Anda di halaman 1dari 12

REFLEKSI KASUS September 2018

DIARE DENGAN DEHIDRASI RINGAN SEDANG

Nama : Iniche Tinnta


No. Stambuk : N 111 18 002
Pembimbing : dr. Kartin Akune, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2018
DISKUSI

Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3kali

perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir

dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Secara umum pada

kelompok usia dibawah 5 tahun, diare akut merupakan penyebab kematian kedua

(setelah pneumonia) dan insidensi dan resiko kematian dari penyakit diare sangat

besar pada kelompok usia ini. Dampak langsung lainnya dari diare ini seperti

gagal tumbuh, malnutrisi dan kegagalan perkembangan kognitif.4

Pada kasus ini didiagnosis sebagai diare karena didapatkan BAB sebanyak >

5 kali dengan konsistensi cair disertai ada lendir dan tidak berdarah yang

berlangsung dua hari.

Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi atau keracunan makanan.


Selain itu gejala diare juga bisa didapatkan pada kelainan usus lain. Beberapa
etiologi diare antara lain:

1) Faktor Infeksi

a. Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,


Yersinia, Aeromonal dan sebagainya. 5
b. Infeksi virus: Enteroovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyyelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain – lain. 5
c. Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides)
Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis),
jamur (Candida albicans). 5
d. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
seperti Otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,
Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur di bawah 2 tahun. 5

7
2). Faktor Malabsorbsi: gejala malabsorpsi adalah diare terus–menerus, kolik
abdomen dan dapat menyebabkan malnutrisi. 5
3) Faktor Makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan, bahan
sitotoksik, antasida yang mengandung magnesium, dan senna dapat
menyebabkan diare, makanan mengandung bakteri/toksik: Clostridium
perfringens, B. Cereus. S. Aureus, Streptococcus Anhaemo lyticus. 5

Pada kasus ini diare yang dialami pasien disebabkan oleh adanya
infeksi oleh bakteri atau virus atau parasit, dikarenakan dari hasil anamnesis
tidak didapatkan adanya riwayat makan makanan basi ataupun adanya alergi
terhadap makanan dan juga dari pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya
kolik abdomen, yang mendukung disebabkan oleh infeksi yaitu terjadinya
peningkatan dari sel darah putih/leukositosis.

Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare pada anak adalah :
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolik ke dalam rongga usus.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin dari virus atau bakteri) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolik ke dalam
rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
3. Gangguan motilitis usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan

8
Tabel dibawah ini merupakan karakteristik dari beberapa agen infeksius penyebab
diare.

Shigella Vibrio
Gejala Rotavirus Salmonella ETEC EIEC
disentri cholera
Mual &
Permulaan + - - + jarang
muntah
Demam + + - + + -
Tenesmus
Kadang- Tenesmus
Sakit Tenesmus Kolik (+) kolik, Kolik
kadang kolik
pusing
Sangat
Volume Sedang Menurun Banyak Menurun Menurun
banyak
Sering Terus
Frekuensi >10x Sering Sering Sering
sekali menerus
Konsistensi Berair Berair Berair Kental Kental Lendir
Mukus Jarang + + + Sering Flacks
Kadang-
Darah - - + Sering -
kadang
Telur Tidak Tidak
Bau - Tinja Anyir
busuk spesifik berbau
Hijau Tidak Hijau Hijau Putih
Warna Hijau
kuning berwarna darah darah keruh
Leukosit +/- + - + + +

Pada pasien ini diare yang diderita disebabkan oleh bakteri Salmonella,

dimana didapatkan tanda-tanda seperti adanya muntah > 5 kali sebelum masuk

rumah sakit disertai dengan demam, konsistensi BAB yang cair yang disertai

dengan leukositosis.

Dehidrasi atau kekurangan cairan pada diare dibedakan menjadi tanpa

dehidrasi, dehidrasi ringan-sedang dan dehidrasi berat dikategorikan dari gejala

klinis. Dehidrasi pada balita adalah tanda kegawatdaruratan dan mengancam jiwa.

9
pengobatan diare meliputi rehidrasi dengan oralit baru dengan osmolaritas lebih

rendah, pemberian ASI dan makanan dengan frekuensi lebih sering, edukasi pada

orangtua, pemberian antibitotik dengan indikasi yaitu diare berdarah dan

berlendir, serta pemberian suplementasi seng untuk memperkuat daya tahan

tubuh.6

Berikut Klasifikasi dehidrasi pada diare menurut Manajemen terpadu

Balita Sakit.7

Tabel 3. Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) menurut Depkes(2008)


K KLASIFIKASI GEJALA TINDAKAN/PENGOBATAN
Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih a. Jika tidak ada klasifikasi
tanda berikut : berat lain
1. Letargis atau tidak - Beri cairan untuk
sadar. dehidrasi berat (sesuai
2. Mata cekung. rencana terapi C) dan
3. Cubitan kulit perut tablet ZINC
4. kembalinya sangat b. Jika anak juga mempunyai
lambat klasifikasi berat
- RUJUK SEGERA
- Jika masih bisa minum,
berikan ASI dan larutan
oralit.
- Jika ada kolera didaerah
tersebut, beri antibiotik
untuk kolera

Dehidrasi ringan Terdapat 2 atau a. Beri cairan & makanan


lebih sesuai rencana terapi B
/sedang
tanda berikut : dan tablet ZINC
1. Gelisah / rewel. b. Jika anak juga
2. Mata cekung. mempunyai klasifikasi
3. Cubitan kulit berat lain:
perut - RUJUK SEGERA
4. kembalinya - Jika masih bisa
lambat. minum, berikan ASI
dan oralit.
c. Nasihati kapan kembali
segera
d. Kunjungan ulang 5 hari
jika tidak ada perbaikan

10
Tanpa dehidrasi Tidak cukup tanda a. Beri cairan & makanan
untuk dehidrasi berat sesuai rencana terapi A dan
atau ringan / sedang tablet ZINC
b. Nasihati kapan kembali
segera
c. Kunjungan ulang 5 hari
jika tidak ada perbaikan.

Skor dehidrasi (MTBS) :


Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut :
a. Gelisah, rewel/marah (-)
b. Mata cekung (+)
c. Haus, minum dengan lahap (+)
d. Cubitan kulit perut kembali lambat (+)

Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO :

Skor Dehidrasi Modifikasi UNHAS


SKOR
Yang Dinilai
1 2 3

Keadaan umum Baik Lesu/haus Gelisah, lemas, ngantuk, syok

Mata Biasa Cekung Sangat cekung

Mulut Biasa Kering Sangat kering

11
Pernapasan <30x 30-40x >40x

Turgor Baik Kurang Jelek

Nadi <120x 120-140x >140x

Skor 12 : Dehidrasi Ringan-sedang

Berdasarkan klasifikasi tersebut di atas pasien termasuk dalam dehidrasi


ringan sedang yang di tandai dengan adanya gejala seperti mata cekung dan haus,
minum lahap sehingga di kategorikan kedalam dehidrasi ringan sedang.

Penatalaksanaan
Lintas Diare (1) cairan (2) Zink (3) nutrisi (4) antibiotik yang tepat (5) edukasi.
(1) Cairan
 Tanpa dehidrasi
- Cairan rehidrasi oralit menggunakan ORALIT diberikan 5-10
mL/kg BB setiap diare cair atau berdasarkan usia,yaitu umur <1
tahun sebanyak 50-100 mL, umur 1-5 tahun 100-200, dan umut >5
tahun semaunya diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan anak
ASI harus tetap diberikan.
- Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat
komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus menerus, diare
frekuen dan profus)8
 Dehidrasi ringan-sedang
Cairan rehidrasi Oral (CRO) diberikan sebanyak 75mL/kgBB dalam
3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan
sebanyak 5-10 mL/kgBB setiap diare cair.8
 Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap
diberi minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi
sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang
diberikan adalah Ringer Laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan
jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan.Status hidrasi
dievaluasi secara berkala.

12
- BB 3-10 kg : 200 mL/kgBB/hari
- BB 10-15kg : 175ml/kgBBhari
- BB>10 kg :135 ml/kgBB/hari
 Dehidrasi berat
- Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan Ringer Laktat atau
ringer Asetar 100mL/kgBB dengan cara pemberian
a. Umur < 12 bulan: 30ml/kgBB dalam 1 jam pertama,
dilanjutkan 70ml/kgBB pada 5 jam berikutnya
b. Umur >12 bulan: 30ml/kgBB dalam 0,5 jam pertama,
dilanjutkan 70ml/kgBB pada 2,5 jam berikutnya
- Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan
dapat minum, dimulai dengan 5ml/kgBB selama proses rehidrasi.8
(2) Zink
Zink terbukti secara ilmiah dapat menurunkan frekuensi buang air
besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya
dehidrasi pada anak. Zink elemental diberikan selama 10 hari
meskipun anak tidak lagi mengalami diare,dengan dosis:
- Umur di bawah 6 bulan: 10 mg per hari (1/2 tab )
- Umur di atas 6 bulan:20 mg per hari (1 tab)8
(3) Nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat sehat sesuai umur
tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai
pengganti nutrisi yang hilang.Adanya perbaikan nafsu makan menandakan
fase kesembuhan anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit
demi sedikit tetapi sering (lebih kurang 6 kali sehari), rendah serat,buah-
buahan diberikan terutama pisang8
(4) Medikamentosa
- Antibiotik
Antibiotik diberikan bila ada indikasi misalnya disentri (diare
berdarah )atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan
mengganggu keseimbangan flora usus sehingga dapat memperpanjang
lama diare dan clostridium difficile akan tumbuh yang menyebabkan

13
diare akan sulit disembuhkan. Selain itu,dapat mempercepat resistensi
kuman terhadap antibiotik. Untuk disentri basiler, antibiotik diberikan
sesuai data sensitivitas setempat,bila tidak memungkinkan dapat
mengacu kepada data publikasi yang di pakai saat ini,yaitu
kotrimoksazol sebagai lini pertama, kemudian sebagai lini kedua. Bila
antibiotik tersebut sudah resisten maka lini ketiga adalah sefiksim.
- Antiparasit
Metronidazol 50mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis merupakan obat pilihan
untuk amuba vegetatif 8
(5) Edukasi
Orangtua diminta membawa anaknya kembali ke Pusat pelayanan
kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah,
makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum
membaik dalam 3 hari.

Langkah promotif /preventif: (1)ASI tetap diberikan (2) kebersihan


perorangan,cuci tangan sebelum makan (3) kebersihan lingkungan,buang
air besar di jamban (4) imunisasi campak (5) memberiksan makanan
penyapihan yang benar (6) penyediaan air minum yang bersih (7) selalu
memasak makanan 8

Komplikasi

Diare berkepanjangan dapat menyebabkan:

1. Dehidrasi (Kekurangan cairan )


Tergantung dari presentase cairan tubuh yang hilang. Dehidrasi dapat
terjadi ringan, sedang atau berat.
2. Gangguan sirkulasi
Pada diare akut,kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang singkat.
Jika kehilangan cairan ini lebih dari 10% berat badan, pasien dapat
mengalami syok atau presyok yang disebabkan oleh berkurangnya volume
darah (hipovolemia).

14
3. Gangguan asam basa (asidosis)
Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari dalam
tubuh. Sebagai kompensasinya tubuh akan bernapas cepat untuk
meningkatkan pH arteri.
4. Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)
Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami
malnutrisi (kurang gizi). Hipoglikemia sapat mengakibatkan koma.
Penyebab yang pasti belum diketahui. Kemungkinan karena cairan
ekstraseluler menjadi hipotonik dan air masuk ke dalam cairan intraseluler
sehingga terjadi edema otak yang mengakibatkan koma.
5. Gangguan gizi
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan output yang
berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian makanan
dihentikan, serta sebelumnya penderita sudah mengalami kekurangan gizi
(malnutrisi) 9

Pencegahan
Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain:
1. Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih adalah ‘3 Tidak ‘ yaitu
tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
2. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan
sebagian besar kuman penyakit.
3. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah
makan,dan sesudah buang air besar (BAB).
4. Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun
5. Menggunakan jamban yang sehat
6. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar9

15
Prognosis

Prognosis diare dapat ditentukan oleh derajat dehidrasi, sehingga


penatalaksanaannya sesuai dengan ketepatan cara pemberian rehidrasi.
Apabila penanganan yang diberikan tepat dan sesegera mungkin, maka dapat
mencegah komplikasi dari diare tersebut.9

Pada kasus ini prognosisnya baik karena segera dilakukan penanganan


selain itu derajat dehidrasinya yang ringan-sedang dan penyebab diare pada
kasus ini disebabkan oleh virus yaitu rotavirus.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Putri, M. Perbedaan Lama Diare Pada Penderita Diare Akut yang Diterapi

dengan Zink dan Probiotik Dibanding Probiotik di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNS/ RSUD Dr. Moewardi.

Jurnal Kedokteran Indonesia. Vol.1/No.1. Surakarta. 2009.

2. Suraatmaja, S,2010, Kapita Selekta Gastroenterologi Anak, FK UNUD/RS


Sanglah, Denpasar.

3. Ahmad, Y. Citra, W, M, S,. Sheizi, P, S,.Upaya Ibu Memiliki Balita Dalam


Pencegahan Dan Penanggulangan Diare DI Daerah Kerja Puskesmas Cililin
Desa Cililin Kabupaten Bandung Barat. Vol. 10, No. XVIII. 2008.

4. Hema, M, J, P,.Acute Diarrhea With Mild With to Moderate Dehydration e.c

Viraal Infection. Faculty of Medicine, Universitas Lampung. J Agromed

Unila. Volume 1 Nomor 1. Lampung. 2014.

5. Wahidayat, I., 2007, Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
6. Devina, P, P. Perbedaan Durasi Penyembuhan Diare Dehidrasi Ringan-

Sedang Balita ang Diberikan Asi dan Seng. Program Pendidikan Sarjana

Kedokteran Fakulta Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. 2012.

7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Manajemen Terpadu


Balita Sakit (MTBS), Jakarta.
http://fk.uns.ac.id/static/filebagian/Buku_Panduan_Field_Lab_MTBS. pdf
8. IDAI, 2009, Pedoman Pelayanan Medis, Ikatan Dokter Anak Indonesia.
9. Widoyono, 2011, Penyakit Tropis, Edisi 2, Penerbit Erlangga, Erlangga
medical series.

17

Anda mungkin juga menyukai