Anda di halaman 1dari 123

CUCI TANGAN

DASAR TEORI

Mencuci tangan adalah menggosok kedua pergelangan


tangan dengan kuat secara bersamaan menggunakan zat
pembersih yang sesuai dan dibilas dengan air mengalir
dengan tujuan menghilangkan mikroorganisme sebanyak
mungkin. Ada dua prosedur pencucian tangan yang dapat
dilakukan.
Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan
tangan yang tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi
nosokomial yang menular di pelayanan kesehatan,
penyebaran mikroorganisme multiresisten dan telah diakui
sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah
(Boyce dan Pitter, 2002). Cuci tangan dianggap sebgai salah
satu langkah paling efektif untuk mengurangi penularan
mikroorganisme dan mencegah infeksi.
Cuci tangan sebaiknya dilakukan sebelum memeriksa
atau kontak langsung dengan pasien,sebelum memakai

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 1
sarung tangan bedah steril atau DTT setelah kedua tangan
terkontaminasi (memegang instrumen yang kotor dan alat
lainnya ; menyentuh selaput lendir,darah/duh tubuh
lainnya;kontak yang lama dan intensif dengan pasien) setelah
melepas sarung tangan.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 2
PERALATAN

 Sabun Biasa / antiseptic


 Handuk bersih
 Wastafel atau air mengalir
 Sikat lunak DTT
 Bahan antiseptic
 Spons

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 3
PROSEDUR PELAKSANAAN

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 4
MENSTERILKAN
ALAT

PENGERTIAN STERILISASI ALKES

Sterilisasi, adalah suatu proses mematikan segala


bentuk kehidupan mikro organisme yang ada dalam
sample/contoh, peralatan-peralatan atau lingkungan tertentu.
Dalam bidang bakteriologi, kata sterilisasi sering dipakai
untuk menggambarkan langkah yang diambil agar mencapai
tujuan meniadakan atau mematikan semua bentuk kehidupan
mikroorganisme.
Menurut Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit 31 / 50.
Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua
mikroorganisme dengan cara fisik dan kimiawi.

PERSYARATAN MENSTERILKAN ALAT KESEHATAN

1. Sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan perawatan


pasien secara fisik dengan pemanasan pada suhu ± 121° C
selama 30 menit atau pada suhu 134° C selam 13 menit dan

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 5
harus mengacu pada petunjuk penggunaan alat sterilisasi
yang digunakan.
2. Sterilisasi harus menggunakan disinfektan yang ramah
lingkungan.
3. Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung
diri dan menguasai prosedur sterilisasi yang aman.
4. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang operasi dan
ruang isolasi harus bebas dari mikroorganisme hidup.

TATA LAKSANA DALAM MENSTERILKAN ALAT


KESEHATAN

1. Kamar/ruang operasi yang telah dipakai harus


dilakukan disinfeksi dan disterilisasi sampai aman untuk
dipakai pada operasi berikutnya.
2. Instrumen dan bahan medis yang dilakukan sterilisasi
harus melalui persiapan, meliputi :
a. Persiapan sterilisasi bahan dan alat sekali pakai. Yaitu:
Penataan – Pengemasan – Pelabelan – Sterilisasi
b. Persiapan sterilisasi instrumen baru : Penataan
dilengkapi dengan sarana pengikat (bila diperlukan) -
Pelabelan – Sterilisasi

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 6
c. Persiapan sterilisasi instrumen dan bahan lama :
Disinfeksi – Pencucian (dekontaminasi) – Pengeringan
(pelipatan bila perlu) - Penataan – Pelabelan – Sterilisasi.
3. Indikasi kuat untuk tindakan disinfeksi/sterilisasi :
a. Semua peralatan medik atau peralatan perawatan
pasien yang dimasukkan ke dalam jaringan tubuh, sistem
vaskuler atau melalui saluran darah harus selalu dalam
keadaan steril sebelum digunakan.
b. Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir seperti
endoskopi, pipa endotracheal harus disterilkan/ didisinfeksi
dahulu sebelum digunakan.
c. Semua peralatan operasi setelah dibersihkan dari
jaringan tubuh, darah atau sekresi harus selalu dalam keadaan
steril
sebelum dipergunakan.
d. Semua benda atau alat yang akan
disterilkan/didisinfeksi harus terlebih dahulu dibersihkan
secara seksama untuk menghilangkan
semua bahan organik (darah dan jaringan tubuh) dan sisa
bahan linennya.
e. Sterilisasi (132° C selama 3 menit pada gravity
displacement steam sterilizer) tidak dianjurkan untuk implant.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 7
f. Setiap alat yang berubah kondisi fisiknya karena
dibersihkan, disterilkan atau didisinfeksi tidak boleh
dipergunakan lagi. Oleh
karena itu, hindari proses ulang yang dapat mengakibatkan
keadan toxin atau mengganggu keamanan dan efektivitas
pekerjaan.
g. Jangan menggunakan bahan seperti linen, dan lainnya
yang tidak tahan terhadap sterilisasi, karena akan
mengakibatkan
kerusakan seperti kemasannya rusak atau berlubang,
bahannya mudah sobek, basah, dan sebagainya.
h. Penyimpanan peralatan yang telah disterilkan harus
ditempatkan pada tempat (lemari) khusus setelah dikemas
steril pada ruangan : Dengan suhu 18° C – 22° C dan
kelembaban 35% - 75%, ventilasi menggunakan sistem
tekanan positif dengan efisiensi partikular antara 90%-95%
(untuk partikular 0,5 mikron), dinding dan ruangan terbuat
dari bahan yang halus, kuat, dan mudah dibersihkan. Dan
barang yang steril disimpan pada jarak 19 cm – 24 cm. Serta
lantai minimum 43 cm dari langit-langit dan 5 cm dari
dinding serta diupayakan untuk menghindari terjadinya
penempelan
debu kemasan.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 8
i. Pemeliharaan dan cara penggunaan peralatan sterilisasi
harus memperhatikan petunjuk dari pabriknya dan harus
dikalibrasi
minimal 1 kali satu tahun.
j. Peralatan operasi yang telah steril jalur masuk ke
ruangan harus terpisah dengan peralatan yang telah terpakai.
k. Sterilisasi dan disinfeksi terhadap ruang pelayanan
medis dan peralatan medis dilakukan sesuai permintaan dari
kesatuan kerja
pelayanan medis dan penunjang medis.

TEHNIK-TEHNIK DALAM MENSTERILKAN ALAT


KESEHATAN YANG BIASA DILAKUKAN DI RUMAH
SAKIT

1. Cara sterilisasi dengan pemanasan secara kering.


Pemanasan kering tersebut kurang efektif apabila temperatur
kurang tinggi. Untuk mencapai efektivitas diperlukan
pemanasan mencapai temperatur antara 160°C s/d 180°C.
Pada temperatur tersebut akan menyebabkan kerusakan pada
sel-sel hidup dan jaringan; hal tersebut disebabkan terjadinya
auto oksidasi sehingga bakteri pathogen dapat terbakar. Pada

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 9
sistem pemanasan kering terdapat udara; hal mana telah
diketahui bahwa udara merupakan penghantar panas yang
buruk sehingga sterilisasi melalui pemanasan kering
memerlukan waktu cukup lama, rata-rata waktu yang
diperlukan 45 menit. Pada temperatur 160°C memerlukan
waktu 1 jam, sedangkan pada temperatur 180°C memerlukan
waktu 30 menit. Pada Cara pemanasan kering tersebut secara
rutin dipergunakan untuk mensterilisasikan peralatan-
peralatan pipet, tabung reaksi, stick swab, jarum operasi,
jarum suntik, syringe. Oleh karena temperatur tinggi sangat
mempengaruhi ketajaman jarum atau gunting maka
hindarilah tindakan sterilisasi dengan Cara panas kering
terhadap jarum dan gunting.

2. Cara sterilisasi dengan radiasi.


Dalam mikro biologi radiasi gelombang cahaya yang banyak
digunakan adalah pancaran cahaya ultraviolet, gamma atau
sinar X dan cahaya matahari. cahaya matahari banyak
mengandung cahaya ultraviolet, sehingga secara langsung
dapat dipakai untuk proses sterilisasi; hal tersebut telah lama
diketahui orang. cahaya ultraviolet bisa diperoleh dengan
menggunakan katoda panas (emisi termis) yaitu ke dalam
tabung katoda bertekanan rendah diisi dengan uap air raksa;

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 10
panjang gelombang yang dihasilkan dalam proses tersebut
biasanya dalam orde 2.500 s/d 2.600 Angstrom. Lampu
merkuri yang banyak terpasang di jalan-jalan sesungguhnya
banyak mengandung cahaya ultraviolet. Namun cahaya
ultraviolet yang dihasilkan itu banyak diserap oleh tabung
gelas yang dilaluinya, sehingga dalam proses sterilisasi
hendaknya memperhatikan dosis ultraviolet.
Cahaya ultraviolet yang diserap oleh sel organisme yang
hidup, khususnya oleh nukleotida maka elektron-elektron dan
molekul sel hidup akan mendapat tambahan energi.
Tambahan energi tersebut kadang-kadang cukup kuat untuk
mengganggu bahkan merusak ikatan intramolekuler, seperti
ikatan atom hidrogen dalam DNA. Perubahan intramolekuler
tersebut menyebabkan kematian pada sel-sel tersebut.
Beberapa plasma sangat peka terhadap cahaya ultraviolet
sehingga mudah menjadi rusak. Cahaya gamma mempunyai
tenaga yang lebih besar dan pada cahaya ultraviolet dan
merupakan pancaran pengion. Interaksi antara cahaya gamaa
dengan materi biologis sangat tinggi sehingga mampu
memukul elektron pada kulit atom sehingga menghasilkan
pasangan ion (pair production). Cairan sel baik intraselluler
maupun ekstraselluler akan terionisasi sehingga
menyebabkan kerusakan dan kematian pada mikro organisme

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 11
tersebut. Sterilisasi dengan penyinaran cahaya gamma
berdaya tinggi dipergunakan untuk objek-objek yang tertutup
plastik (stick untuk swab, jarum suntik). Untuk makanan
maupun obat-obatan tidak boleh menggunakan cahaya
gamma untuk sterilisasi oleh karena akan terjadi perubahan
struktur kimia pada makanan maupun obat-obatan tersebut.
3. Cara sterilisasi dengan pemanasan dengan uap air dan
pengaruh tekanan (auto slave)
Benda yang akan disuci hamakan diletakkan di atas
lempengan saringan dan tidak langsung mengenai air di
bawahnya. Pemanasan dilakukan hingga air mendidih
(diperkirakan pada suhu 100°C), pada tekanan 15 lb
temperatur mencapai 121°C. Organisme yang tidak berspora
dapat dimatikan dalam tempo 10 menit saja. Banyak jenis
spora hanya dapat mati dengan pemanasan 100°C selama 30
menit tetapi ada beberapa jenis spora dapat bertahan pada
temperatur tersebut selama beberapa jam. Spora-spora yang
dapat bertahan selama 10 jam pada temperatur 100°C dapat
dimatikan hanya dalam waktu 30 menit apabila air yang
mendidih tersebut ditambah dengan natrium carbonat (Na2
CO3).
4. Cara sterilisasi dengan pemanasan secara
intermittent/terputus-putus.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 12
John Tyndall (1877) memperoleh dari hasil penelitiannya
bahwa pada temperatur didih (100°C) selama 1 jam tidak
dapat mematikan semua mikroorganisme tetapi apabila air
dididihkan berulang-ulang sampai lima kali dan setiap air
mendidih istirahat berlangsung 1 menit akan sangat berhasil
untuk mematikan kuman. Hal tersebut dapat dimengerti oleh
karena dengan pemanasan intermittent lingkaran hidup
pembentukan spora dapat diputuskan.
5. Cara-cara sterilisasi dengan incineration (pembakaran
langsung).
Cara ini dilakukan pada peralatan-peralatan platina, khrome
yang akan disteril dapat dilakukan melalui pembakaran •
secara langsung pada nyala lampu bunzen hingga mencapai
inerah padam. Hanya saja dalam proses pembakaran
langsung tersebut peralatan-peralatan tersebut lama kelamaan
menjadi rusak. Keurtungannya: mikroorganisme akan hancur
semuanya.
6. Cara-cara sterilisasi dengan filtrasi (filtration).
Cara filtrasi berbeda dengan cara pemanasan. Sterilisasi
dengan Cara pemanasan dapat mematikan mikroorganisme
tetapi mikroorganisme yang mati tetap berada pada material
tersebut, sedangkan sterilisasi dengan Cara filtrasi
mikroorganisme tetap hidur hanya dipisahkan dari material.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 13
Bahan filter/filtrasi adalah scjenis porselin yang berpori yang
dibuat khusus dari masing-masing pabrik. Beberapa jenis
filter yang biasa digunakan adalah : Filter Berkefeld V., Filter
Coarse N, M dan W, Filter Fine, Filter Chamberland, Filter
Seitz, Filter Sintered glass. Cara filtrasi tersebut hanya
dipakai untuk sterilisasi larutan gula, cairan lainnya seperti
serum atau sterilisasi hasil produksi mikroorganisme seperti
enzym dan exotoxin dan untuk memisahkan fitrable virus dan
bakteria dan organisme lainnya.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 14
ELIMINASI

PENGERTIAN ELIMINASI

Merupakan proses pembuangan sisa metabolism tubuh


berupa urin dan alvi. Kebutuhan eliminasi ini dibagi menjadi
2, yaitu eliminasi urin dan eliminasi alvi.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 15
ELIMINASI URINE (BAK)

Eliminasi urin merupakan kebutuhan manusia dimana


berperan menentukan kelangsungan hidup manusia dan
menjaga homeostasis tubuh.

SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM


ELIMINASI URINE

 Ginjal
Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan volume
cairan dalam tubuh dan juga menyaring bagian dari darah
untuk dibuang dalam bentuk urin. Bagian ginjal terdiri atas
nefron dimana melalui nefron urin disalurkan ke dalam
bagian pelvis ginjal. Kemudian di salurkan melalui ureter ke
kandung kemih.
 Kandung kemih

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 16
Kandung kemih terdiri atas otot halus yang berfungsi sebagai
penampung air seni (urin). Penyaluran rangsangan ke
kandung kemih dan rangsangan moboris ke otot lingkar
bagian dalam diatur oleh sistem simpatis. Akibat dari
rangsangan ini, otot lingkar menjadi kendur dan terjadi
kontraksi sphingter bagian dalam sehingga urin tetap tinggal
dalam kandung kemih.
 Uretra
Uretra berfungsi untuk menyalurkan urin ke bagian luar

Berkemih merupakan proses pengosongan vesika


urinaria ( kandung kemih ). Vesika urinaria dapat
menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi ±250-400
cc (dewasa) dan 200-250 cc (anak-anak). Setelah menerma
rangsang lalu diteruskan melalui medulla spinalis ke pusat
pengontrol di korteks serebral. Selanjutnya otak memberi
rangsangan (impuls) melalui medulla spinalis ke neuro
motoris. Di daerah seleral,terjadi nkontraksi otot ditrusor dan
di relaksasi otot sphincter internal.
Urine dilepaskan dari vesica urinaria,tetapi masih
tetahan untuk spikter eksternal. Jika waktu memungkinkan
spinc eksternal akan relaksasi dan mengeluarkan urine.
Dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi urine ini tentunya

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 17
dipengaruhi oleh beberapa factor dimana jika faktor-faktor ini
mengalami masalah atau tidak bekerja dengan baik maka
akan menimbulkan gangguan-gangguan pada eliminasi urine.
Berikut ini beberapa faktor dan gangguan yang terjadi dalam
eliminasi urine.

FAKTOR ELIMINASI URINE

1. Diet dan asupan (intake)


jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi out put urine.
2. Respon
Kebiasaan mengabaikan keinginan untuk berkemih dapat
menyebabkan urine banyak tertahan didalam vesika urrinaria
sehingga mempengaruhi jumlah pengeluaran hidup
3. Kondisi penyakit
Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine seperti
diabetes mellitus dan lain-lain

GANGGUAN-GNGGUAN ELIMINASI URINE

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 18
1. Urgensi
Urgensi adalah perasaan seseorang yang takut mengalami
inkontinesianjika tidak berkemih.
2. Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih.
3. Inkontinensia urin
Ketidakmampuan otot sphincter eksternal sementara atau
menetap dalam mengontrol eskresi.

TINDAKAN MENGATASI MASALAH ELIMINASI


URINE

1. Pengumpulan urin untuk bahan pemeriksaan


- Pengambilan urin biasa
Pengambilan urin biasa merupakan pengambilan urin seperti
buang air kecil biasa digunakan untuk pemeriksaan kadar
gula dealam urin dan lain-lain.
- P.U.S
Menggunakan alat steril, biasanya dilakukan dengan
kateterisasi.
- P.U.S 24 jam
Bertujuan untuk mengetahui jumlah urin selama 24 jam dan
mengukur berat jenis, asupan dan output serta fungsi ginjal.
2. Buang air kecil dengan urineal

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 19
Hal ini dilakukan untuk menampung urin dan mengetahui
kelainan dari urin (warna dan jumlah) pada pasien yang tidak
mampu buang air kecil sendiri.
3. Melakukan keteterisasi
Tindakan memasukkan kateter ke dalam kantong kemih
melalui uretra. Kateterisasi terbagi menjadi 2 tipe intermiten
(straight kateter) dan tipe indwelling (foley kateter):

Tipe intermiten
a. Tidak mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi.
b. Retensi akut setelah trauma uretra.
c. Tidak mampu berkemih akibat obat sedaktif atau
analgesik.
d. Cedera tualng belakang.
e. Degenerasi neuromuskular secara progresif.
f. Untuk mengeluarkan urine residual.
Tipe indwelling
a. Obstruksi aliran urine.
b. Post op uretra dan struktur disektitarnya (TUR-P).
c. Obstruksi uretra.

ELIMINASI ALVI (BAB)

Sistem tubuh yang memiliki peran dalam proses


eliminasi alvi (BAB) adalah sistem gastrointestinal bawah
yang meliputi usus halus dan usus besar pada batas antara
usus besar dan ujung usus halus terdapata katup iieocaecal.
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 20
Katup ini biasanya mencegah zat yang masuk ke usus besar
sebelum waktunya, dan mencegah produk buangan untuk
kembali keusus halus. Produk buangan yang memasuki usus
besar isinya berupa cairan. Setiap hari saluran anus menyerap
sekitar 800-1000 ml cairan.

PROSES BUANG AIR BESAR (DEFEKASI)

Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering


disebut buang air besar terdapat dua pusat yang menguasai
refleks untuk defekasi, yang terletak dimedula dan sum sum
tulang belakang. Apa bila terjadi rangsangan parasimpatis,
sfingter anus bagian dalam akan mengendor dan usus besar
mengucup. Reflek defekasi dirangsang untuk buang air besar
kemudian sfingter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem
saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau
mengendor . Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulosa
yang tidak direncanakan dan zat makanan lain yang
seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai macam
mikroorganisme, sekresi klenjar usus, pigmen empedu, dan
cairan tubuh.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 21
Secara umum , terdapat dua macam refleks yang
membantu proses defekasi yaitu pertama, refleks, defekasi
intrinsik yang dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses)
dalam rektum sehingga terjadi distensi, kemudian flexsus
mesenterikus merangsang gerakan peristaltik, dan akhirnya
feses sampai dianus, lalu pada saat sfingter interna relaksasi,
maka terjadilah proses defekasi. Kedua , reflek defekasi para
simpatis. Adanya feses dalam rektum yang merangsang saraf
rektum, ke spinal cord, dan merangsnag kekolon desenden,
kemudian kesigmoid, lalu ke rektum dengangerakan
peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sfingter interna,
maka terjadi lah proses defekasi saat sfingter internal
berelaksasi.

GANGGUAN/MASALAH ELIMINASI ALVI

a. Konstipasi
Kontipasi merupakan keadaan individu yang
mengalami atau berisiko tinggi mengalami stasis usus
besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau
keras,atau keluarnya tinja terlalu keras dan kering.
Tanda klinis:
a. adanya feses yang keras.
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 22
b. defekasi kurang dari 3 kali seminggu.
c. menurunnya bising usus.
d. adanya keluhan pada rektum.
e. nyeri saat mengejan dan defekasi.
f. adanya perasaan masih ada feses.

Kemungkinan penyebab:
a.defek persarafan,kelemahan pelvis,imobilitas karena cedera
serebropinalis,CVA(cerebro vaskular accident) dll.
b. pola defekasi yang tidak teratur.
c. nyeri saat defekasi karena hemoroid.
d. menurunnya peristaltik karena stres psikologis.
e. penggunaan obat seperti antasida,laksantif,atau
anaestesi.
f. proses menua(usia lanjut).

b. Diare
Diare merupakan keeadaan individu yang
mengalami atau beresiko sering mengalami pengeluaran
feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang
usus, mungkin ada rasa mual dan muntah.
Tanda klinis :
a. Adanya pengeluaran feses cair.
b. Frekuensi lebih dari 3kali sehari.
c. Nyeri atau kram abdomen.
d. Bising usus meningkat.
Kemungkinan penyebab :
a. Malabsorpsi atau inflamasi, proses inferksi.
b. Peningkatan peristaltik karena peningkatan
metabolisme.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 23
c. Efek tindakan pembedahan usus.
d. Efek penggunaaan obat seperti antasida, laksansia,
antibiotik, dan lain-lain.
e. Sters psikologis

c. Inkontinensia usus
Merupakan keadaan individu yang mengalami
perubahan kebiasaan dari proses defekasi normal mengalami
proses pengeluaran feses tak disadari. Hal ini juga disebut
juga sebagai inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya
kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas
melalui sfingter akibat kerusakan sfingter.
Tanda klinis :
a. Pengeluaran feses yang tidak dikehendaki.
Kemungkinan penyabab :
a. Gangguan sfingter rektal akibat cedera anus,
pembehan, dan lain-lain.
b. Distensi rektum berlebih.
c. Kurangnya kontrol sfingter akibat cedera medula
spinalis, CVA, dan lain-lain.
d. Kerusakan kognitif.

d. Kembung
Merupakan keadaan penuh udara dalam perut
karena pengumpulan gas secara berlebihan dalam lambung
atau usus.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 24
e. Hemorroid
Merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah
anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang
dapat di sebabkan karena konstipasi,perenggangan saat
defekasi dll
f. Fecal impaction
Merupakan masa feses keras dilipatan rektum yang
diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi feses yang
berkepanjangan.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES


DEFEKASI

1. usia
Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan
mengontrol proses defekasi yang berbeda.
2.diet
Diet atau pola jenis makanan yang di konsumsi dapat
memengaruhi proses defekasi.
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 25
3.asupan cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat
defekasi menjadi keras oleh karena proses absorpsi air yang
kurang sehingga dapat mengaruhi kesulitan proses defekasi.

4.aktivitas

Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi


karena melalui aktivitastonus otot abdomen, pelvis dan
diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi,
sehingga proses pergerakan peristaltik pada daerah kolon
dapat bertambah baik, dan memudahkan untuk kelancaran
proses defekasi.

5.pengobatan

Pengobatan juga dapat mempengaruhinya proses


defekasi seperti pengunaanobat-obatan lakstif atau antasida
yang terlalu sering.

6.gaya hidup

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 26
Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi
proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang yang
memliki gaya hidp sehat/ melakukan kebiasaan buang air
besar ditempat yang bersih atau toilet, maka ketika seseorang
tersebut bua ng air besar ditempat yang terbuka atau tempat
yang kotor maka ia akan mengalami kesulitan dalam proses
defekasi.

7.penyakit

Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses


defekasi, biasanya penyakit penyakit tersebut berhubungan
langsung dengan sistem pencernaan seperti gastoroeristis atau
penyakit infeksi lainnya.

8.nyeri

Adanya nyeri dapat mempengaruhi


kemampuan/keinginan unutuk berdefekasi seperti nyeri pada
kasus hemoroid, dan episiotomi.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 27
TINDAKAN MENGATASI MASALAH ELIMINASI ALVI
(BUANG AIR BESAR)

a. Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan


Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan cara
yang dilakukan untuk mengambil feses sebagai bahan
pemeriksaan, yaitu pemeriksaan lengkap dn pemeriksaan
kultur (pembiakan).
1. Pemeriksaan feses lengkap merupakan pemeriksaan
feses yang terdiri atas pemeriksaan warna, bau, konsisten,
lendir, darah, dan lain-lain.
2. Pemeriksaan feses kultur merupakan pemeriksaan feses
melalui biakan feses melalui biakan dengan cara toucher
(lihat prosedur pengambilan feses melalui tanggan).

Alat :
1. Tempat penampungan atau botol penampungan beserta
penutup.
2. Etiket khusus.
3. Dua batang lidi kapas sebagai alat untuk mengambil
feses.
Prosedur kerja :
1. Cuci tanggan.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 28
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Anjurkan untuk buang air besar lalu ambil feses
melalui lidi kapas yang telah dikeluarkan. Setelah selesai
anjurkan untuk membersihkannya daerah sekitar anus.
4. Asupan bahan pemeriksaan ke dalam botol yang telah
disediakan.
5. Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan
pemeriksaan.
6. Cuci tanggan.

b. Menolong buang air besar dengan menggunakan


pispot

Menolong buang air besar dengan mengunakan pispot


merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien
yang tidak mampu buang air besar secara sendiri dikamar
kecil dengan cara membantu menggunakan pispot
(penampung) untuk uang air besar ditempat tidur, dengan
tujuan memenuhi kebutuhan eliminasi alvi.
Alat dan bahan :
1. Alas / perlak.
2. Pispot .
3. Air bersih.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 29
4. Tisu.
5. Sampiran apabila tempat pasien dibangsal umum.
6. Sarung tangan.
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Pasang sampiran kalau di bangsal umum.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Pasang pengalas dibawah glutea.
6. Tempatkan pispot diantara pengalas tepat di bawah
glutea dengan posisi bagian lubang pispot tepat di bawah
rektum.
7. Setelah pispot tepat dibawah glutea, tanya kan pada
pasien apa sudah nyaman atau belum kalau belum, atur sesuai
dengan kebutuhan.
8. Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot
yang disediakan.
9. Setelah selesai siram dengan air hingga bersih dan
keringkan dengan tisu.
10. Catat tanggal dan jam defekasi serta karakteristiknya.
11. Cuci tangan.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 30
c. Memberikan hukna rendah
Merupakan tinadakan keperawatan dengan cara memasukkan
cairan hangat ke kolon desenden dengan menggunakan
kanula rekti melalui anus,yang bertujuan untuk
mengosongkan usus pada proses prabedah agar dapat
mencegah terjadinya obstruksi makanan sebagai dampak dari
pascaoperasi dan merangsang buang air besar bagi pasien
yang mengalami kesulitan dalam buang air besar.

Alat dan bahan:


1.pengalas
2.irigator lengkap dengan kanula rekti
3.cairan hangat kurang lebih 700 ml-1000 ml dengan suhu
40,5-43 derajat celcius pada orang dewasa.
4.bengkok
5.jeli
6.pispot
7.sampiran
8.sarung tangan
9.tisu

Prosedur kerja:
1.cuci tangan

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 31
2.jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.atur ruangan, letakkan sampiran apabila di bangsal umum
atau tutup pintu apabila di ruang sendiri
4.atur posisi pasien dengan posisi sim miring ke kiri
5.pasang pengalas di bawah glutea
6.irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan(40,5-
43 derajat celcius) dan hubungkan kanula rekti,kemudian cek
aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air ke bengkok
dan berikan jeli pada ujung kanula.
7.gunakan sarung tangan dan asupan kanula kira-kira 15cm
kedalam rektum ke arah kolon desenden sambil pasien
diminta untuk bernapas panjang dan memegang irigator
setinggi 50cm dari tempat tidur.buka klemnnya dan air
dialirkan sampai pasien menunjukkan keinginan untuk buang
air besar.
8.anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air
besar dan pasang pispot atau anjurkan ke toile. Jika pasien
tidak mampu mobilisasi jalan bersihkan daaerah sekitar
rektum hingga bersih.
9.cuci tangan
10.catat jumlah feses yang keluar,warna, konsistensi dan
resspon pasien.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 32
d. Membrikan huknah tinggi
Memberikan huknah tinggi merupakan tindakan keperawatan
dengan cara memasukkan cairan hangat ke dalam kolon
asenden dengan menggunakan kanula usus, dengan tujuan
untuk mengosongkan usus pada pasien prabedah atau untuk
prosedur diagnostik.
Alat dan bahan:
1.pengalas
2.irigator lengkap dengan kanula usus
3.cairan hangat(seperti huknah rendah)
4.bengkok
5.jeli
6.pispot
7.sampiran
8.sarung tangan
9.tisu
Prosedur kerja:
1.cuci tangan
2.jelaskan prosedur yang akan dulakukan
3.atur ruangan,gunakan sampiran apabila pasien berada di
ruang bangsal umum atau tutup pintu.
4.atur posisi pasien dengan posisi sim miring kekanan
5.gunakan sarung tangan

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 33
6.irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan dan
hubungkan kanula usus,kemudian cek aliran dengan
membuka kanula dan keluarkan air kebengkok lalu berikan
jeli pada ujung kanula.
7.masukkan kanula ke dalam rektum ke arah kolon asenden
kurang lebih 15-20 cm sambil pasien di suruh napas panjang
dan pegang irigator setinggi 30 cm dari tempat tidur dan buka
klem sehingga air mengalir pada rektum sampai pasien
menunjukkan ingin buangair besar.
8. anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang
air besar dan pasang pispot atau anjurkan ke toile. Jika pasien
tidak mampu mobilisasi jalan bersihkan daaerah sekitar
rektum hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
9.buka sarung tangan dan catat jumlah,warna,konsistensi dan
respon pasien.
10.cuci tangan

e. Membersihkan gliserin
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan
cairan gliserin kedalam poros usus dengan menggunakan
spuit gliserin,bertujuan merangsang peristaltik usus,sehungga
pasien dapat buang air besar (khususnya pada orang

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 34
mengalami sembelit) dan juga dapat digunakan untuk
persiapan operasi.
Alat dan bahan:
1.spuit gliserin
2.gliserin dalam tempatnya
3.bengkok
4.pengalas
5.sampiran
6.sarung tangan
7.tisu

Prosedur kerja
1.cuci tangan
2.jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
3.atur ruangan,apabila pasien sendiri makatutup pintu,dan
gunakan sampiran bila di ruang bangsal umum.
4.atur posisi pasien(miringkan kekiri),dan berikan pengalas di
bawah glutea, serta buka pakaian di bawah pasien.
5.gunakan sarung tnagan, kemudian spuit diisi gliserin
kurang lebih 10-20 cc dan cek kehangatan cairan gliserin.
6.masukkan gliserin perlahan-lahan kedalam anus engan cara
tangan kiri mendorong perenggangan daerah rectum, tangan
kanan mamasukkan spuit kedalam anus sampai pangkal

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 35
kanula dengan ujng spuit diarahkan kedepan dan anjurkan
pasien napas dalam.
7.stelah selesai,cabut dan masukkan ke dalam bengkok.
Anjurkan pasien menahan sebentar rasa ingin defekasi dan
pasang pispot.apabila pasien tidak mampu ke toilet,bersihkan
dengan air dengan hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
8.pasang pispot atau anjurka ke toilet
9.lepaskan sarung tangan,catat jumlah feses yang
keluar,warna,konsistensi, dan respon pasien.
10. cuci tangan
f. Mengeluarkan feses dengan jari
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan
jari kedalam rectum pasien cara ini digunakan untuk
mengambil atau mengahancurkan masa feses sekaligus
mengeluarkannya.indikasi tindakan ini apabila massa feses
terlalu keras dan dalam pemberian enema tidak
berhasil,konstipasi serta terjadi pengerasan feses pada lansia
yang tidak mampu di keluarkan.
Alat dan bahan:
1.sarung tangan
2.minyak pelumas/jeli
3.alat penampung atau pispot.
4.pengalas

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 36
5.sarung tangan

Prosedur kerja:
1.cuci tangan
2.jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
3.gunakan sarung tangan dan beri minyak pelumas (jeli) pada
jari telunjuk.
4.atur posisi miring dengan lutut fleksi
5.masukkan jari kedalam rectum dan dorong dengan
perlahan-lahan sepanjang dinding rectum kea rah umbilikus
(kearah masa fesesyang impaksi)
6.secara perlahan-lahan lunakkan massa dengan masase
daerah feses yang impaksi (arahkan jari pada inti yang keras)
7.gunakan pispot bila ingin buang air besar atau bantu ke
toilet.
8.lepaskan sarung tangan,kemudian catat jumlah feses yang
keluar, warna, kepadatan,serta respon pasien.
9.cuci tangan.

Bagaimana sirkulasi darah janin setelah dilakukan


penjepitan /pemotongan tali pusat? Saat di dalam rahim, paru
tidak berfungsi sehingga jantung fetus tidak perlu memompa
banyak darah melalui paru. Pada waktu bayi lahir, terjadi

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 37
pelepasan plasenta secara mendadak (saat tali pusat
dipotong/dijepit), hal ini menyebabkan tekanan atrium kanan
menjadi rendah, tahanan pembuluh darah sistemik naik dan
pada saat yang sama paru mengembang, tahanan vaskular
paru menyebabkan penutupan foramen ovale setelah
beberapa minggu, aliran darah di duktus arteriosus bottali
berbalik dari kiri ke kanan. Kejadian ini disebut sirkulasi
transisi. Penutupan duktus arteriosus secara fisiologis terjadi
umur bayi 10-25 jam yang disebabkan kontraksi otot polos
pada akhir arteri pulmonalis dan secara anatomis pada usia 2-
3 minggu.
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati
paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi
melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.
Pada neonatus, reaksi pembuluh darah masih sangat
kurang sehingga keadaan kehilangan darah, dehidrasi, dan
kelebihan volume juga sangat kurang untuk di toleransi.
Manajemen cairan pada neonatus harus dilakukan dengan
cermat dan teliti.

MEMANDIKAN
PASIEN
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 38
PENGERTIAN MEMANDIKAN PASIEN (IBU)

Tindakan memandikan Ibu adalah suatu tindakan


membersihkan seluruh bagian tubuh Ibu dengan posisi
berbaring ataupun duduk dengan menggunakan air bersih,
sabun, dan atau larutan antiseptik.

TUJUAN MEMANDIKAN PASIEN (IBU)

1. Membersihkan tubuh dari kotoran dan


menghilangkan bau badan.
2. Memberikan kesegaran fisik dan psikis serta rasa nyaman.
3. Merangsang peredaran darah, syaraf dan merelaksasikan
otot.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 39
4. Memelihara integritas kulit dan mencegah infeksi kulit.
5. Memotivasi pasien dalam memenuhi kebutuhan perawatan
dan kebersihan
dirinya.

PERSIAPAN PASIEN (IBU)

1. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan.


2. Menjelaskan prosedur tindakan.
3. Sebelum melakukan tindakan memandikan ,tawarkan
pasien untuk BAB(buang air besar) atau BAK (buang air
kecil) terlebih dahulu.
4. Ember tertutup/tempat pakaian kotor.
5. Handschoen disposible.
6. Menjaga privasi pasien.
7. Bantal dan guling yang tidak dibutuhkan letakan dikursi.
8. Mencuci tangan
9. Berdiri di sebelah kanan pasien atau sesuai kebuthan.
10. Melakukan pengkajian.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 40
PERSIAPAN ALAT

1. Satu waskom mandi berisi air hangat 2/3 bagian dengan


suhu kurang lebih 42-43 derajat celcius.
2. Handuk mandi bersih satu / dua buah.
3. Waslap bersih dua buah.
4. Sabun mandi dalam tempatnya.
5. Pakaian bersih satu stel.
6. Talk dan / kamper spiritus

CARA KERJA

1. Pakaian bagian atas dibuka dan bagian tubuh yang terbuka


ditutup dengan selimut atau kain penutup.
2. Pakaian yang kotor dimasukkan ke dalam ember yang
bertutup/tempat pakaian kotor.
3. Membersihkan wajah:
-Handuk dibentangkan di atas bantal di bawah kepala pasien.
- Dengan waslap lembab membersihkan mata mulai dari
sudut mata dekat hidung ke arah keluar sampai bersih.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 41
- Dengan waslap lembab tanpa sabun membersihkan wajah
pasien.
- Menawarkan penggunaan sabun untuk daerah wajah.
- Membersihkan wajah, telinga, leher dengan menggunakan
waslap lembab yang diberi sabun dan dibilas sampai bersih.
- Mengeringkan dengan handuk.
- Mengangkat handuk pindahkan ke bawah lengan.
4. Membersihkan daerah ekstremitas lengan:
- Lengan sebelah kiri diangkat, kemudian bentangkan handuk
secara
memanjang sehingga seluruh lengan dapat diletakkan di atas
handuk.
- Membasahi lengan pasien dengan was lap sabun dari arah
proximal ke distal dengan satu arah, kemudian dibilas dengan
waslap basah sampai bersih. Mulai dari lengan yang lebih
jauh dari perawat.
- Mengeringkan lengan dengan handuk sampai kering.
- Membersihkan lengan yang lebih dekat dengan perawat
sama dengan
membersihkan lengan sebelumnya.
5. Membersihkan daerah ekstremitas lengan:
- Kedua lengan diangkat ke atas dan diletakkan di samping
kepala pasien.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 42
- Selimut mandi atau kain penutup diturunkan dan dilipat
sampai daerah os. pubis.
- Handuk dibentangkan pada bagian sisi pasien.
- Membersihkan daerah dada, ketiak dan perut dengan
waslap bersabun dengan cara memutar.
- Membersihkan dengan waslap lembab sampai bersih.
- Mengeringkan dengan handuk sampai kering.
- Memberi bedak / talk tipis pada daerah dada, ketiak dan
perut.
- Menutup tubuh pasien bagian depan dengan selimut atau
kain penutup yang bersih.
6. Membersihkan daerah punggung:
- Pasien dimiringkan ke kiri atau kanan sesuai kebutuhan
pasien.
- Membentangkan handuk di sisi bawah pasien sampai ke
bokong.
- Membersihkan dengan waslap bersabun mulai dari
tengkuk, bahu, punggung sampai bokong dengan cara
memutar.
- Membersihkan dengan waslap lembab sampai bersih.
- Mengeringkan dengan handuk sampai kering.
- Menggosok sambil message dengan zalf/kamper spiritus
sampai kering kemudian diberi bedak tipis. Pasien

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 43
dimiringkan ke kanan, handuk dibentangkan di bawah
punggung kemudian punggung kiri dibersihkan seperti
punggung kanan.
- Posisi Ibu kembali ditelentangkan.
- Mengenakan pakaian bagian atas.
- Mengganti air dengan air bersih dan hangat.
- Washlap dicuci bersih.
7. Membersihkan daerah extremitas bawah:
- Menanggalkan pakaian bagian bawah kemudian
memasukkan ke dalam ember bertutup/tempat pakaian kotor.
- Membentangkan handuk sepanjang extremitas bawah
sebelah kiri, extremitas kanan ditutup dengan selimut atau
kain penutup.
- Lutut ditekuk kemudian membersihkan dengan waslap
bersabun mulai dari arah proximal ke distal satu arah.
- Membersihkan dengan waslap lembab sampai bersih.
- Mengeringkan dengan handuk sampai kering.
- Membersihkan extremitas bawah sebelah kanan sama
dengan membersihkan extremitas sebelah kiri pasien.
8. Membersihkan daerah lipatan paha dan genitalia:
- Menutup daerah genitalia dengan kain penutup atau
selimut.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 44
- Selimut atau kain penutup diangkat dan dilipat kemudian
diletakkan pada kursi.
- Melepaskan pakaian bagian bawah.
- Mengangkat bokong.Membentangkan handuk di bawah
bokong pasien.
- Membersihkan daerah lipatan paha dengan waslap
bersabun, lalu membersihkan dengan waslap lembab sampai
bersih.
- Mengeringkan dengan handuk sampai kering.
- Membersihkan daerah genitalia dengan waslap bersabun.
Pada wanita khusnya Ibu mulai dari depan ke dalam.
Membuka bibir kemaluannya dengan hati-hati dan
dibersihkan.
- Membersihkan dengan waslap lembab sampai bersih.
- Mengeringkan dengan handuk sampai kering.
- Daerah lipatan paha diberi bedak/talk tipis.
9. Membersihkan daerah anus:
- Memiringkan pasien ke sisi sebelah kiri.
- Membuka lipatan bokong dan membersihkan anus dengan
waslap bersabun.
- Membersihkan dengan waslap lembab sampai bersih.
- Mengeringkan dengan handuk sampai kering.
- Posisi pasien kembali terlentang.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 45
10. Mengenakan pakaian bagian bawah.
11. Merapikan pasien dan kalau perlu memasang selimut
kembali.
12. Merapikan tempat tidur dan mengganti sarung bantal
pasien bila
diperlukan.
13. Membuka pintu dan jendela serta gordyn dan atau
sampiran.
14. Pakaian dan alat tenun kotor serta peralatan mandi yang
dipakai
dibereskan.
15. Petugas mencuci tangan.
16.Membuat catatan keperawatan yang mencakup:
- Tindakan dan hasil respon pasien.
- Kondisi kesehatan pasien.
- Tanda-tanda vital sebelum dan sesudah memandikan.
- Tingkat mobilisasi.

HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Jika kondisi memungkinkan, libatkan pasien untuk


melakukan tindakan.
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 46
2. Dalam melakukan tindakan,perawat harus memperhatikan
keamanan dirinya
sendiri dengan memakai schort, handschoen ataupun masker.

PENGERTIAN MEMANDIKAN BAYI

Memandikan bayi adalah suatu cara membersihkan


tubuh bayi dengan air dengan cara menyiram, merendam diri
dalam air berdasarkan urut-urutan yang sesuai. Dalam
minggu minggu pertama bayi cukup mandi satu kali sehari
dipagi hari. Jika perlu sore hari cukup dibersihkan dari kulit
yang basah atau keringat. Usahakan tidak langsung
memandikan bayi setelah menyusui, sedang lapar atau
mengantuk untuk menghindarkan bayi muntah, kedinginan,
atau kaget.Tujuan dari memandikan bayi untuk
membersihkan tubuh bayi

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 47
TUJUAN MEMANDIKAN BAYI

Tujuan memandikan bayi diantaranya, yaitu :


1. Untuk membersihkan tubuh bayi
2. Memberi kenyamanan pada bayi
3. Agar bayi lebih segar setelah di mandikan
4. Menghindarkan bayi dari alergi akibat keringat
5. Untuk menjaga kulit bayi tetap lembap
6. Agar bayi dan ibunya semakin lebih dekat

MANFAAT MEMANDIKAN BAYI

Manfaat memandikan bayi diantaranya, yaitu :


1. Tubuh bayi menjadi bersih
2. Bayi menjadi nyaman setelah dimandikan
3. Bayi menjadi lebih segar setelah dimandikan
4. Bayi terhindar dari alergi akibat keringat
5. Agar kulit bayi tetap lembap
6. Bayi dan ibunya semakin lebih dekat

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 48
INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI MEMANDIKAN
BAYI

 Indikasi
1. Mandikan bayi sehari 2 kali
2. Mandikan bayi jika keringat berlebih
3. Mandikan bayi jika BAK atau BAB mengenai tubuh
bayi
 Kontra indikasi
1. Jangan memandikan bayi jika sedang lapar
2. Jangan mandikan bayi jika jika bayi sudah menyusui
3. Jangan mandikan bayi jika jika bayi sedang mengantuk
4. Jangan mandikan bayi jika bayi sedang demam / sakit

RUANGAN MEMANDIKAN BAYI

Sebelum memandikan bayi, terlebih dahulu tentukan di


mana si kecil akan Anda mandikan. Sebaiknya, pilihlah
tempat yang tertutup atau ruang yang cukup hangat.
Seringkali kamar tidur menjadi pilihan yang cukup baik
sebab merupakan sebuah ruangan yang tertutup, tidak ada
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 49
hembusan angin, dan juga hanya sedikit debu yang
berterbangan.

PERLENGKAPAN MEMANDIKAN BAYI

1. Bak mandi bayi


2. Baskom kecil untuk mencuci rambut
3. Air panas
4. Air dingin
5. Sampo bayi
6. Termometer
7. Handuk bayi
8. Waslap
9. Kain untuk dasar bak mandi
10. Air matang untuk membasahi kapas bulat dan
bertangkai
11. Tempat pakaian kotor
12. Kapas bertangkai, untuk membersihkan telinga
dan hidung
13. Kapas bulat, untuk membersihkan sudut mata dan
organ kemaluan
14. Kom atau makuk kecil
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 50
15. Kosmetik Bayi :
1) Minyak telon atau minyak kayu putih
2) Bedak bayi
3) Krim bayi (baby lotion) untuk menghindari
terjadinya ruam kulit
4) Minyak wangi (baby cologne) untuk
menyegaarkan dan mengharumkan tubuh bayi
5) Minyak rambut (hair lotion) untuk menyehatkan
rambut dan kulit kepala
6) Sisir rambut
16. Pakaian bayi :
1) Baju bayi
2) Celana bayi
3) Popok bayi ( kain halus )
4) Kaos kaki
17. Lain – lain :
1) Alat pelindung diri ( sarung tangan, clemek )

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM


MEMANDIKA BAYI

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 51
1. Pastikan bahwa suhu ruangan tempat Anda akan
memandikan bayi cukup hangat. Jangan memandikan
bayi di dalam ruangan yang bersuhu kurang dari 250C.
2. Hindari memandikan bayi setelah makan, karena bisa
membuat bayi muntah
3. Suhu air idealnya 29,40C.
4. Isi air di bak mandi 5-8 cm, jangan lebih dari itu.
5. Letakkan alas anti slip di dasar bak mandi agar bayi
tidak tergelincir
6. Mandikan bayi 2 kali sehari pada jam 10.00 WIB dan
jam 17.00 WIB.
7. Jika tali pusat belum sembuh benar, bayi tidak boleh
mandi berendam, mandikan bayi dengan menggunakan
waslap.
8. Jangan memandikan bayi terlalu lama, karena bisa
membuat bayi kedinginan.

LANGKAH-LANGKAH MEMANDIKAN BAYI

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 52
1. Cuci tangan terlebih dauhulu
2. Tuangkan air dingin kemudian air panas ke dalam bak
mandi dan baskom kecil.
3. Ukur suhu air dengan termometer atau dengan siku.
4. Pakai sarung tangan dan celemek
5. Buka baju bayi, kemudian ganti dengan handuk yang
lebut.
6. Bersihkan mata bayi dengan kapas bulat yang sudah di
basahi air matang.
7. Bersikan lubang hidung bayi dengan hati-hati dengan
kapas bertangkai yang sudah dibasahi air matang.
8. Bersihkan daun telinga dengan kapas bertangkai yang
telah di beri baby oil terlebih dahulu.
9. Ukur kembali suhu air dalam bak mandi dan baskom
kecil, bila perlu tambahkan kembali air panas ke dalam
bak mandi.
10. Angkatlah bayi di atas baskom kecil untuk
mencuci rambut bayi .
11. Basuh rambut bayi, kemudian tuangkan sedikit
sampo bayi gosok dan bilas rabut bayi sampai bersih.
12. Lepaskan handuk yang di pakai bayi, kemudian
angkatlah bayi ke bak mandi.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 53
13. Sanggalah kepala, leher, serta bahunya dengan
satu tangan.
14. Basuhlah sedikit demi sedikit tubuhnya, lalu
sabunilah tubuh bayi, kemudian basuh dengan bersih.
15. Untuk membasuh bagian wajah, lakukan secara
lebih berhati-hati agar sabun tidak masuk ke mata bayi.
16. Balikkan badan bayi, dengan tangan kiri dan
memegang erat-erat ketiak bayi, sementara tangan
kanan membersihkan punggung bayi.
17. Jangan lupa untuk membersihkan alat kelamin dan
bokong bayi, perhatikan pula lipatan-lipatan yang
terdapat pada daerah tersebut.
18. Setelah selesai semuanya angkatlah bayi dari
dalam air dan keringkan badan bayi dengan handuk.
19. Usapkan lotion di daerah selangkangan untuk
melindungi kulit bayi.
20. Usapkan minyak telon dan bedak di dada dan
punggung bayi.
21. Pakaikanlah popok dan perlengkapan baju bayi
yang bersih.
22. Pakaikan kosmetik bayi yang lainnya seperti
minyak rabut dan minyak wangi, kemudian sisir rambut
bayi.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 54
VULVA HYGIENE
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 55
PENGERTIAN VULVA HYGIENE

Vulva terbagi atas sepertiga bagian bawah vagina,


klitoris, dan labia. Labia mayora merupakan struktur terbesar
genitalia eksternal wanita yang mengelilingi organ lainnya,
yang berakhir pada mons pubis. Mons pubis merupakan
tonjolan lemak yang besar dan terletak diatas simfisis pubis.
Membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien
wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya
sendiri. Cara membersihkan dan menjaga kebersihan organ
kelamin luar wanita yaitu dengan cara membasuh dari arah
depan ke belakang, membersihkan dan mengeringkan alat
kelamin dengan menggunakan tissu atau handuk khusus,
tidak perlu menggunakan sabun khusus pembersih vagina.
Tindakan buruk dalam menjaga kebersihan genitalia, seperti

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 56
mencucinya dengan air kotor, memakai sabun antiseptik
secara berlebihan.

TUJUAN VULVA HYGIENE

1. Menjaga kebersihan vulva


2. Mencegah infeksi vulva
3. Memberikan rasa nyaman pada pasien

PERSIAPAN ALAT

1. Kapas desinfektan atau kapas sublimat di tempatnya


2. Selimut mandi
3. Baskom cebok berisi air hangat 41°C - 43°C 4.
Bengkok (nierbeken) dan plastik disposable sekali pakai.
5. Pispot dan bantalan tahan air atau bedpan
6. Waslap sekali pakai.
7. Tisu kamar mandi dan handuk.
8. Handscone
9. Peralatan didekatkan pada pasien.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 57
PELAKSANAAN

1. Berikan salam terlebih dahulu. Lalu, beri penjelasan


tentang hal-hal yang akan dilakukan. Dan tanyakan kesiapan
klien.
2. Tutuplah pintu dan jendela, dan jika perlu pasanglah
sampiran (scherm).
3. Tinggikan tempat tidur untuk posisi kerja yang nyaman.
Turunkan tirali samping tempat tidur.
4. Selimuti pasien dengan meletakkan selimut mandi
dengan satu ujung selimut diantara tungkai pasien, dua ujung
mengarah ke masing-masing sisi tempat tidur, dan satu ujung
yang lain pada dada pasien. Bantu klien mengambil posisi
dorsal rekumben. Pakaian pasien bagian bawah dikeataskan
atau dibuka. Lilitkan ke sekeliling tungkai terjauh pasien
dengan menarik ujung selimut mandi dan melipatnya di
bagian bawah panggul. Dengan cara yang sama lakukan
untuk tungkai terdekat.
5. Letakkan bantalan tahan air dan pispot dibawah bokong
pasien.
6. Isi baskom cebok dengan air yang bersuhu sekitar 41˚-
43˚C. Dan bantu klien memfleksikan lutut dan merentangkan
kakinya.
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 58
7. Cuci tangan bila perlu, pakai handscone pada tangan
kiri.
8. Lipat ke atas ujung bawah selimut mandi diantara kaki
klien ke arah abdomen.
9. Buka labia mayora kanan dan kiri menggunakan tangan
kiri yg memakai handscone. Bersihkan labia mayora dengan
mengguyurkan air hangat. Dengan tangan kanan bersihkan
dengan hati-hati lapisan kulit menggunakan washlap. Usap
dari perineum ke arah anus. Ulangi hingga bersih lalu
keringkan.
10. Dekatkan kapas dan baskom berisi larutan desinfektan.
Dan letakkan bengkok diantara kedua kaki klien.
11. Dengan tangan kiri buka vulva memakai kapas sublimat
dan tangan kanan membersihkan vulva dengan kapas
sublimat.
12. Bersihkan dengan kapas sublimat, selanjutnya bersihkan
vulva dari atas ke bawah, bagian sekitar genetalia,labia
mayora ,labia minora,vestibulum,perineum dan anus. 1 kapas
hanya untuk sekali usap. Kapas kotor dibuang ke dalam
bengkok. Demikian dilakukan beberapa kali setelah vulva
bersih. Keringkan dengan tisu.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 59
13. Setelah selesei pispot diangkat. Kapas sublimat kotor
yang tadi dan tissu kotor ditaruh bengkok dan handscone
kotor dibuang ke kantong plastik disposable.
14. Pasien dirapikan dan posisinya diatur kembali. Tinggikan
Tirali tempat tidur.
15. Peralatan dibersihkan, dibereskan, dan dibersihkan ke
tempat semula.
16. Cuci tangan hingga bersih.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Hindari tindakan yang menyebabkan pasien merasa


malu dan lelah, serta tetap menjaga kesopanan. Ajaklah klien
berkomunikasi selama melakukan prosedur.
2. Perhatikan apakah ada kelainan pada vulva dan
sekitarnya
3. Cegah kotoran masuk ke dalam vulva.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 60
BODY MEKANIK

PENGERTIAN BODY MEKANIK

Mekanika Tubuh adalah suatu usaha


mengkoordinasikan sistem muskuloskeletal dan sistem
syaraf dalam mempertahankan keseimbangan, postur dan
kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkuk,
bergerak, dan melakukan aktivitas sehari-hari ( Potter &
Perry, 2005).

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 61
ELEMEN BODY MEKANIK

Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :


a. Body Alignment (Postur Tubuh)Susunan geometrik bagian-
bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang
lain.
b. Balance / KeseimbanganKeseimbangan tergantung pada
interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of
support.
c. Koordinated body movement (Gerakan tubuh yang
terkoordinir)Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi
muskuloskeletal dan sistem syaraf.

PRINSIP BODY MEKANIK

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 62
1. Gravity : Merupakan prinsip pertama yang harus
diperhatikan dalam melakukann mekanika tubuh dengan
benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam
pergerakan tubuh. Terdapat tiga faktor yang perlu
diperhatikan dalam gravitasi:
a.Pusat gravitasi ( center of gravitasi ), titik yang berada
dipertengahan tubuh
b.Garis gravitasi ( Line Of gravitasi ), merupakan garis
imaginer vertikal melalui pusat gravitasi.
c.Dasar tumpuan ( base of suport ), merupakan dasar tempat
seseorang dalam keadaan istirahat untuk menopang atau
menahan tubuh
2. Balance (Keseimbangan) : Keseimbangan dalam
penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara
mempertahankan posisi garis gravitasi diantara pusat
gravitasi dan dasar tumpuan.
3. Weight (berat) : Dalam menggunakan mekanika tubuh
sangat dipehatikan adalah berat atau bobot benda yang akan
diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika
tubuh.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 63
PERGERAKAN DASAR YANG DIGUNAKAN DALAM
BODY MEKANIK

a. Gerakan ( ambulating ).Gerakan yang benar dapat


membantu keseimbangan tubuh. Sebagai contoh,
keseimbangan pada saat orang berdiri dan saat orang berjalan
kaki berbeda. Orang berdiri akan lebih mudah stabil
dibanding dengan orang yang berjalan, karena pada posisi
berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke
sisi yang lain dan pusat gravitasi selalu berubah pada posisi
kaki. Pada saat berjalan terdapat dua fase yaitu fase menahan
berat dan fase mengayun, yang akan menghasilkan gerakan
halus dan berirama.
b.Menahan ( squating ).Dalam melakukan pergantian, posisi
menahan selalu berubah. Sebagai contoh, posisi orang yang
duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok dan
tentunya juga berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi
adalah hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan posisi
yang tepat dalam menahan. Dalam menahan sangat
diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah
kelainan tubuh dan memudahkan gerakan yang akan
dilakukan.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 64
c. Menarik ( pulling ).Menarik dengan benar akan
memudahkan untuk memindahkan benda. Terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan untuk menarik benda, di
antaranya ketinggian, letak benda ( sebaiknya berada di
depan orang yang akan menarik ), posisi kaki dan tubuh
dalam menarik ( seperti condong kedepan dari panggul ),
sodorkan telapak tangan dan lengan atas di bawah pusat
gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan pada
permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan kaki
ditekuk lalu lakukan penarikan.
d. Mengangkat ( lifting ).Mengangkat merupakan cara
pergerakan daya tarik. Gunakan otot – otot besar dari tumit,
paha bagian atas, kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk
mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang.
e. Memutar ( pivoting ).Memutar merupakan gerakan
untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang
belakang. Gerakan memutar yang baik memperhatikan ketiga
unsur gravitasi dalam pergerakan agar tidak memberi
pengaruh buruk pada postur tubuh.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 65
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BODY
MEKANIK

a. Status kesehatan : Perubahan status kesehatan dapat


mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf
berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat
disebabkan oleh penyakit, berkurangnya kemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari – hari dan lain – lainnya.
b. Nutrisi : Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah
membantu proses pertumbuhan tulang dan perbaikan sel.
Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan
kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit.
sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih
mudah mengalami fraktur.
c. Emosi : Kondisi psikologis seseorang dapat
menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulansi
yang baik, seseorang yang mengalami perasaan tidak aman,
tidak bersemangat, dan harga diri rendah. Akan mudah
mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
d. Situasi dan Kebiasaan : Situasi dan kebiasaan yang
dilakukan seseoarang misalnya, sering mengankat benda-
benda berat, akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh
dan ambulasi.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 66
e. Gaya Hidup : Gaya hidup, perubahan pola hidup
seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar
akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga
dapat menganggu koordinasi antara sistem muskulusletal dan
neurologi, yang akhirnya akan mengakibatkan perubahan
mekanika tubuh.
f. Pengetahuan : Pengetahuan yang baik terhadap
penggunaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang
untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga
mengurangi tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya,
pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan
mekanika tubuh akan menjadikan seseorang beresiko
mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan
muskulusletal.

SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM


KEBUTUHAN AKTIVITAS

1. Tulang
Tulang merupakan organ yang mempunyai berbagai fungsi,
fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat
melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat menyimpan

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 67
mineral kususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan
setiap saat sesuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang
dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-
organ dalam.
2. Otot dan tendo
Tubuh memiliki mempunyai kemampuan berkontraksi yang
memungkinkan tubuh bergerak sesuai keinginan. Otot
memiliki origo dan insersinya tulang, serta dihubungkan
dengan tulang melalui tendon, yaitu suatu jaringan ikat yang
melekat sangat kuat pada tempat insersinya tulang
.3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang
dengan tulang. Ligamen pada lutut merupakan penjaga
stabilitas.
4. Sistem syaraf
Syaraf terdiri dari syaraf pusat (otak dan medula spinalis) dan
syaraf tepi (percabangan dari syaraf pusat). Bagian somatis
memiliki fungsi sensorik dan motorik. Kerusakan pada syaraf
pusat seperti kerusakan tulang belakang akan menyebabkan
kelemahan umum, sedangkan kerusakan saraf tepi
menyebabkan terganggunya daerah yang diinervasi dan
kerusakan pada saraf radial akan menyebabkan drop hand
atau gangguan sensorik di daerah radial tangan.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 68
5. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih tulang bertemu.

KONSEKUENSI BODY MEKANIK YANG BURUK

1. Jatuh
2. Cidera belakang (Harber (1985), memberikan daftar
penyebab cidera belakang yang paling sering terjadi pada
perawat yang bekerja di rumah sakit yaitu :
. Mengangkat pasien ke atas tempat tidur (48%)
. Membantu pasien turun dari tempat tidur (30%)
. Memindahkan bed (27%)
. Mengangkat pasien keatas brankat(22%)

DAMPAK DARI PENGGUNAAN MEKANIKA TUBUH


YANG SALAH

1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya


kelelahan dan gangguan dalam sistem muskulusletal.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 69
2. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem
muskulusletal. Seseorang salah dalam berjongkok atau
berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam
struktur muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang
vertebrata

BODY ALIGNMENT

a. Membantu pasien berdiri


Pengertian:Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada
klien yang imobilisasi atau klien lemah untuk memberikan
bantuan berdiri.

b. Membantu pasien duduk


Pengertian:Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada
klien yang imobilisasi atau klien lemah untuk memberikan
bantuan duduk ditempat tidur.Tujuan:Mengurangi risiko
cedera muskuloskeletal pada semua orang yang terlibat.

c. Mengatur berbagai posisi klien


1) Posisi fowler

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 70
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk,
dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan
setinggi 15°- 90°.Tujuannya untuk mempertahankan
kenyamanan dan memfasilitasi fungsi kenyamanan pasien,
Melakukan aktivitas ttu, Mengatasi kesulitan pernafasan &
KV pernafasan pasien.Fowler : 45 – 90o dan Semi fowler :
15 – 45o
2) Posisi dorsal recumbent
Adalah dimana posisi kepala dan bahu pasien sedikit
mengalami elevasi diatas bantal, kedua lengan berada di
samping sisi tubuh, posisi kaki fleksi dengan telapak kaki
datar diatas tempat tidur. Tujuannya untuk memeriksa daerah
genetalia, pasang cateter, serta pada proses persalinan
3) Posisi Trendelenburg
Adalah posisi pasien berbaring di TT dg bagian kepala lebih
rendah daripada bagian kakiTujuan : Melancarkan peredaran
darah ke otak
4) Posisi antitrendelenberg
Adalah posisi pasien berbaring di TT dengan kaki lebih tinggi
dari kepala.Tujuan : tindakan menurunkan tekanan
intrakranial pada pasien trauma kapitis.
5) Posisi pronasi/ tengkurap

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 71
Adalah dimana posisi pasien berbaring diatas abdomen
dengan kepala menoleh kesalah satu sisi. Kedua lengan fleksi
disamping kepala. Posisi ini memiliki beberapa tujuan
diantaranya :
a.Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan
lutut.
b.Mencegah terjadinya fleksi kontraktur dari pinggul dan
sendi.
c.Membantu drainase dari mulut.
6) Posisi lateral (side lying)
Yaitu seorang tidur diatas salah satu sisi tubuh, dengan
membentuk fleksi pada pinggul dan lutut bagian atas dan
meletakkannya lebih depan dari bagian tubuh yang lain
dengan kepala menoleh kesamping.Tujuan posisi ini :
Mengurangi lordosis & meningkatkan kelurusan punggung ,
Baik untuk posisi tidur & istirahat, Membantu
menghilangkan tekanan pada sakrum
7) Posisi supine/ terlentang.
Ini biasanya disebut berbaring telentang, datar dengan kepala
dan bahu sedikit elevasi dengan menggunakan bantal. Posisi
pasien harus di tengah-tengah tempat tidur, sekitar tiga inci di
bawah kepala tempat tidur.Tujuan : Klien pasca operasi

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 72
dengan anestesi spinal, Mengatasi masalah yg timbul akibat
pemberian posisi pronasi yg tidak tepat.
8) Posisi Sim’s
Adalah posisi dimana tubuh miring kekiri atau kekanan.
Tujuan posisi ini :untuk memberikan kenyamanan dan
memberikan obat per anus (supositoria).Memfasilitasi
drainase dari mulut pada klien tidak sadarMengurangi
penekanan pada sakrum & trokanter mayor pada klien
paralisis.Memudahkan pemeriksaan perineal.Untuk tindakan
pemberian enema.

9) Posisi Genu pectoral/knee chest position


posisi pasien berbaring dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada bagian alas TTTujuan : memeriksa daerah
rectum & sigmoid
10) Posisi Litotomi
posisi pasien berbaring terlentang dengan mengangkat kedua
kaki dan menariknya keatas bagian perutTujuan : Merawat
atau memeriksa genetalia pada proses persalinan, memasang
alat kontrasepsi
11) Posisi Orthopneik
posisi adaptasi dari fowler tinggi. Klien duduk di TT atau tepi
TT dg meja yang menyilang diatas TT (90o).Tujuan :

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 73
membantu mengatasi masalah kesulitan bernafas dg ekspansi
dada maksimum, membantu klien yg mengalami inhalasi

AMBULANSI

1. Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke kursi/


kursi roda
a. Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi Pengertian :
Memindahkan klien yang tirah baring ke kursi
b. Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke kursi roda
Pengertian : Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi
roda
2. Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke brankard
(TT) dan sebaliknya
A. Memindahkan klien dari TT ke brankard/ TT dan
sebaliknya dengan cara diangkat.
B. Memindahkan klien dari TT ke brankar/ TT dan
sebaliknya dengan easy move.
C. Memindahkan klien dari TT ke brankard dan
sebaliknya dengan Scoop Stretcher

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 74
3. Membantu klien berjalanTujuan: Memulihkan kembali
toleransi aktivitas, Mencegah terjadinya kontraktur sendi dan
flaksid otot
4. Membantu klien dengan alat bantu jalan (Kruk)
Tujuan: Membantu melatih kemampuan gerak klien, melatih
dan meningkatkan mobilisasi. Mencapai kestabilan klien
dalam berjalan.
Manfaat : Klien mampu berjalan dengan menggunakan alat
bantu dan meningkatnya kemampuan mobilisasi klien.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


GANGGUAN BODI MEKANIK

Untuk melakukan pengkajian body mekanik dan alignment


lakukan inspeksi terhadap pada pasien pada saat
berdiri,duduk maupun berbaring. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mengkaji antara lain :
1. Posisi berdiri
Lakukan inspeksi melalui sudut pandang secara :
Anterior,Lateral dan posterior. Pasien dalam posisi berdiri
dengan kepala tegak dan mata lurus kedepan serta bahu dan
pinggul harus lurus dan sejajar, apabila posisi tidak sesuai

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 75
dengan posisi berdiri yang benar maka dapat
diidentifikasikan bahwa ada gangguan pada otot dan tulang
pasien.
2. Posisi duduk
Pada saat keadaan ini normalnya kepala dan dada akan akan
memiliki keadaan yang sama pada saat posisi berdiri yaitu
kepala pasien harus tegak lurus dengan leher dan verterba
kolumna telapak kaki lurus berpijak pada lantai. Pasien yang
dalam keadaan abnormal akan mengalami kelemahan otot
atau pralis otot serta adanya sensasi (kerusakan saraf)
3. Posisi berbaring
Letakan pasien pada posisi lateral semua bantal dan
penyokong posisi dipindahkan dari tempat tidur, kemudian
tubuh ditopang dengan kasur yang cukup dan vertebra harus
lurus dengan alas yang ada . apabila dijumpai kelainan pada
pasien, maka terdapat penurunan sensasi atau gangguan
sirkulasi serta adanya kelemahan.
Cara berjalan dikaji untuk mengetahui mobilitas dan
kemungkinan resiko cedera akibat dari terjatuh, pasien
diminta berjalan sepanjang 10 langkah kemudian perawat
memperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Kepala tegak, pandangan lurus kedepan, punggung
tegak.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 76
2. Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu sebelum jari-
jari kaki.
3. Langkah lembut, terkoordinasi dan ritmik
4. Mudah untuk memulai dan mengakhiri berjalan
5. Jumlah langkah per menit (pace) 70-100 X per menit,
kecuali pada orang tua mungkin 40 kali per menit.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas


jaringan tulang
. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neurovasculer
. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan
keseimbangan yang disertai kelemahan otot
. Perencanaan Keperawatan

NYERI AKUT BEHUBUNGAN DENGAN


TERPUTUSNYA KONTINUITAS JARINGAN TULANG

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 77
Perasaan sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian
rupa; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan
hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi berlangsung < 6 bulan.

 Tujuan
1) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang.
2) Klien dapat mendeskripsikan bagaimana
mengontrol nyeri
3) Klien mengatakan kebutuhan istirahat dapat
terpenuhi
4) Klien dapat menerapkan metode non farmakologik
untuk mengontrol nyeri
 Intervensi:
1. Identifikasi nyeri yang dirasakan klien (P, Q, R, S, T).
2. Eksplor faktor-faktor penyebab nyeri.
3. Kaji pengalaman klien masa lalu dalam mengatasi
nyeri.
4. Pantau tanda-tanda vital.
5. Berikan tindakan kenyamanan.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 78
6. Ajarkan teknik non farmakologik (relaksasi, fantasi,
dll) untuk menurunkan nyeri.
7. Jelaskan prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan
mengurangi nyeri
8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian: analgetik
sesuai indikasi

GANGGUAN MOBILITAS FISIK BERHUBUNGAN


DENGAN GANGGUAN NEUROMUSKULER

Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih


ekstrimitas secara mandiri dan terarah
 Tujuan:
1. Aktivitas fisik meningkat.
2. ROM normal.
3. Melaporkan perasaan peningkatan kekuatan dalam
bergerak..
4. Klien bisa melakukan aktivitas.
 Intervensi:
1. Pastikan keterbatasan gerak sendi yang dialami.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 79
2. Motivasi klien untuk mempertahankan pergerakan
sendi.
3. pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan
latihan.
4. Ajarkan ROM exercise aktif dan pasif; jadual;
keteraturan, latih ROM pasif dan aktif
5. Anjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur sesuai
toleransi
6. Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi.
7. Fasilitasi penggunaan alat Bantu.
8. Jelaskan manfaat ROM aktif dan pasif
9. Kolaborasi dengan fisioterapi

PELAKSANAAN

1.Bodi alignment
 Membantu klien dengan masalah berdiri dan duduk
 Mengatur berbagai posisi klien
 Papan sandaran
2.Ambulasi
 Memindahkan klien dari tempat tidur ke (TT) ke kursi/
kursi roda/ brankar dan sebaliknya
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 80
 Membantu klien berjalan
 Membantu klien dengan alat bantu jalan

MACAM- MACAM ABNORMAL

a. Tortikolis
Diskripsi: mencondongkan kepala ke sisi yang sakit, dimana
otot sternokleidomastoideus berkontraksi.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: operasi, pemanasan, topangan, atau
imobilisasi berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan.

b. Kifosis
Diskripsi : peningkatan kelengkungan pada kurva spinal
torakal.
Penyebab : kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket
tuberkolosis spinal.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal, tidur tanpa
bantal, menggunakan papan tempat tidur, memakai jaket,
penggabungan spinal (berdasarkan penyebab dan tingkat
keparahan).
c. Kifolordosis
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 81
Diskripsi: kombinasi dari kifosis dan lordosis.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: sama dengan metode yang digunakan untuk
kifosis dan lordosis berdasarkan penyebab.
d. Skoliosis
Diskripsi: kurvatura spinal lateral, tinggi pinggul dan bahu
tidak sama.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, paralisis spastic,
panjang kaki tidak sama
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan
penyebab dan tingkat keparahan).

e. Kifoskoliosis
Diskripsi: tidak normalnya kurva spinal anteroposteriol dan
lateral.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, kor pulmonal.
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan
penyebab dan tingkat keparahan).
f. Dysplasia Punggung Kongenital
Diskripsi: ketidakstabilan pinggul dengan keterbatasan
abduksi pinggul, dan kadang-kadang kontraktur adduksi

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 82
(kaput vemur tidak bersambung dengan assetatbulum karena
abnormal kedangkalan assetatbulum).
Penyebab: kondisi congenital (biasanya dengan kelahiran
sungsang).
Penatalaksanaan: mempertahankan abduksi paha yang terus
menerus sehingga kaput vemur menekan ke bagian tengah
assetatbulum, beban abduksi, gips, pembedahan.
g. Knock-knee (Genu Varum)
Diskripsi: kurva kaki yang masuk ke dalam sehingga lutut
rapat jika seseorang berjalan.
Penyebab: kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket.
Penatalaksanaan: knee braces, operasi jika tidak dapat
diperbaiki oleh pertumbuhan.

h. Lordosis
Deskripsi: kelainan pada tulang belakang dimana
hyperekstensi dari tulang lumbal. Kurva anterior pada spinal
lumbal yang melengkung berlebihan.
Penyebab: kondisi congenital, kondisi temporer missal,
kehamilan.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal berdasarkan
penyebab.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 83
PENGAMBILAN
SPESIMEN

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 84
LATAR BELAKANG PENGAMBILAN SPESIMEN

Menyediakan dan mengirim bahan pemeriksaan


laboratorium sesuai dengan tindakan pemeriksaan yang akan
di lakukan terhadap pasien/klien yang bersangkutan. Bahan
pemeriksaan dapat segera di kirimkan ke laboratotium untuk
di periksa. Sehingga hasilnya secepatnya dapat di gunakan
untuk menentukan dan mengetahui perkembangan penyakit
pasien/klien bersangkutan.

TUJUAN PENGAMBILAN SPESIMEN

Adapun tujuan kami untuk menulis makalah ini adalah :


1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai “Persiapan Pengambilan Specimen Untuk

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 85
Pemeriksaan Diagnostik” (Darah, Urin, Feses, Cairan Vagina,
Secret).
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan dasar
kebidanan II (KDK II)
3. Membagi wawasan dengan rekan mahasiswa lainnya.

PEMERIKSAAN DARAH

1. Pengertian
Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan dengan bahan
atau spesimen darah beberapa pemeriksaan berikut ini yang
menggunakan spesimen darah antara lain : Albuminum,
Asam urat, gula darah, Hematokrit, Haemoglobin, Trombosit,
Kolesterol, dll.

2. Tempat pengambilan darah untuk berbagai macam


pemeriksaan laboratorium.
· Perifer (pembuluh darah tepi)
· Vena
· Arteri
· Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau daun
telinga bagian bawah
· Pada bayi dan anak kecil dapat diambil pada ibu jari
kaki atau tumit

3. Bentuk pemeriksaan
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 86
· Jenis/golongan darah
· HB
· Gula darah
· Malaria
· Filaria dll

4. Persiapan alat
· Lanset darah atau jarum khusus
· Kapas alcohol
· Kapas kering
· Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan,
tergantung macam pemeriksaan
· Bengkok
· Hand scoon
· Perlak dan pengalas

4. Prosedur kerja
· Mendekatkan alat
· Memberitahu klien dan menyampaikan tujuan serta
langkah prosedur
· Memasang perlak dan pengalas
· Memakai hand scoon
· Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung
jenis pemeriksaan
· Kulit dihapushamakan dengan kapas alcohol
· Bekas tusukan ditekan dengan kapas alcohol
· Merapikan alat
· Melepaskan hand scoon

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 87
PEMERIKSAAN URINE

1. Pengertian
Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang
menggunakan bahan atau spesimen urine.

2. Kegunaan
· Menafsirkan proses-proses metabolism
· Mengetahui kadar gula pada tiap-tiap waktu makan
(pada pasien DM)

3. Jenis pemeriksaan
· Urine sewaktu. Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu
bilamana diperlukan pemeriksaan.
· Urine pagi. Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu
pasien bangun tidur.

· Urine pasca prandial. Urine yang pertama kali


dikeluarkan setelah pasien makan (1,5-3 jam sesudah makan).
· Urine 24 jam. Urine yang dikumpulkan dalam waktu
24 jam.

4. Persiapan alat
· Formulir khusus untuk pemeriksaan urine
· Wadah urine dengan tutupnya
· Hand scoon
· Kertas etiket
· Bengkok
· Buku ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 88
5. Prosedur tindakan
· Mencuci tangan
· Mengisi formulir
· Memberi etiket pada wadah
· Memakai hand scoon
· Menuangkan 100 cc urine dari bengkok ke dalam
wadah kemudian ditutup rapat.
· Menyesuaikan data formulir dengan data pada etiket
· Menuliskan data dari formulir ke dalam buku ekspedisi
· Meletakkan wadah ke dalam bengkok atau tempat
khusus bertutup.
· Membereskan dan merapikan alat
· Melepas hand scoon
· Mencuci tangan

PEMERIKSAAN FAECES

1. Pengertian
Menyiapkan faeces untuk pemeriksaan laboratorium
dengan cara pengambilan yang tertentu. Pemeriksaan dengan
bahan faeces di lakukan untuk mendeteksi adanya kuman
seperti Salmonella, Shigella, Escherichia coli, Staphilococus,
dll.

2. Tujuan
Untuk menegakkan diagnose.

3. Pemeriksaan tinja untuk pasien dewasa

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 89
Untuk pemeriksaan lengkap meliputi warna, bau, konsistensi,
lendir, darah, dan telur cacing. Tinja yang diambil adalah
tinja segar.

4. Persiapan alat
· Hand scoon bersih
· Vasseline
· Botol bersih dengan penutup
· Lidi dengan kapas lembab dalam tempatnya
· Bengkok / Near Baken
· Perlak pengalas
· Tissue
· Tempat bahan pemeriksaan
· Sampiran

6. Prosedur tindakan
· Mendekatkan alat
· Memberitahu pasien
· Mencuci tangan
· Memasang perlak pengalas dan sampiran
· Melepas pakaian bawah pasien
· Mengatur posisi dorsal recumbent
· Memakan hand scoon
· Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus
dengan arah keatas kemudian diputar kekiri dan kekanan
sampai teraba tinja
· Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu
dimasukkan ke dalam tempatnya.
· Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan
dengan tissue.
· Melepas hand scoon

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 90
· Merapikan pasien
· Mencuci tangan

PEMERIKSAAN SPUTUM

1. Pengertian
Sputum atau dahak adalah bahan yang keluar dari bronchi
atau trakhea, bukan ludah atau lendir yang keluar dari mulut,
hidung atau tenggorokan. Pemeriksaan dengan bahan sputum
di lakukan untuk mendeteksi adanya kuman seoerti
Tuberkulosis pulmonal, Pneumonia bakteri, Bronkhitis
kronis, Bronkhietaksis.

2. Tujuan
Untuk mengetahui basil tahan asam dan mikroorganisme
yang ada dalam tubuh pasien sehingga diagnosa dapat
ditegakkan.

3. Indikasi
Pasien yang mengalami infeksi/peradangan saluran
pernafasan (apabila diperlukan).

4. Persiapan alat
· Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
· Botol bersih dengan penutup
· Hand scoon
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 91
· Formulir dan etiket
· Perlak pengalas
· Bengkok
· Tissue

5. Prosedur tindakan
· Menyiapkan alat
· Memberitahu pasien
· Mencuci tangan
· Mengatur posisi duduk
· Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan
menyiapkan bengkok.
· Memakai hand scoon
· Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam
tempat yang sudah disiapkan (sputum pot)
· Mengambil 5cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol
· Membersihkan mulut pasien
· Merapikan pasien dan alat
· Melepas hand scoon
· Mencuci tangan

PEMERIKSAAN SPUTUM

1. Persiapan alat
· Kapas lidi steril
· Objek gelas
· Bengkok
· Sarung tangan
· Spekulum
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 92
· Kain kassa, kapas sublimat
· Bengkok
· Perlak

2. Prosedur
· Memberitahu dan memberi penjelasan pada klien
tentang tindakan yang akan dilakukan
· Mendekatkan alat
· Memasang sampiran
· Membuka dan menganjurkan klien untuk
menanggalkan pakaian bagian bawah (jaga privacy pasien)
· Memasang pengalas dibawah bokong pasien
· Mengatur posisi pasien dengan kaki ditekuk (dorsal
recumbent)
· Mencuci tangan
· Memakai sarung tangan
· Membuka labia mayora dengan ibu jari dan jari
telunjuk tangan yang tidak dominan
· Mengambil sekret vagina dengan kapas lidi dengan
tangan yang dominan sesuai kebutuhan
· Menghapus sekret vagina pada objek gelas yang
disediakan
· Membuang kapas lidi pada bengkok
· Memasukkan objek gelas ke dalam piring petri atau ke
dalam tabung kimia dan ditutup
· Memberi label dan mengisi formulir pengiriman
spesimen untuk dikirim ke laboratorium
· Membereskan alat
· Melepas sarung tangan
· Mencuci tangan

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 93
· Melakukan dokumentasi tindakan

PERSIAPAN PRE
DAN POST
OPERASI

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 94
LATAR BELAKANG PERSIAPAN OPERASI DAN POST
OPERASI

Tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai


dari prabedah (pre-operasi) dan pasca bedah (post-operasi).
Prabedah merupakan masa sebelum dilakukan pembedahan,
dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai
pasien di meja bedah. Pascabedah merupakan masa setelah
dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki
ruang pemulihandan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.

PEMBEDAHAN

 Secara umum ada dua:


1. Berdasarkan lokasi pembedahan.
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 95
2. Berdasarkan tujuan pembedahan
 Jenis pembedahan berdasarkan lokasi terdiri dari:
1. Bedah kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah).
2. Bedah toraks (dada).
3. Bedah neurologi (syaraf).
4. Bedah orthopedic (tulang).
5. Bedah urologi (saluran perkemihan).
6. Bedah kepala leher.
7. Bedah digestif (saluran pencernaan).
8. Bedah caesar dan masih banyak lagi lainnya.

Sedangkan jenis pembedahan berdasarkan tujuan terdiri dari:


1. Pembedahan diagnostic, yang bertujuan untuk
menentukan sebab terjadinya gejala dari penyakit seperti
biopsy, eksplorasi dan laparotomi.
2. Pembedahan kuratif, pembedahan yang dilakukan
untuk mengambil bagian dari penyakit, seperti pembedahan
apendiktomy.
3. Pembedahan restorative, pembedahan yang dilakukan
untuk memperbaiki deformitas (kecacatan) dan untuk
menyambung daerah yang terpisah.
4. Pembedahan paliatif adalah pembedahan yang
dilakukan untuk mengurangi gejala saja dan tidak
untuk mengurangi penyakit.
5. Pembedahan kosmetik adalah pembedahan yang
dilakukan untuk memperbaiki bentuk dalam tubuh misalnya
rhinoplasty (operasi untuk membuat hidung menjadi lebih
mancung).

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 96
Berdasarkan jenis anestesi terdiri dari :
1. Anestesi umum merupakan suatu tindakan pembiusan
yang dilakukan untuk memblok pusat kesadaran otak dengan
menghilangkan kesadaran dan menimbulkan relaksasi serta
hilangnya perasaan. Pada umumnya metode pemberiannya
adalah dengan inhalasi dan intravena.
2. Anestesi regional merupakan jenis anestesi yang
dilakukan untuk meniadakan proses kejutan pada ujung atau
serabut syaraf serta ada hilangnya perasaan pada daerah
tubuh tertentu akan tetpai pasien masih sadar. Metode
pemberian yang digunakan adalah melakukan blok syaraf,
memblok regional intravena dengan tourniquet, blok daerah
spinal dan melalui epidural.
3. Anestesi lokal merupakan anestesi yang dilakukan
untuk memblok transmisi impuls syaraf pada daerah yang
akan dilakukan tindakan serta perasaan pada daerah tertentu
dan pasien tetap dalam kondisi sadar. Metode yang digunakan
adalah inflitrasi atau topical.
4. Hipno anestesi merupakan anestesi yang dilakukan
untuk membuat status kesadaran pasif secara artificial/ buatan
sehingga terjadi peningkatan ketaatan kepada saran atau
perintah serta mengurangi kesadaran dan membuat
perhatiannya menjadi terbatas.
5. Akupuntur merupakan anestesi yang dilakukan untuk
memblok rangsangan nyeri dengan merangsang keluarnya
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 97
endorphin tanpa menghilangkan kesadaran. Metode yang
banyak digunakan adalah jarum atau electrode pada
permukaan tubuh.

PERAWATAN PREOPERASI

Beberapa hal yang perlu di gaji dalam prabedah


adalah pengetahuan tentang persiapan pembedahan,
pengalaman masa lalu dan kesiapan psikologis. Hal-hal yang
penting lainnya seperti pengobatan yang mempengaruhi kerja
obat anestesia, seperti antibiotika yang berkompetensi dalam
istirahat otot; antikoagulan yang dapat meningkatkan
perdarahan; antihipertensi yang mempengaruhi anestesia dan
dapat menyebabkan hipotensi; dioretika yang berpengaruh
pada ketidak seimbangan potassium; dan lain-lain. Selain itu,
perlu juga di ketahui adanya riwayat alergi obat, setatus
nutrisi, ada atau tidaknya alat protesis seperti gigi palsu dan
lain-lain.

Pemeriksaan lain yang di anjurkan sebelum


pelaksanaan operasi adalah radiografi toraks, kapasitas vital,
fungsi paru-paru, analisis gas darah pada pemantauan sistem
respirasi dan elektrokardiograf; pemeriksaan darah seperti

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 98
leokosit, eritrosit, hematokrit, elektrolit, dan lain-lain;
pemeriksaan air kencing, albumin, Blood Urea
Nitrogen (BUN), kreatinin untuk menentukan gangguan
sistem renal; dan pemeriksaan kadar gula darah atau lainnya
untuk mendeteksi gangguan metabolisme lainnya.

RENCANA TINDAKAN PREOPERASI

1. Pemberian pendidikan kesehatan prabedah.

Pendidikan kesehatan yang perlu di berikan mencakup


penjelasan mengenai berbagai informasi dalam tindakan
pembedahan. Informasi tersebut di antaranya tentang jenis
pemeriksaan yang di lakukan sebelum bedah, alat-alat khusus
yang di perlukan, ruang pemulihan, dan kemungkinan
pengobatan setelah bedah.

2. Persiapan diet

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 99
Pasien yang akan di bedah memerlukan persiapan khusus
dalam hal pengaturan diet. Sehari sebelum bedah pasien
boleh menerima makanan biasa. Namun, 8 jam sebelum
bedah di lakukan pasien tidak di perbolehkan makan.
Sedangkan cairan tidak di perbolehkan 4 jam sebelum
operasi, sebab makanan dan cairan dalam lambung dapat
menyebabkan terjadinya aspirasi.

3. Persiapan kulit

Persiapan ini di lakukan dengan cara membebaskan darah


yang akan di bedah dari mikroorganisme dengan cara
menyiram kulit dengan sabun heksaklorofin
(hexachlorophene) atau sejenisnya yang sesuai dengan jenis
pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut maka harus di
cukur.

4. Latihan bernafas dan batuk

Latihan ini di lakukan untuk meningkatkan kemampuan


pengembangan paru-paru. Sedangkan batuk dapat menjadi
kontraindikasi pada bedah intrakranial, mata, telinga, hidung
dan tenggorokkan karena dapat meningkatkan tekanan,
merusak jaringan, dan pelepasan jahitan. Pernafasan yang
dianjurkan adalah pernafasan diafragma, dengan cara seperti
berikut :
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 100
a. Atur posisi tidur semifowler, lutut di lipat untuk
mengembangkan toraks.

b. Tempatkan tangan diatas perut.

c. Tarik nafas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan


dada mengembang.

d. Tahan nafas selama 3 detik.

e. Keluarkan nafas dengan mulut yang di moncongkan.

f. Tarik nafas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang


sama 3 kali setelah nafas terakhir, batukkan untuk
mengeluarkan lendir.

g. Istirahat.

5. Latihan kaki

Latihan ini dapat di lakukan untuk mencegah dampak


tromboflebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara lain
latihan memompa otot, latihan quadrisep, dan latihan
mengencangkan glutea. Latihan memompakan otot dapat di
lakukan dengan mengkontraksikan otot betis dan paha,
kemudian istirahatkan otot kaki dan ulangi hingga 10 kali.
Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan membengkokkan
lutut kaki rata pada tempat tidur, kemudian meluruskan kaki

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 101
pada tempat tidur, mengangkat tumit, melipat lutut rata pada
tempat tidur dan ulangi hingga 5 kali. Latihan
mengencangkan glutea dapat di lakukan dengan menekan
otot pantat, kemudian coba gerakkan kaki ketepi tempat tidur,
lalu istirahat dan ulangi hingga 5 kali.

6. Latihan mobilitas

Latihan mobilitas di lakukan untuk mencegah komplikasi


sirkulsi, mencegah dekubitus, merangsang peristaltik, serta
mengurangi adanya nyeri. Melalui latihan mobilitas, pasien
harus mampu menggunakan alat di tempat tidur, seperti
menggunakan penghalang agar bisa memutar badan, melatih
duduk disisi tempat tidur, atau dengan menggeser pasien
kesisi tempat tidur. Melatih duduk diawali dengan
tidur flowler, kemudian duduk tegak dengan kaki
menggantung disisi tempat tidur.

7. Pencegahan cidera

Untuk mengatasi resiko terjadinya cidera, tindakan yang


perlu di lakukan sebelum pelaksanaan bedah adalah:

a. Cek identitas pasien.

b. Lepaskan perhiasaan pada pasien yang dapat


mengganggu, misalnya cincin, gelang dan lain-lain.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 102
c. Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian
sirkulasi.

d. Lepaskan kontak lensa.

e. Lepaskan protesis.

f. Alat bantu pendengaran dapat di gunakan jika pasien


tidak dapat mendengar.

g. Anjurkan pasien untuk mengkosongkan kandung


kemih.

h. Gunakan kaos kaki antiemboli bila pasien beresiko


terjadi tromboflebitis.

PERAWATAN POSTOPERASI

Setelah tindakan pembedahan (pascabedah),


beberapa hal yang perlu dikaji diantaranya adalah setatus
kesadaran, kualitas jalan nafas, sirkulasi dan perubahan tanda
fital yang lain, keseimbangan elektrolit, kardiofaskular, lokasi
daerah pembedahan dan sekitarnya, serta alat yang digunakan
dalam pembenahan.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 103
RENCANA TINDAKAN POSTOPERASI

1. Meningkatkan proses penyembuhan luka dan


mengurangi rasa nyeri dapat dilakukan dengan cara merawat
luka, serta memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan
vitamin C. Protein dan vitamin C dapat membantu
pembentukan kolagen dan mempertahankan integritas
dinding kapiler.
2. Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan
latihan nafas, tarik nafas yang dalam dengan mulut yang
terbuka, lalu tahan nafas selama 3 detik dan hembuskan.
Atau, dapat pula dilakukan dengan menarik nafas melalui
hidung dengan menmggunakan diafragma, kemudian nafas
dikeluarkan pelahan lahan melalui mulut yang di kuncupkan.
3. Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien
yang beresiko tromboflebitis atau pasien dilatih agar tidak
duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada tempat
duduk guna mempelancar vena balik.
4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit,
dengan memberikan cairan sesuai dengan kebutuhan pasien;

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 104
monitor input dan output; serta mempertahankan nutrisi yang
cukup
5. Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan
asupan dan output; serta mencegah terjadinya lentensi urin
6. Mempetrahankan aktifitas dengan latihan yang
memperkuat otot sebelum ambulatori
7. Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi
secara terapautik

PENGERTIAN LUKA

Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal


pada kulit (Taylor, 1997). Sedangkan menurut Kozier (1995),
luka adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membran
dan tulang atau organ tubuh lain. Keadaan luka dapat dilihat
dari berbagai sisi, sebagai berikut:
1. Rusak tidaknya jaringan yang ada pada permukaan
2. Sebab terjadinya luka
3. Luas permukaan luka
4. Ada atau tidaknya mikroorganisme
Sedangkan ketika luka timbul, beberapa efek akan
muncul seperti :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ.
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah.
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 105
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel.

JENIS LUKA

Berdasarkan sifat kejadiannya, luka dibagi menjadi


2 jenis, yaitu luka disengaja dan luka tidak disengaja. Luka
disengaja misalnya luka terkena radiasi atau bedah sedangkan
luka tidak disengaja misalnya adalah luka terkena trauma.
Luka yang tidak disengaja dibagi menjadi luka tertutup dan
luka terbuka. Luka disebut tertutup jika tidak terjadi robekan .
Sedangkan luka terbuka jika terjadi robekan dan kelihatan.
Luka terbuka seperti luka abrasi (yakni akibat gesekan), luka
punctur (luka akibat tusukan) dan luka hautration (luka akibat
alat-alat yang digunakan dalam perawatan luka). Di bidang
kebidanan, luka yang sering terjadi adalah luka episiotomi,
luka bedah sectio cesarea atau luka saat persalinan.
Berdasarkan penyebabnya luka dibagi menjadi 2,
yaitu : luka mekanik dan luka non-mekanik. Luka mekanik
terdiri atas vulnus scissum, vulnus costusum, vulnus
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 106
laceratum, vulnus punctur, vulnus soleveradum, vulnus
morcum dan vulnus abratio. Sedangkan luka non-mekanik
terdiri atas : luka akibat zat kimia, termik, radiasi, atau
serangan listrik.

Berikut ini merupakan uraian penjelasan lebih lanjut


mengenai mekanik:
1. Vulnus scissum, luka sayat akibat benda tajam. Pinggir
lukanya terlihat rapi.
2. Vulnus costusum, luka memar karena cidera pada
jaringan bawah kulit akibat benturan benda tumpul.
3. Vulnus laceratum, luka robek akibat terkena mesin atau
benda lainnya yang menyebabkan robeknya jaringan rusak
dalam.
4. Vulnus punctur, luka tusuk yang kecil di bagian luar (di
bagian mulut lukanya) tetapi besar di bagian dalam luka.
5. Vulnus sclopetorum, luka tembak akibat tembakan
peluru,
6. Vulnus morcum, luka gigitan yang tidak jelas
bentuknya pada bagian luka.
7. Vulnus abratio, luka terkikis yang terjadi pada bagian
luka dan tidak sampai kepembuluh darah.

PROSES PENYEMBUHAN LUKA

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 107
Berdasarkan proses penyembuhan, dapat
dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
a. Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya
terjadi karena suatu insisi, tidak ada jaringan yang hilang.
Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke
ekseternal.
b. Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan
akan berlangsung mulai dari pembentukan jaringan granulasi
pada dasar luka dan sekitarnya.
c. Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering
disertai dengan infeksi, diperlukan penutupan luka secara
manual.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES


PENYEMBUHAN LUKA

· Usia, kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan


dengan pertumbuhan atau kematangan usia seseorang.
Namun sebaliknya proses penuaan dapat menurunkan sistem
perbaikan sel sehingga dapat memperlambat penyembuhan
luka.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 108
· Nutrisi, merupakan unsur utama dalam membantu
perbaikan sel, terutama karena kandungan zat gizi yang
terkandung di dalamnya. Sebagi contoh vitamin A diperlukan
untuk membantu proses epitelisasi atau penutupan luka dan
sintesis kolagen, dan lain-lain.
· Status immunologi
· Penyakit (penyakit metabolic, gangguan vaskularisasi),
mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan
peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan atau perbaikan
sel.
· Pemakain obat-obatan (steroid dalam jangka waktu
lama), menekan respon inflamasi, meningkatkan resiko
infeksi, mempengaruhi proses penyembuhan luka.
· Anemia, memperlambat proses penyembuhan luka
mengingat perbaikan sel membutuhkan kadar protein yang
cukup. Oleh sebab itu orang yang kekurangan Hb dalam
darah akan menglami proses penyembuhan lama.

PERAWATAN LUKA

Merupakan tindakan untuk merawat luka dengan


melakukan pembalutan. Hal tersebut bertujuan untuk

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 109
mencegah infeksi silang (masuk melalui luka ) dan
mempercepat proses penyembuhan luka.
Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah
mengalami perkembangan yang sangat pesat selama hampir
dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai
dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor
G.D Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam
jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal
untuk penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun
alasan dari teori perawatan luka dengan suasana lembab ini
antara lain:
1. Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan
lebih cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana
lembab.
2. Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan
merangsang lebih pembentukan pembuluh darah dengan
lebih cepat.
3. Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika
dibandingkan dengan perawatan kering.
4. Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk
membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 110
produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam
lingkungan yang lembab.
5. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh
makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi
lebih dini.

Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan


digunakan untuk membalut luka harus memenuhi kaidah-
kaidah berikut ini:
1. Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang
dikeluarkan oleh luka (absorbing).
2. Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik
dan mengurangi resiko terjadinya kontaminasi
mikroorganisme (non viable tissue removal).
3. Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound
rehydration).
4. Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat
penguapan
5. Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau
pendistribusian antibiotic ke seluruh bagian luka (Hartmann,
1999; Ovington, 1999)

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 111
1. Pinset anatomi.
2. Pinset cirurgi.
3. Gunting sterile.
4. Kapas sublimat/saflon dalam tempatnya.
5. Larutan H2O2
6. Larutan Boorwater.
7. NaCl 0,9%.
8. Gunting perban/gunting tidak sterile.
9. Plester/pembalut.
10. Bengkok.
11. Kassa sterile.
12. Mangkok sterile.
13. Mangkok kecil.
14. Handscoen.

PROSEDUR KERJA

1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan
dilaksankan,
3. Gunakan handscoen.
4. Buka plester dan balutan dengan menggunakan pinset.
5. Bersihkan luka dengan menggunakan sublimat atau
saflon, H2O2, boorwater, atau NaCl 0,6%. Penggunaan
disesuaikan dengan keadaan luka. Lakukan hingga bersih.
6. Berikan obat luka.
7. Tutup luka dengan kassa sterile.
8. Balut luka.
9. Catat perubahan keadaan luka.
10. Cuci tangan.
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 112
CARA MENGANGKAT JAHITAN

Mengangkat atau mengambil jahitan pada luka


bedah di lakukan dengan memotong simpul jahitan.
Tujuannya untuk mencegah infeksi silang ,tertinggalnya
benang dan mempercepat proses penyembuhan
luka. Operasional dilakukan pada :
 Luka operasi yang sudah waktunya diangkat jahitannya.
 Luka pasca bedah yang sudah sembuh.
 Luka infeksi oleh karena jahitan.

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

1. Pinset anatomi.
2. Pinset cirurghi.
3. Arteri klem.
4. Gunting angkat jahitan steril.
5. Lidi kapas (lidi yang diberi / dilapisi kapas pada
ujungnya)
6. Kas steril.
7. Mangkok steril.
8. Gunting pembalut.
9. Plester.
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 113
10. Alkohol 70%.
11. Larutan H2O2, savlon / lisol / larutan lainnya sesuai
dengan kebutuhan.
12. Obat luka.
13. Gunting perban.
14. Bengkok.
15. Handskon steril.

PROSEDUR KERJA

1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan
dilaksanakan.
3. Gunakan sarung tanga steril.
4. Buka plester dan balutan dengan pinset.
5. Bersihkan luka dengan sublimat atau saflon, H2O2,
boorwarter, NaCl 0,9 % atau bahan lainnya yang telah
disesuaikan dengan keadaan luka. Lakukan hingga bersih.
6. Angkat jahitan dengan menarik simpul jahitan sedikit
ke atas, kemudian gunting benang dan tarik dengan hati-hati.
Lalu benang di buang pada kasa yang disediakan.
7. Tekan daerah sekitar luka hingga pus atau nanah tidak
ada.
8. Berikan obat luka
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 114
9. Tutup luka menggunakan kasa steril.
10. Lakukan pembalutan.
11. Catat perubahan luka
12. Cuci tangan.

`
Dasar penjahitan luka adalah membuat tekanan
yang adekuat pada luka agar tertutup tanpa jarak namun juga
cukup longgar untuk menghindari iskemia dan nekrosis.
Jahitan juga dapat bertujuan untuk merawat hemostasis atau
perdarahan yang terjadi. Dapat menjadi tindakan untuk
peryolongan pertama. Mengurangi rasa sakit post operatif.
Jahitan juga merupakan pembuat batasan ikatan pada
jaringan sampai dengan sembuh dan tidak lagi dibutuhkan.
Jahtan juga dapat mencegah tulang yang mungkin terekspos
pada penyembuhan luka yang lama dan resorpsi yang tidak
diperlukan. Hal yang juga perlu dilakukan pada tindakan flap.

MACAM-MACAM JAHITAN

1. Jahitan terputus
Terbanyak digunakan karena sederhana dan mudah. Tiap
jahitan disimpul sendiri. Dapat dilakukan pad akulit atau
bagian tubuh lainnya, dan cocok untuk daerah yang banyak
bergerak karean tiap jahitan saling menunjang satu dengan
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 115
lainnya. Jahitan terputus (interupted suture), tiap-tiap simpul
berdiri sendiri. Secara kosmetik benang kasar/besar atau
tegang pada saat menyimpulnya akan memberikan bekas
yang kurang bagus, yaitu seprti gambaran lipan.
2. Jahitan simpul tunggal
Sinonim : Jahitan Terputus Sederhana, Simple Inerrupted
Suture. Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai.
digunakan juga untuk jahitan situasi.
Teknik :
· Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara
setengah sampai 1 cm ditepi luka dan sekaligus mengambil
jaringan subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum
secara tegak lurus pada atau searah garis luka.
· Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable
denga jarak antara 1cm.
· Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat
tusukan.
· Benang dipotong kurang lebih 1 cm.

3. Jahitan matras horizontal


Sinonim : Horizontal Mattress suture, Interrupted mattres.
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul,
sebelum disimpul dilanjutkan dengan penusukan sejajar
sejauh 1 cm dari tusukan pertama.

4. Jahitan Matras Vertikal


Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 116
Sinonim : Vertical Mattress suture, Donati, Near to near and
far to far. Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah
luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka.
Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena
di dekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini.

5. Jahitan Matras Modifikasi


Sinonim : Half Burried Mattress Suture. Modifikasi dari
matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya
pada daerah subkutannya.

6. Jahitan kontinue
Sering disebut doorloven. Simpul hanya pada ujung-ujung
jahitan., jadi hanya ada dua simpul. Bial salah satu terbuak
maka jahitan ini akan terbuak seluruhnya. Jahitan ini jarang
dipakai untuk menjahit kulit. Secar kosmetik bekas luka
jahitan seperti pada jahitan terputus. Jahitan kontinu dapat
dilakukan lebih cepat dari jahitan terputus.

7. Jahitan Jelujur sederhana


Sinonim : Simple running suture, Simple continous,
Continous over and over. Jahitan ini sangat sederhana, sama
dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan hasiel
kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada
jaringan ikat yang longgar.

8. Jahitan Jelujur Feston


Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 117
Sinonim : Running locked suture, Interlocking suture. Jahitan
kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan
sebelumnya, biasa sering dipakai pada jahitan peritoneum.
Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.
9. Jahitan Jelujur horizontal
Sinonim : Running Horizontal suture. Jahitan kontinyu yang
diselingi dengan jahitan arah horizontal.
10. Jahitan intradermal
Memeberikan hasil kosmetik yang paling bagus (hanya
berupa satu garis saja). Tidak dapat dipakai untuk daerah
yang banyak bergerak. Paling baik untuk wajah. Terdapat
berbagai modifikasi jahitan intradermal ini. Diperlukan
banyak latihan untuk memahirkan cara penjahitan
intradermal ini.
11. Jahitan Simpul Intrakutan.
Sinonim : Subcutaneus Interupted suture, Intradermal burried
suture. Interrupted dermal stitch. Jahitan simpul pada daerah
intrakutan, biasanya dipakai untuk menjahit area yang dalam
kemudian pada bagian luarnya dijahit pula dengan simpul
sederhana.
12. Jahitan Jelujur Intrakutan
Sinonim : Running subcuticular suture, Jahitan jelujur
subkutikular. Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit,
jahitan ini terkenal menghasilkan kosmetik yang baik.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 118
PERAWATAN GANTI BALUTAN

Perawatan ganti balutan melakukan perawatan


pada luka dengan cara mamantau keadaan luka,
melakukan penggatian balutan (ganti verban) dan mencegah
terjadinya infeksi,yiatu dengan cara mengganti balutan yang
kotor dengan balutan yang bersih.
Tujuan perawatan luka adalah :
1. Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi
cairan dan dapat menjaga kebersihan luka.
2. Melindungi luka dari kontaminasi.
3. Dapat menolong hemostatis ( bila menggunakan elastis
verband ).
4. Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna.
5. Menurunkan pergerakan dan trauma.
6. Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan.

PERSIAPAN ALAT

1. Alat-alat steril:
a. Pinset anatomis
b. Pinset sirugis
c. Gunting bedah/jaringan
d. Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya.
e. Kassa desinfektan dalam kom tertutup.
f.handscoen.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 119
g.korentang/forcep

2. Alat-alat tidak steril:


a. Gunting verban
b. Plester
c. Pengalas
d. Kom kecil 2 buah (bila dibutuhkan)
e. Nierbeken
f. Kapas alcohol
g. Aceton/bensin
h. Sabun cair anti septik
i. NaCl 9 %
j. Cairan antiseptic (bila dibutuhkan)
k. Sarung tangan
l. Masker
m. Air hangat (bila dibutuhkan)
n. Kantong plastic/baskom untuk tempat sampah

PELAKSANAAN

1. Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan


dilakukan.
2. Dekatkan alat-alat ke pasien
3. Pasang sampiran
4. Perawat cuci tangan
5. Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
6. Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
7. Letakkan pengalas dibawah area luka
8. Letakkan nierbeken didekat pasien

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 120
9. Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai
menyentuh luka) dengan menggunakan pinset anatomi, buang
balutan bekas kedalam nierbeken.
Jika menggunakan plester lepaskan plester dengan cara
melepaskan ujungnya dan menahan kulit dibawahnya, setelah
itu tarik secara perlahan sejajar dengan kulit dan kearah
balutan. ( Bila masih terdapat sisa perekat dikulit, dapat
dihilangkan dengan aceton/ bensin )
10. Bila balutan melekat pada jaringan dibawah, jangan
dibasahi, tapi angkat balutan dengan berlahan
11. Letakkan balutan kotor ke neirbeken lalu buang
kekantong plastic, hindari kontaminasi dengan permukaan
luar wadah
12. Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
13. Membuka set balutan steril dan menyiapkan larutan
pencuci luka dan obat luka dengan memperhatikan tehnik
aseptic
14. Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
15. Membersihkan luka dengan sabun anti septic atau
NaCl 9 %
16. Memberikan obat atau antikbiotik pada area luka
(disesuaikan dengan terapi)
17. Menutup luka dengan cara:
a. Balutan kering
1. lapisan pertama kassa kering steril u/ menutupi daerah
insisi dan bagian sekeliling kulit

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 121
2. lapisan kedua adalah kassa kering steril yang dapat
menyerap
3. lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
b. Balutan basah – kering:
1. lapisan pertama kassa steril yang telah diberi cairan steril
atau untuk menutupi area luka
2.lapisan kedua kasa steril yang lebab yang sifatnya
menyerap
3.Lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
c. Balutan basah – basah
1. lapisan pertama kassa steril yang telah diberi dengan cairan
fisiologik u/ menutupi luka
2.lapisan kedua kassa kering steril yang bersifat menyerap
3. lapisan ketiga (paling luar) kassa steril yang sudah
dilembabkan dengan cairan fisiologik
18. Plester dengan rapi
19. Buka sarung tangan dan masukan kedalam nierbeken
20. Lepaskan masker
21. Atur dan rapikan posisi pasien
22. Buka sampiran
23. Evaluasi keadaan umum pasien
24. Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam
keadaan bersih, kering dan rapi
25. Perawat cuci tangan
26. Dokumentasikan tindakan dalam catatan keperawatan.

Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly


Katharina 122

Anda mungkin juga menyukai