KIMIA BIOLOGI
“ UJI KUALITATIF LIPID “
Disusun Oleh:
PENDAHULUAN
1. 1 Tujuan
a. Mengetahui sifat-sifat fisik dan kimia lemak
b. Memahami cara pembuatan sabun secara sederhana
c. Mampu membedakan sabun dan detergen dari sifat kimia mereka
1. 2 Dasar Teori
Istilah “lipid” dipakai untuk senyawa berlemak, berminyak, dan berlilin dalam
sel. Lipid tidak larut dalam air tetapi dengan mudah dapat dilarutkan dengan pelarut
organik (non polar) seperti kloroform, eter, atau benzena. Lemak dan trigliserida
(triasilgliserol, TAG) merupakan lipid umum. Mereka merupakan sumber penting
energi dalam tubuh, karena metabolisme oksidatif lemak akan menghasilkan ATP
dalam jumlah besar. Lipida yang lain merupakan komponen struktural utama dari
membran, sebagai prekursor dari senyawa-senyawa esensial lain, sebagai insulator dll.
Lipid diklasifikasi menurut fungsi, lokalisasi dan struktur. Secara struktur, lipid
diklasifikasikan sebagai senyawa yang mengandung asam lemak dan yang tidak
mengandung asam lemak. Kelompok pertama ditandai dengan golongan lemak netral
atau triasilgliserol, gliserolfosfolipida atau gliserolfosfatida, plasmogen, spingolipida,
dsb. Triasilgliserol (TAG) merupakan suatu ester asam lemak dengan gliserol.
Dengan demikian, hidrolisis sempurna TAG menghasilkan asamlemak dan gliserol.
Asam lemak bila direaksikan dengan suatu basa menghasilkan garam asam lemak
(sabun). Koresterol merupakan sterol dari hewan dan adalah senyawa siklik dengan
struktur kimianya.
Meskipun koresterol mempunyai kelarutan dalam air yang sangat kecil,
kelarutannya dalam darah cukup tinggi karena adanya lipoprotein (plasma
lipoprotein) yang mempunyai affinitas yang tinggi terhadap koresterol. Komponen
lipida menyebaabkan rendahnya densitas lipoprotein bila dibandingkan dengan
densitas albumin atau globulin. Berdasarkan data ultrasentrifugasi (metode pemisahan
lipoprotein), lipoprotein dibagi atas 5 bentus densitas (g/mL):
1. Siklomikron (<96)
2. Lipoprotein densitas sangat rendah atau VLDL (<1,006)
3. Lipoprotein densitas sedang atau IDL (1,006 – 1,019)
4. Lipoprotein densitas rendah, LDL (1,019 – 1,063)
5. Lipoprotein densitas tinggi, HDL (1,063 – 1,210)
Terdapat berbagai macam uji yang berkaitan dengan lipid yang meliputi
analisis kualitatif maupun kuantitatif. Uji-uji kualitatif lipid diantaranya adalah
sebagai berikut:
Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terdahadap
berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat
kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya
lipid tersbut tidak akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar
sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar.
2. Uji acrolein
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji akrolein. Dalam uji ini terjadi
dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau dalam lemak/minyak menghasilkan
aldehid akrilat atau akrolein. Menurut Scy Tech Encyclopedia, uji akrolein
digunakan untuk menguji keberadaan gliserin atau lemak. Ketika lemak
dipanaskan setelah ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO4) yang akan menarik
air, maka bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh
atau dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak
terbakar dan ditandai dengan asap putih.
4. Uji ketengikan
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji ketengikan. Dalam uji ini,
diidentifikasi lipid mana yang sudah tengik dengan yang belum tengik yang
disebabkan oleh oksidasi lipid. Minyak yang akan diuji dicampurkan dengan HCl.
Selanjutnya, sebuah kertas saring dicelupkan ke larutan floroglusinol.
Floroglusinol ini berfungsi sebagai penampak bercak. Setelah itu, kertas
digantungkan di dalam erlenmeyer yang berisi minyak yang diuji. Serbuk CaCO3
dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan segera ditutup. HCl yang ditambahkan akan
menyumbangkan ion-ion hidrogennya yang dapat memecah unsur lemak sehingga
terbentuk lemak radikal bebas dan hidrogen radikal bebas. Kedua bentuk radikal
ini bersifat sangat reaktif dan pada tahap akhir oksidasi akan dihasilkan peroksida
(Syamsu 2007).
Uji Lieberman Buchard merupakan uji kuantitatif untuk kolesterol. Prinsip uji
ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan asam sulfat ke
dalam campuran. Sebanyak 10 tetes asam asetat dilarutkan ke dalam larutan
kolesterol dan kloroform (dari percobaan Salkowski). Setelah itu, asam sulfat pekat
ditambahkan. Tabung dikocok perlahan dan dibiarkan beberapa menit. Mekanisme
yang terjadi dalam uji ini adalah ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam
campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3
kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena. Produk
ini dikonversi menjadi polimer yang mengandung kromofor yang menghasilkan
warna hijau. Warna hijau ini menandakan hasil yang positif (WikiAnswers 2013).
Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari terbentuknya
warna pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi hijau tua.
7. Uji Penyabunan
Lemak/minyak dapat terhidrolisis lalu menghasilkan asam lemak dan
gliserol. Proses hidrolisis yang disengaja biasa dilakukan dengan penambahan basa
kuat seperti NaOH dan KOH, melalui pemanasan dan menghasilkan gliserol dan
sabun. Proses hidrolisis minyak oleh alkali disebut reaksi penyabunan atau
saponifikasi. Lemak/minyak merupakan asam karboksilat/asam alkanoat jenuh
alifatis (tidak terdapat ikatan rangkap C=C dalam rantai alkilnya, rantai lurus,
panjang tak bercabang) dengan gugus utama –COOH dalam bentuk ester/gliserida
yaitu sesuatu jenis asam lemak atau beberapa jenis asam lemak dengan gliserol
suhu tinggi.
8. Uji Kelarutan Lipid
Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terhadap
berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat
kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan kedalam pelarut polar maka hasilnya
lipid tersebut tidak akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar
sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar. Molekul lemak
berinteraksi dengan molekul pelarut organik dalam bentuk interaksi hidrofibik,
sehingga lemak tersebar merata diatara pelarut organik dan dikelilingi senyawa
tersebut.
Pada umumnya, lemak dan minyak tidak laut dalam air, tetapi sedikit larut
dalam alcohol dan larut sempurna dalam pelarut organik seperti eter, kloroform,
aseton, benzene atau pelarut non-polar lainnya.
HASIL PENGAMATAN
A A sebelum larutan
berwarna bening,
sesudah larutan
berwarna keruh dan
kelapa murni
B B sebelum larutan
A: air suling
berwarna bening,
B: alkohol sesudah larutan
Kelarutan 96% berwarna keruh dan
Lipid C: eter tidak larut
E E sebelum larutan
berwarna bening,
sesudah larutan
berwarna keruh dan
tidak larut
A A sebelum larutan
berwarna bening,
sesudah larutan
berwarna keruh dan
tidak larut
B B sebelum larutan
Minyak berwarna bening,
kelapa curah sesudah larutan
berwarna keruh dan
A: air suling
tidak larut
B: alkohol
96%
C C sebelum larutan
C: eter
berwarna bening,
D: kloroform sesudah larutan
berwarna kuning
E: Na2CO3
keruh dan larut
0,5%
D D sebelum larutan
berwarna bening,
sesudah larutan
berwarna keruh dan
larut
E E sebelum larutan
berwarna bening,
sesudah larutan
berwarna keruh
terdapat gumpalan
minyak di atasnya
dan tidak larut
A A sebelum larutan
berwarna bening,
sesudah larutan
berwarna kuning
Minyak keruh dan tidak
kelapa tengik larut
A: air suling B B sebelum larutan
B: alkohol berwarna bening,
96% sesudah larutan
berwarna keruh dan
C: eter
tidak larut
D: kloroform
E E sebelum larutan
berwarna bening,
sesudah larutan
putih dan larut
A A berwarna bening,
minyak tidak
menyatu (minyak
diatas)
Minyak
kelapa murni B B berwarna bening,
A. Air terdapat gumpalan
B. Air+ diatas berwarna
Uji
Na2CO3 putih
Pembentuka
0,5%
n Emulsi
C. Air+ C C minyak hilang dan
sabun berbusa
D. Albumin
D D
minyak hilang atau
tercampur
A A berwarna bening,
minyak tidak
menyatu (minyak
diatas)
B B berwarna bening,
Minyak
terdapat gumpalan
kelapa curah
diatas berwarna
A. Air
putih
B. Air+
Na2CO3
C C minyak hilang dan
0,5%
berbusa
C. Air+
sabun
D. Albumin
D D minyak hilang
atau tercampur
A A terjadi emulsi,
Minyak
berwarna bening
kelapa tengik
dan terdapat
A. Air
lingkaran cincin
B. Air+
kuning
Na2CO3
0,5% B B terjadi emulsi,
C. Air+ warna keruh dan
sabun terdapat lingkaran
D. Albumin cincin kuning
C C tidak terjadi
emulsi, warna
keruh dan terdapat
lingkaran cincin
kuning
D D terjadi emulsi,
berwarna coklat,
terdapat lingkaran
cincin warna coklat
tua dibawah dan
coklat diatas
Lakmus Merah
berwarna coklat
muda
Minyak
kelapa murni Lakmus Biru
berwarna biru
keabu-abuan
Lakmus Merah
berwarna coklat
muda
Uji Minyak
Keasaman kelapa curah Lakmus Biru
Lipid berwarna biru
keabu-abuan
Lakmus Merah
berwarna coklat tua
Minyak
kelapa tengik Lakmus Biru
Berwarna ungu
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami akan membahas uji kualitatif lipid yang bertujuan untuk
mengetahui sifat fisik kimia lemak, cara pembuatan sabun secara sederhana, dan
membedakan sabun dan detergen dari sifat kimianya. Lipid adalah kelompok senyawa
organik kedua terbesar selain karbohidrat dan protein yang terdapat dalam tumbuhan, hewan
dan manusia. Lipid memiliki peranan penting dalam struktur dan fungsi sel. Pada uji
kualitatif lipid kami menggunakan beberapa uji diantaranya:
Uji reaksi penyabunan, pada percobaan ini menguji sifat-sifat sabun untuk menguji
kesadahannya. Lemak/minyak dapat terhidrolisis lalu menghasilkan asam lemak dan gliserol.
Proses hidrolisis yang disengaja biasa dilakukan dengan penambahan basa kuat seperti NaOH
dan KOH, melalui pemanasan dan menghasilkan gliserol dan sabun. Proses hidrolisis minyak
oleh alkali disebut reaksi penyabunan atau saponifikasi. Lemak/minyak merupakan asam
karboksilat/asam alkanoat jenuh alifatis dengan gugus utama –COOH dalam bentuk
ester/gliserida yaitu sesuatu jenis asam lemak atau beberapa jenis asam lemak dengan gliserol
suhu tinggi. Penyabunan adalah suatu proses hidrolisis lemak dengan alkali yang
mengakibatkan putusnya ikatan ester dan menghasilkan gliserol dan garam alkali asam
lemak. Sabun dapat terbentuk dari bahan utama yaitu soda (sodium hidroksida) dan minyak.
Setelah itu dilakukan pemanasan sehingga bisa diketahui banyaknya busa yang dihasilkan.
Pada praktikum sample pertama yang kami gunakan adalah minyak kelapa murni.
Kami memasukkan 10 mL etanol kedalam gelas kimia ukuran 250 mL kemudian
menambahkan NaOH 6 N.setelah itu menambahkan 15 mL minyak kelapa murni dan diaduk.
Hasil perubahan yang terjadi sebelum pemanasan adalah terdapat endapan diatas berwarna
kuning keruh. Kemudian menambahkan 3-4 batu didih dan menutupnya dengan gelas arloji
kemudian memanaskan dengan nyala api kecil sambil diaduk selama 15 menit hingga
campuran menjadi kental. Hasil perubahan yang terjadi saat pemanasan adalah terdapat
gelembung. Kemudian mendinginkan campuran setelah dingin menambahkan 50 mL larutan
NaCl jenuh dan sambil diaduk. Hasil perubahan yang terjadi setelah pemanasan adalah
terdapat endapan diatas berwarna kuning keruh Setelah itu menyaring produk yang
dihasilkan. Kemudian mencuci produk (sabun) dengan 15 mL air es dan melakukan
pencucian sebanyak 2 kali. Setelah itu mengeringkan dan membandingkan dengan produk
sabun komersial. Hal ini menunjukkan bahwa jika terbentuk endapan, maka larutan sudah
bersifat sadah. Terbentuk endapan yang disebabkan oleh kemampuannya untuk
mengendapkan ion Mg, Ca dan alkali tanah. Semakin banyak endapan yang terbentuk berarti
semakin sadah.
4. 2 Kelarutan Lipid
Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terhadap berbagai
macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat kepolaran pelarut. Apabila
lipid dilarutkan kedalam pelarut polar maka hasilnya lipid tersebut tidak akan larut. Hal
tersebut karena lipid memiliki sifat nonpolar sehingga hanya akan larut pada pelarut yang
sama-sama nonpolar. Molekul lemak berinteraksi dengan molekul pelarut organik dalam
bentuk interaksi hidrofibik, sehingga lemak tersebar merata diatara pelarut organik dan
dikelilingi senyawa tersebut. Pada umumnya, lemak dan minyak tidak laut dalam air, tetapi
sedikit larut dalam alcohol dan larut sempurna dalam pelarut organik seperti eter, kloroform,
aseton, benzene atau pelarut non-polar lainnya. Pada praktikum kami menggunakan beberapa
sample dan larutan untuk mengetahui kelarutan lipid pada suatu larutan yaitu:
Pada sample pertama yang kami gunakan adalah minyak kelapa murni. Pada tabung 1
mengisi 1 mL air suling kemudian menambahkan 2 tetes minyak kelapa murni. Kemudian
mengocok sampai homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah terdapat minyak
diatas larutan (tidak larut). Tabung 1 tidak larut karena air dan minyak memiliki massa jenis
yang berbeda. Pada tabung 2, mengisi 1 mL alkohol 96% kemudian menambahkan 2 tetes
minyak kelapa murni. Kemudian mengocok sampai homogen dan biarkan beberapa saat.
Hasilnya adalah terdapat minyak diatas larutan (tidak larut). Tabung 2 tidak larut seharusnya
hasil yang terjadi adalah sedikit larut, karena sesuai dasar teori minyak sedikit larut dalam
alkohol. Kemungkinan terjadi kesalahan atau faktor penyimpangan pada sample ini
diantaranya kondisi larutan yang tidak memungkinkan, alat yang digunakan kurang bersih
ketika dicuci, dan terjadi kesalahan pada praktikan. Pada tabung 3, mengisi 1 mL eter
kemudian menambahkan 2 tetes minyak kelapa murni. Kemudian mengocok sampai
homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah tidak terdapat minyak (larut). Tabung 3
larut karena eter merupakan pelarut organik sehingga minyak dapat larut pada eter. Pada
tabung 4, mengisi 1 mL kloroform kemudian menambahkan 2 tetes minyak kelapa murni.
Kemudian mengocok sampai homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah tidak
terdapat minyak (larut). Tabung 4 larut karena kloroform merupakan pelarut organik
sehingga minyak dapat larut pada kloroform. Pada tabung 5, mengisi 1 mL Na2CO3 0,5%
kemudian menambahkan 2 tetes minyak kelapa murni. Kemudian mengocok sampai
homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah terdapat minyak (tidak larut).
Seharusnya hasil yang terjadi adalah larut karena larutan Na2CO3 merupakan larutan
nonpolar dan minyak kelapa juga merupakan larutan nonpolar. Apabila larutan nonpolar
dicampurkan dengan larutan nonpolar maka keduanya akan tercampur atau larut.
Kemungkinan terjadi kesalahan atau faktor penyimpangan pada sample ini diantaranya
kondisi larutan yang tidak memungkinkan, alat yang digunakan kurang bersih ketika dicuci,
dan terjadi kesalahan pada praktikan.
Jadi pada sample pertama minyak yang larut adalah pada tabung 3 dan 4 sedangkan pada
tabung 1, 2, dan 5 minyak tidak larut.
Pada sample kedua yang kami gunakan adalah minyak kelapa curah. Pada tabung 1
mengisi 1 mL air suling kemudian menambahkan 2 tetes minyak kelapa curah. Kemudian
mengocok sampai homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah tidak terdapat
minyak (larut). Tabung 1 larut seharusnya tidak larut karena air dan minyak memiliki massa
jenis yang berbeda. Kemungkinan terjadi kesalahan atau faktor penyimpangan pada sample
ini diantaranya kondisi larutan yang tidak memungkinkan, alat yang digunakan kurang bersih
ketika dicuci, dan terjadi kesalahan pada praktikan. Pada tabung 2, mengisi 1 mL alkohol
96% kemudian menambahkan 2 tetes minyak kelapa curah. Kemudian mengocok sampai
homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah tidak terdapat minyak diatas larutan
(tidak larut). Tabung 2 tidak larut seharusnya hasil yang terjadi adalah sedikit larut, karena
sesuai dasar teori minyak sedikit larut dalam alkohol. Kemungkinan terjadi kesalahan atau
faktor penyimpangan pada sample ini diantaranya kondisi larutan yang tidak memungkinkan,
alat yang digunakan kurang bersih ketika dicuci, dan terjadi kesalahan pada praktikan. Pada
tabung 3, mengisi 1 mL eter kemudian menambahkan 2 tetes minyak kelapa curah.
Kemudian mengocok sampai homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah tidak
terdapat minyak (larut). Tabung 3 larut karena eter merupakan pelarut organik sehingga
minyak dapat larut pada eter. Pada tabung 4, mengisi 1 mL kloroform kemudian
menambahkan 2 tetes minyak kelapa murni. Kemudian mengocok sampai homogen dan
biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah terdapat minyak (tidak larut). Tabung 4 tidak larut
seharusnya hasil yang terjadi adalah larut karena kloroform merupakan pelarut organik
sehingga minyak dapat larut pada kloroform. Kemungkinan terjadi kesalahan atau faktor
penyimpangan pada sample ini diantaranya kondisi larutan yang tidak memungkinkan, alat
yang digunakan kurang bersih ketika dicuci, dan terjadi kesalahan pada praktikan. Pada
tabung 5, mengisi 1 mL Na2CO3 0,5% kemudian menambahkan 2 tetes minyak kelapa murni.
Kemudian mengocok sampai homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah terdapat
minyak (tidak larut). Seharusnya hasil yang terjadi adalah larut karena larutan Na2CO3
merupakan larutan nonpolar dan minyak kelapa juga merupakan larutan nonpolar. Apabila
larutan nonpolar dicampurkan dengan larutan nonpolar maka keduanya akan tercampur atau
larut. Kemungkinan terjadi kesalahan atau faktor penyimpangan pada sample ini diantaranya
kondisi larutan yang tidak memungkinkan, alat yang digunakan kurang bersih ketika dicuci,
dan terjadi kesalahan pada praktikan.
Jadi pada sample kedua minyak yang larut adalah pada tabung 1 dan 3 sedangkan pada
tabung 2, 4, dan 5 minyak tidak larut.
Pada sample ketiga yang kami gunakan adalah minyak kelapa tengik. Pada tabung 1
mengisi 1 mL air suling kemudian menambahkan 2 tetes minyak kelapa tengik. Kemudian
mengocok sampai homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah terdapat minyak
diatas larutan (tidak larut). Tabung 1 tidak larut karena air dan minyak memiliki massa jenis
yang berbeda. Pada tabung 2, mengisi 1 mL alkohol 96% kemudian menambahkan 2 tetes
minyak kelapa tengik. Kemudian mengocok sampai homogen dan biarkan beberapa saat.
Hasilnya adalah terdapat minyak diatas larutan (tidak larut). Tabung 2 tidak larut seharusnya
hasil yang terjadi adalah sedikit larut, karena sesuai dasar teori minyak sedikit larut dalam
alkohol. Kemungkinan terjadi kesalahan atau faktor penyimpangan pada sample ini
diantaranya kondisi larutan yang tidak memungkinkan, alat yang digunakan kurang bersih
ketika dicuci, dan terjadi kesalahan pada praktikan. Pada tabung 3, mengisi 1 mL eter
kemudian menambahkan 2 tetes minyak kelapa tengik. Kemudian mengocok sampai
homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah tidak terdapat minyak (larut). Tabung 3
larut karena eter merupakan pelarut organik sehingga minyak dapat larut pada eter. Pada
tabung 4, mengisi 1 mL kloroform kemudian menambahkan 2 tetes minyak kelapa murni.
Kemudian mengocok sampai homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah tidak
terdapat minyak (larut). Tabung 4 larut karena kloroform merupakan pelarut organik
sehingga minyak dapat larut pada kloroform. Pada tabung 5, mengisi 1 mL Na2CO3 0,5%
kemudian menambahkan 2 tetes minyak kelapa murni. Kemudian mengocok sampai
homogen dan biarkan beberapa saat. Hasilnya adalah tidak terdapat minyak (larut). Tabung 5
larut karena larutan Na2CO3 merupakan larutan nonpolar dan minyak kelapa juga merupakan
larutan nonpolar. Apabila larutan nonpolar dicampurkan dengan larutan nonpolar maka
keduanya akan tercampur atau larut.
Jadi pada sample ketiga minyak yang larut adalah pada tabung 3, 4, dan 5 sedangkan pada
tabung 1 dan 2 minyak larut.
4. 3 Uji Pembentukan Emulsi
Sample pertama yang kami gunakan adalah minyak kelapa murni. Pada tabung 1,
mengisi 2 mL air dan 2 tetes minyak kelapa murni. Kemudian dikocok dengan kuat dan
dibiarkan beberapa saat. Hasilnya adalah berwarna bening, minyak tidak menyatu (minyak
diatas). Tabung 1 tidak terjadi pembentukan emulsi karena perubahan yang terjadi tidak
sesuai dengan dasar teori dan air yang memiliki ikatan hidrogen yang menyebabkan sifat
polar yang sangat susah larut dalam minyak yang bersifat nonpolar sehingga kedua cairan
saling memisah. Pada tabung 2, mengisi 2 mL air, 2 tetes minyak kelapa murni, dan 2 tetes
larutan Na2CO3 0,5%. Kemudian dikocok dengan kuat dan dibiarkan beberapa saat. Hasilnya
adalah berwarna bening, terdapat gumpalan diatas berwarna putih. Tabung 2 terbentuk emulsi
yang tidak stabil karena adanya air pada campuran tersebut sehingga walaupun sebenarnya
minyak dalam pelarut soda akan membentuk emulsi stabil karena asam lemak bebas dalam
larutan bereaksi dengan soda membentuk sabun. Pada tabung 3, mengisi 2 mL air, 2 tetes
minyak kelapa murni, dan 2 tetes larutan sabun. Kemudian dikocok dengan kuat dan
dibiarkan beberapa saat. Hasilnya adalah minyak hilang dan berbusa. Tabung 3 terjadi
pembentukan emulsi karena perubahan yang terjadi sesuai dengan dasar teori dan sabun
mampu menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan yang biasa disebut
pengemulsi. Pada tabung 4, mengisi 2 mL larutan albumin 2% dan 2 tetes minyak kelapa
murni. Kemudian dikocok dengan kuat dan dibiarkan beberapa saat. Hasilnya adalah minyak
hilang atau tercampur. Tabung 4 terjadi pembentukan emulsi karena perubahan yang terjadi
sesuai dengan dasar teori dan mampu menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase
cairan yang biasa disebut pengemulsi. Pada tabung 5, seharusnya menggunakan empedu
namun kami tidak membawa bahannya pada saat praktikum. Menurut literatur larutan
empedu ditambahkan 2 tetes minyak kelapa, kedua larutan tersebut dapat larut. Hal ini terjadi
karena di dalam larutan empedu terdapat garam empedu yang berperan sebagai emulsifier
yang dapat menurunkan nilai tegangan permukaan diantara kedua fase cairan.
Jadi pada sample pertama yang mengalami pembentukan emulsi adalah pada tabung 3 dan 4
sedangkan yang tidak mengalami pembentukan emulsi pada tabung 1 dan 2.
Sample kedua yang kami gunakan adalah minyak kelapa curah. Pada tabung 1,
mengisi 2 mL air dan 2 tetes minyak kelapa curah. Kemudian dikocok dengan kuat dan
dibiarkan beberapa saat. Hasilnya adalah berwarna bening, minyak tidak menyatu (minyak
diatas). Tabung 1 tidak terjadi pembentukan emulsi karena perubahan yang terjadi tidak
sesuai dengan dasar teori dan air yang memiliki ikatan hidrogen yang menyebabkan sifat
polar yang sangat susah larut dalam minyak yang bersifat nonpolar sehingga kedua cairan
saling memisah. Pada tabung 2, mengisi 2 mL air, 2 tetes minyak kelapa curah, dan 2 tetes
larutan Na2CO3 0,5%. Kemudian dikocok dengan kuat dan dibiarkan beberapa saat. Hasilnya
adalah berwarna bening, terdapat gumpalan diatas berwarna putih. Tabung 2 terbentuk emulsi
yang tidak stabil karena adanya air pada campuran tersebut sehingga walaupun sebenarnya
minyak dalam pelarut soda akan membentuk emulsi stabil karena asam lemak bebas dalam
larutan bereaksi dengan soda membentuk sabun. Pada tabung 3, mengisi 2 mL air, 2 tetes
minyak kelapa curah, dan 2 tetes larutan sabun. Kemudian dikocok dengan kuat dan
dibiarkan beberapa saat. Hasilnya adalah minyak hilang dan berbusa. Tabung 3 terjadi
pembentukan emulsi karena perubahan yang terjadi sesuai dengan dasar teori dan sabun
mampu menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan yang biasa disebut
pengemulsi. Pada tabung 4, mengisi 2 mL larutan albumin 2% dan 2 tetes minyak kelapa
curah. Kemudian dikocok dengan kuat dan dibiarkan beberapa saat. Hasilnya adalah minyak
hilang atau tercampur. Tabung 4 terjadi pembentukan emulsi karena perubahan yang terjadi
sesuai dengan dasar teori dan mampu menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase
cairan yang biasa disebut pengemulsi.
Jadi pada sample kedua yang mengalami pembentukan emulsi adalah pada tabung 3 dan 4
sedangkan yang tidak mengalami pembentukan emulsi pada tabung 1 dan 2.
Sample ketiga yang kami gunakan adalah minyak kelapa tengik. Pada tabung 1,
mengisi 2 mL air dan 2 tetes minyak kelapa tengik. Kemudian dikocok dengan kuat dan
dibiarkan beberapa saat. Hasilnya adalah terjadi emulsi, berwarna bening dan terdapat
lingkaran cincin kuning. Tabung 1 mengalami pembentukan emulsi mungkin karena minyak
yang tengik sehingga dapat menyatu dengan air yang bersifat polar. Pada tabung 2, mengisi
2 mL air, 2 tetes minyak kelapa tengik, dan 2 tetes larutan Na2CO3 0,5%. Kemudian dikocok
dengan kuat dan dibiarkan beberapa saat. Hasilnya adalah terjadi emulsi, warna keruh dan
terdapat lingkaran cincin kuning. Tabung 2 mengalami pembentukan emulsi mungkin karena
minyak yang tengik sehingga dapat menyatu dengan air yang bersifat polar dan larutan soda.
Pada tabung 3, mengisi 2 mL air, 2 tetes minyak kelapa tengik, dan 2 tetes larutan sabun.
Kemudian dikocok dengan kuat dan dibiarkan beberapa saat. Hasilnya adalah tidak terjadi
emulsi, warna keruh dan terdapat lingkaran cincin kuning. Tabung 3 tidak terjadi
pembentukan emulsi mungkin karena minyak yang tengik sehingga minyak tidak dapat
menyatu dengan sabun yang merupakan larutan emulsifier. Pada tabung 4, mengisi 2 mL
larutan albumin 2% dan 2 tetes minyak kelapa tengik. Kemudian dikocok dengan kuat dan
dibiarkan beberapa saat. Hasilnya adalah terjadi emulsi, berwarna coklat, terdapat lingkaran
cincin warna coklat tua dibawah dan coklat diatas. Tabung 4 terjadi pembentukan emulsi
karena perubahan yang terjadi sesuai dengan dasar teori.
Jadi pada sample ketiga yang mengalami pembentukan emulsi adalah pada tabung 1,2, dan 4
sedangkan pada tabung 3 tidak mengalami pembentukan emulsi.
Minyak murni umunya bersifat netral, sedangkan yang sudah tengik bersifat asam.
Hal ini disebabkan minyak mengalami hidrolisis dan oksidasi menghasilkan aldehida, keton,
dan asam-asam lemak bebas. Proses ketengikan pada lemak atau minyak dapat dipetcepat
oleh adanya cahaya, kelembaban, pemanasan, aksi mikroba, dan katalis logam tertentu.
Sebaliknya zat yang dapat menghambat terjadinya proses ketengikan disebut antioksidasi.
Pada praktikum kami menggunakan beberapa sample dan kertas lakmus yaitu:
Pada sample pertama yang kami gunakan adalah minyak kelapa murni. Meneteskan
beberapa tetes minyak kelapa murni pada porselen tetes. Kemudian menguji dengan
menggunakan kertas lakmus. Hasilnya adalah pada kertas lakmus merah terjadi perubahan
warna menjadi warna coklat muda dan pada kertas lakmus biru terjadi perubahan warna
menjadi warna biru keabu-abuan. Hal ini membuktikan bahwa hasil akhir yang terjadi tidak
sesuai dengan dasar teori seharusnya perubahan warna yang terjadi tetap sesuai warna kertas
lakmus karena minyak kelapa murni bersifat netral. Kemungkinan terjadi kesalahan atau
faktor penyimpangan pada sample ini diantaranya kondisi larutan yang tidak memungkinkan,
alat yang digunakan kurang bersih ketika dicuci, dan terjadi kesalahan pada praktikan.
Pada sample kedua yang kami gunakan adalah minyak kelapa curah. Meneteskan
beberapa tetes minyak kelapa curah pada porselen tetes. Kemudian menguji dengan
menggunakan kertas lakmus. Hasilnya adalah pada kertas lakmus merah terjadi perubahan
warna menjadi warna coklat muda dan pada kertas lakmus biru terjadi perubahan warna
menjadi warna biru keabu-abuan. Hal ini membuktikan bahwa hasil akhir yang terjadi tidak
sesuai dengan dasar teori seharusnya perubahan warna yang terjadi tetap sesuai warna kertas
lakmus karena minyak kelapa curah bersifat netral. Kemungkinan terjadi kesalahan atau
faktor penyimpangan pada sample ini diantaranya kondisi larutan yang tidak memungkinkan,
alat yang digunakan kurang bersih ketika dicuci, dan terjadi kesalahan pada praktikan.
Pada sample ketiga yang kami gunakan adalah minyak kelapa tengik. Meneteskan
beberapa tetes minyak kelapa tengik pada porselen tetes. Kemudian menguji dengan
menggunakan kertas lakmus. Hasilnya adalah pada kertas lakmus merah terjadi perubahan
warna menjadi warna coklat tua dan pada kertas lakmus biru terjadi perubahan warna
menjadi warna ungu. Hal ini membuktikan bahwa hasil akhir yang terjadi tidak sesuai dengan
dasar teori seharusnya pada kertas lakmus merah tetap berwarna merah dan pada kertas
lakmus biru berwarna merah karena minyak kelapa curah bersifat asam. Kemungkinan
terjadi kesalahan atau faktor penyimpangan pada sample ini diantaranya kondisi larutan yang
tidak memungkinkan, alat yang digunakan kurang bersih ketika dicuci, dan terjadi kesalahan
pada praktikan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Lipid tidak larut dalam air (pelarut polar) sedangakan larut dalam pelarut nonpolar
misalnya eter, kloroform, dan Na2CO3. Penambahan minyak kelapa terhadap sabun, Na2CO3,
eter dan larutan empedu membentuk emulsi yang stabil sedangkan pada air tidak membentuk
emulsi. Minyak tengik bersifat lebih asam dibandingkan minyak murni dan minyak curah.
Minyak membentuk endapan pada saat uji penyabunan yang disebabkan oleh kemampuannya
untuk mengendapkan ion Mg, Ca dan alkali tanah. Semakin banyak endapan yang terbentuk
berarti semakin sadah.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Mata Kuliah Biokimia. 2017. Petunjuk Praktikum Biokimia. Jember : Universitas
Muhammadiyah Jember.