Anda di halaman 1dari 24

MENGIDENTIFIKASI KAWASAN PERUMAHAN DI KOMPLEK

CENDANA PERMAI KELURAHAN SAIGON KECAMATAN


PONTIANAK TIMUR DI KOTA PONTIANAK

DASAR-DASAR PERUMAHAN

DOSEN

AHMAD MUHTADI, S.ST

DISUSUN OLEH :

HELDY PRASETYA 4201412043

NATALIA CRISTY 4201412065

RIAN IRVANDI 4201412014

RIZKI SEPTIAN 4201412067

SEMESTER/KELAS : V / 5B

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

PROGRAM STUDI TEKNIK PERENCANAAN PERUMAHAN


DAN PERMUKIMAN

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan


tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu
kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan
sampah, tersedianya listrik, telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan
pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya.

Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia yang mutlak untuk dipenuhi.

Fungsi rumah adalah :


a. tempat berlindung dari hewan buas, cuaca yang tidak menentu ( hujan, panas,
angin, badai, dll )
b. tempat beristirahat untuk tubuh dan jiwa.
c. Tempat tumbuh dan beraktifitas ( makan, belajar, olahraga, beribadah, dll )
d. Tempat menikmati kehidupan yang nyaman
e. Tempat berkumpulnya keluarga
f. Tempat untuk menunjukan tingkat sosial dalam masyarakat

Menurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan


Perumahan di Perkotaan lokasi lingkungan perumahan harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:

1. Lokasi perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan lahan yang diatur
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen
perencanaan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah setempat,
dengan kriteria sebagai berikut:
2. Kriteria keamanan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut
bukan merupakan kawasan lindung (catchment area), olahan pertanian, hutan
produksi, daerah buangan limbah pabrik, daerah bebas bangunan pada area
Bandara, daerah dibawah jaringan listrik tegangan tinggi;
3. Kriteria kesehatan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut
bukan daerah yang mempunyai pencemaran udara di atas ambang batas,
pencemaran air permukaan dan air tanah dalam;
4. Kriteria kenyamanan, dicapai dengan kemudahan pencapaian (aksesibilitas),
kemudahan berkomunikasi (internal/eksternal, langsung atau tidak langsung),
kemudahan berkegiatan (prasarana dan sarana lingkungan tersedia);
5. Kriteria keindahan/ keserasian/ keteraturan (kompatibilitas), dicapai dengan
penghijauan, mempertahankan karakteristik topografi dan lingkungan yang
ada, misalnya tidak meratakan bukit, mengurug seluruh rawa atau danau/ setu/
sungai/ kali dan sebagainya;
6. Kriteria fleksibilitas, dicapai dengan mempertimbangkan kemungkinan
pertumbuhan fisik/ pemekaran lingkungan perumahan dikaitkan dengan
kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana;
7. Kriteria keterjangkauan jarak, dicapai dengan mempertimbangkan jarak
pencapaian ideal kemampuan orang berjalan kaki sebagai pengguna
lingkungan terhadap penempatan sarana dan prasarana-utilitas lingkungan;
dan
8. Kriteria lingkungan berjati diri, dicapai dengan mempertimbangkan
keterkaitan dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat, terutama
aspek kontekstual terhadap lingkungan tradisional/ lokal setempat.
9. Lokasi perencanaan perumahan harus berada pada lahan yang jelas status
kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan
ekologis.
10. Keterpaduan antara tatanan kegiatan dan alam di sekelilingnya, dengan
mempertimbangkan jenis, masa tumbuh dan usia yang dicapai, serta
pengaruhnya terhadap lingkungan, bagi tumbuhan yang ada dan mungkin
tumbuh di kawasan yang dimaksud.

1.2 Masalah
Masalah yang ada dalam Komplek Cendana Permai Kecamatan Pontianak
Timur :
 Mengidentifikasi kawasan perumahan komplek cendana permai

1.3 Tujuan
Memberikan solusi pada setiap masalah yang ada dalam kawasan perumahan
yang kami surveikan .

1.4 Manfaat
 Masyarakat / warga yang tinggal di kawasan perumahan tersebut
mendapatkan rumah tinggal yang nyaman , bersih dan layak huni
 Sebagai mahasiswa kami dapat mengidentifikasi kawasan perumahan
tersebut
 Agar mahasiswa dapat mengetahui sarana dan prasaran yang baik dan
benar.

1.5 Sistematika Penulis


Bab 1 Pendahuluan
Paparan tentang apa yang menjadi masalah dengan latar belakangnya.
o Latar belakang
Dasar atau titik tolak untuk memberikan pemahaman kepada
pembaca atau pendengar mengenai apa yang ingin kita
sampaikan.
o Masalah
Suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui
pengumpulan data bentuk-bentuk rumusan masalah.
o Tujuan
Hal yang ingin dicapai atas suatu hasil dari sebuah penelitian untuk
menciptakan sesuatu yang lebih baik.
o Manfaat
Hasil dari suatu tujuan yang tercapai dan berguna bagi masyarakat
o Sistematika penulisan
Penjelasan tentang masing-masing bagian pada sebuah laporan
atau makalah.

 Bab 2 Dasar Teori


Paparan tentang kerangka acuan atau objek yang sudah digunakan
dalam memecahkan masalah. Gambaran konsep-konsep yang digunakan,
pendekatan yang digunakan, gambaran teori-teori yang pernah ada yang
berkaitan dengan masalah yang digarap, mengemukakan asumsi-asumsi
dasar sebagai landasan berpikir, dan kemukakan hipotesis bila ada.
Umumnya dikemukakan dalam bagian kerangka teoritis atau landasan
teori atau teori.

 Bab 3 Pembahasan
Berisi data lokasi dan data sarana yang akan di analisa.

 Bab 4 Kesimpulan dan Saran


Berisi kesimpulan dari isi makalah ini serta saran untuk pembaca.
BAB II

DASAR TEORI
2.1 Pengertian Perumahan

Secara fisik perumahan merupakan sebuah lingkungan yang terdiri dari


kumpulan unit-unit rumah tinggal dimana dimungkinkan terjadinya interaksi sosial
diantara penghuninya, serta dilengkapi prasarana sosial, ekonomi, budaya, dan
pelayanan yang merupakan subsistem dari kota secara keseluruhan. Lingkungan ini
biasanya mempunyai aturan-aturan, kebiasaan-kebiasaan serta sistem nilai yang
berlaku bagi warganya.

Pengertian perumahan sering dikaitkan dengan pembangunan sejumlah rumah


oleh berbagai instansi baik pemerintah atau swasta dengan disain unit-unit rumah
yang sama atau hampir sama. Jumlah rumah dan kelompok perumahan ini tidak
tertentu, dapat terdiri dari dua atau tiga rumah atau dapat juga sampai ratusan rumah.
Bentuknya pun tidak terbatas hanya pada bangunan satu lantai saja, yang berderet
secara horizontal, melainkan dapat juga merupakan bangunan bertingkat yaitu
merupakan rumah susun.

2.2 Aspek – Aspek Perencanaan Perumahan


Untuk membuat sebuah perencanaan perumahan yang betul-betul dapat
menjawab tuntutan pembangunan perumahan dan permukiman maka perlu
dipertimbangkan secara matang aspek-aspek perencanaannya. Dengan
memperhatikan aspek-aspek perencanaan sepanjang pembangunannya, diharapkan
baik arah maupun laju pembangunan perumahan akan dapat mencapai suatu kondisi
dimana jumlah dan kualitasnya sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat.
Adapun aspek-aspek yang mendasari perencanaan pembangunan perumahan
tersebut antara lain :
1. Lingkungan
Hal utama yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan perumahan adalah
manajemen lingkungan yang baik dan terarah. Karena lingkungan perumahan
merupakan aspek yang sangat menentukan dan keberadaannya tidak dapat diabaikan.
Hal tersebut dapat terjadi karena baik buruknya kondisi lingkungan akan berdampak
terhadap penghuni perumahan.

Pertimbangan terhadap faktor-faktor lingkungan dalam perencanaan


lingkungan perumahan mutlak diperlukan karena pada hakekatnya proses
terbentuknya lingkungan perumahan merupakan akumulasi dari unit-unit rumah
sebagai pembentuk perumahan tersebut. Oleh karena itu dalam perencanaan
perumahan diperlukan juga perencanaan terhadap lingkungan perumahan tersebut,
terkait secara mikro (perencanaan secara detail terhadap unit-unit rumah) serta makro
(perencanaan dan pencermatan terhadap lingkungan dimana perumahan tersebut
berada).
2. Daya Beli (Affortability)
Perencanaan bangunan diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan
pembangunan yang telah dicanangkan sesusi dengan programnya. Didalam
perencanaan perumahan selalu dipikirkan kesesuaian antara ukuran bangunan,
kebutuhan ruang, konstruksi bangunan, ataupun bahan bangunan yang digunakan
dengan jangkauan pelayanannya. Hal itu perlu diantisipasi karena kemampuan rata-
rata (kemampuan daya beli) masyarakat pada wilayah yang satu dengan yang lain
tidak sama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli masyarakat antar lain :

a. Pendapatan per kapita sebagian besar masyarakat yang masih rendah (di
bawah standar) ;
b. Tingkat pendidikan sebagian masyarakat, terutama di daerah pedesaan yang
masih relatif rendah;
c. Pembangunan yang belum merata pada berbagai daerah sehingga memicu
timbulnya kesenjangan sosial dan ekonomi ;
d. Situasi politik dan keamanan yang cenderung tidak stabil sehingga
mempengaruhi minat dan daya beli masyarakat untuk berinvestasi dan
mengembangkan modal ;
e. Inflasi yang tinggi yang menyebabkan naiknya harga bahan bangunan yang
berdampak dengan melambungnya harga rumah.

3. Kelembagaan

Keberhasilan pembangunan perumahan dalam suatu wilayah, baik di


perkotaan maupun di pedesaan, tidak terlepas dari peran pemerintah sebagai pihak
yang berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suasana
yang kondusif bagi terciptanya keberhasilan itu. Masyarakat sebagai pelaku utama
pembangunan memegang peran penting dalam setip program pembangunan yang
dijalankan. Apabila dikaji lebih jauh tentang unsur pelaku pembangunan perumahan,
maka peran swasta dalam hal ini pengembang (kontraktor) sangatlah menentukan
terciptanya arah dan laju pembangunan menuju masyarakat yang adil dan sejahtera
dengan tercukupinya segala kebutuhan, termasuk kebutuhan perumahan.

2.3 Program Penyediaan Perumahan dan Permukiman

Pada prinsipnya program pembangunan perumahan dan permukiman bertujuan untuk


meningkatkan kualitas kehidupan keluarga dan masyarakat serta meningkatkan
kemandirian, kesetiakawanan sosial masyarakat. Program ini dibagi menjadi dua
kegiatan yaitu pembangunan perumahan dan permukiman di perkotaan, dan
pembangunan perumahan dan permukiman di pedesaan.

Program pembangunan perumahan dan permukiman di perkotaan meliputi beberapa


yaitu :

a. Perintisan kawasan permukiman skala dalam bentuk penyediaan kawasan siap


bangun (kasiba), lingkungan siap bangun (lisiba) di wilayah kota yang sudah
terbangun atau di wilayah pengembangan yang berupa pengembangan kota
baru;
b. Perintisan pola kerja sama pemerintah dengan dunia usaha dalam
pengembangan perumahan dalam skala besar;
c. Penyiapan dan pengadaan rumah susun sewa di perkotaan;
d. Penyiapan pengadaan rumah yang meliputi rumah inti, rumah sederhana, dan
rumah sangat sederhana;
e. Pengembangan dan pemantapan pola pembinaan khusus bagi masyarakat
berpenghasilan rendah dengan memanfaatkan dana pemerintah dan dana
masyarakat melalui fasilitas hipotek sekunder, kredit pemilikan rumah, kredit
perbaikan rumah, kredit pemilikan kapling siap bangun, kredit pemilikan
rumah usaha, kredit pembangunan rumah, dan kredit rumah sewa.

Program pembangunan perumahan dan permukiman di pedesaan, meliputi beberapa


kegiatan yaitu :

a. Pembangunan rumah percontohan dengan pengadaan rumah desa melalui


pengembangan swadaya masyarakat dalam bentuk sistem arisan serta sistem
perguliran;
b. Pengembangan penyuluhan dan pergerakan pasrtisipasi masyarakat dalam
kegiatan swadaya;
c. Penyediaan sarana dan prasarana pedesaan.

2.3.1 Program perbaikan perumahan dan permukiman

Program perbaikan perumahan dan permukiman dilakukan dengan pendekatan


Tribina (bina manusia, bina lingkungan, dan bina usaha), yang juga dilaksanakan oleh
berbagai instansi terkait untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
kemampuan pengelolaan dan pemaliharaan sarana dan prasarana yang telah
dibangun.
Program ini terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :

 Perbaikan dan peremajaan kawasan perumahan dan permukiman di


perkotaan.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan mutu lingkungan dan kehidupan
masyarakat terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah, melalui
perbaikan lingkungan dan penyediaan prasarana dasar;

 Pemugaran perumahan dan permukiman di pedesaan. Kegiatan ini dilakukan


dengan pendekatan pembangunan perumahan dan lingkungan secara terpadu
yang mencakup perumahan, permukiman, jalan desa, dan listrik.

2.3.2 Program penyehatan lingkungan permukiman

Program ini dilaksanakan dalam beberapa kegiatan, yaitu:

a. Pengelolaan air limbah, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan


derajat kesehatan masyarakat dan lingkungannya;
b. Pengelolaan persampahan, yaitu kegiatan yang ditujukan untuk
mengendalikan, mengumpulkan, dan membuanng atau memusnahkan limbah
padat guna menghasilkan lingkungan yang bersih, sehat, dan aman;
c. Penanganan drainase, yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan
lingkungan yang aman, baik terhadap genangan maupun luapan air sungai,
serta banjir yang diakibatkan oleh hujan.

1. Program Penataan Kota


Program penataan kota dilaksanakan dalam berbagai kegiatan,
diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Penyiapan dan penyusunan rencana program jangka menengah (PJM) dalam


rangka pelaksanaan pembangunan prasarana kota terpadu yang mengacu pada
rencana tata ruang dan rencana pengembangan wilayah;
b. Rintisan pengadaan sistem data dan informasi penataan kota yang membantu
informasi dalam rangka pengadaan perumahan dan permukiman.
Pada prinsipnya program penataan kota bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi penyedian, pelayanan prasarana dan sarana perkotaan yang mendorong
pemantapan fungsi kawasan-kawasan kota sehingga dapat meningkatkan
produktivitas kota dengan tidak mengesampingkan aspek-aspek pemerataan,
lingkungan, dan budaya.

2. Program Penataan Bangunan


Program penataan bangunan dilakukan dengan tujuan untuk mewujudkan tata
bangunan dan lingkungan yang terkendali sebagai wujud struktural pemanfaatan
ruang perkotaan yang tertib dan keselamatan bangunan, serta terpeliharanya
bangunan dan lingkungan yang mempunyai nilai, tradisi serta sejarah yang luhur.
Program penataan bangunan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu:

a. Pengendalian ketertiban dan keselamatan bangunan melalui penyusunan


peraturan daerah;
b. Perintisan penyusunan pedoman teknis dan prosedur pembangunan serta
standar bangunan dan lingkungan;
c. Pemasyarakatan dan penyuluhan produk hukum ataupun produk teknis yang
telah dibuat.
3. Program Pendukung
Program pendukung dalam pembangunan perumahan dan permukiman
mutlak diperlukan karena program inilah yang akan mendukung pelaksanaan
pembangunan dan permukiman. Program pendukung dalam pembangunan
perumahan dan permukiman antara lain berupa Program Penelitian dan
Pengenbangan Perumahandan Permukiman serta Program Penyelamatan
Hutan, Tanah, dan Air.

a) Program Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman


Program penelitian dan pengembangan perumahan dan permukiman bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan pendayagunaan kemajuan ilmu pengetahuan
terapan, terutama yang sedang berkembang pesat dan diperhitungkan memiliki
pengaruh yang besar bagi pembangunan. Disamping itu juga diharapkan akan
dikembangkan teknologi tepat guna serta pendayagunaan sepenuhnya bahan baku
total yang dilaksanakan oleh pusat-pusat penelitian dan pengembangan permukiman,
termasuk perguruan tinggi.
b) Program Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air
Program Penyelamatan hutan, tanah, air bertujuan untuk melestarikan fungsi dan
kemampuan sumber daya hayati dan non hayati serta lingkungan hidup. Penyediaan
dan pengelolaan air bersih dalam pembangunan perumahan dan permukiman
merupakan suatu hal yang utama sehingga perlu dilakukan pemberdayaan kegiatan
pengembangan sistem tata guna serta alokasi air bagi pembangunan.

2.4 Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman

Ada 3 (tiga) kebijakan dan strategi nasional perumahan dan permukiman yang
dituangkan dalam S.K. Menteri Kimpraswil Nomor 217/2002 tentang Kebijaksanaan
dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP), yaitu:

1. Melembagakan sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman dengan


melibatkan masyarakat (partisipatif) sebagai pelaku utama, melalui strategi:

a. Penyusunan, pengembangan dan sosialisasi berbagai produk peraturan


perundangundangan dalam penyelenggaraan perumahan dan
permukiman.
b. Pemantapan kelembagaan perumahan dan permukiman yang handal
dan responsif.
c. Pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan gedung dan
lingkungan.
2. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi seluruh lapisan
masyarakat, melalui strategi:

1. Pengembangan sistem pembiayaan dan pemberdayaan pasar


perumahan (primer dan sekunder), meliputi

a. Peningkatan kualitas pasar primer melalui


penyederhanaan perijinan, sertifikasi hak atas tanah,
standarisasi penilaian kredit, dokumentasi kredit, dan
pengkajian ulang peraturan terkait;
b. Pelembagaan pasar sekunder melalui SMF (Secondary
Mortgage Facilities), biro kedit, asuransi kredit,
lembaga pelayanan dokumentasi kredit; dan lembaga
sita jaminan.
2. Pengembangan pembangunan perumahan yang bertumpu keswadayaan
masyarakat, meliputi :
a. Pelembagaan pembangunan perumahan bertumpu pada
kelompok masyarakat (P2BPK);
b. Pengembangan dan pendayagunaan potensi
keswadayaan masyarakat;
c. Pemberdayaan para pelaku kunci perumahan swadaya;
serta
d. Pengembangan akses pembiayaan perumahan swadaya.
3. Pengembangan berbagai jenis dan mekanisme subsidi perumahan, dapat
berbentuk subsidi pembiayaan; subsidi prasarana dan sarana dasar
lingkungan perumahan dan permukiman; ataupun kombinasi kedua
subsidi tersebut.

4.Pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat miskin, meliputi


a. Pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan
kemampuan usaha dan hidup produktif;
b. Penyediaan kemudahan akses kepada sumber daya
serta prasarana dan sarana usaha bagi keluarga miskin,
serta
c. Pelatihan teknologi tepat guna, pengembangan
kewirausahaan, serta keterampilan lainnya.

5.Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman akibat dampak


bencana alam dan kerusuhan sosial, meliputi
a. Penanganan tanggap darurat;
b. Rekonstruksi dan rehabilitasi bangunan, prasarana dan
sarana dasar perumahan dan permukiman; serta
6. Pemukiman kembali pengungsi. Penanganan tanggap darurat merupakan
upaya yang harus dilakukan dalam rangka penanganan pengungsi,
penyelamatan korban dampak bencana alam atau kerusuhan sosial,
sebelum proses lebih lanjut seperti pemulangan, pemberdayaan, dan
pengalihan (relokasi).

7. Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara, melalui pembinaan


teknis penyelenggaraan dan pengelolaan aset bangunan gedung dan rumah
negara.

3. Mewujudkan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan guna


mendukung pengembangan jatidiri, kemandirian, dan produktivitas masyarakat,
melalui strategi:

a. Peningkatan kualitas lingkungan permukiman, dengan prioritas


kawasan permukiman kumuh di perkotaan dan pesisir, meliputi
i. (a) Penataan dan rehabilitasi kawasan permukiman kumuh;
ii. (b) Perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman; serta
iii. (c) Pengembangan rumah sewa, termasuk rumah susun
sederhana sewa (rusunawa).
b. Pengembangan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman,
meliputi
i. (a) Pengembangan kawasan siap bangun (Kasiba) dan
lingkungan siap bangun (Lisiba); dan
ii. (b) Pengembangan lingkungan siap bangun yang berdiri
sendiri, yang berdasarkan RTRW Kabupaten atau Kota, dan
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) yang telah ditetapkan melalui
peraturan daerah. Kasiba dan Lisiba tersebut dimaksudkan
untuk mengembangkan kawasan permukiman skala besar
secara terencana dan terpadu dalam manajemen kawasan yang
efektif. Dalam pengembangan Kasiba dan Lisiba serta
kaitannya dengan pengelolaan tata guna tanah, juga perlu
dipertimbangkan pengembangan Bank Tanah untuk lebih
mengendalikan harga tanah.
c. Penerapan tata lingkungan permukiman, meliputi
i. (a) Pelembagaan RP4D, yang merupakan pedoman
perencanaan, pemrograman, pembangunan dan pengendalian
pembangunan jangka menengah dan panjang secara sinergi
melibatkan kemitraan pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat;
ii. (b) Pelestarian bangunan bersejarah dan lingkungan
permukiman tradisional;
iii. (c) Revitalisasi lingkungan permukiman strategis; serta
iv. (d) Pengembangan penataan dan pemantapan standar
pelayanan minimal lingkungan permukiman untuk mencegah
perubahan fungsi lahan, menghindari upaya penggusuran,
mengembangkan pola hunian berimbang, menganalisis
dampak lingkungan melalui Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan
(RKL), Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) secara konsisten
4. Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan
Perubahan kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang sangat fundamental
menuntut perlunya sistem perencanaan pembangunan yang komprehensif dan
mengarah kepada perwujudan transparansi, demokratisasi, desentralisasi, dan
partisipasi masyarakat, yang pada akhirnya dapat menjamin pemanfaatan dan
pengalokasian sumber dana pembangunan yang semakin terbatas menjadi lebih
efisien dan efektif serta berkelanjutan.

Salah satu upaya untuk merespon tuntutan tersebut, pemerintah telah


mengundangkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN), yang didalamnya diatur sistem perencanaan
pembangunan yang baru yang terdiri dari empat tahapan, yaitu:

1. penyusunan rencana;
2. penetapan rencana;
3. pengendalian pelaksanaan rencana;
4. evaluasi pelaksanaan rencana. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan
evaluasi pelaksanaan rencana merupakan bagian-bagian dari fungsi
manajemen yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Program-program pembangunan khususnya program pengembangan


perumahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pada saat ini memerlukan suatu
pengevaluasian untuk mengetahui sudah sampai sejauh mana pelaksanaannya
karena hal ini berkaitan dengan aspek transparansi dan akuntabilitas kinerja
pemerintah terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.

Evaluasi pelaksanaan program pengembangan perumahan ini dilakukan untuk


menilai pencapaian pelaksanaan program tersebut, efektifitas, efisiensi, manfaat,
dampak, dan keberlanjutan dari program tersebut. Pengevaluasian ini juga
menggunakan indikator-indikator yang digunakan dalam penyusunan program
pengembangan perumahan ini yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Tapanuli Utara. Dan apakah program ini telah sesuai dengan apa
yang menjadi tujuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah yaitu terpenuhinya
kebutuhan akan rumah yang sehat, aman, serasi dengan lingkungan, terjangkau
masyarakat terutama yang berpenghasilan menengah dan rendah dan juga
meningkatkan kualitas perumahan melalui penguatan komunitas lembaga yang ada
dalam rangka peningkatan kualitas sosial kemaasyarakatan.
2.5 Sarana dan Prasarana Lingkungan
2.5.1 KONSTRUKSI JALAN

a. Setiap lingkungan atau kawasan perumahan harus disediakan


jaringan jalan untuk pergerakan manusia dan kendaraan dan
berfungsi juga sebagai akses untuk penyelamatan dalam keadaan
darurat . jalan penghubung satu dengan lain lokasi/ wilayah
permukiman dapat dilalui dengan mudah oleh peugas beserta unit
kendaraan pemadam kebakaran dan ambulan.
b. Konstruksi jalan minimal melihat : Keadaan tanah , kepadatan lalu
lintas dan materi bahan yang akan digunakan. Radius belokan jalan
harus diikuti ketentuan standard/ menurut instansi berwenang

2.5.2 PEMBUANGAN AIR LIMBAH ATAU AIR KOTOR

a. Setiap lingkungan atau kawsan perumahan harus dilengkapi dengan


system pembuangan pembuangan air limbah yang memenuhi
ketentuan perencanaan plambing yang berlaku

b. Apabila kemungkinan membuat tangkli septic tidak ada maka


lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan system pembuangan
air limbah lingkungan.

c. Rembesan dari tangki septic dapat disambung pada system


pembuangan air limbah kota atau dengan cara pengolahan lain.

d. Apabila tidak memungkinkan membuat bidang resapan pada tiap


rumah , maka harus dibuat bidang resapan bersama yang dapat
melayani beberapa rumah.

e. Perencanaan jaringan air limbah dan sarana-sarananya harus mengacu


pada SNI-03-2398-2002 tentang tata cara perencanaan tanki septic
dengan system resapan serta pedoman tentang pengolahan air limbah
secara komunalpada kawasan perumahan yang berlaku.

f. Pembuangan air limbah/air kotor dari kamar mandi dan cuci harus
dialirkan ke saluran pembuangan lingkungan( roil) dengan system
terbuka atau tertutup.
g. Pembuangan air limbah/kotor dari kakus harus dialirkan kedalam tanki
septic maupundari rembesan ke pembuangan lingkuga menggunakan
system tertutup.

h. Pada jarak tertentu atau pada sudut sudut bangunan rumah harus
dibuatkan bak control/bak pemeriksa

i. Saluran pembuangan air limbah/ kotor dari kamar mandi dan cuci
dibuat terpisah dari saluran pembuangan kakus.

2.5.3 SALURAN AIR HUJAN

a. Setiap lingkungan atau kawasan perumahan harus dilengkapi dengan


jaringan drainase minimum :

b. Setiap rumah harus menggunakan talang hujan. Pembuangan air hujan


dari talang horizontal ke permukaan tanah harus tertutup atau pipa
talang vertical.

c. Diameter talang vertical minimum 10 cm, setiap talang mampu


mengalirkan air dari permukaan atap maksimum seluas 20 m2

d. Pada permukaan tanah disekeliling bangunan harus dibuat saluran air


hujan atau selokan yang berhubungan langsung dengan air hujan
ligkungan. (drainase)

e. Saluran air hujan menggunakan system terbuka, dengan kedudukan


terpisah dengan saluran pembuangan air limbah/air kotor kamar
mandi, cuci, dan kakus.

f. Diameter talang vertical minimum 10 cm, setiap talang mampu


mengalirkan air dari permukaan atap maksimum seluas 20 m2

g. Pada permukaan tanah disekeliling bangunan harus dibuat saluran air


hujan atau selokan yang berhubungan langsung dengan air hujan
ligkungan. (drainase)

h. Saluran air hujan menggunakan system terbuka, dengan kedudukan


terpisah dengan saluran pembuangan air limbah/air kotor kamar
mandi, cuci, dan kakus.
2.5.4 SAMPAH

a. Dalam hal pembuangan sampah dilingkungan perumahan harus


diperhatikan untuk tempat pembuangan sampah individual dan
komunal.

b. Pada jalan lingkungan utama dan jalan lingkungan pembagi atau


tempat kegiatan umum, harus disediakan tempat sampah (tong) dari
fibreglass, diberi warna biru untuk ampah basah (organic ) dan warna
kuning untuk sampah kering. Jarak tempat sampah maksimum 25 m.
Juga harus disediakan tempat pembuangan sampah sementara yang
lokasinya mudah dijangkau oleh petugas kebersihan lingkungan
(RT/RW).

c. Fasilitas pengumpulan sampah dibedakan menjadi :

d. Pengumpulan tepat sampah rumah tangga berkapasitas minimum 0,02


m3 berdasarkan jumlah orang dan banyaknya buangan sampah untuk
kota kurang lebih 0,0002 m2 orang /hari.

e. Tempat pengumpulan sampah lingkungan minimum volume 2 m3,


untuk melayani 200 rumah dengan jarak kurang lebih 150 m

b. 2.5.5 JARINGAN LISTRIK

a. Perencanaan jaringan listrik perlu disediakan lahan khusus untuk


pemasangan instalasi travo/gardu. Tiang listrik dipasang didaerah
milik jalan, tidak mengganggu pedestrian dan tidak dipasang dikavling
rumah

b. Jaringan listrik juga harus mampu melayani lingkungan permukiman

c. Kebutuhan daya listrik setiap lingkungan perumahan harus mendapat


daya listrik dari PLN atau sumber lain. Daya listrik minimal 90 VA
per jiwa . untuk sarana lingkungan 40 % dari total kebutuhan rumah
tangga

d. Lokasi permukiman bebas dari jaringan listrik tegangan tinggi.


Apabila lokasi terdapat jalur tegangan tinggi, maka rencana
lingkungan permukiman mengacu pada peraturan PLN. Juga harus
disediakan penerangan jalan yang kuat penerangannya 500 lux dan
tinggi > 5 m dari muka tanah.

e. Dalam perencanaan Perumahan sederhana jarak antar tiang listrik rata-


rata 40 m, untuk menyesuaikan dengan keadan permukaan tanah jalan
dan sebaginya maka diambil 30 sampai dengan 45 m. jarak kawat
penghantar terhadp unsure-unsur didalam lingkungan antara lain
bangunan, pohon, jarak tiang dan lain-lain harus sesuai dengan
peraturan PLN yang berlaku. Penempatan tiang dan penarikan kawat
harus sempurna dan tinggi kawat minimum 7 meter diatas permukaan
tanah.

2.5.6 JARINGAN LISTRIK

a. Perencanaan jaringan listrik perlu disediakan lahan khusus untuk


pemasangan instalasi travo/gardu. Tiang listrik dipasang didaerah
milik jalan, tidak mengganggu pedestrian dan tidak dipasang dikavling
rumah

b. Jaringan listrik juga harus mampu melayani lingkungan permukiman

c. Kebutuhan daya listrik setiap lingkungan perumahan harus mendapat


daya listrik dari PLN atau sumber lain. Daya listrik minimal 90 VA
per jiwa . untuk sarana lingkungan 40 % dari total kebutuhan rumah
tangga

d. Lokasi permukiman bebas dari jaringan listrik tegangan tinggi.


Apabila lokasi terdapat jalur tegangan tinggi, maka rencana
lingkungan permukiman mengacu pada peraturan PLN. Juga harus
disediakan penerangan jalan yang kuat penerangannya 500 lux dan
tinggi > 5 m dari muka tanah.

e. Dalam perencanaan Perumahan sederhana jarak antar tiang listrik rata-


rata 40 m, untuk menyesuaikan dengan keadan permukaan tanah jalan
dan sebaginya maka diambil 30 sampai dengan 45 m. jarak kawat
penghantar terhadp unsure-unsur didalam lingkungan antara lain
bangunan, pohon, jarak tiang dan lain-lain harus sesuai dengan
peraturan PLN yang berlaku. Penempatan tiang dan penarikan kawat
harus sempurna dan tinggi kawat minimum 7 meter diatas permukaan
tanah.
2.5.7 JARINGAN TELEPON

Dalam hal pemasangan jaringan telepon harus dipenuhi syarat minimal sebagai
berikut :

a. Pemasangan jaringan telepon ke lokasi proyek harus mengikuti


peraturan yang ditetapkan oleh PT. Telkom

b. Pemasangan jaringan dan Panel box telepon harus disediakan pada


lokasi dengan luas lahan yag cukup untuk kegiatan pengawasan dan
perbaikan sambungan.

c. Setiap lingkungan rukun warga ( RW) atau 40 unit Rumah disarankan


tersedia 1 buah telepon umum kartu atau koin

d. Untuk lokasi permukiman minimum 1 buah wartel.

e. Dibutuhkan minimum 1 sambungn telepon umum untuk 250 jiwa


penduduk yang ditempatkan dipus pusat kegiatan lingkungan

f. Tempat kedudukan tiang telepon berada didaerah milik jalan.

g. Rasio penyediaan telepon adalah 0,13 sambungan telepon per jiwa.

2.5.7 SARANA LINGKUNGAN

A. Tempat Ibadah (Mesjid)

B. Market

C. Bengkel

D. Sekolah

E. Pelayanan Kesehatan

F. SPBU
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 DATA LOKASI

3.1.1 Google Maps


3.2 DATA SARANA PRASARANA

1. Drainase

Drainase yang berada di


kawasan perumahan
komp.cendana permai ini
terlalu kecil dan rendah
sehingga ketika hujan air nya
meluap dan menyebabkan
banjir disekitar rumah .

Solusi :

Drainase nya harus di perbesar dan di perdalam agar air tidak meluap .

2. Jalan

Jalan yang berada di komp.cendana


permai kurang memadai karena jalan
disini masih setengah-setengah , dari
depan komplek jalan sudah bagus
aspal . makin kebelakang jalan nya
masih jelek belum diaspal
Solusi :
Sebaiknya jalan diperbaiki keseluruhan agar lebih memudahkan
pengendara untuk melewati jalan tersebut dan memperindah komplek
tersebut.
3.

Anda mungkin juga menyukai