Anda di halaman 1dari 11

PEMBAHASAN

Untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal, dibutuhkan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit. Faktor-faktor ini harus benar-benar
dimengerti oleh pimpinan kebun, agar hasil produksi yang berkualitas dapat tercapai. Beberapa
faktor tersebut adalah sistem panen, taksasi panen, seksi panen, rotasi panen, kriteria matang
panen, peralatan panen, pelaksanaan panen, transportasi panen, premi panen, denda potong buah
dan data produksi.

Sistem Panen. Sistem organisasi panen yang diterapkan Minamas Plantation dikenal ada
dua macam yaitu Block Harvesting System Non Division Of Labour (BHS Non DOL) dan Block
Harvesting System by Division Of Labour (BHS by DOL). BHS Non DOL adalah sistem panen
yang menerapkan dengan satu pemanen saja yang melakukan kegiatan pemotongan tandan buah
masak di pokok, mengutip berondolan sampai dengan mengantar tandan buah masak ke tempat
pengumpul hasil. Sedangkan BHS by DOL adalah sistem panen yang menerapkan dengan
beberapa orang untuk melakukan pemotongan tandan buah masak pada pokok, mengutip
berondolan dan mengantar TBS ke tempat pengumpul hasil. BHS by DOL terbagi atas dua
macam, yaitu BHS by DOL 2 dan BHS by DOL 3. BHS by DOL-2 adalah sistem panen yang
menggunakan 2 tenaga kerja/hancak panen untuk melakukan kegiatan potong buah dan
pengutipan berondolan, sedangkan BHS by DOL-3 menggunakan 3 tenaga kerja
pemanen/hancak panen untuk melakukan kegiatan potong buah, pengutipan berondolan dan
mengantar tandan buah segar ke tempat pengumpul hasil. Di divisi I APE, sistem yang
digunakan adalah BHS Non DOL, pengerjaan potong buah, pengutipan berondolan sampai
dengan mengantar buah ke tempat pengumpul hasil dilakukan hanya satu orang saja. Hal ini
bertujuan untuk menghemat biaya kegiatan panen karena sistem yang lain dianggap banyak
menggunakan tenaga kerja.
Dalam pembagian hancak baik itu hancak mandor atau hancak pamanen, divisi I APE
menerapkan sistem pambagian hancak tetap. Maksud dari hancak tetap adalah, hancak yang
diberikan kepada mandor dan tenaga penen tidak berubah ubah setiap pusinganya, apabila pada
pusingan 1 di hancak A, maka pada pusingan di areal seksi yang sama mandor akan kembali
pada hancak A tersebut. Hancak mandor dibagi menjadi 2 atas areal yang akan dipanen, contoh
pada blok A015 yang luasnya mencapai 79.23 ha, luas tersebut dibagi dua terhadap kemandoran
panen yang tersedia di divisi I APE. Karena mandor panen yang tersedia di divisi I APE ada 2
mandor panen, maka masing masing mandor panen mendapat luasan 39.6 ha untuk diawasi.
Berikut gambaran terhadap pembagian hancak mandor.

Gambar Pembagian Hancak Mandor

Kriteria Matang Panen. Buah kelapa sawit dikatakan masak apabila terjadi perubahan
pada warna kulit, buah akan berubah menjadi warna merah jingga ketika masak. Kandungan
minyak dalam buah akan mencapai maksimal dalam keadaan masak, sehingga apabila buah
sudah mencapai kandungan minyak maksimal, maka buah tersebut akan jatuh atau yang biasa
disebut “membrondol”. Pada umumnya, perusahaan kelapa sawit di Indonesia menggunakan
standar matang panen berdasarkan jumlah berondolan. Tanaman berumur kurang dari 10 tahun
bisa mencapai brondolan kurang lebih 10 butir/pokok dan tanaman yang berumur lebih dari 10
tahun dengan jumlah brondolan 15-20 butir/pokok. Secara otomatis, terdapat 2 brondolan setiap
1 kg TBS (Hartanto 2011). Di divisi I APE, tanaman menghasilkan sudah mencapai umur lebih
dari 10 tahun sehingga kriteria matang panen menggunakan minimal 10 butir brondolan/pokok.
Berat Janjang Rata-rata (BJR) mencapai 15 kg/TBS. Menurut pangamatan penulis di lapangan,
kriteria matang buah dapat dilihat pada gambar berikut :

Taksasi Produksi. Kegiatan taksasi panen di divisi I APE dilakukan pada sore hari antara pukul
15.00-17.00, kegiatan dilakukan oleh masing masing kemandoran panen pada hancak yang akan
dipanen pada esok harinya. Melalui taksasi kita dapat mengetahui angka kerapatan panen,
perkiraan produksi, jumlah tenaga kerja dan kebutuhan transportasi. Berikut cara perhitungan
taksasi panen yang dilakukan penulis di blok A016 divisi I APE :

Pada blok A016 diketahui sebagai berikut

· Luas blok = 75 ha yang di panen 37,5 hektar/mandoran


· Jumlah pokok /Ha = 136
· Basis borong /HK = 1300 kg
· Berat Janjang Rata-rata (BJR)= 15 kg/TBS
· Pengangkutan TBS setiap truk = 6 Ton dengan 3 trip
· Standar luas yang dicapai TK = 3 Ha

Pada pengambilan sempel didapatkan janjang yang masak sebanyak 34 janjang dari 150
sempel, hingga diketahui AKP nya adalah :
= 22 %
Dengan mendapatkan nilai AKP, kita dapat menentukan perkiraan produksi panen,
kebutuhan tenaga panen, kebutuhan transportasi dan luasan hektar yang akan dipanen

· Perkiraan Produksi = Jumlah Pokok /Ha x Hektaran Panen x BJR x AKP

= 16.830 Kg TBS
·
= 12.9 ( 13 TK)
·
= 2.8 ( 3 Truk )
· Luasan Hektar yang dipanen = Kebutuhan Pemanen x Standar luasan yang
Harus dicapai pemanen
= 13 TK x 3 Ha
= 39.5 Ha
Dari taksasi tersebut kita dapat mengetahui AKP sebesar 22 % sehingga perkiraan
produksi mencapai 16.830 Kg TBS, kebutuhan tenaga kerja sebanyak 13 TK, kebutuhan
transportasi TBS sebanyak 3 buah Truk PS dan perkiraan luasan yang akan dipanen adalah 39.5
ha, hal ini tentu saja melebihi dari angka pasti dari luas hektar yang dipanen yaitu 37.5 Ha.
Namun, itu berarti menunjukkan dengan tenaga kerja yang sudah diperhitungkan yaitu sebanyak
13 TK dapat memenuhi luasan panen seluas 37.5 ha.
Pada tabel berikut ini akan membandingkan perhitungan taksasi dengan hasil nyata yang
diperoleh oleh mandor panen di divisi I APE selama 7 hari :

Tabel 6. Perbedaan perhitungan taksasi panen dengan hasil nyata yang didapat
Har Hasil Nyata (Kg) Perhitungan Taksasi Perbedaan hitungan
i (Kg) taksasi dengan hasil nyata
(kg)
1 41.064 40.600 -464

2 39.850 50.000 10.150


3 57.610 39.000 -18.610
4 31.653 30.000 -1.653
5 85.379 45.000 -40.379
6 33.088 49.400 16.088

7 38.260 35.000 -3.260


Sumber : Laporan Produksi Harian (LPH) tahun 2013/2014

Menurut data LPH diatas, perhitungan taksasi mandor panen divisi I APE tidak selalu
benar. Menurut hasil wawancara penulis dengan asisten divisi I APE, taksasi panen memang
tidak selamanya benar dengan hasil yang didapat, namun diharapkan hasil taksasi tidak berbeda
jauh dengan hasil yang didapat. hasil taksasi sebainya tidak melebihi 50 % dari hasil yang
didapat, baik lebih ataupun kurang. Karena akan berpengaruh pada pengadaan transportasi dan
tenaga kerja panen.

Seksi Panen. Seksi panen merupakan pengumpulan blok-blok areal TM. Seksi panen
berfungsi sebagai kerangka area kerja yang harus bisa diselesaikan dalam satu hari panen atau
satu rotasi panen. Sehingga, seksi panen dapat membantu kontrol mandor ataupun asisten,
mempermudah pindah hancak dari satu blok ke blok lainya dan pengangkutan TBS lebih efesien.
Penetapan seksi panen dibuat menyerupai arah putaran jarum jam, sedangkan penetapan luas
setiap seksi dihitung berdasarkan hasil sensus produksi semester (Pahan 2006). Di Aneka
Persada Estate terdapat 6 seksi panen, yaitu seksi A,B,C,D,E dan F. seksi ini memiliki luasan
yang berbeda-beda, penetapan seksi panen mempertimbangkan beberapa hal yaitu jumlah rotasi
panen, luas areal TM, lama jam kerja dan hasil identifikasi potensi produksi. Berikut gambaran
areal seksi panen divisi I APE.

Gambar 30. Areal seksi panen

Pada gambar terdapat 6 seksi panen yang harus diselesaikan dalam rotasi panen. Seksi
panen tersebut memiliki luasan yang berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh pertimbangan atas
identifikasi potensi produksi atau taksasi produksi semester. Blok yang dianggap memiliki
potensi produksi sedikit digabungkan dengan blok-blok serupa sehinga dalam satu seksi terdapat
luasan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan blok yang dianggap memiliki produksi tinggi.
Contohnya pada seksi F yang luasnya mencapai 163.77 Ha, apabila dibandingkan dengan seksi
D, maka luas tersebut lebih dari dua kali lipat dari seksi F. Penetapan luas seksi ini
dipertimbangkan atas blok-blok yang ada di seksi F memiliki potensi produksi yang kecil apabila
dibandingkan dengan seksi D.
Menurut Pahan (2006), penetepan seksi panen dibuat menyerupai putaran arah jam,
namun berbeda dengan yang dilakukan di divisi I APE yang urutan seksi panennya berbanding
terbalik dengan arah putaran jam. Seksi panen dari A,B,C,D,E dan F di buat muai dari ujung
barat menuju ke timur.

Rotasi/Pusingan Panen. Rotasi/pusingan panen merupakan waktu yang diperlukan


antara panen pertama sampai dengan panen terahir di areal/seksi yang sama. Penetapan rotasi
panen berguna untuk menentukan produksi TBS, kualitas/mutu buah dan mutu transport.
Pusingan panen dapat dikatakan normal apabila memenuhi beberapa hal yaitu :
· 7 hari pusingan panen mencapai, artinya dibutuhkan waktu 7 hari untuk memanen seluruh
seksi panen.
· Satu seksi panen diselesaikan dalam satu/dua hari, lebih dari itu maka pusingan panen tidak
bisa diakatakan normal
· Apabila mengulang rotasi panen, pelaksanaan panen terjadi pada hari yang sama dan areal
yang sama.

Pusingan yang yang tinggi ( > 7 hari ) akan disebabkan oleh beberapa hal
yaitu :
· Tenaga panen tidak tercukupi, tenaga panen yang ada dialihkan ke kegiatan teknis lainya
sehingga berakibat pusingan panen lebih dari 7 hari
· Tingkat ketidak hadiran pemanen tinggi, sehingga berakibat tidak adanya tenaga panen untuk
melaksanakn kegiatan potong buah pada hancak si pemanen tersebut
· Panen puncak, mengakibatkan pemanen kualahan untuk melakukan potong buah karena
kondisi buah yang sedang banyak, sehingga dibutuhkan waktu 1 atau 2 hari untuk menyelesaikan
hancak dalam satu seksi.
· Curah hujan tinggi, kondisi curah hujan yang tinggi apalagi hujan pada saat jam kerja
memaksa pemanen memutuskan untuk tidak bekerja dan melanjutkannya pada esok hari,
sehingga berakibat penyelesaian satu seksi panen lebih dari 1 atau 2 hari.

Pusingan yang tinggi tersebut dapat mengakibatkan beberapa hal, yaitu :


· Munculnya buah over ripe atau buah terlalu matang, hal ini dikarenakan pemanen tidak
mampu mengejar pusingan yang tinggi sehingga buah lambat dipanen
· Buah restan atau buah tidak diantar ke pabrik selama 24 jam, kondisi buah yang banyak
mengakibatkan sistem pengangkutan tidak mampu mengangkut TBS ke pabrik
· Potensi losses atau kerugian tinggi, banyaknya TBS dan brondolan di hancak memungkinkan
pemanen tidak mengutip dan membawanya ke TPH karena kondisi buah yang banyak sehingga
biasanya terjadi buah tidak dipanen dan brondolan tinggal
· Kenaikan asam lemak basa pada hasil olahan kelapa sawit yaitu CPO, adanya buah restan,
buah terlalu masak atau terangkutnya brondolan yang sudah membusuk mengakibatkan
tingginya asam lemak basa pada CPO.
Peralatan Panen. Penggunan alat panen yang tepat akan mengehemat waktu pekerjaan
dan menjaga kualitas TBS dan brondolan yang dihasilkan. Di divisi I APE, tanaman
mengahasilkan sudah mencapai umur lebih dari 10 tahun, maka pemanenan menggunakan egrek
sebagai alat utama unuk memotong buah. Selain egrek, pemanenan menggunakan alat lainya
untuk memperlancar kegiata pemanenan. Alat tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 7. Peralatan Panen


Alat Gambar Kegunaan
Untuk memotong pelepah dan TBS di
pokok

Egrek

Untuk memotong gagang panjang


yang ada di TBS

Kampak
Untuk mengangkat TBS ke angkong
atau menyusun TBS di TPH

Gancu
Untuk mengangkut TBS menuju TPH

Angkong
Untuk menaruh brondolan

Karung

Sumber : Pengamatan penulis 2014

Alat-alat panen yang terdapat pada tabel diatas, disediakan oleh perusahaan. Setiap
karyawan baru yang masuk sebagai tenaga panen, akan diberikan tanggung jawab untuk menjaga
alat-alat tersebut dengan baik. Setiap pagi, pemanen harus mengecek kondisi alat, apabila
ditemukan kerusakan pemanen akan melapor kepada mandor untuk diperbaiki ataupun diganti
dengan yang baru. Selepas pulang bekerja, alat-alat ini dibawa pulang oleh pemanen dan
disimpan di rumah masing-masing. Masalah yang sering ditemui terhadap penggunaan alat
panen ini adalah alat tidak diletakkan diposisi yang aman sehingga membahayakan bagi
pemanen, alat tidak diberikan pelindung sehingga berakibat munculnya kecelakaan tenaga kerja
dan pemanen biasanya lupa membawa pulang peralatan panen sehingga alat panen yang
tertingga di hancak akan hilang.
Pelaksanaan Panen. Kegiatan panen dimulai dari lingkaran pagi oleh mandor panen
kepada tenaga panen. Dalam lingkaran pagi, mandor memberikan evaluasi kegiatan panen yang
berlangsung pada hari sebelumnya, selain itu mandor juga membagikan hancak kepada pemanen
dan memberikan arahan, lingkaran pagi berlangsung selama 15-20 menit dimulai pada pukul
06.00. Selepas itu, pemanen bersiap-siap menuju hancak dengan membawa seluruh peralatan
panen. Setelah di hancak, pemanen mencari buah yang masak dengan melihat 10 brondolan atau
lebih di piringan, apabila menjumpainya maka pemanen wajib memotong buah yang ada di
pokok. Pemotongan TBS sebisa mungkin tidak memotong pelepah, hal ini dimaksudkan untuk
menjaga jumlah pelepah agar tidak terjadi over pruning yang mengakibatkan terganggunya
proses fotosintesis. Namun, apabila tidak memungkinkan untuk tidak memotong TBS tanpa
memotong pelepah, maka pemanen dianjurkan untuk memotong pelapah dan menyusunya di
gawangan mati dengan membentuk u shape front staking. Setelah dua pasar rintis dipotong maka
pemanen akan mengutip seluruh brondolan yang berada di piringan, gawangan mati, jalan rintis
dan yang berada pada pokok. Brondolan tersebut dimasukkan ke dalam karung berondolan.
Penggunaan karung sebagai alas brondolan sebenarnya tidak dianjurkan dalam Standar
Operating Procedure (SOP), brondolan yang dimasukkan kedalam karung dapat menyebabkan
brondolan cepat membusuk. Brondolan seharunya dimasukkan kedalam jaring brondolan
khsusus yang besarnya menyerupai karung. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka brondolan
wajib dikirim ke pabrik agar tidak menimbulkan asam lemak basa yang tingi pada hasil olahan
kelapa sawit yaitu CPO. Selain mengutip brondolan, pemanen juga mengangkut TBS yang
sudah di potong ke Tempat Pengumpul Hasil (TPH) dengan menggunakan angkong. Di TPH,
pemanen memotong gagang panjang pada TBS, pemotongan gagang panjang membentuk v-cut.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi penyerapan minyak kelapa sawit terhadap gagang, sehingga
pemotongan gagang secara v-cut merupakan tindakan maksimal untuk mengurangi kerugian.
Pemanen disarankan untuk mengantrikan buah di TPH pada pukul 08.00, karena diharapkan
proeses pengangkutan kelapa sawit ke pabrik dapat berlangsung secara cepat sehingga tidak
menimbulakan buah restan. Setelah TBS diperiksa oleh kerani cek sawit, maka TBS diangkut
dan diantar ke PKS.
Gambar 31. Pelaksanaan panen

Transportasi Panen. TBS yang baru dipanen harus segera dikirim selambat-lambatnya
24 jam ke pabrik kelapa sawit untuk dilakukan pengolahan. Apabila melebihi dari 24 jam maka
buah akan mengalami restan sehingga mempengaruhi hasil olahan kelapa sawit. Oleh karena itu,
perlu adanya pengelolaan transportasi panen yang baik agar setiap harinya transportasi panen
terpenuhi. Transportasi yang dimaksudkan adalah pengangkutan TBS dan brondolan mulai dari
TPH menuju pabrik kelapa sawit. Di divisi I APE, pengangkutan TBS dan brondolan dilakukan
secara terpisah. Hal ini dimaksudkan untuk mengelola brondolan agar tidak terjadi banyak
kerugian. Pengangkutan TBS menggunakan truk Mitsubishi colt dieser 125 PS, truk ini dapat
mengangkut TBS sebanyak 6-7 ton/trip. Dalam satu hari biasanya truk ini dapat mengangkut
TBS ke pabrik sebanyak 3 kali atau 3 trip, namun tergantung pada banyaknya buah yang dipanen
pada hari itu. Selain itu, pengangkutan TBS juga menggunakan truk besar jenis Hino FG 210 PS,
truk ini dapat menampung TBS sebanyak 8-9 ton/trip. Dalam satu hari biasanya truk ini dapat
mengirim TBS ke pabrik sebanyak 2 kali atau 2 trip. Truk ini biasanya digunakan pada saat
keadaan buah mengalami peak crop (panen puncak).
Berbeda dengan pengangkutan TBS, pengangkutan brondolan menggunakan mobil pick
up. Pengangkutan brondolan dilakukan pada pukul 12.00, hal ini dikarenakan pemeriksaan
brondolan oleh kerani brondolan yang baru selesai pada jam tersebut. Dalam satu hari, biasanya
mobil ini dapat mengangkut brondolan sebanyak 400-500 kg untuk dikirim ke pabrik kelapa
sawit.

(a) (b)
Gambar 32. (a) Pengangkutan TBS, (b) Pengangkutan brondolan

Pengadaan alat-alat transportasi ini disediakan oleh perusahaan. Alat-alat transportasi ini
dikelola oleh traksi yang ada di Aneka Persada Estate. Menurut Pahan (2006), kegiatan traksi di
perkebunan kelapa sawit diarahkan untuk menjamin kelancaran pengangkutan produksi TBS
kelapa sawit ke PKS. Selain itu, traksi juga bertanggung jawab dalam pengelolaan sarana listrik,
pompa air, jalan, jembatan dan sebagainya.

Premi Panen. Premi tidak lepas kaitanya dengan basis, basis merupakan hasil standar
kerja yang ditetapkan oleh perusahaan. Di Divisi I APE, basis panen yang harus dicapai seorang
pemanen adalah 1300 kg pada hari biasa, sedangkan pada hari Jumat 930 kg. Premi akan
diberikan kepada pemanen apabila pemanen tersebut mampu mencapai basis atau melebihi basis.
Premi di divisi I APE di bagi atas dua macam yaitu, premi siap borong dan premi lebih borong.
Premi siap borong merupakan premi yang diberikan kepada pemanen apabila sudah mencapai
basis, sedangkan premi lebih borong diberikan kepada pemanen jika pemanen melebihi basis
yang sudah ditentukan pada hari tersebut.
Sistem premi tidak hanya diperuntukan bagi tenaga kerja pemanen, premi juga diberikan
kepada mandor, kerani cek sawit dan mandor 1. Walaupun sitem premi ini diberikan kepada
seluruh organisasi panen terkecuali asisten divisi, besaran premi setiap jabatan berbeda-beda. Hal
ini tentu saja disebabkan oleh kapasitas tanggung jawab yang dimiliki setiap jabatan berbeda.
Contoh, pada premi yang diberikan kepada mador 1 didapat dari total jumlah premi hari ini
dibagi dengan jumlah tenaga kerja yang masuk kemudian di kalikan dengan 125 %. Angka ini
lebih besar dari premi yang didapatkan dari seorang mandor panen yang dikalikan 150 %, hal ini
tentu saja berhubungan dengan kapasitas tanggung jawab seorang mandor panen lebih besar dari
mandor 1. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai basis dan premi panen yang diterapkan di
Divisi I APE:
· Basis
Basis borong = 1300 kg
= 930 kg pada hari Jumat
Basis Lebih borong = > 1300 kg
= > 930 kg pada hari Jumat
· Premi TBS
Premi basis borong pemanen = Rp 13.500,- /basis borong
Premi lebih borong pemanen = Rp 45,-/ kg
panen = Total jumlah premi hari ini / jumlah HK
panen x 150 %
Cek sawit = Total jumlah premi hari ini / jumlah HK
panen x 125 %
r1 = Total jumlah premi hari ini / jumlah HK
panen x 125 %
· Premi brondolan
Premi pemanen = Rp. 140,-/kg
panen = Total seluruh brondolan yang didapat x Rp 5,- /kg
brondolan = Total seluruh brondolan yang didapat x Rp 8,- /kg
1 = Total seluruh brondolan yang didapat x Rp 2,- /kg

Denda Potong Buah. Pembuatan denda potong buah bertujuan untuk memberikan rasa
pembelajaran terhadapa kesalahan yang dibuat oleh karyawan sehingga muncul rasa kehati-
hatian terhadap karyawan maupun pengawas kegiatan agar tidak terjadi kesalahan. Sistem denda
yang ada di Divisi I APE ditujukan kepada seluruh organisasi panen selain asisten divisi, berikut
tabel yang menjelaskan tentang denda panen.
Tabel 8. Denda potong buah untuk pemanen
Jenis kesalahan Besaran denda
Potong buah mentah Rp. 10.000,-/ Janjang
Buah Underrip dipanen Rp. 5.000,-/Janjang
Buah masak tidak dipanen Rp. 10.000,-/Janjang
Buah dipotong tinggal di hancak Rp. 7.500,-/Janjang
Brondolan tidak dikutip Rp. 1.000,-/Pokok
Memotong buah tidak sempurna Rp. 500,-/Pokok
Buah tidak diantrikan di TPH Rp. 250,-/Janjang
Brondolan banyak sampah Rp. 10,- /Kg
Gagang panjang lebih dari 3 cm Rp. 500,-/Janjang
Pelepah sengkleh Rp. 1.000,-/Pelepah
Buah busuk/ tidak diketek Rp. 500,- /Janjang
Over prunning Rp. 1.000,-/Pokok
Sumber : Kantor divisi I APE

Apabila mandor melakukan denda terhadap pemanen, maka denda tersebut tidak berlaku
bagi mandor. Selain itu, perhitungan kerani cek sawit apabila melakukan denda terhadap
pemanen dilakukan dengan perhitungan premi krani digunakan premi total hari ini yang belum
dikurangi oleh denda tersebut. Namun berbeda dengan mandor yang perhitungan preminya
digunakan dari total sisa premi hari ini atau setelah dikurangi denda. Pemberian denda khusus
kepada lever supervisi dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 9. Denda potong buah untuk supervisi


Jenis Kesalahan Kerani Panen Mandor Panen Mandor 1

Unripe tidak dicatat di LPB- Premi pada - -


SKU hari tersebut
tidak dibayar
Ripe < 92 % Premi pada Premi pada hari -
hari tersebut tersebut tidak
tidak dibayar dibayar
Empty Bunch > 5 % - Premi pada hari -
tersebut tidak
dibayar
Tidak melakukan denda Premi pada Premi pada hari -
terhadap kesalahan mutu hari tersebut tersebut tidak
buah tidak dibayar dibayar

Tidak mencatat jumlah Premi pada - -


janjang dengan benar hari tersebut
tidak dibayar
Brondolan tinggal >2 - Premi pada hari -
brondolan/pokok pada saat tersebut tidak
pemeriksaan PSQM dibayar

Brondolan tinggal >2 - Premi pada hari Sanksi


brondolan/pokok dan atau tersebut tidak Adminstratif
buah tinggal pada saat dibayar
kunjungan manajemen

Brondolan tinggal >2 - Premi pada hari Sanksi


brondolan/pokok dan atau tersebut tidak Administratif
buah tinggal pada saat dipotong 50 %
pemeriksaan oleh internal
kebun
Sumber : Kantor Divisi I APE

Produksi. Produktivitas tanaman kelapa sawit adalah berupa tandan buah segar dan
Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). Tanaman kelapa sawit akan
memperlihatkan produktivitasnya pada masa Tanaman Menghasilkan (TM), yaitu pada umur 4
tahun. Produktivitas ini harus dijaga agar terciptanya kontinuitas produksi.
Dibawah ini merupakan data produksi divisi I APE selama 6 tahun terahir yang penulis
himpun, dengan membandingkan budget dan produksi aktual. Data produksi dibawah ini berupa
Tandan Buah Segar (TBS).

Tabel 10. Produksi 6 Tahun terahir (2008-2014) divisi I APE


Tahun Produksi Budget (Ton)
ACT(Ton)
2008-2009 18.121,14 21.053,00
2009-2010 16.173,43 22.403.00
2010-2011 19.805,91 23.367,90
2011-2012 19.890,03 21.803,13
2012-2013 19.670,73 21.341,31
2013-2014 9.894,84 8.496,71
(Juli 2013
Desember 2013)

Rata-rata 17.259,34 19.744,17


Sumber : Kantor besar APE

Budget produksi merupakan angka yang didapat dari hasil taksasi produksi semester.
Dalam satu tahun, terdapat 2 semester yang setiap semester ada 6 bulan. Dari taksasi produksi
semester inilah diketahui produksi setiap blok-blok areal TM dan digunakan sebagai
patokan/standar hasil yang harus dicapai oleh seorang asisten divisi. Data diatas menunjukan
perbandingan budget produksi dengan produksi aktual yang didapat oleh divisi I APE berupa
TBS.
Rata-rata dalam 6 tahun terahir perolehan TBS mencapai 17.259,34 ton/tahun, angka ini
masih dibawah rata-rata budget yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar 19.744,17. Ada
sekitar 2.484,83 Ton perbedaan budget produksi dengan produksi aktual. Hal yang sama terjadi
mulai dari tahun 2008/2009 – 2012/2013, budget produksi selalu lebih besar dibandingkan
dengan produksi aktual.. Menurut hasil wawancara penulis terhadap asisten divisi I APE, selisih
nilai budget dengan produksi aktual sebesar 2.484,83 Ton tidak terlalu jadi masalah, karena dapat
dibuktikan hasil tersebut tidak berpengaruh terhadap pengadaan tenaga kerja. Hanya ditahun
2013-2014 (Juli 2013-Desember 2013) produksi aktual dapat lebih besar dibandingkan budget
produksi. Hal yang demikianlah yang diharapkan oleh perusahaan karena divisi dapat melebihi
standar yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit sehingga
terjadi perbedaan nilai budget produksi dengan hasil produksi aktual. Faktor tersebut adalah
pengaruh dari iklim, iklim sangat berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit, misalnya
pada curah hujan yang rendah, pokok akan lambat berbuah atau buah lambat masak. Selain
iklim, tindakan pemeliharaan tanaman kelapa sawit yang kurang baik akan mengakibatkan buah
sedikit. Contohnya pada kegiatan pemupukan, adanya buah tidak lepas dari kegiatan pemupukan
yang dilakukan, tindakan pemupukan yang tidak benar akan berpengaruh terhadap produktivitas
tanaman kelapa sawit.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Pelaksanaan praktik kerja lapangan di PT Aneka Inti Persada, Aneka Persada Estate telah
memberikan banyak manfaat bagi penulis. Manfaat yang secara langsung dirasakan oleh penulis
adalah bertambahnya pengetahuan dan keterampilan baik dalam aspek teknis ataupun manajerial
dalam bidang perkebunan.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melaksanakan kegiatan magang di divisi I
Aneka Persada Estate, kegiatan panen sudah berjalan cukup baik. Mulai dari persiapan panen
sampai dengan mengangkut buah ke pabrik kelapa sawit, pengelolaannya berjalan dengan lancar.
Hal ini tidak lepas perananya dari sistem panen yang diterapkan oleh divisi I APE, yaitu Block
Harvesting System (BHS). Penerapan BHS yang baik salah satu cirinya adalah pembuatan seksi
panen yang terdiri dari 6 seksi panen, seluruh seksi panen ini harus dicapai dalam rotasi panen
normal yaitu 7 hari. Penerapan rotasi panen yang ada divisi I APE sudah berjalan sesuai dengan
standar yang ditetapkan yaitu 7 hari, hal ini tetap dijaga agar hasil akhir kegiatan panen sesuai
dengan yang diharapkan.
Permasalahan terkadang muncul dalam kegiatan panen, permasalahan tersebut seperti
ketidak disiplinan tenaga panen dalam menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), sehingga
pemanen rentan mengalami kecelakaan kerja. Selain itu, kegiatan pengangkutan hasil panen akan
terhambat saat curah hujan tinggi dikarenakan jalan yang rusak akibat aliran air dipermukaan
tanah (run off) . Hal ini ditambah dengan topografi yang berbukit-bukit.

Saran

Berdasarkan kegiatan magang yang telah dilaksanakan, penulis memiliki saran kepada
beberapa pihak di Aneka Persada Estate. Saran tersebut adalah perlu adanya penerapan denda
APD sehingga menimbulkan rasa kepedulian untuk memakai APD dengan lengkap oleh tenaga
panen. Namun tidak hanya pemberlakuan denda APD saja, karyawan sebaiknya diberikan
penghargaan atas pemakaian APD tersebut. Selain itu, jalan-jalan yang digunakan untuk
pengangkutan buah ke pabrik khususnya collection road agar diberikan drainase yang baik
sehingga proses pengangkutan pada saat curah hujan tinggi tidak menjadi masalah.

Anda mungkin juga menyukai