Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ANALISIS JURNAL
oleh
Juwarti
NIM 142310101007
i
THE EFFECTIVENESS OF A PHYSICAL ACTIVITY STIMULATION
PROGRAMME FOR CHILDREN WITH CEREBRAL PALSY
ON SOCIAL PARTICIPATION, SELF-PERCEPTION
AND QUALITY OF LIFE: A RANDOMIZED
CONTROLLED TRIAL
MAKALAH
disusun guna melengkapi tugas akhir individu mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik IV B
Dosen Pengampuh Matakuliah: Ns. John Haffan Sutawarndana, M.Kep, Sp.Kep.KMB
oleh
Juwarti
NIM 142310101007
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas analisis jurnal
yang berjudul “ The efectiveness of a Physical activity Stimulation Programme for
Children With Cerebral palsy on Social Participation, Self-Perception and Quality of
Life: a Randomized Controlled Trial” tepat pada waktu yang telah ditentukan. Analisis
jurnal ini disusun untuk melengkapi tugas akhir individu Mata Kuliah Keperawatan
Klinik IVB.
Penyusunan makalah analisis jurnal ini penulis banyak mengalami hambatan,
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat mengatasi semua
hambatan yang dialami dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah analisis ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami butuhkan untuk
kesempurnaan makalah ini. akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak khususnya penulis.
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1
lingkungannya. Banyak orang yang melakukan hal tersebut karena menganggap anak
tidak mampu melakukan sosialisasi dan komunikasi dengan baik sehingga dianggap
memalukan apabila dibiarkan bersosialisasi dengan lingkungannya. Oleh karena itu,
kondisi yang seperti ini menjadi salah satu kelompok yang harus mendapatkan
intervensi,baik intervensi yang berupa konseling yang melibatkan orang tua serta
melatih dan memotivasi anak untuk mengadopsi atau beradaptasi dengan gaya hidup
dan pola sosialisasi yang lebih aktif dalam kehidupan sosialnya.
Penanganan anak dengan cerebral palsi salah satunya adalah dengan dilakukannya
terapi aktivitas fisik. Pengunaan terapi ini dimaksudkan untuk melatih keterbatasan
gerak yang anak alami. Selain itu, terapi aktivitas fisik ini juga dilakukan untuk
meningkatkan hubungan sosial dan partisipasi dalam lingkungan sosial anak cerebral
palsi. Namun, tujuan ini masih sebatas tujuan dan ekspektasi terapis belaka, karena
keefektifan terapi aktivitas ini masih dalam proses penelitian dan percobaan.
Sejauh ini terapi yang terapkan hanya berbasis pada sekolah luar biasa atau sekolah
khusus anak dissabilitas. Dimana terapi yang dilakukan berfokus pada kelompok anak-
anak yang mengalami cerebral palsi dan gangguan kognitif atau kelainan lainnya,
sehingga fokus terapi yang dilakukan tidak berfokus pada progres individu atau anak.
kondisi ini menyebabkan banyak elemen penting seperti progres hubungan sosial anak,
perubahan perilaku anak, dan persepsi orang tua dalam kesiapan menyiapkan anak turut
serta berpartisipasi dalam segala kegiatan sosial atau hubungan sosial tanpa adanya rasa
anak daapat mempermalukan dirinya sebagai orang tua
2
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
1. Mengetahui konsep dasar kelaianan Cerebral palsy yang terjadi pada anak
2. Mengetahui etiologi Cerebral palsy
3. Mengetahui manifestasi dan penatalaksaan terapi yang dapat dilakukan pada
anak dengan Cerebral palsy
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui dengan terapi-terapi yang dilakukan pada anak dengan kelainan
Cerebral palsy serta kmungkinan dapat diimplementasikan dalam dunia
keperawatan
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
4
2. Cerebral palsi sedang
Pada tingkat cerebral palsi ini menggambarakan anak memiliki ketebatasan
dalam melakukan pergerakan, sehingga memerlukan suatu bantuan khusus dan
juga pendidikan khusus untuk mendukung fungsi dan aktivitas anak sehari-hari.
3. Cerebral palsi
Pada kondisi ini anak tidak mampu sama sekali dalam melakukan pergerakan
atau aktivitas sehari-hari. Dimana segala keperluan dan aktivitas anak
bergantung sepnuhnya pada bantuan orang lain.
2.2 Etiologi
Penyebab cerebral palsi hingga saat belum diketahui etilologi yang jelas. Namun,
beberapa penelitian menunjukkan bahwa diperkirakan terdapat beberapa faktor resiko
yang menjadi penyebab terjadinya anak dengan kelainan cerebral palsi. Berikut faktor
risiko yang diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya cerebral palsi:
1. faktor prenatal
faktor ini berhubungan dengan kondisi janin saat kehamilan, dimana salah satu
yang dapat menyebabkan terjadinya anak dengan kondisi kelainan cerebral palsi
yaitu infeksi intrauterin dan eksposur teratogenik. Kondisi ini terjadi pada ibu
yang menularkan infeksi tersebut pada janin yang dikandung, sehingga sangat
berbahaya sekali apabila kondisi ini terjadi pada saat masa organogenesis. selain
itu, komplikasi plasenta, kalhiran kembar, kondisi mental ibu yang mengalami
kelainan atau keterbelakangan mental, kejang ataupun terjadi hipertiroidisme.
semua kondisi ini sangat rentan dan berpotensi dalam menyebabkan janin atau
anak lahir dengan kondisi kelainan otak.
2. faktor perinatal
kondisi asfiksia pada bayi saat lahir yang sangat signifikan yang tidak segera
tertangani dengan baik akan menimbulkan kerusakan sebagian otak karena
perfusi cerebral yang tidak adekuat pada bayi baru lahir tersebut, sehingga besar
kemungkinan anak akan mengalami cacat mental akibat kondisi tersebut,
walaupun pada awalnya anak tidak mengalami suatu kondisi kelainan sejak
dalam kandungan.
5
3. faktor postnatal
pada kondisi ini yang menyebabkan terjadinya cerebral palsi pada anak adalah
kondisi keracunan, meningitis yang menular, ensepalitis, trauma kepala, ataupun
kecelakaan tenggelam, dimana kondisi tersebut menimbulkan suatu kondisi
kerusakan otak yang juga merusak fungsi otak secara normal.
6
c. Rigid
terjadi cedera atau perdarah otak, dimana kondisi ini terjadi akibat kekakuan
dari otot leher dan punggung yang terlalu hiperekstensi yang menyebakan
ketegangan otot yang sangat.
d. Hemiplegia
Kondisi hemiplegia ini merupakan suatu kelumpuhan yang terjadi pada kaki
dan tangan pada satu sisi tubuh. Kondisi ini juga disebut sebagai
hemiparesis.
e. Diplegia
Kedua kaki mengalami kekakuan atau hambatan dalam melakukan
pergerakan. Selain kaki terkadang hambatan pergerakan yang terjadi pada
anak diplegia yaitu hambatan gerakan tangan.
f. Quadiplegia, yaitu suatu kondisi dimana kedua kaki dan tangan mengalami
hambatan dalam melakukan pergerakan. Termasuk juga otot-otot wajah dan
mulut serta rahang juga sangat terlihat kelainannya.
2. Gangguan intelektual
pada anak dengan kelainan cerebral palsi juga mengalami gangguan kognitif.
pada kondisi ini yang menentukan seorang anak tersebut mengalami atau
menunjukkan tingkat intelektual dari rentang idiot hingga gifted, tetapi hingga
saat ini menunjukkan bahwa semua anak yang mengalami cerebral palsi dari
total keseluruhan menunjukkan 1/3 dari jumlah tersebut diduduki oleh anak
dengan cerebral palsi yang mengalami keterbelakangan mental.
3. Gangguan sensoris
pada umumnya anak yang mengalami cerebral palsi mengalami gangguan
sensoris berupa gangguan pendengaran, penglihatan, dan gangguan kinestetik
taktil.
4. Ketidakmampuan berkomunikasi
sebagian besar anak yang mengalami gangguan cerebral palsi mengalami
gangguan bicara yang menyebabkan anak tidak mampu berkomunikasi dengan
baik dengan lingkungan sekitar. ketidak mampuan berbicara ini disebabkan oleh
adanya kekakuan otot-otot motorik bicara.
7
5. Emosi dan perilaku
anak cerebral palsi mengalami kesulitan dalam menjalani atau berhubungan
dengan dunia sosial mereka. kondisi ini disebabkan oleh konsep diri yang
mereka miliki sangat berbeda dan tidalk dipahami oleh orang lain. banyak dari
anak yang mengalami cerebral palsi yang terkesan atau terlihat sibuk dengan
dunianya sendiri atau fokus anak pada diri sendiri. Sehingga mereka terlihat
seperti tidak mempunyai hubungan sosial.
8
BAB 3. PEMBAHASAN
Cerebral palsi merupakan suatu bentuk kelainan sistem persarafan yang terjadi pada
anak akibat dari kerusakan otak sehingga menyebabkan terjadinya kelainan pada pusat
koordinasi, psikologis, dan juga kognitif. Diagnosa cerebral palsi ini pada umumnya
didekribsikan sebagai suatu bentuk kerusakan otak yang dibawa sejak lahir. Kelainan
ini menimbulkan berbagai fungsi saraf motorik sehingga menimbulkan gerakan yang
tak terkontrol, atau bahkan juga mengalami keterlambatan dalam melakukan gerakan.
Kondisi ini tergantung dengan tingkat dan kelainan pada anak yang dialami. Selain itu,
gangguan dalam hubungan sosial anak dengan lingkungan sekitar juga terjadi, dimana
anak tidak mampu berpartisipasi dalam segala kegiatan sosialnya.
Dalam jurnal The effectiveness of a Physical activity Stimulation Programme For
Children with Cerebral palsy on Social Participation, self Perseption and Quality of
Life: a Randomized Controlled Trial oleh Leontien Van Wely dkk tahun 2013
melakukan penelitian keefektifan terapi fisik dalam meningkatkan kemampuan fisik dan
juga kemampuan anak dalam melakukan hubungan sosial dan berpartisipasi dalam
kegiatan sosialnya. Dari penelitian yang dilakukan, terapi fisik yang telah dilakukan
mampu memberikan efek positif dengan mampu meningkatkan pola aktivitas anak atau
kemampuan anak dalam melakukan aktivitas fisik secara mandiri. Namun, keberhasilan
terapi ini juga menunjukkan suatu kegagalan tujuan dari terapi tersebut, dimana tujuan
dalam dilakukan terapi fisik dengan cara dikelompokkan untuk meningkatkan hubungan
sosial dan partisipasi anak dalam segala kegiatan sosial mereka tidak menunjukkan
suatu peningkatan dan efek yang berarti. Terapi ini tidak dapat membuat anak mampu
secara mandiri dan efektif dalam melakukan hubungan dan partisipasi sosialnya.
Jurnal berjudul Effectiveness of Physical Therapy Intervention For Children With
Cerebral palsy: A Systematic Review oleh Heidi Antila dkk tahun 2008 memaparkan
hasil penelitiannya yang terkait dengan kefektifan terapi fisik pada anak dengan cerebral
palsi. Intervensi latihan atau terapi fisik yang dilakukan yaitu terdiri dari program
latihan kekuatan yang dilakukan dengan melihat cara berjalan, latihan kebugaran
kardiovaskuler dan program latihan fisik aerobik yang dilakukan sembilan bulan
lamanya dengan waktu empat kali seminggu, terapi fisik sensorimotorik, serta latihan
9
keseimbangan untuk mengurangi terjadinya kejang. Semua intervensi atau terapi fisik
tersebutdilakukan pada anak-anak dengan cerebral palsi dan terbukti dari seluruh anak
yang menjalani terapi fisik 22 anak menunjukkan suatu perubahan atau peningkatan
kemampuan fisik yang positif. Namun, tidak ada perubahan terhadap terhadap
peningkatan persepsi dan afektif anak.
Penelitian lain yang berjudul Intensive Intermitent Physical in Infant with Cerebral
palsy: A Randomized Controlled Pilot Study karya Malka Shamir dkk tahun 2012
menyatakan bahwa keefektifan terapi fisik untuk meningkatkan kemampuan motorik
dan kekuatan fisik anak dengan cerebral palsi masih kontroversi. Banyak yang
menyebutkan tidak jelasnya jangka waktu pelaksanaan terapi fisik tersebut dilakukan
dengan tingkat keberhasilan yang juga tidak jelas sehingga dilakukan penelitian ini
untuk menentukan jangka waktu yang dapat dilakukan untuk keefektifan intervensi
terapifisik yang dilakukan. Intervensi dilakukan secara intermiten danjuga melibatkan
peran orang tua. Jadwal terapi yang intermiten ini dapat dilakukan sesering mungkin
pada anak cerebral palsi yang parah. Dari penelitian tersebut, hasil yang diharapkan
menunjukkan hasil positif, dimana terapi fisik yang intermiten jauh lebih efektif
dibandingkan dengan terapi fisik yang dilakukan secara rutin dan kontinu sehingga
waktu terapi berjangka pendek dan tidak monoton berdasarkan waktu perkiraan
keefetifan terapi tersebut.
Metode baru yang dikembangkan untuk terapi fisik anak dengan cerebral palsi telah
dilakukan dan diterapkan seperti yang telah diuraikan dan dijelaskan oleh jurnal dengan
judul Gamification of Physical Therapy for the treatment of Pediatric Cerebral palsy: A
pilot Studi Examining Player Preferences oleh Dr. David M Whittinghill dkk tahun
2014 menyatakan hasil penelitiannya yaitu mengembangkan keberhasilan terapi fisik
melalui terapi fisik yang berbasis game untuk anak-anak Cerebral palsy. Game tersebut
berupa game yang berupa sensor optik yang penggunaannya menggunakan prinsip
kinestetik dan visual, dimana anak akan berdiri ditempat tersebut dan melihat serta
memperagakan semua gerakan burnie. Burnie merupakan suatu gambar burung 3
dimensi yang semua gerakannya diikuti oleh peserta terapi. Hasil dari intervensi terapi
fisik berbasis game ini terbukti mampu meningkatkan fungsional dari ekstremitas anak
yang pada awalnya mengalami kelemahan fungsi, menunjukkan peningkatan pola
10
afektif dan partisipasi anak dalam setiap kegiatannya, serta memberikan kesan
menyenangkan sehingga mampu meningkatkan kondisi psikis anak dalam
mengekpresikan setiap perasaan dalam dirinya.
Dari hasil kajian jurnal diatas, dapat disimpulkan bahwa terapi fisik yang dilakukan
atau diterapkan pada anak dengan kelainan cerebral palsi efektif untuk meningkatkan
kemampuan fungsional fisik dalam beraktivitas dan meningkatkan kemampuan anak
dalam mengekspresikan psikis yang anak alami, hal ini telah dibuktikan dari berbagai
jurnal penelitian yang telah diuraian diatas. Namun, hingga saat ini terapi ini masih
belum mampu meningkatkan atau membentuk dan memperbaiki pola hubungan sosial
anak cerebral palsi untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosialnya. Terapi ini dapat
dilakukan dan diterapkan ditatanan klinik dengan saran ada pengembangan dari terapi
tersebut yang diharapkan mampu untuk mencapai tujuan terapi tersebut yang belum
tercapai yaitu mampu meningkatkan atau memperbaiki hubungan sosial anak dengan
lingkungan sekitarnya.
11
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cerebral palsi merupakan suatu kelainan yang non progressif yang terjadi akibat
kerusakan otak yang menyebakan suatu kelumpuhan, keterbatasan atau gangguan
motorik lainnya yang pada umumnya juga ditandai dengan adanya gangguan dan fungsi
fisik dan mental yang rendah. Cerebral palsi terjadi karena adanya bebrapa faktor
pencetus, yaitu seperti genetik, faktor prenatal atau faktor ini berhubungan dengan
kondisi janin saat kehamilan, dimana salah satu yang dapat menyebabkan terjadinya
anak dengan kondisi kelainan cerebral palsi yaitu infeksi intrauterin dan eksposur
teratogenik, kondisi asfiksia pada bayi saat lahir yang sangat signifikan yang tidak
segera tertangani dengan baik akan menimbulkan kerusakan sebagian otak karena
perfusi cerebral yang tidak adekuat, dan kondisi keracunan, meningitis yang menular,
ensepalitis, trauma kepala, ataupun kecelakaan tenggelam, dimana kondisi tersebut
menimbulkan suatu kondisi kerusakan otak yang juga merusak fungsi otak secara
normal.
Penanganan dan terapi yang dapat dilakukan yaitu terapi fisik. Terapi fisik yang
dilakukan atau diterapkan pada anak dengan kelainan cerebral palsi efektif untuk
meningkatkan kemampuan fungsional fisik dalam beraktivitas dan meningkatkan
kemampuan anak dalam mengekspresikan psikis yang anak alami, hal ini telah
dibuktikan dari berbagai jurnal penelitian yang telah diuraian diatas. Namun, hingga
saat ini terapi ini masih belum mampu meningkatkan atau membentuk dan memperbaiki
pola hubungan sosial anak cerebral palsi untuk berpartisipasi dalam kehidupan
sosialnya.
3.2 Saran
Penerapan terapi fisik perlu dilakukan pengembangan terapi untuk mencapai tujuan
terapi fisik yang belum tercapai yaitu memperbaiki pola hubungan sosial anak cerebral
palsi untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosialnya. Oleh karena itu, pengembangan
keefektifan terapi oleh tenaga kesehatan atau terapist sangat dibutuhkan untuk
memaksimalkan dan mengoptimalkan tujuan terapi tersebut.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anttila, Heidi et al. 2008. Effectiveness of Physical Therapy Interventions for Children
with Cerebral palsy: A Systematic review. BMC Pediatrics. Vol 8(14)
Whittlinghill, David & Jacob Samuel Brown. 2014. Gamification on Physical Therapy
for the Treatment Of Pediatric Cerebral palsy: A Pliot Study Examining Player
Pereferences. 360 of Engineering Education
Lazimah, & Nur Susanti. 2014. Penatalaksanaan Fisioterap pada Anak Cerabral Palsy
dengan Kondisi Congenital Talipes Equino Vieus Menggunakan Metode Neuro
Dvolopment Treatment. FIK-UNIKAL
Valentina, Tence Debora. 2014. Penyesuaian Psikologis Orang Tua dengan Anak
Cerebral palsy. Psikologia: Jurnal Pemikiran & Penelitian Psikologi, vol 9 (2)
Merlina, Maurin dkk. 2012. Prospek Terapi Sel Punca untuk Cerebral palsy. CDK-198.
Vol 39 (10)
13