DASAR TEORI
PENGERTIAN ELIMINASI
Ginjal
Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan volume
cairan dalam tubuh dan juga menyaring bagian dari darah
untuk dibuang dalam bentuk urin. Bagian ginjal terdiri atas
nefron dimana melalui nefron urin disalurkan ke dalam
bagian pelvis ginjal. Kemudian di salurkan melalui ureter ke
kandung kemih.
Kandung kemih
Tipe intermiten
a. Tidak mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi.
b. Retensi akut setelah trauma uretra.
c. Tidak mampu berkemih akibat obat sedaktif atau
analgesik.
d. Cedera tualng belakang.
e. Degenerasi neuromuskular secara progresif.
f. Untuk mengeluarkan urine residual.
Tipe indwelling
a. Obstruksi aliran urine.
b. Post op uretra dan struktur disektitarnya (TUR-P).
c. Obstruksi uretra.
a. Konstipasi
Kontipasi merupakan keadaan individu yang
mengalami atau berisiko tinggi mengalami stasis usus
besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau
keras,atau keluarnya tinja terlalu keras dan kering.
Tanda klinis:
a. adanya feses yang keras.
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 22
b. defekasi kurang dari 3 kali seminggu.
c. menurunnya bising usus.
d. adanya keluhan pada rektum.
e. nyeri saat mengejan dan defekasi.
f. adanya perasaan masih ada feses.
Kemungkinan penyebab:
a.defek persarafan,kelemahan pelvis,imobilitas karena cedera
serebropinalis,CVA(cerebro vaskular accident) dll.
b. pola defekasi yang tidak teratur.
c. nyeri saat defekasi karena hemoroid.
d. menurunnya peristaltik karena stres psikologis.
e. penggunaan obat seperti antasida,laksantif,atau
anaestesi.
f. proses menua(usia lanjut).
b. Diare
Diare merupakan keeadaan individu yang
mengalami atau beresiko sering mengalami pengeluaran
feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang
usus, mungkin ada rasa mual dan muntah.
Tanda klinis :
a. Adanya pengeluaran feses cair.
b. Frekuensi lebih dari 3kali sehari.
c. Nyeri atau kram abdomen.
d. Bising usus meningkat.
Kemungkinan penyebab :
a. Malabsorpsi atau inflamasi, proses inferksi.
b. Peningkatan peristaltik karena peningkatan
metabolisme.
c. Inkontinensia usus
Merupakan keadaan individu yang mengalami
perubahan kebiasaan dari proses defekasi normal mengalami
proses pengeluaran feses tak disadari. Hal ini juga disebut
juga sebagai inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya
kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas
melalui sfingter akibat kerusakan sfingter.
Tanda klinis :
a. Pengeluaran feses yang tidak dikehendaki.
Kemungkinan penyabab :
a. Gangguan sfingter rektal akibat cedera anus,
pembehan, dan lain-lain.
b. Distensi rektum berlebih.
c. Kurangnya kontrol sfingter akibat cedera medula
spinalis, CVA, dan lain-lain.
d. Kerusakan kognitif.
d. Kembung
Merupakan keadaan penuh udara dalam perut
karena pengumpulan gas secara berlebihan dalam lambung
atau usus.
1. usia
Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan
mengontrol proses defekasi yang berbeda.
2.diet
Diet atau pola jenis makanan yang di konsumsi dapat
memengaruhi proses defekasi.
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 25
3.asupan cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat
defekasi menjadi keras oleh karena proses absorpsi air yang
kurang sehingga dapat mengaruhi kesulitan proses defekasi.
4.aktivitas
5.pengobatan
6.gaya hidup
7.penyakit
8.nyeri
Alat :
1. Tempat penampungan atau botol penampungan beserta
penutup.
2. Etiket khusus.
3. Dua batang lidi kapas sebagai alat untuk mengambil
feses.
Prosedur kerja :
1. Cuci tanggan.
Prosedur kerja:
1.cuci tangan
e. Membersihkan gliserin
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan
cairan gliserin kedalam poros usus dengan menggunakan
spuit gliserin,bertujuan merangsang peristaltik usus,sehungga
pasien dapat buang air besar (khususnya pada orang
Prosedur kerja
1.cuci tangan
2.jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
3.atur ruangan,apabila pasien sendiri makatutup pintu,dan
gunakan sampiran bila di ruang bangsal umum.
4.atur posisi pasien(miringkan kekiri),dan berikan pengalas di
bawah glutea, serta buka pakaian di bawah pasien.
5.gunakan sarung tnagan, kemudian spuit diisi gliserin
kurang lebih 10-20 cc dan cek kehangatan cairan gliserin.
6.masukkan gliserin perlahan-lahan kedalam anus engan cara
tangan kiri mendorong perenggangan daerah rectum, tangan
kanan mamasukkan spuit kedalam anus sampai pangkal
Prosedur kerja:
1.cuci tangan
2.jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
3.gunakan sarung tangan dan beri minyak pelumas (jeli) pada
jari telunjuk.
4.atur posisi miring dengan lutut fleksi
5.masukkan jari kedalam rectum dan dorong dengan
perlahan-lahan sepanjang dinding rectum kea rah umbilikus
(kearah masa fesesyang impaksi)
6.secara perlahan-lahan lunakkan massa dengan masase
daerah feses yang impaksi (arahkan jari pada inti yang keras)
7.gunakan pispot bila ingin buang air besar atau bantu ke
toilet.
8.lepaskan sarung tangan,kemudian catat jumlah feses yang
keluar, warna, kepadatan,serta respon pasien.
9.cuci tangan.
MEMANDIKAN
PASIEN
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 38
PENGERTIAN MEMANDIKAN PASIEN (IBU)
CARA KERJA
Indikasi
1. Mandikan bayi sehari 2 kali
2. Mandikan bayi jika keringat berlebih
3. Mandikan bayi jika BAK atau BAB mengenai tubuh
bayi
Kontra indikasi
1. Jangan memandikan bayi jika sedang lapar
2. Jangan mandikan bayi jika jika bayi sudah menyusui
3. Jangan mandikan bayi jika jika bayi sedang mengantuk
4. Jangan mandikan bayi jika bayi sedang demam / sakit
PERSIAPAN ALAT
1. Tulang
Tulang merupakan organ yang mempunyai berbagai fungsi,
fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat
melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat menyimpan
1. Jatuh
2. Cidera belakang (Harber (1985), memberikan daftar
penyebab cidera belakang yang paling sering terjadi pada
perawat yang bekerja di rumah sakit yaitu :
. Mengangkat pasien ke atas tempat tidur (48%)
. Membantu pasien turun dari tempat tidur (30%)
. Memindahkan bed (27%)
. Mengangkat pasien keatas brankat(22%)
BODY ALIGNMENT
AMBULANSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tujuan
1) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang.
2) Klien dapat mendeskripsikan bagaimana
mengontrol nyeri
3) Klien mengatakan kebutuhan istirahat dapat
terpenuhi
4) Klien dapat menerapkan metode non farmakologik
untuk mengontrol nyeri
Intervensi:
1. Identifikasi nyeri yang dirasakan klien (P, Q, R, S, T).
2. Eksplor faktor-faktor penyebab nyeri.
3. Kaji pengalaman klien masa lalu dalam mengatasi
nyeri.
4. Pantau tanda-tanda vital.
5. Berikan tindakan kenyamanan.
PELAKSANAAN
1.Bodi alignment
Membantu klien dengan masalah berdiri dan duduk
Mengatur berbagai posisi klien
Papan sandaran
2.Ambulasi
Memindahkan klien dari tempat tidur ke (TT) ke kursi/
kursi roda/ brankar dan sebaliknya
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 80
Membantu klien berjalan
Membantu klien dengan alat bantu jalan
a. Tortikolis
Diskripsi: mencondongkan kepala ke sisi yang sakit, dimana
otot sternokleidomastoideus berkontraksi.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: operasi, pemanasan, topangan, atau
imobilisasi berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan.
b. Kifosis
Diskripsi : peningkatan kelengkungan pada kurva spinal
torakal.
Penyebab : kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket
tuberkolosis spinal.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal, tidur tanpa
bantal, menggunakan papan tempat tidur, memakai jaket,
penggabungan spinal (berdasarkan penyebab dan tingkat
keparahan).
c. Kifolordosis
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 81
Diskripsi: kombinasi dari kifosis dan lordosis.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: sama dengan metode yang digunakan untuk
kifosis dan lordosis berdasarkan penyebab.
d. Skoliosis
Diskripsi: kurvatura spinal lateral, tinggi pinggul dan bahu
tidak sama.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, paralisis spastic,
panjang kaki tidak sama
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan
penyebab dan tingkat keparahan).
e. Kifoskoliosis
Diskripsi: tidak normalnya kurva spinal anteroposteriol dan
lateral.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, kor pulmonal.
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan
penyebab dan tingkat keparahan).
f. Dysplasia Punggung Kongenital
Diskripsi: ketidakstabilan pinggul dengan keterbatasan
abduksi pinggul, dan kadang-kadang kontraktur adduksi
h. Lordosis
Deskripsi: kelainan pada tulang belakang dimana
hyperekstensi dari tulang lumbal. Kurva anterior pada spinal
lumbal yang melengkung berlebihan.
Penyebab: kondisi congenital, kondisi temporer missal,
kehamilan.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal berdasarkan
penyebab.
PEMERIKSAAN DARAH
1. Pengertian
Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan dengan bahan
atau spesimen darah beberapa pemeriksaan berikut ini yang
menggunakan spesimen darah antara lain : Albuminum,
Asam urat, gula darah, Hematokrit, Haemoglobin, Trombosit,
Kolesterol, dll.
3. Bentuk pemeriksaan
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 86
· Jenis/golongan darah
· HB
· Gula darah
· Malaria
· Filaria dll
4. Persiapan alat
· Lanset darah atau jarum khusus
· Kapas alcohol
· Kapas kering
· Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan,
tergantung macam pemeriksaan
· Bengkok
· Hand scoon
· Perlak dan pengalas
4. Prosedur kerja
· Mendekatkan alat
· Memberitahu klien dan menyampaikan tujuan serta
langkah prosedur
· Memasang perlak dan pengalas
· Memakai hand scoon
· Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung
jenis pemeriksaan
· Kulit dihapushamakan dengan kapas alcohol
· Bekas tusukan ditekan dengan kapas alcohol
· Merapikan alat
· Melepaskan hand scoon
1. Pengertian
Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang
menggunakan bahan atau spesimen urine.
2. Kegunaan
· Menafsirkan proses-proses metabolism
· Mengetahui kadar gula pada tiap-tiap waktu makan
(pada pasien DM)
3. Jenis pemeriksaan
· Urine sewaktu. Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu
bilamana diperlukan pemeriksaan.
· Urine pagi. Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu
pasien bangun tidur.
4. Persiapan alat
· Formulir khusus untuk pemeriksaan urine
· Wadah urine dengan tutupnya
· Hand scoon
· Kertas etiket
· Bengkok
· Buku ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium
PEMERIKSAAN FAECES
1. Pengertian
Menyiapkan faeces untuk pemeriksaan laboratorium
dengan cara pengambilan yang tertentu. Pemeriksaan dengan
bahan faeces di lakukan untuk mendeteksi adanya kuman
seperti Salmonella, Shigella, Escherichia coli, Staphilococus,
dll.
2. Tujuan
Untuk menegakkan diagnose.
4. Persiapan alat
· Hand scoon bersih
· Vasseline
· Botol bersih dengan penutup
· Lidi dengan kapas lembab dalam tempatnya
· Bengkok / Near Baken
· Perlak pengalas
· Tissue
· Tempat bahan pemeriksaan
· Sampiran
6. Prosedur tindakan
· Mendekatkan alat
· Memberitahu pasien
· Mencuci tangan
· Memasang perlak pengalas dan sampiran
· Melepas pakaian bawah pasien
· Mengatur posisi dorsal recumbent
· Memakan hand scoon
· Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus
dengan arah keatas kemudian diputar kekiri dan kekanan
sampai teraba tinja
· Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu
dimasukkan ke dalam tempatnya.
· Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan
dengan tissue.
· Melepas hand scoon
PEMERIKSAAN SPUTUM
1. Pengertian
Sputum atau dahak adalah bahan yang keluar dari bronchi
atau trakhea, bukan ludah atau lendir yang keluar dari mulut,
hidung atau tenggorokan. Pemeriksaan dengan bahan sputum
di lakukan untuk mendeteksi adanya kuman seoerti
Tuberkulosis pulmonal, Pneumonia bakteri, Bronkhitis
kronis, Bronkhietaksis.
2. Tujuan
Untuk mengetahui basil tahan asam dan mikroorganisme
yang ada dalam tubuh pasien sehingga diagnosa dapat
ditegakkan.
3. Indikasi
Pasien yang mengalami infeksi/peradangan saluran
pernafasan (apabila diperlukan).
4. Persiapan alat
· Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
· Botol bersih dengan penutup
· Hand scoon
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 91
· Formulir dan etiket
· Perlak pengalas
· Bengkok
· Tissue
5. Prosedur tindakan
· Menyiapkan alat
· Memberitahu pasien
· Mencuci tangan
· Mengatur posisi duduk
· Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan
menyiapkan bengkok.
· Memakai hand scoon
· Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam
tempat yang sudah disiapkan (sputum pot)
· Mengambil 5cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol
· Membersihkan mulut pasien
· Merapikan pasien dan alat
· Melepas hand scoon
· Mencuci tangan
PEMERIKSAAN SPUTUM
1. Persiapan alat
· Kapas lidi steril
· Objek gelas
· Bengkok
· Sarung tangan
· Spekulum
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 92
· Kain kassa, kapas sublimat
· Bengkok
· Perlak
2. Prosedur
· Memberitahu dan memberi penjelasan pada klien
tentang tindakan yang akan dilakukan
· Mendekatkan alat
· Memasang sampiran
· Membuka dan menganjurkan klien untuk
menanggalkan pakaian bagian bawah (jaga privacy pasien)
· Memasang pengalas dibawah bokong pasien
· Mengatur posisi pasien dengan kaki ditekuk (dorsal
recumbent)
· Mencuci tangan
· Memakai sarung tangan
· Membuka labia mayora dengan ibu jari dan jari
telunjuk tangan yang tidak dominan
· Mengambil sekret vagina dengan kapas lidi dengan
tangan yang dominan sesuai kebutuhan
· Menghapus sekret vagina pada objek gelas yang
disediakan
· Membuang kapas lidi pada bengkok
· Memasukkan objek gelas ke dalam piring petri atau ke
dalam tabung kimia dan ditutup
· Memberi label dan mengisi formulir pengiriman
spesimen untuk dikirim ke laboratorium
· Membereskan alat
· Melepas sarung tangan
· Mencuci tangan
PERSIAPAN PRE
DAN POST
OPERASI
PEMBEDAHAN
PERAWATAN PREOPERASI
2. Persiapan diet
3. Persiapan kulit
g. Istirahat.
5. Latihan kaki
6. Latihan mobilitas
7. Pencegahan cidera
e. Lepaskan protesis.
PERAWATAN POSTOPERASI
PENGERTIAN LUKA
JENIS LUKA
PERAWATAN LUKA
PROSEDUR KERJA
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan
dilaksankan,
3. Gunakan handscoen.
4. Buka plester dan balutan dengan menggunakan pinset.
5. Bersihkan luka dengan menggunakan sublimat atau
saflon, H2O2, boorwater, atau NaCl 0,6%. Penggunaan
disesuaikan dengan keadaan luka. Lakukan hingga bersih.
6. Berikan obat luka.
7. Tutup luka dengan kassa sterile.
8. Balut luka.
9. Catat perubahan keadaan luka.
10. Cuci tangan.
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 112
CARA MENGANGKAT JAHITAN
1. Pinset anatomi.
2. Pinset cirurghi.
3. Arteri klem.
4. Gunting angkat jahitan steril.
5. Lidi kapas (lidi yang diberi / dilapisi kapas pada
ujungnya)
6. Kas steril.
7. Mangkok steril.
8. Gunting pembalut.
9. Plester.
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 113
10. Alkohol 70%.
11. Larutan H2O2, savlon / lisol / larutan lainnya sesuai
dengan kebutuhan.
12. Obat luka.
13. Gunting perban.
14. Bengkok.
15. Handskon steril.
PROSEDUR KERJA
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan
dilaksanakan.
3. Gunakan sarung tanga steril.
4. Buka plester dan balutan dengan pinset.
5. Bersihkan luka dengan sublimat atau saflon, H2O2,
boorwarter, NaCl 0,9 % atau bahan lainnya yang telah
disesuaikan dengan keadaan luka. Lakukan hingga bersih.
6. Angkat jahitan dengan menarik simpul jahitan sedikit
ke atas, kemudian gunting benang dan tarik dengan hati-hati.
Lalu benang di buang pada kasa yang disediakan.
7. Tekan daerah sekitar luka hingga pus atau nanah tidak
ada.
8. Berikan obat luka
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 114
9. Tutup luka menggunakan kasa steril.
10. Lakukan pembalutan.
11. Catat perubahan luka
12. Cuci tangan.
`
Dasar penjahitan luka adalah membuat tekanan
yang adekuat pada luka agar tertutup tanpa jarak namun juga
cukup longgar untuk menghindari iskemia dan nekrosis.
Jahitan juga dapat bertujuan untuk merawat hemostasis atau
perdarahan yang terjadi. Dapat menjadi tindakan untuk
peryolongan pertama. Mengurangi rasa sakit post operatif.
Jahitan juga merupakan pembuat batasan ikatan pada
jaringan sampai dengan sembuh dan tidak lagi dibutuhkan.
Jahtan juga dapat mencegah tulang yang mungkin terekspos
pada penyembuhan luka yang lama dan resorpsi yang tidak
diperlukan. Hal yang juga perlu dilakukan pada tindakan flap.
MACAM-MACAM JAHITAN
1. Jahitan terputus
Terbanyak digunakan karena sederhana dan mudah. Tiap
jahitan disimpul sendiri. Dapat dilakukan pad akulit atau
bagian tubuh lainnya, dan cocok untuk daerah yang banyak
bergerak karean tiap jahitan saling menunjang satu dengan
Modul Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan – Telly
Katharina 115
lainnya. Jahitan terputus (interupted suture), tiap-tiap simpul
berdiri sendiri. Secara kosmetik benang kasar/besar atau
tegang pada saat menyimpulnya akan memberikan bekas
yang kurang bagus, yaitu seprti gambaran lipan.
2. Jahitan simpul tunggal
Sinonim : Jahitan Terputus Sederhana, Simple Inerrupted
Suture. Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai.
digunakan juga untuk jahitan situasi.
Teknik :
· Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara
setengah sampai 1 cm ditepi luka dan sekaligus mengambil
jaringan subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum
secara tegak lurus pada atau searah garis luka.
· Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable
denga jarak antara 1cm.
· Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat
tusukan.
· Benang dipotong kurang lebih 1 cm.
6. Jahitan kontinue
Sering disebut doorloven. Simpul hanya pada ujung-ujung
jahitan., jadi hanya ada dua simpul. Bial salah satu terbuak
maka jahitan ini akan terbuak seluruhnya. Jahitan ini jarang
dipakai untuk menjahit kulit. Secar kosmetik bekas luka
jahitan seperti pada jahitan terputus. Jahitan kontinu dapat
dilakukan lebih cepat dari jahitan terputus.
PERSIAPAN ALAT
1. Alat-alat steril:
a. Pinset anatomis
b. Pinset sirugis
c. Gunting bedah/jaringan
d. Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya.
e. Kassa desinfektan dalam kom tertutup.
f.handscoen.
PELAKSANAAN