• 1.3 Di dalam bab pertama ini, kita menemukan gabungan banyak topik; pada
intinya ini mengulang apa yang sudah dikatakan Paulus dalam surat-surat lain, yang
sudah diberikan komentarnya.
Kita akan mencatat hanya apa yang dikatakan tentang nabi-nabi palsu. Karena
para rasul yang telah melihat Kristus sudah mati, maka ada sementara orang yang
melupakan bahwa seluruh iman berdasar atas apa yang diajarkan Kristus. Alih-alih
membaca dan menjalani hidup menurut Injil, sejumlah orang mulai berdiskusi dan
mengem-bangkan teori-teori keagamaan. Lihat pengantar pada Kolose.
Tujuan dari peringatan kami adalah cinta kasih yang timbul dari pikiran yang suci
(ay. 5). Timotius harus dengan tegas melenyapkan diskusi-diskusi yang melemahkan
Gereja dan menghambat perkembangan cinta kasih yang menyelamatkan manusia.
Bahkan pertumpahan darah muncul karena argumentasi-argumentasi keagamaan.
Inti dari alinea ini adalah ayat 15: Yesus Kristus datang ke dunia untuk
menyelamatkan para pendosa. Para majikan baru lebih suka bertahan dengan teori-
teorinya daripada menghadapi kenyataan dosa. Dan kenyataan dosa inilah yang
membuat karunia Allah menjadi karunia sejati, dan keselamatan kita sebagai
keselamatan sejati.
• 2.1 Sebagai yang terutama di antara aturan-aturan untuk setiap kategori orang
beriman, kita melihat bahwa dalam aturan-aturan untuk persekutuan jemaat ada dua
hal terpenting, yaitu:
– Doa untuk para penguasa
– Tingkah laku kaum wanita dalam Gereja.
Aku minta supaya doa permohonan diadakan (ay. 1). Paulus menginginkan agar
orang-orang Kristiani bersatu dengan kawan-kawannya, setia kepada bangsanya, dan
mendoakan mereka. Walaupun orang kafir adalah berdosa dan percaya pada
takhayul, namun mereka cukup religius. Agama melekat pada setiap tindakan
mereka. Hal ini menjelaskan mengapa, beberapa tahun kemudian, orang-orang Kris-
tiani disiksa sebagai pembangkang dan pengkhianat karena mereka tidak beribadat
kepada kaisar dan dewa-dewanya. Mungkin ajakan Paulus untuk berdoa bagi kaum
penguasa disebabkan oleh kenyataan – sebagaimana tampak dalam alinea ini –
bahwa kecurigaan terhadap orang Kristiani menjadi semakin meningkat dan perlu
usaha untuk menghapus kecurigaan ini.
Kesetiaan kepada Kristus tidak menghambat kesetiaan kepada negara kecuali kalau
negara dijadikan idola atau dewa, dan hal ini terjadi kalau, atas nama negara, rakyat
diminta untuk mematuhi para penguasa secara buta. Kita tidak dapat berhenti
mengkritik mereka tetapi juga tetap memandang mereka sebagai saudara-saudari
kendatipun mereka tidak sepaham dengan kita.
Kita harus berdoa untuk para penguasa. Apakah ini berarti bahwa kita tidak dapat
mencari penguasa lain yang lebih jujur dan lebih baik? Tentu saja kita dapat. Lihat
komentar pada Rm 13.
Ayat 9-14 mengenai kaum wanita; untuk memahami mengapa surat ini begitu
keras, kita harus ingat bahwa ada banyak pembicaraan tentang kemerdekaan di
dalam Gereja, dan kondisi hidup bersama di dalam jemaat sangat sederhana,
sehingga kadang-kadang terjadi penyelewengan.
Di pihak lain, kita selalu mendapat kesulitan menerima tuntutan dalam Injil
manakala masyarakat mengajarkan kepada kita hal yang berbeda. Sikap Yesus
terhadap kaum wanita adalah revolusioner dan memerdekakan, dan pada awal
mulanya, Gereja mengikuti contoh-Nya (lih. 1Kor 7). Tetapi tidak lama kemudian,
mereka kembali kepada kebiasaan memberikan kedudukan yang sangat terbatas
dalam masyarakat kepada kaum wanita, dan hal ini terjadi juga pada pertemuan-
pertemuan keagamaan mereka.
Di dalam seluruh sejarah Gereja, ada penghormatan yang besar terhadap martabat
kaum wanita dan ada banyak inisiatif yang menguntungkan mereka, tetapi hanya
ada beberapa periode saja di mana kaum emansipasi wanita lebih baik persamaan
hak dengan kaum pria. Di berbagai tempat, wanita lebih bebas selama Abad
Pertengahan daripada menjelang abad 19, yang sangat dekat dengan abad kita.
Demikian juga pada masyarakat kota, baik dalam urusan duniawi maupun urusan
Gerejani, kaum wanita menduduki tempat yang jauh berbeda daripada yang
diberikan kepadanya di dalam masyarakat yang lebih tertutup.
Sesungguhnya Gereja sendiri tidak mengubah dunia dan masyarakat kecuali kalau
rakyat sendiri sudah belajar untuk mengetahui kenyataan hidup manusia secara lebih
baik.
Bagian tulisan ini, yang mengingatkan kita akan 1Kor 11:1-30 dan 14-34,
menentang emansipasi wanita dengan argumen alkitabiah yang sama, yang
biasanya digunakan oleh pakar-pakar Yahudi.
Allah menghendaki supaya semua orang selamat. Paulus mengulangi dengan
caranya sendiri bagian tulisan yang berisikan kata-kata terakhir Yesus di dalam Injil
Matius: Injil harus diwartakan kepada setiap orang, kepada segala bangsa. Bisa saja
hanya sedikit yang akan percaya tetapi penginjilan itu perlu diadakan supaya seluruh
umat manusia dapat mencapai tujuan yang ditentukan oleh Allah.
• 3.1 Di sini Paulus berbicara mengenai para pemimpin, uskup dan diakon (lihat
Komentar tentang Tit 1:6 dan Flp 1:1).
• 14. Alinea singkat ini mengingatkan kita bahwa walau memang kitalah yang
bertanggung jawab atas Gereja Allah, namun kita bukanlah pendiri ataupun
penguasanya. Gereja dilahirkan melalui intervensi dari Allah yang murah hati ketika
ia memutuskan bahwa Putra-Nya harus menyatukan diri dengan bangsa manusia
sebagaimana diungkapkan dalam puisi singkat ini.
Di sini kita menggunakan berkat ilahi (ay. 16) untuk kata yang di tempat lain kita
terjemahkan dengan kesalehan ataupun agama (lih. 2:2; 4:7; 6:3; 5,6; 2Tim 3:5 dan
Tit 1:1). Pada zaman itu, kata tersebut kebanyakan digunakan untuk mengartikan
sikap cinta kasih terhadap Bapa dan sesama, yang menjadi ciri khas orang beriman
tulen yang secara polos mengikuti teladan Allah.
Gereja adalah “tiang dan dasar dari kebenaran”. Kita harus memahami ini sebagai
kalimat yang mengacu kepada konsep-konsep pemikiran pada zaman itu; yaitu dari
atas, dari dunia di mana segala-galanya adalah kebenaran, Allah menurunkan Ke-
benaran-Nya ke bumi sebagai pilar, atau tanda yang kelihatan tempat kita bisa
bersandar. Walaupun terjadi ketidaksetiaan di dalam Gereja, Allah toh menggunakan
Gereja untuk melestarikan pengetahuan yang benar dari Bapa, Putra, dan Roh Kudus
di dalam dunia. Tanpa pengetahuan ini manusia tidak akan bebas dan umat manusia
tidak akan dapat mencapai kedewasaannya.
• 4.1 Sesudah kematian para rasul, penguasa-penguasa baru yang suka mengutak-
atik iman, muncul di dalam Gereja.
Salah satu kesalahan dari orang-orang tersebut adalah meremehkan segala
sesuatu yang berasal dari tubuh; mereka mengecam pernikahan dan melarang orang
makan daging dan minum anggur. Tentang perkawinan, lihat Pengantar pada Kolose.
Bagi orang-orang yang mengatakan bahwa materi berasal dari kekuatan-kekuatan
jahat sedangkan jiwa berasal dari Allah yang baik, melahirkan anak sama dengan
mengurung di dalam tubuh yang jahat jiwa-jiwa yang nantinya akan diselamatkan.
Karena itu mereka mengecam, bukan hubungan seks, melainkan perkawinan dan
prokreasi. Sikap meremehkan tubuh dan kodrat yang diciptakan Allah jelas bukan
sikap Kristiani (lih. Kol 2:23).
Pada hari-hari akhir (ay. 1); inilah hari-hari yang bermula dari kebangkitan Yesus
sampai dengan kedatangannya yang kedua (Ibr 1:2, Yak 5:3).
Roh mengatakan kepada kita secara jelas. Nabi-nabi Gereja sering meramalkan
bahwa akan datang orang-orang yang akan mengajarkan teori-teori mereka sendiri,
dan bukan iman yang otentik.
Orang-orang beriman menerima dengan ucapan syukur. Sejak permulaan sudah
menjadi kebiasaan di dalam keluarga-keluarga Kristiani untuk bersyukur kepada Allah
pada waktu makan keluarga.
Biasakan dirimu dalam kesalehan (ay. 7). Di sini kita menemui bahaya lain. Berbeda
dengan pengajar-pengajar yang meremehkan kehidupan dan menghendaki supaya
kita hidup sebagai orang yang berperilaku aneh, terdapat orang-orang lain yang
begitu asyik dengan hal-hal duniawi. Dalam dunia Yunani-Romawi, ada banyak
kegemaran pada olahraga dan perlombaan. Tanpa memandang hina tubuh, kita
diminta untuk memeriksa apakah kita secara berimbang memberikan penghargaan
serta waktu yang selayaknya kepada masing-masing bagian.
• 11. Dalam berhadapan dengan semua pengajar palsu itu, Timotius harus menjadi
contoh seorang rasul tulen.
Jangan biarkan siapa pun mencela dirimu karena usiamu yang masih muda.
Biasanya di dalam jemaat-jemaat Kristiani, dan di dalam kelompok-kelompok Yahudi,
pemimpin adalah orang-orang yang lebih tua. Karena itu, mereka disebut “kaum tua-
tua” atau “presbiter” (yang sama artinya). Timotius, yang mengujungi jemaat yang
bersangkutan atas nama Paulus, mempunyai wibawa di atas kaum tua-tua walaupun
ia jauh lebih muda dari mereka. Teladan dan imannya yang tulus, dan
pengetahuannya yang dalam tentang Kitab Suci, menjadi kekuatannya.
Jangan abaikan karunia rohani (ay. 34). Kalau seseorang ditunjuk untuk tugas
kerasulan atau kedudukan resmi di dalam jemaat, hal ini dipandang sebagai karunia
rohani. Misalnya, menjadi presbiter, diakon, uskup dan nabi. Tetapi karunia lain
seperti misalnya kemampuan menyembuhkan orang sakit, berasal langsung dari Roh
Kudus, sementara tugas sebagai rasul diterima melalui penumpangan tangan.
Seorang rasul atau nabi menumpangkan tangannya ke atas calon untuk
memindahkan kepadanya kewenangan yang sudah diterimanya sendiri dengan cara
yang sama. Jadi, di dalam Gereja, setiap pemimpin menerima kekuasaannya dari
Kristus melalui orang-orang yang bila dirunut ke belakang akan sampai kepada para
rasul.
Pada kesempatan ini, nabi-nabi yang hadir juga berbicara kepada calon dengan
memberikan anjuran-anjuran dan peringatan-peringatan (lihat 1:18). Timotius
ditahbiskan dengan kata-kata kenabian. Paulus sendiri yang menumpangkan tangan
ke atasnya (2Tim 1:6). Nabi-nabi dan presbiter lainnya mengambil bagian dalam hal
ini.
Curahkan perhatianmu kepada kegiatan membaca, berkhotbah dan mengajar
sampai aku datang. Nasihat ini selalu berlaku. Bertekun dalam membaca dan
belajar adalah hal yang paling menuntut pengor banan dari para profesional.
Sedikit sekali orang yang cukup berani untuk melanjutkan studinya setelah mereka
lulus ujian. Bahkan di dalam Gereja pun demikian juga halnya. Para “gembala” baik
klerus maupun awam selalu tergoda untuk berpikir bahwa kegiatan ini atau itu
berguna sebagai tugas penggembalaan, bahwa waktu luang adalah untuk
“bersantai”, bahkan sampai menunda studi maupun perenungan Sabda. Gereja
selalu kekurangan manusia yang dapat mengungkapkan imannya secara kreatif –
suatu karunia yang timbul dari pengetahuan rohani maupun dari kontak yang tetap
dengan Sabda Allah. Senyum, keramahan, dan psikologi tidak akan dapat
menggantikan kharisma ini.
• 5.1 Sejak permulaan, wanita mempunyai peranan tersendiri yang unik di dalam
Gereja. Beberapa wanita, yang disebut janda, menempati kedudukan resmi.
Paulus melihat tiga macam janda: pertama, janda yang tidak membutuhkan
bantuan dari jemaat karena mereka mempunyai kerabat; kedua, para janda yang
memang membutuhkan pertolongan dari jemaat. Akhirnya ada janda-janda tertentu
yang bertanggung jawab untuk fungsi-fungsi tertentu baik dengan bantuan Gereja
maupun tidak.
Mereka layak dikecam (ay. 12). Ini berarti, dengan meninggalkan kedudukannya
sebagai “janda” dari kategori ketiga supaya bisa kawin lagi, mereka melanggar
komitmen yang sudah dijanjikannya di depan umum. “Janda-janda” tersebut sudah
mempersembahkan diri untuk berbakti kepada Kristus dengan cara yang sama
seperti para biarawati masa kini.
Janda yang tulen adalah yang sudah meletakkan harapannya pada Allah. Kita
seharusnya membaca apa yang Paulus katakan di dalam 1Kor 7 tentang kebebasan
lebih besar yang dimiliki orang-orang bujang untuk mengabdi kepada Allah. Setiap
orang yang sudah dibaptis dipanggil untuk menjadi milik Kristus secara utuh. Kalau
karena keadaan hidup, kita menjadi sendiri lagi, dan bebas dari tanggung jawab
keluarga, keadaan ini mungkin merupakan undangan dari Allah agar kita
mengabdikan diri seutuhnya kepada pelayanan Gereja dan doa yang terus-menerus.
Seandainya dewasa ini orang-orang Kristiani pensiunan memeriksa hidupnya dalam
terang kehadiran Allah, maka Gereja akan memiliki lebih banyak pemimpin dan
misionaris daripada yang diperlukan.
• 17. Paulus berbicara lagi tentang para penatua atau “presbiter” yang
bertanggung jawab atas jemaat setempat. Paulus menginginkan supaya jemaat
membantu pemimpin-pemimpin baik secara rohani maupun secara finansial.
Kita sudah mencatat bahwa kaum tua-tua yang bertanggung jawab atas jemaat
dan memimpin pada upacara perjamuan, dipilih dari antara orang beriman yang
paling terpandang. Alinea ini memperlihatkan bahwa pelayanan utama yang diha-
rapkan dari mereka adalah mewartakan Sabda. Mereka layak menerima kompensasi
ganda. Cukup mengherankan kalau melihat bahwa dalam banyak paroki sekarang,
dewan pastoral paroki terdiri dari lebih banyak kaum awam yang berkompeten – di
dalam hal-hal sosial atau material daripada orang-orang yang kompeten dalam hal
Sabda; atau pun kaum terpelajar atau yang mempunyai karunia kenabian, yang
dapat memberikan semangat kepada jemaat.
Tetapi mereka harus melaksanakan tugas. Tegurlah orang itu di depan jemaat
supaya orang lain menjadi takut; orang Kristiani pertama bukanlah malaikat.
Sesekali, iman mereka yang antusias dan jujur membutuhkan disiplin yang kuat
supaya mereka menjadi lebih setia terhadap komitmen-komitmennya. Selain itu,
pernahkah pemimpin-pemimpin jemaat tidak menimbulkan persoalan?
Pada 5:18, perhatikanlah kutipan dari Injil, “pekerja layak menerima upahnya” (Luk
16:7). Bagian ini memperlihatkan kepada kita bahwa pada waktu surat ini ditulis
sekitar tahun 90 Masehi, Injil sudah dipandang sebagai Kitab Suci.
Lihat Kol 3:22 dan Tit 2:9 tentang tanggung jawab para pelayan.
Pada awal dan akhir bab ini, pengarang menuntut kesetiaan pada tradisi. Iman
bukanlah doktrin yang dapat disesuaikan dengan selera seseorang. Para pemimpin
diharuskan untuk memiliki sikap menghormati dan rendah hati terhadap harta
warisan yang dipercayakan kepada mereka untuk disampaikan kepada orang lain.
Kita sudah dapat melihat dua kesalahan:
– Bukannya memperdalam iman, beberapa pemimpin malah memperbanyak kata-
katanya.
– Yang lain menggantikan penyerahkan diri kepada Sabda Allah dengan sikap kritis,
yang mencoba menilai iman dan mempertimbangkan apakah ini cocok dengan
gagasan-gagasan mereka sendiri.
Uang disebut dua kali (6:10 dan 6:17-19). Sesudah tahun-tahun pertama yang
ditandai dengan iman yang antusias, Gereja menemukan bahwa, bahkan untuk orang
beriman, segala sesuatu akan lenyap kalau cinta terhadap uang berlangsung terus.
Itulah drama yang terjadi di beberapa negara tertentu di mana kelompok-kelompok
Kristiani yang sudah mantap terbawa-bawa bersama seluruh masyarakat dalam
upaya mengejar uang; iman tetap penting bagi mereka, tetapi iman ini hanya men-
dorong kesetiaan kepada ritus keagamaan. Uang yang sudah menjadi pegangan
hidup kita akan mengurangi kepercayaan kita kepada Allah (6:10) dan akan
memisahkan kita dari orang lain.
Gembala-gembala Gereja seharusnya menjadi yang paling sadar tentang bahaya
ini (6:10) bagi mereka. Keselamatan berarti menempatkan diri pada ‘kawasan’
kehidupan yang kurang menjamin dalam masyarakat, di mana tindakan iman selalu
dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan, dan menerima pengorbanan dengan gembira
(12). Kita menjadi petugas Allah dan saksi Kristus, sebagaimana Dia sendiri telah
menjadi saksi Bapa (6:13), bukan dengan jalan mengutamakan pemenuhan kebutuh-
an pribadi.
Paulus mengimbau Timotius untuk menghindari semua bahaya itu dan tetap setia
kepada iman dan bebas dari ketamakan. Dengan berbuat demikian Timotius akan
menjadi “manusia yang berkenan kepada Allah”, seorang saksi Kritus.
2• 1
Pertama-tama aku mohon dengan sangat agar disampaikan
doa-doa permohonan dan syukur untuk semua orang, 2 untuk
raja-raja dan semua kekuasaan, agar kita dapat menikmati hidup
yang tenteram dan damai dalam kesalehan dan kehormatan. 3 Ini
baik dan berkenan kepada Allah. 4 Sebab Ia menghendaki agar
semua orang diselamatkan dan dapat mengetahui kebenaran. 5 Ka-
rena hanya ada satu Allah, maka juga ada hanya seorang
Pengantara antara Allah dan manusia, ialah Kristus Yesus, yang
sungguh-sungguh manusia, 6 yang me-nyerahkan hidup-Nya
sebagai tebusan bagi semua orang. Kesaksian untuk ini diberikan
pada waktu yang tepat. 7 Untuk ini aku telah ditetapkan menjadi
pewarta dan rasul, seorang pengajar bangsa-bangsa kafir dalam
iman dan kebenaran. (Yang kukatakan ini sungguh benar, aku tidak
menipu).
8
Aku mau agar semua orang laki-laki di segala tempat
mengangkat tangan yang bersih ke surga dalam doa, tanpa marah
dan perselisihan.
9
Dan hendaklah kaum wanita berpakaian sederhana dan sopan,
jangan dengan gaya rambut yang berkepang-kepang, berhiaskan
emas dan permata, memakai pakaian yang mahal-mahal, 10 tetapi
hendaklah mereka berdandankan perbuatan baik, seperti pantas
untuk wanita-wanita yang beribadah kepada Allah. 11 Hendaklah
wanita-wanita belajar dalam ketenangan dan kepatuhan. 12 Aku
tidak mengizinkan wanita mengajar atau berkuasa atas laki-laki.
Hendaknya mereka berdiam diri. 13 Sebab Adam diciptakan lebih
dahulu dari Hawa. 14 Adam tidak ditipu, tetapi wanita itulah yang
ditipu dan jatuh ke dalam dosa. 15 Tetapi dengan menjadi ibu wanita
diselamatkan, jika mereka hidup teratur dan kudus, dalam iman dan
kasih.
Pemimpin-pemimpin umat dan para diakon
3• 1
Jika seorang menginginkan jabatan pelayanan sebagai
penilik umat, ia menginginkan suatu tugas yang luhur. 2 Seorang
penilik umat harus tanpa cacat, beristri satu, penuh tanggung jawab
dan bijaksana, berkelakuan baik, murah hati dan pandai mengajar,
3
bukan seorang peminum, tidak suka bertengkar, tetapi lembut dan
suka damai, juga tidak serakah. 4 Ia harus seorang yang dapat
mengatur rumah tangganya, yang anak-anaknya patuh dan sopan
santun. 5 Jika ia tidak dapat mengatur rumah tangganya sendiri, ba-
gaimana ia dapat memimpin umat Allah?
6
Ia tidak boleh seorang yang baru saja bertobat, agar ia jangan
menjadi angkuh dan jatuh ke dalam kebinasaan seperti setan.
7
Terlebih lagi ia harus mempunyai nama baik di antara orang-orang
luar, agar orang tidak berbicara jelek tentang dia, sehingga ia jatuh
ke dalam jerat setan.
8
Diakon-diakon pula harus sungguh-sungguh, tulus ikhlas dan
dapat menahan hawa nafsu minum minuman keras, tidak tamak
akan uang, 9 mereka harus bertahan dalam iman dengan hati nurani
yang murni. 10 Biarlah mereka dicoba dulu dan jika tidak bersalah,
dapat diterima sebagai diakon. 11 Sama halnya dengan wanita-
wanita, mereka harus teliti, tidak terbawa omong kosong, tetapi
santun dan dapat dipercaya.
12
Seorang diakon harus beristri satu, sanggup mendidik
anak-anaknya dan mengurus rumah tangganya. 13 Mereka yang
melakukan tugas diakon dengan baik akan memperoleh kedudukan
yang terhormat, dan dapat berbicara penuh wibawa tentang iman.
•
Aku menulis semuanya ini kepadamu, meskipun aku berharap
14