Anda di halaman 1dari 15

1.

Latar Belakang
Pasal 33 ayat (3) undang-undang dasar 1945 mengamanatkan bahwa bumi, air dan
kekayaan yang terkandung di dalamnya milik negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat. Bunyi pasal ini memberikan keleluasaan kepada negara untuk
memaksimalkan potensi yang ada dalam bumi negara Indonesia. Pemanfaaatan potensi tersebut
hendaknya berorientasi pada kepentingan negara dan tentunya kemakmuran rakyat.

Di atas kertas, undang-undang ini terlihat sangat bepihak kepada kepantingan rakyat.
Tetapi, implementasinya jauh panggang dari api. Sejak diundangkannya undang- undang
No.32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah, keluhuran bunyi undang-undang dasar 1945
tersebut, khususnya pasal 33 semakin hari semakin menghilang. Diundangkannya UU No. 32
Tahun 2004 tersebut pada dasarnya bertujuan megakhiri rezim sentralisasi dimana pusat
memiliki kewenangan penuh untuk mengatur daerah. Rezim sentralisasi memiliki kelemahan
dimana pemerintah tidak secara holistik mengakomodasi kepentingan masyarakat. Itu karena
jauhnya jangkauan pusat ke daerah, sehingga sulitnya melihat realitas kehidupan masyarakat.
Selain itu, UU ini bertujuan untuk pemerataan pembangunan yang selama bertahun-tahun sulit
dikembangkan oleh rezim sentralisasi.
Pemberlakuan UU tersebut membawa harapan bahwa pemerintah akan lebih dekat
kepada masyarakat. Dalam UU tersebut, pemerintah daerah tingkat satu dan dua diberi
kewenangan penuh untuk membangun daerah. Kebijakan-kebijakan tidak lagi harus menunggu
perintah dari pusat. Tetapi, daerah, dalam hal ini kepala daerah memiliki keleluasaan
membangun daerahnya. Tentu, harapannya adalah membanguna daerah sesuai dengan perintah
undang-udang dan beroritentasi pada kepentingan rakyat. Kewenangan pemerintah daerah
tersebut terlihat dalam banyak aspek. Salah satunya kewenangan pemberian izin usaha
pertambangan (IUP) yang sebelumnya dimiliki pemerintah pusat. Kewenangan pemberian IUP
ini tak jarang bermasalah.
Di media masa, cetak maupun elektronik, pemberitaan tentang kepala daerah yang
bermasalah karena mengeluarkan IUP secara serampangan sering tersaji. Sampai tahun 2013,
kementerian ESDM mencatat, IUP yang dinyatakan clear and clean hanya 5502 dari 10.809
IUP. Artinya, IUP yang bermasalah atau not clear and clean sejumlah 5.307 IUP. Jadi, hampir
separuh dari IUP itu bermasalah. Namun, perlu dicatat, masih banyak kegiatan pertambangan
di daerah yang tidak berhasil dipantau kementerian ESDM. Maka, tugas berat dipikul
kementerian ESDM untuk menertibkan IPU-IUP bermasalah tersebut
2. Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Izin usaha Pertambangan adalah pemberian izin untuk melakukan usaha pertambangan
kepada orang pribadi atau badan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah. Izin Usaha
Pertambangan diberikan dalam bentuk surat keputusan Izin Usaha Pertambangan.
Izin Usaha Pertambangan terdiri atas dua tahap:

a. Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi,


dan studi kelayakan.
b. Izin Usaha Pertambangan Operasi Penjualan/Produksi meliputi kegiatan konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan.

Izin Usaha Pertambangan diberikan oleh:

a. Bupati / Walikota apabila Wilayah Izin Usaha Pertambangan berada di dalam satu
wilayah kabupaten / kota;
b. Gubernur apabila Wilayah Izin Usaha Pertambangan berada pada lintas wilayah
kabupaten / kota dalam 1 provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari Bupati /
Walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
c. Menteri apabila Wilayah Izin Usaha Pertambangan berada pada lintas wilayah provinsi
setelah mendapatkan rekomendasi dari Gubernur dan Bupati / Walikota setempat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.

Izin Usaha Pertambangan diberikan kepada:

 Badan usaha.
 Koperasi.
 Perseorangan.

Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi : meliputi kegiatan Penyelidikan umum, Eksplorasi, dan
Study kelayakan wajib memuat ketentuan sekurang kurangnya:

 Nama perusahaan, lokasi dan luas wilayah, rencana umum tata ruang, jaminan
kesungguhan, modal investasi, perpanjangan waktu tahap kegiatan, hak dan kewajiban
pemegang Izin Usaha Pertambangan, jangka waktu berlakunya tahap kegiatan, jenis
usaha yang diberikan, rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar
wilayah pertambangan, perpajakan, penyelesaian perselisihan, Iuran tetap dan iuran
eksplorasi, mdal.
Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi : meliputi kegiatan Konstruksi, Penambangan,
Pengolahan dan Pemurnian wajib memuat ketentuan sekurang – kurangnya :

 Nama perusahaan, luas wilayah, lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, modal investasi, jangka waktu berlakunya Izin Usaha
Pertambangan, jangka waktu tahap kegiatan, penyelesaian masalah pertanahan,
lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang, dana jaminan reklamasi dan
pasca tambang, perpanjangan Izin Usaha Pertambangan, hak dan kewajiban pemegang
Izin Usaha Pertambangan, rencana pengembangan dan pernberdayaan masyarakat di
sekitar wilayah pertambangan, perpajakan, penerimaan negara bukan pajak yang terdiri
atas iuran tetap dan iuran produksi, penyelesaian perselisihan, keselamatan dan
kesehatan kerja, konservasi mineral atau batubara, pemanfaatan barang, jasa, dan
teknologi dalam negeri, penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan pertambangan
yang baik, pengembangan tenaga kerja Indonesia, pengelolaan data mineral atau
batubara, penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan mineral
atau batubara.

3. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi

IUP eksplorasi adalah izin yang diberikan untuk kegiatan penyelidikan umum,
eksplorasi, dan studi kelayakan dalam rangka pertambangan. Menurut Pasal 29 Peraturan
Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara (PP No. 23 Tahun 2010). IUP eksplorasi diberikan berdasarkan permohonan
dari badan usaha, koperasi, dan perseorangan yang telah mendapatkan Wilayah Izin Usaha
Pertambangan (WIUP). Jangka waktu masing-masing IUP eksplorasi berbeda sesuai dengan
jenis tambang yang ada pada wilayah tersebut. Pasal 42 UU No. 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba) mengatur bahwa IUP eksplorasi untuk
pertambangan mineral logam dapat diberikan untuk jangka waktu paling lama 8 tahun,
sedangkan untuk non-logam paling lama 3 tahun, dengan pengecualian terhadap non-logam
jenis tertentu yang dapat diberikan IUP selama 7 tahun. Untuk pertambangan batuan, dapat
diberikan IUP selama 3 tahun, dan 7 tahun untuk pertambangan batubara. Dalam hal kegiatan
eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan, pemegang IUP eksplorasi yang mendapatkan
mineral atau batubara yang tergali wajib melaporkan kepada pemberi IUP.
Permohonan IUP Setelah Perolehan WIUP :

Dalam Pasal 30 PP No 23 Tahun 2010, diatur bahwa dalam jangka waktu paling lambat
5 hari kerja setelah penetapan pengumuman lelang, pemenang lelang WIUP mineral logam
atau batubara harus memohonkan IUP eksplorasi kepada Menteri, gubernur, atau bupati.
Apabila hal tersebut tidak dilakukan, pemenang lelang WIUP akan dianggap gugur dan uang
jaminan kesungguhan yang sebelumnya sudah disetor akan menjadi milik Pemerintah. WIUP
lalu akan ditawarkan kepada peserta lelang urutan berikutnya secara berjenjang dengan syarat
nilai harga kompensasi data informasi sama dengan harga yang ditawarkan oleh pemenang
pertama. Gubernur akan menyampaikan penerbitan peta WIUP mineral bukan logam dan/atau
batuan yang dimohonkan, kepada bupati/walikota untuk mendapatkan rekomendasi dalam
rangka penerbitan IUP eksplorasi. Pemohon yang telah mendapatkan peta WIUP beserta batas
dan koordinat harus menyampaikan permohonan IUP eksplorasi kepada yang berwenang,
paling lambat 5 hari kerja setelah penerbitan peta tersebut. Jika hal tersebut tidak dilakukan,
pemohon dianggap gugur dan uang pencadangan akan menjadi milik Negara dan WIUP
menjadi wilayah terbuka.

Dalam hal kegiatan Eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan, pemegang Izin Usaha
Pertambangan Eksplorasi yang mendapatkan mineral atau batubara yang tergali wajib
melaporkan kepada pemberi Izin Usaha Pertambangan. Pemegang Izin Usaha
Pertambangan Eksplorasi yang ingin menjual mineral atau batubara wajib mengajukan
izin sementara untuk melakukan pengangkutan dan penjualan Izin sementara yang diberikan
oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati / Walikota sesuai dengan kewenangannya. Mineral atau
batubara yang tergali dalam hal kegiatan ekpolorasi dan kegiatan study kelayakan, pemegang
Izin Usaha Pertambangan Ekplorasi yang mendapatkan mineral atau batubara yang tergali wajib
melaporkan kepeda pemberi Izin Usaha Pertambangan dikenai iuran produksi.

4. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Penjualan/Produksi


Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah
selesai pelaksanaan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan
operasi produksi. Setiap pemegang Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi dijamin untuk
memperoleh Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi sebagai kelanjutan kegiatan usaha
pertambangannya. Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi dapat diberikan kepada badan
usaha, koperasi, atau perseorangan atas hasil pelelangan. Pertambangan Tanpa Izin adalah
usaha pertambangan yang dilakukan oleh perseorangan, sekelompok orang, atau perusahaan
yayasan berbadan hukum yang dalam operasinya tidak memiliki Izin dari instansi pemerintah
sesuai peraturan perundang – undangan yang berlaku. Dengan demikian, izin, rekomendasi,
atau surat berbentuk apapun yang diberikan kepada perseorangan, sekelompok orang,
perusahaan atau yayasan oleh instansi pemerintah di luar ketentuan peraturan perundang –
undangan yang berlaku, dapat dikategorikan sebagai Pertambangan Tanpa Izin.

IUP Operasi Penjualan/Produksi adalah ijin yang diberikan untuk kegiatan konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan dalam rangka
pertambangan. IUP Operasi Produksi diberikan kepada badan usaha, koperasi, atau
perseorangan sebagai peningkatan dari kegiatan eksplorasi.
Pasal 46 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU
Minerba) mengatur bahwa setiap pemegang IUP Eksplorasi dijamin untuk memperoleh IUP
Operasi Produksi sebagai kelanjutan kegiatan usaha pertambangan nya.
Menurut Pasal 22 ayat (3) Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara sebagaimana diubah dengan
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 23
Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (PP
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba), IUP Operasi Penjualan/Produksi terdiri
atas mineral logam, batubara, mineral bukan logam, dan/atau batuan.
Persyaratan Untuk Memperoleh IUP Operasi Penjualan/Produksi Bagi Badan Usaha
Pasal 23 Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba
mengatur bahwa persyaratan untuk memperoleh IUP Operasi Penjualan/Produksi bagi Badan
Usaha meliputi persyaratan:

1. Persyaratan administratif, meliputi:

a. Untuk IUP Operasi Penjualan/Produksi mineral logam dan batubara:


1. Surat permohonan;
2. Susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
3. Surat keterangan domisili.

b. Untuk IUP Operasi Penjualan/Produksi mineral bukan logam dari batuan:


1. Surat permohonan;
2. Profil badan usaha;
3. Akta pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah
disahkan oleh pejabat yang berwenang;
4. Nomor pokok wajib pajak;
5. Susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
6. Surat keterangan domisili.

2. Persyaratan teknis, meliputi:


1. Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai
dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional;
2. Laporan lengkap eksplorasi;
3. Laporan studi kelayakan;
4. Rencana reklamasi dan pasca tambang;
5. Rencana kerja dan anggaran biaya;
6. Rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasi produksi; dan
7. tersedia nya tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman paling
sedikit 3 (tiga) tahun.

3. Persyaratan lingkungan, meliputi:


1. pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
2. persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

4. Persyaratan finansial, meliputi:

1. laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik;
2. bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun terakhir; dan
3. bukti pembayaran pengganti investasi sesuai dengan nilai penawaran lelang bagi
pemenang lelang Wilayah Ijin Usaha Pertambangan yang telah berakhir.

5. Reklamasi dan Pasca Tambang


Untuk melaksanakan PP No.78 Tahun 2010 tentang Rekalamasi dan Pascatambang,
perlu menetapkan Peraturan Menteri ESDM tentang pelaksanaan reklamasi dan pascatambang
pada kegiatan usaha Mineral dan Batubara. Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan
sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas
lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya.
Kegiatan pascatambang adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah
akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi
lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah pertambangan.
Jaminan reklamasi adalah dana yang disediakan oleh pemegang Izin Usaha Pertambangan atau
Izin Usaha Pertambangan Khusus sebagai jaminan untuk melakukan kegiatan Reklamasi
Jaminan pascatambang adalah dana yang disediakan oleh pemegang Izin Usaha Pertambangan
atau Izin Usaha Pertambangan Khusus sebagai jaminan untuk melakukan kegiatan
Pascatambang.

Dalam regulasi ini mengatur prinsip-prinsip tentang penyusunan rencana reklamasi


oleh pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi yaitu :
1) Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan
2) Keselamatan dan kesehatan kerja
Sedangkan prinsip untuk pemegang IUP Operasi Penjuala/Produksi dan IUPK
Operasi produksi, yaitu :

1) Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan


2) Keselamatan dan kesehatan kerja
3) Konservasi Mineral dan Batubara

Dalam rangka penyusunan rencana reklamasi dan pasca tambang, pemegang IUP
Eksplorasi dan IUPK Eksplolarasi wajib menyusun rencana reklamasi tahap eksplorasi
berdasarkan dokumen lingkungan hidup yang telah disetujui oleh instansi yang berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturan dan undang-undang dibidang perlindungan dan
pengelolaanlingkungan hidup.Rencana reklamasi tahap eksplorasi harus mempertimbangkan:
1. Metode eksplorasi (kegiatan pemetaan geologi, pemercontohan dengan jarak yang
lebar, pembuatan paritan, dan pengeboran)
2. Kondisi spesifik wilayah setempat
3. Ketentuan perundang-undangan Setelah menyelesaikan studi kelayakan bagi
pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi, mereka wajib menyusun rencana
reklamasi tahap operasi produksi dan rencana reklamasi tahap operasi produksi dan
rencana pascatambang berdasarkan dokumen lingkungan hidup yang telah disetujui
oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan, peraturan dan undang- undang
di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Rencana reklamasi tahap operasi produksi harus mempertimbangkan :


1) Sistem dan metode penambangan berdasarkan hasil studi kelayakan (tambang terbuka dan
tambang bawah tanah)
2) Kondisi spesifik wilayah setempat
3) Ketentuan peraturan perundang-undangan

Rincian tahunan bagi pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi dalam melakukan
rencana reklamasi tahap eksplorasi meliputi :
1) Tata guna lahan sebelum dan sesudah kegiatan eksplorasi
2) Rencana pembukaan lahan kegiatan eksplorasi yang menyebabkan lahan terganggu
3) Program reklamasi tahap eksplorasi
4) Kriteria keberhasilan reklamasi tahap eksplorasi meliputi standar keberhasilan
penatagunaan lahan, revegetasi, dan penyelesaian akhir
5) Rencana biaya reklamasi tahap eksplorasi.
Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi wajib menyampaikan rencana
reklamasi tahap eksplorasi kepada Menteri melalui Direktur Jendral, Gubernur,
Walikota/Bupati sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu 45 hari kalender sebelum
memulai kegiatan eksplorasi.Rincian tahunan bagi pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK
Eksplorasi wajib menyusun rencana reklamasi tahap operasi produksi untuk jangka waktu 5
tahun yang meliputi :
1. Tata guna lahan sebelum dan sesudah kegiatan tahap operasi produksi
2. Rencana pembukaan lahan untuk kegiatan tahap operasi produksi yang menyebabkan
lahan terganggu.
3. Program reklamasi tahap produksKriteria keberhasilan reklamasi tahap operasi
4. produksi meliputi standar keberhasilan penatagunaan lahan, revegetasi, pekerjaan sipil,
dan penyelesaian akhir
5. Rencana biaya reklamasi tahap operasi produksi Rencana biaya reklamasi tahap operasi
produksi harus menutup seluruh biaya pelaksanaan reklamasi tahap operasi produksi
termasuk pelaksanaan reklamasi tahap operasi produksi yang dilakukan pihak ketiga.
6. Penentuan biaya reklamasi tahap operasi produksi pada periode 5 tahun pertama dihitung
berdasarkan rencana reklamasi tahap operasi produksi Pemegang IUP Eksplorasi dan
IUPK Eksplorasi wajib menyampaikan rencana reklamasi tahap eksplorasi kepada
Menteri melalui Direktur Jendral, Gubernur, Walikota/Bupati sesuai dengan
kewenangannya dalam jangka waktu 45 hari kalender sebelum berakhirnya pelaksanaan
reklamasi tahap operasi produksi periode 5 tahun sebelumnya. Pemegang IUP Eksplorasi
dan IUPK Eksplorasi wajib menyampaikan rencana pascatambang berdasarkan studi
kelayakan dan dokumen lingkungan hidup yang telah disetujui oleh instansi yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendapatkan IUP Operasi
Produksi dan IUPK Operasi Produksi. Rencana pasca tambang ini meliputi :

1. Profil wilayah yang terdiri dari


a. Lokasi dan kesampaian wilayah
b. Kepemilikan dan peruntukan lahan
c. Rona lingkungan awal yang meliputi : peruntukan lahan, morfologi, air
permukaan, air tanah, biologi akuatik dan terestrial, serta sosial, budaya, dan
ekonomi sesuai dengan dokumen lingkungan hidup yang telah disetujutan.
d. Kegiatan lain disekitar tambang

2. Deskripsi kegiatan pertambangan yang meliputi keadaan cadangan awal, sistem


dan metode penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta fasilitas
penunjang.
3. Rona lingkungan awal yang meliputi : peruntukan lahan, morfologi, air
permukaan, air tanah, biologi akuatik dan terestrial, serta sosial, budaya, dan
ekonomi
4. Program pascatambang meliputi : reklamasi pada lahan bekas tambang dan lahan
diluar bekas tambang, pengembangan sosial, budaya dan ekonomi,
pemeliharaan hasil reklamasi, pemantauan.
5. Organisasi termasuk jadwal pelaksanaan pascatambang .
7. Kriteria keberhasilan pascatambang, meliputi standar keberhasilan pada tapak
bekas tambang, fasilitas pengolahan dan pemurnian, fasilitas penunjang dan
pemantauan.
8. Rencana biaya pasca tambang.
Dalam peraturan ini diatur mengenai perhitungan rencana biaya pascatambang.
Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi dalam menyusun rencana
pascatambang harus berkonsultasi dengan pemangku kepentingan yaitu :
1. Kementrian ESDM.
2. Dinas tingkat Provinsi/Kota/Kabupaten yang membidangi pertambangan
Mineral dan Batubara.
3. Instansi terkait lainnya.
4. Masyarakat yang akan terkena dampak langsung akibat kegiatan usaha
pertambangan
Misalnya suatu badan usaha yang akan mendirikan perusahaan pertambangan
batubara. Untuk itu, menjelaskan tahap demi tahap dalam pendirian perusahaan pertambangan
tersebut.

6. Mendapatkan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) Batubara


Menurut pasal 8 ayat 2 PP no 23 tahun 2010 dan pasal 60 UU RI No 4 tahun 2009,
WIUP batubara diperoleh dengan cara lelang. Pelaksaan lelang WIUP diselenggarakan oleh
panitia lelang WIUP yang dibentuk oleh Menteri/Gubrrnur/ Walikota sesuai dengan
cakupan wilayah WUP tersebut (Pasal 11 PP No 23 Tahun 2010). Untuk mengikuti lelang
WIUP, badan usaha harus memenuhi persyaratan berupa:
a. Persyaratan Administrasi
i. Mengisi formulir yang sudah disiapkan panitia lelang.
ii. Profil badan usaha
iii. Akte pendirian badan usaha yang bergerak dibidang usaha pertambangan
yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang.
iv. Nomor pokok wajib pajak.
b. Persyaratan Teknis
v. Pengalaman badan usaha di bidang pertambangan batubara atau
mendapatkan dukungan dari perusahaan induk, mitra kerja atau afiliasinya
di bidang pertambangan.
vi. Memiliki satu tenaga ahli dalam bidang pertambangan dan atau di bidang
geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 tahun.
vii. Rencana kerja atau anggaran biaya untuk kegiatan empat tahun
eksplorasi.
c. Persyaratan finansial
viii. Laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit akuntan public
ix. Menempatkan jaminan kesungguhan lelang dalam bentuk uang tubai di
bank pemerintah sebesar 10 % dari nilai kompensasi data informasi dari
total biaya pengganti inventasi untuk lelang WIUP yang telah berakhir.
x. Pernyataan bersedia membayar nilai lelang WIUP dalam jangka waktu
paling lambat 5 hari kerja, setelah pengumuman pemanang lelang.
Syarat dan ketentuan di atas sesuai dengan pasal 13 PP No 22 tahun 2010.
7. Mendapatkan Izin Usaha Pertambangan
Bedasarkan pasal 7 PP No.23 tahun 2010, IUP diberikan melalui tahapan pemberian
WIUP dan pemberian IUP. Setelah badan usaha memenangkan lelang WIUP badan usaha
dapat mengajukan permohonan izin usaha pertambangan (pasal 29 PP No 28 tahun 2010).
Sesuai dengan pasal 36 UU RI No. 4 tahun 2009 dan PP No 23 tahun 2010 menyebutkan
bahwa IUP terdiri 2 tahap yaitu IUP Eksplorasi yang meliputi kegiatan penyelidikan
umum,eksplorasi, dan studi kelayakan dan IUP Operasi Prosuksi yang meliputi kegiatan
kontruksi,penambangan, pengolahan, dan pemurnian serta pengangkutan dan penjualan.

1. IUP Eskplorasi
Sebagaimana yang tertera pada pasal 30 PP No. 23 tahun 2010, permohonan IUP
Eksplorasi pertambangan batubara badan usaha ini disampaikan kepada Menteri karena
WIUP berada dalam lintas wilayah provinsi, yang selambatnya disampaikan 5 hari setelah
penetapan pemenang lelang WIUP. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh badan
usaha untuk mengajukan IUP Ekslorasi batubara (pasal 23-27 PP No. 23 Tahun 2010)
adalah:
a. Persyaratan administratif, meliputi:
- Surat permohonan;
- Susunan direksi dan daftar pemegang saham
- Surat keterangan domisili.
b. Persyaratan teknis,meliputi:
ii. Daftara riwayat hidup tenaga ahli pertambangan dan atau geologi yang
berpenglaman paling sedikit 3 tahun.
iii. Peta WIUP yang dilengkapi dengan batas kordinat geografis lintang dan bujur
sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografis yang berlaku secara nasional.
c. Persyaratan Lingkungan, meliputi:
iv. Pernyataan untuk mematui ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
d. Pesyaratan finansial, meliputi:
v. Bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi
vi. Bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi hasil lelang WIUP
batuara sesuai dengan nilai penawaran lelang
Setelah mendapatkan IUP eksplorasi , IUP Eksplorasi batubara diberikan dalam jangka paling
lama 7 tahun (pasal 42 UU RI No. 4 2009) dan diberikan WIUP dengan luas paling sedikit lima
ribu hectare dan paling banyak lima puluh ribu hectare (pasal 61 UU RI no. 4 tahun 2001).

8. IUP Operasi Penjualan/Produksi

Sesuai dengan pasal 34 PP No. 23 tahun 2010 menyebutkan bahwa pemegang IUP
Eksplorasi dijamin untuk memperoleh IUP perasi Produksi sebagai peningkatan dengan
mengajukan permohonan dan memenuhi persyaratan. Permohonan IUP Operasi Produksi
disampaikan kepada Menteri karena lokasi penambangan, pengolahan, pemurnian serta
pelabuhan berada di wilayah provinsi. (pasal 35 PP No. 23 tahun 2010). Adapun syarat-syarat
dalam pengajuan permohonan IUP Opeasi Produksi yang tertera pada pasal 23-27 PP No. 23
Tahun 2010 sebagai berikut:

a. Persyaratan administratif, meliputi:


- Surat permohonan;
- Susunan direksi dan daftar pemegang saham
- Surat keterangan domisili

b. Persyaratan Teknis

- Peta wilayah dilengkapi dengan atas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai ketentuan
sistem informasi geografis yang berlaku secara nasionala
- laporan lengkap eksplorasi
- laporan studi kelayakan
- rencana reklamasi dann pascatambang
- rencana kerja dan anggaran biaya
- rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasi prosuksi dan
- tersedianya tenaga ahli pertambangan dan atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3
tahun.
c. Persyaratan Lingkungan
- pernyataan kesanggupan untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perlindungan dan pengolahan lingkungan hidup
- persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
d. Persyaratan finansial

- laporan keuangan terakhir yang telah diaudit akuntan public


- bukti pembayaran tetap 3 tahun terakhir
- bukti pembayaran pengganti inventasi sesuai dengan nilai penawaran lelang bagi pemenang
lelang WIUP yang telah berakhir.

Adapun jangka waktu untuk IUP Operasi Produksi batubara sesuai dengan pasal 47 ayat 5 UU
no 4 tahun 2009 adalah paling lama 20 tahun dan dapat diperpanjang dua kali masing- masing
10 tahun.

Anda mungkin juga menyukai