoedarmo, 2008).
tenaga kerja (suma’mur, 1981). Dari hasil penelitian semua
Air minum merupakan unsur informan mengungkapkan, untuk
pendingin tubuh yang penting dalam instruksi/cara atau anjuran untuk pola
lingkungan panas terutama bagi tenaga minum di lingkungan kerja yang panas,
kerja yang terpapar oleh panas yang tinggi tidak ada petunjuk atau anjuran minum
sehingga banyak mengeluarkan keringat untuk tenaga kerja, inisiatif dari tenaga
(suma’mur, 2003) kerja tersebut kalau haus mereka minum
Hasil wawancara mendalam kepada sendiri.
informan bahwa, kebiasaan yang dilakukan Menurut Siswanto, kebiasaan
oleh tenaga kerja adalah minum pada saat minum hanya ketika haus kurang baik
158
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 2 / Januari 2017
karena respon haus seseorang lebih lambat pada pola 1 pekerja minum seperti biasa
daripada defisit cairan. Bagi tenaga yang tidak dilakukan intervensi apapun oleh
bekerja pada lingkungan panas sebaiknya peneliti, pada pola 2 pekerja diberikan air
minum sesering mungkin tanpa menunggu minum 250 ml perjam sesuai dengan
haus, dianjurkan minum 200 – 300cc setiap perkiraan kebutuhan air pada lingkungan
30 menit sekali agar cairan tubuh selalu kerja panas dan didapatkan hasil bahwa
dalam keadaan seimbang (siswanto,1991). konsumsi air minum pola 2 memberikan
Air minum sebaiknya diberikan dalam kontribusi yang positif terhadap tekanan
jumlah kecil tapi frekuensinya lebih sering, darah pekerja sehingga dapat memperbaiki
dengan interval 20 – 30 menit dengan suhu penurunan tekanan darah pekerja akibat
optimum air adalah 10⁰C - 21⁰C bekerja dilingkungan kerja yang panas
(almatsier,2003) (suwondo,lestantyo, 2008)
NIOSH menyarankan agar tenaga Bagi tenaga kerja yang belum
kerja minum sebanyak 150 – 200cc setiap beraklimatisasi sebaiknya air minum
15 – 20 menit. Air minum sebaiknya mengandung garam dengan kadar 0,2%,
disimpan ditempat dingin dan ditempatkan sedang bagi tenaga kerja yang sudah
dekat dengan tempat kerja sehingga tenaga beraklimatisasi kadar garam dalam air
kerja dapat mengambil tanpa meninggalkan minum sebesar 0,1%. Menurut Ramsey
lingkungan kerja. tenaga kerja yang hanya pemberian tablet garam dapur tidak
minum bila merasa haus saja tidak akan dianjurkan, sebaiknya garam ditambahkan
memberikan hasil yang memuaskan pada makanan saja, karena pemberian
(moeljosoedarmo, 2008). garam melalui air minum ternyata
Hasil penelitian dari Triyanti pada menyebabkan beberapa orang merasa mual,
pekerja binatu dan dapur hotel X bahwa sehingga akibatnya para tenaga kerja akan
sebanyak 29,3% pekerja mengalami mengurangi minum (moeljosoedarmo,
kristalisasi urin dengan jenis kalsium 2008)
oksalat, asam urat dan amorf phospat, Penyediaan air minum adalah salah
secara statistik terdapat hubungan yang satu bentuk sarana prasarana yang
signifikan antara variabel kebiasaan minum disediakan oleh perusahaan untuk
dengan terjadinya kristalisasi urin (Triyanti, kebutuhan tenaga kerja apalagi pekerja
2008). yang bekerja dilingkungan kerja yang
Hasil penelitian dari Suwondo, dkk panas, hasil observasi dan wawancara
dengan metode quasi eksperimen yaitu mendalam yang peneliti lakukan,
perusahaan menyediakan air minum dan
159
Pengendalian Heat Stress pada tenaga….. (Gita Fajrianti, Zahroh S, Daru L)
selalu ada stok nya. Hal ini adalah salah mendapatkan pengarahan langsung bekerja
satu usaha yang dilakukan perusahaan sesuai jam kerja yaitu 8 jam kerja.
untuk upaya pengendalian panas dengan Menurut J. Ramsey lama adaptasi
penggantian cairan untuk tenaga kerja, dapat dicapai dalam 5-7 hari, aklimatisasi
hanya saja cara/ instruksi atau anjuran pola menjadi maksimal setelah 12-14 hari. Bagi
minum yang sebaiknya untuk tenaga kerja tenaga kerja baru, maka proses aklimatisasi
yang belum ada. Untuk itu pihak sebaiknya dilangsungkan secara bertahap
manajemen sangat mengharapkan adanya sebagai berikut: Pada hari pertama selama 2
masukkan dari peneliti untuk anjuran atau jam, disini proses aklimatisasi baru 20%,
cara sebaiknya untuk penggantian cairan. dan proses ini ditingkatkan pada hari-hari
kerja berikutnya. Pada hari kedua tenaga
Pengendalian Heat Stress dengan Cara kerja bekerja dilingkungan tempat kerja
Aklimatisasi yang panas selama 4 jam, (aklimatisasi
Berdasarkan hasil penelitian dengan dinaikkan dari 20% menjadi 40%).
wawancara mendalam terhadap semua Sedangkan pada hari ketiga tenaga kerja
informan, aklimatisasi atau penyesuaian bekerja selama 6 jam (aklimatisasi
tubuh terhadap tenaga kerja belum mencapai 60%). Demikian seterusnya,
dilaksanakan. Untuk Aklimatisasi atau sehingga akhirnya pada hari ke lima,
penyesuaian tubuh tenaga kerja sebaiknya aklimatisasi telah mencapai 100% (tenaga
dilakukan secara bertahap. Hasil kerja bekerja dilingkungan tempat kerja
wawancara kepada informan dari tenaga panas selama 8 jam atau selama 1 shift
kerja dan dari manajemen bahwa tenaga kerja) (moeljosoedarmo, 2008).
kerja yang baru biasanya diberi Setiap calon tenaga kerja yang akan
pengarahan terlebih dahulu, melalui bekerja dilingkungan tempat kerja panas
pengenalan (safety induksi) tentang tempat harus melakukan penyesuaian fisiologis
kerja, resiko dan bahaya dilingkungan kerja terhadap pajanan panas secara bertahap.
serta sosialisasi tempat kerja, setelah itu Orang Indonesia pada umumnya
tenaga kerja baru, langsung ikut membantu beraklimatisasi iklim tropis yang suhunya
pekerjaan yang ringan – ringan terlebih sekitar 28 - 32⁰C dengan kelembaban
dahulu seperti memasukkan material ke sekitar 85 – 95% bahkan mungkin lebih.
dalam tanur dengan cara menyekop yang Aklimatisasi terhadap suatu iklim (cuaca)
dipandu oleh kepala regu atau tenaga kerja berarti penyesuaian yang terjadi pada
yang lama. Tenaga kerja yang baru setelah seseorang terhadap suatu iklim (cuaca)
160
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 2 / Januari 2017
tertentu sehingga menjadi terbiasa terhadap panas demikian akan mengalami proses
iklim (cuaca) tersebut, dan kondisi fisik, aklimatisasi terhadap intensitas paparan
faal dan psikis tidak mengalami efek buruk panas yang sebelumnya tidak pernah
dari iklim (cuaca) dimaksud. Aklimatisasi mengalaminya. Untuk melindungi tenaga
merupakan suatu proses yang pada kerja baru demikian, perlu diatur agar
akhirnya tercapai kesesuaian antara faktor pekerjaan khususnya pada waktu minggu –
manusia dan faktor iklim (cuaca). Proses minggu pertama pekerjaan dilakukan secara
penyesuaian terutama penting saat awal bertahap baik mengenai lama maupun
proses aklimatisasi, yang memerlukan beban kerjanya. Suhu tinggi dapat
perhatian khusus adalah minggu – minggu mengakibatkan heat exhaustion. biasanya
pertama seseorang berada ditempat dengan terjadi oleh karena lingkungan yang sangat
iklim (cuaca) baru (suma’mur, 2009) panas, terutama bagi yang belum
Berdasarkan hasil wawancara beraklimatisasi terhadap iklim (cuaca)
mendalam kepada informan bahwa, pernah panas. Penderita sangat banyak berkeringat,
ada tenaga kerja yang baru masuk sedangkan temperatur badan normal atau
mengundurkan diri tidak masuk lagi karena sub normal. Tekanan darah menurun dan
tidak tahan panas dari api peleburan. nadi lebih cepat, badan lemah dan bisa
Tenaga kerja yang tidak beraklimatisasi, sampai pingsan (suma’mur, 2009)
namun langsung bekerja di lingkungan Sebagai upaya preventif terhadap
tempat kerja panas akan mengalami tanda- penyakit atau gangguan kesehatan akibat
tanda stress, seperti rasa tidak nyaman, dan lingkungan kerja bersuhu tinggi, yang
lebih lanjut timbul peningkatan denyut nadi paling penting adalah aklimatisasi pekerja
(denyut jantung), suhu inti tubuh meningkat kepada lingkungan.
dan timbul keluhan-keluhan sakit kepala,
pusing, atau perut mual. Jadi dengan SIMPULAN
pemaparan berulang akan timbul faktor- Pengendalian heat stress pada
faktor yang lebih menguntungkan yaitu tenaga kerja sangat penting untuk
terjadinya aklimatisasi. dilaksanakan, apabila tidak dilaksanakan
Pekerjaan dan tempat kerja pada maka akan berdampak pada kesehatan dan
umumnya beriklim kerja panas yang keselamatan pada tenaga kerja.
biasanya tekanan panasnya melebihi Pengendalian dengan mengadakan training
keadaan sehari – hari kehidupan pada (pendidikan/latihan) tentang mengendalikan
umumnya. Pekerja baru yang mulai bekerja tekanan panas dan resiko panas
pada lingkungan kerja dengan tekanan
161
Pengendalian Heat Stress pada tenaga….. (Gita Fajrianti, Zahroh S, Daru L)
162