Anda di halaman 1dari 16

2.1.

2 Teknik Pengambilan Sampel Udara

2.1.6.1 Udara Bersih

Udara merupakan hal yang sangat vital bagi kelangsungan


hidup makhluk hidup. Tanpa adanya udara, makhluk hidup
tidak akan bisa bertahan hidup lama, bahkan hanya beberapa
menit saja. Hal ini karena udara yang ada di bumi ini
mengandung banyak gas-gas yang dibutuhkan, terutama
untuk kepentingan bernafas, yakni gas oksigen. Oleh karena
oksigen ini sangat dibutuhkan untuk bernafas, maka dari
itulah udara ini dianggap sebagai komponen yang sangat
dibutuhkan disetiap saat.

Tidak sembarang udara bisa dikonsumsi oleh makhluk hidup.


Makhluk hidup memerlukan keadaan udara yang bersih dan
sehat untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, terutama
untuk bernafas. Banyak pihak yang membutuhkan keadaan
udara yang bersih dan sehat ini terutama manusia. Manusia
membutuhkan udara yang bersih untuk bernafas yang mana
dihirup paru-paru. Ketika udara yang dihirup oleh manusia
tidak dalam keadaan yang bersih, maka hal itu bisa
membahayakan kesehatan paru-paru manusia tersebut
Udara yang bersih adalah udara yang mengandung banyak
manfaat bagi manusia. Udara yang bersih bebas dari segala
macam sesuatu yang tidak dibutuhkan oleh manusia, baik itu
berupa za-zat atau partikel-partikel padat seperti debu,
kotoran, dan lainnya maupun berupa gas-gas yang tidak
diperlukan karena sifatnya yang merugikan, seperti karbon
dioksida, karbon monoksida, dan gas-gas yang berbahaya
lainnya. Udara yang bersih dan sehat ini memiliki ciri-ciri
11
khusus yang membedakannya dengan udara yang cenderung
tidak baik atau cenderung tercemar [7]. Beberapa ciri udara
bersih dan sehat, antara lain :

a.Tidak berwarna
b.Tidak berbau
c.Tidak berasa
d.Tidak tercampur dengan benda asing
e. Terasa segar apabila kita hirup
f. Terasa sejuk
g. Dapat digunakan sebagai terapi kesehatan tubuh

2.1.6.2 Pencemaran Udara

Adapun definisi pencemaran udara menurut beberapa


sumber, yaitu :

a. Pencemaran udara adalah kontaminasi pada lingkungan


dalam ruangan (indoor) atau luar ruangan (outdoor) oleh
bahan-bahan kimia, fisik, ataupun biologi yang dpaat
mengubah karakteristik alamiah dari atmosfer.

b. Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya


zat, energy, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien
dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh
kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat
memenuhi fungsinya.

c. Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya


zat, energy, dan/atau komponen lain ke dalam udara oleh
12
kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi
kesehatan manusia

Pencemar Sumber Keterangan


Karbon Buangan Standar
monoksida kendaraan kesehatan: 10
(CO) bermotor; mg/m3 (9
beberapa proses ppm)
industri
Sulfur dioksida Panas dan fasilitas Standar
(S02) pembangkit listrik kesehatan: 80
ug/m3 (0.03 ppm)
Partikulat Matter kendaraan Standar
Buangan bermotor; kesehatan: 50
beberapa ug/m3
proses industry selama 1 tahun;
150 ug/m3
Nitrogen dioksida Buangan Standar
(N02) kendaraan kesehatan: 100
bermotor; panas pg/m3 (0.05 ppm)
dan fasilitas selama 1 jam
Ozon (03) Terbentuk di Atmosfir Standar
kesehatan: 235
ug/m3 (0.12 ppm)
selama 1 jam

13
Kategori Rentang Karbon Nitrogen Ozon (O3) Sulfur
Monoksid (NO2) Dioksida
a (CO) (SO2)
Baik 0-50 Tidak ada Sedikit Luka pada Luka pada
efek berbau Beberapa Beberapa
spesies spesies
tumbuhan tumbuhan
akibat akibat
kombinasi kombinasi
dengan dengan O3
SO2 (Selama 4
(Selama 4 Jam)
Jam)
Sedang 51 – 100 Perubahan Berbau Luka pada Luka pada
kimia Beberap Beberapa
darah tapi spesies spesies
tidak tumbuhan tumbuhan
terdeteksi
Tidak 101 – 199 Peningkata Bau dan Penuruna Bau,
Sehat n pada kehilangan kemampua Meningkat
kardiovask warna. n pada atlit nya
ular pada Peningkata yang kerusakan
perokok n berlatih tanaman
yang sakit reaktivitas keras
jantung pembuluh
tenggoroka
n pada
penderit
asma
Sangat 200-299 Meningkat Meningkat Olah raga Meningkat
Tidak nya nya ringan nya
Sehat kardiovask sensitivitas mengakiba sensitivitas
ular pada pasien tkan pada
orang yang pengaruh pasien
bukan berpenyakl parnafasan berpenyaki
perokok t asma dan pada t asma dan
yang bronchitis pasien bronchitis
berpenyaki yang
t Jantung, berpenyaki
akan t paru-paru
tampak kronis
beberapa

14
kelemahan
terlihat
secara
nyata

Berbahaya 300 – lebih Tingkat yang berbahaya bagi


semua populasi yang terpapar

2.1.6.2 Sampling Udara dengan Impinger

Sampling udara dengan impinger pada hakikatnya terdiri dari


beberapa langkah yaitu:

1. Menarik udara dengan pompa hisap ke dalam tabung


impinger yang berisi larutan penangkap.
15
2. Mengukur kontaminan yang tertangkap atau bereaksi
dengan larutan penangkap baik dengan metoda
konvensional maupun instrumental.

3. Menghitung kadar kontaminan dalam udara


berdasarkan jumlah udara yang dipompa dan hasil
pengukuran.

Sampling kualitas udara dilihat dari lokasi pemantauannya


terbagi dalam dua kategori yaitu sampling udara emisi dan
udara ambien. Untuk udara ambien, teknik pengambilan
sampel udara ambien ini terbagi dalam dua macam, yaitu
pemantauan kualitas udara secara aktif (konvensional) dan
secara pasif. Dari sisi parameter yang akan diukur,
pemantauan kualitas udara terdiri dari pemantauan gas-gas
berbahaya dan partikulat/ debu.

Lokasi Dan Titik Pengambilan Sampel Udara Ambien

Dalam penentuan lokasi pengambilan contoh uji, yang perlu


diperhatikan adalah bahwa data yang diperoleh harus dapat
mewakili daerah yang sedang dipantau, yang telah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Titik pemantauan kualitas udara ambien ditetapkan dengan


mempertimbangkan :

1. Faktor meteorologi (arah dan kecepatan angin),

2. Faktor geografi seperti topografi, & tata guna lahan.

Secara umum pengambilan sampel udara ambien


diperuntukkan pada daerah pemukiman penduduk,
perkantoran, kawasan sekitar industri atau daerah lain yang

16
dianggap penting untuk mengetahui kualitas udara akibat dari
suatu kegiatan tertentu.

Kriteria berikut ini dapat dipakai dalam penentuan suatu lokasi


pemantauan kualitas udara ambien:

1. Area dengan konsentrasi pencemar tinggi. Daerah


yang didahulukan untuk dipantau hendaknya daerah-daerah
dengan konsentrasi pencemar yang tinggi. Satu atau lebih
stasiun pemantau mungkin dibutuhkan di sekitar daerah yang
emisinya besar.

2. Area dengan kepadatan penduduk tinggi. Daerah-


daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, terutama
ketika terjadi pencemaran yang berat.

3. Di daerah sekitar lokasi penelitian yang


diperuntukkan untuk kawasan studi maka stasiun pengambil
contoh uji perlu ditempatkan di sekeliling daerah/kawasan.

4. Di daerah proyeksi. Untuk menentukan efek akibat


perkembangan mendatang dilingkungannya, stasiun perlu juga
ditempatkan di daerah-daerah yang diproyeksikan.

5. Mewakili seluruh wilayah studi. Informasi kualitas


udara di seluruh wilayah studi harus diperoleh agar kualitas
udara diseluruh wilayah dapat dipantau (dievaluasi).

17
Beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
penentuan titik pengambilan sampel udara ambien adalah:

1. Menghindari tempat yang dapat meru bah


konsentrasi akibat adanya absorpsi, atau adsorpsi (seperti
dekat dengan gedung-gedung atau pohon-pohonan).

2. Menghindari tempat dimana pengganggu kimia


terhadap bahan pencemar yang akan diukur dapat terjadi:
emisi dari kendaraan bermotor yang dapat mengotori pada saat
mengukur ozon, amoniak dari pabrik refrigerant yang dapat
mengotori pada saat mengukur gas-gas asam.

3. Menghindari tempat dimana pengganggu fisika dapat


menghasilkan suatu hasil yang mengganggu pada saat
mengukur debu (partikulat matter) tidak boleh dekat dengan
incinerator baik domestik maupun komersial, gangguan listrik
terhadap peralatan pengambil contoh uji dari jaringan listrik
tegangan tinggi

18
4. Meletakkan peralatan di daerah dengan
gedung/bangunan yang rendah dan saling berjauhan.

5. Apabila pemantauan bersifat kontinyu, maka


pemilihan lokasi harus mempertimbangkan perubahan kondisi
peruntukan pada masa datang.

Faktor Yang Mempengaruhui Kualitas Udara

Penyebaran bahan pencemar di udara di pengaruhui oleh


factor-faktor meteorologi adalah :
Suhu Udara
Suhu udara dapat mempengaruhui konsentrasi bahan
pencemar di udara sesuai dengan cuaca tertentu. Suhu udara
yang tinggi menyebabkan udara makin renggang sehingga
konsentrasi bahan pencemar menjadi rendah sebaliknya pada
suhu yang dingin keadaan udara makin padat sehingga
konsentrasi pencemar semakin tinggi.

Kelembaban
Kelembaban udara juga mempengaruhui konsentrasi
pencemar di udara padakelembapan yang tinggi maka kadar
uap air di udara dapat bereaksi dengan pencemar di udara,
menjadi zat lain yang tidak berbahaya atau menjadi pencemar
sekunder.

Tekanan Udara
Tekanan udara tertentu dapat mempercepat atau menghambat
terjadinya terjadinya suatu reaksi kimia antara pencemar
dengan zat pencemar di udara atau zat-zat yang ada di udara,
sehingga pencemar udara dapat bertambah atau berkurang.

19
Angin
Angin adalah udara yang bergerak, akibat pergerakkan udara
maka akan terjadi suatu proses penyebaran yang dapat
mengakibatkan pengenceran dari bahan pencemaran udara,
sehingga kadar suatu pencemar pada jarak tertentu dari sumber
akan mempunyai kadar berbeda, demikianjuga halnya dengan
arah dan kecepatan angin mempengaruhui kadar bahan
pencemar setempat.

Keadaan Awan
Keadaan awan dapat mempengaruhui keadaan cuaca udara,
termasuk juga banyaknya sinar matahari yang menyinari bumi.
Kedua hal ini dapat mempengaruhui reaksi kimia pencemaran
udara dengan zat-zat yang ada di udara.
Sinar Matahari
Sinar matahari dapat mempengaruhui kadar bahan pencemar
di udara karena adanya sinar matahari tersebut maka beberapa
pencemar diudara dapat dipercepat atau diperlambat reaksinya
dengan zat-zat lain di udara sehingga kadarnya dapat berbeda
menurut banyaknya sinar matahari yang menyinari bumi.
Demikan juga banyaknya panas matahari yang sampai kebumi
dapat mempengaruhui kadar pencemar di udara.

Curah hujan
Hujan merupakan suatu partikel air di udara yang bergerak dari
atas jatuh ke bumi. Dengan adanya hujan maka bahan
pencemar berupa gas tertentu dapat diserap kedalam partikel
air. Begitu pula partikel debu baik yang inert maupun partikel
debu yang lain dapat ditangkap dan menempel pada partikel
air dan dibawa jatuh kebumi, dengan demikian bahan

20
pencemar dalam bentuk partikel dapat berkurang akibat
jatuhnya hujan
Metode Pengukur Kualitas Udara Ambien
Untuk sampling kualitas udara ambien, teknik pengambilan
sampel kualitas udara ambien saat ini terbagi dalam dua
kelompok besar yaitu pemantauan kualitas udara secara aktif
(konvensional) dan secara pasif. Dari sisi parameter yang akan
diukur, pemantauan kualitas udara terdiri dari pemantauan gas
dan partikulat

Passive Sampler merupakan peralatan untuk sampling yang


digunakan untuk mengambil sampel dari udara ambien.
Prinsip kerjanya tidak membutuhkan power listrik karena
bersifat pasif dimana alat ini berbentuk bulat dan didalamnya
terdapat kertas filter yang sudah diberi cairan khusus dari
bahan kimia yang fungsinya untuk menangkap gas yang ada di
udara sekeliling. Setelah sampling kemudian passive sampler
tersebut dianalisa di laboratorium kualitas udara

1. Metoda Pengujian Partikulat dari Udara Ambien secara


Aktif

Partikulat atau debu adalah suatu benda padat


yang tersuspensi di udara dengan ukuran dari 0,3 µm sampai
100 µm, berdasarkan besar ukurannya partikulat (debu) ada
dua bagian besar yaitu debu dengan ukuran lebih dari 10 µm
disebut dengan debu jatuh (dust-fall) sedang debu yang ukuran
partikulatnya kurang dari 10 µm disebut dengan Suspended
Partikulate Matter (SPM). Debu yang ukurannya kurang dari
10 µm ini bersifat melayang-layang di udara.

21
Peralatan yang dipakai untuk melakukan pengukuran debu
SPM (melayang-layang) ada 4 jenis alat diantaranya :

HVS (High Volume Sampler)

Cara ini dikembangkan sejak tahun 1948 menggunakan filter


berbentuk segi empat seukuran kertas A4 yang
mempunyai porositas 0,3 – 0,45 µm dengan kecepatan pompa
berkisar 1.000 – 1.500 lpm. Pengukuran berdasarkan metoda
ini untuk penentuan sebagai TSP (Total Suspended
Partikulate). Alat ini dapat digunakan selama 24 jam setiap
pengambilan contoh udara ambien. Bentuk alat HVS dapat
dilihat pada Gambar 2 dibawah ini :

Gambar. High Volume Sampler

Cara operasional alat ini adalah sebagai berikut :

1. Panaskan kertas saring pada suhu 105 oC, selama 30


menit.

22
2. Timbang kertas saring, dengan neraca analitik pada
suhu 105 oC dengan menggunakan vinset (Hati-hati
jangan sampai banyak tersentuh tangan)
3. Pasangkan pada alat TSP, dengan membuka atap
alat TSP. Kemudian dipasangkan kembali atapnya.
4. Simpan alat HVS tersebut pada tempat yang sudah
ditentukan sebelumnya.
5. Operasikan alat dengan cara, menghiduo (pada
posisi ”On” ) pompa hisap dan mencatat angka flow
ratenya (laju alir udaranya).
6. Matikan alat sampai batas waktu yang telah
ditetapkan.
7. Ambil kertasnya, panaskan pada oven listrik pada
suhu Timbang kertas saringnya.
8. Hitung kadar TSPnya sebagai mg/NM3
9. Metoda penggunaan alat ini bisa juga dilakukam,
terhadap pm 10 atau pun dilanjutkan pada
pengukuran parameter logam

MVS (Middle Volume Sampler).

Cara ini menggunakan filter berbentuk lingkaran


(Bulat) dengan porositas 0,3-0,45 µm, kecepatan pompa yang
dipakai untuk pengangkapan suspensi Particulate Matter ini
adalah 50 – 500 lpm. Alat MVS dapat dilihat pada

23
Gambar Middle Volume Sampler

Operasional alat ini sama dengan High Volume Sampler,


hanya yang membedakan dari ukuran filter
membrannya. HVS ukuran A 4 persegi panjang, sedang MVS
ukuran bulat diameter 12 cm.

LVS (Low Volume Sampler)

Cara ini menggunakan filter berbentuk lingkaran (Bulat)


dengan porositas 0,3-0,45 µm, kecepatan pompa yang dipakai
untuk pengangkapan Suspensi Partikulate Matter ini adalah 10
– 30 lpm. Alat LVS dapat dilihat pada Gambar.

Gambar Low Volume Sampler

Parameter :

1. Penetapan Kadar NH3 metode Indofenol secara


Spektrofotometri

Amoniak dari udara ambien yang telah dijerap oleh larutan


penjerap asam sulfat, akan membentuk amonium sulfat.

24
Kemudian direaksikan dengan fenol dan natrium hipoklorit
dalam suasana basa dengan katalis natrium nitroprussida, akan
membentuk senyawa komplek indofenol yang berwarna biru.
Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 630
nm dengan kisaran konsentrasi 20μg/Nm3 sampai 700
μg/Nm3 (0,025 ppm sampai 1 ppm).

Sampling : NH3 + H2SO4 → (NH4)2SO4

2. Penetapan Kadar Nitrogen dioksida (NO2) metoda Griess


Saltzman secara Spektrofotometri

Gas nitrogen dioksida dijerap dalam larutan Griess Saltzman


sehingga membentuk suatu senyawa azo dye berwarna merah
muda yang stabil setelah 15 menit. Konsentrasi larutan
ditentukan secara spektrofotometri pada panjang gelombang
550 nm dengan kisaran konsentrasi 0,005 ppm sampai 5 ppm
udara atau 0,01 μg/L sampai dengan 10 μg/L.

3. Penetapan Kadar Sulfur dioksida (SO2) metoda


Pararosanilin secara Spektrofotometri

Gas sulfur dioksida (SO2) diserap dalam larutan penjerap


tetrakloromerkurat membentuk senyawa kompleks
diklorosulfonatomerkurat. Dengan menambahkan larutan
pararosanilin dan formaldehida, kedalam senyawa
diklorosulfonatomerkurat maka terbentuk senyawa
pararosanilin metil sulfonat yang berwarna ungu. Konsentrasi
larutan di ukur pada panjang gelombang 550 nm dengan
kisaran konsentrasi 0,01 ppm sampai 0,4 ppm udara atau 25
μg/m3 sampai 1000 μg/m3.

Sampling :
25
HgCl42- + SO2 + H2O → HgCl2SO32- + 2H+ + 2Cl–

HCHO + SO2 + H2O → HOCH2SO3H

4. Penetapan Kadar Oksidan metoda neutral buffer kalium


iodida (NBKI) secara Iodometri

Oksidan dari udara ambien dijerap oleh larutan NBKI dan


bereaksi dengan ion iodida membebaskan iod (I2) yang
berwarna kuning muda, yang kemudian dapat dititar dengan
larutan tio dengan indikator kanji hingga TA tak berwarna.

Sampling : O3 + 2KI → K2O + I2 + O2

Analisis : I2 + Na2S2O3 → Na2S4O6 + 2NaI

5. Penetapan Kadar Karbon monoksida secara Iodometri

Karbon monoksida dari udara ambien mereduksi I2O5


membentuk I2 yang larut dalam KI, yang dapat dititar dengan
larutan tio dengan indikator kanji hingga TA tak berwarna.

Sampling : 5CO + I2O5 → I2 + 5CO2

Analisis : I2 + Na2S2O3 → Na2S4O6 + 2NaI

Sampling udara ambient dilakukan dengan beberapa cara :

1. Sampling menerus (kontinu) pada interval waktu yang


regular dan kecil
2. Sampling setengah kontinu, regular misalnya mingguan,
bulanan, tahunan, dst.
3. Sampling sesaat tidak kontinu, hanya dilakukan pada saat
saat tertentu saja.

26

Anda mungkin juga menyukai