Anda di halaman 1dari 4

PENEGAKAN DIAGNOSIS

ANAMNESIS1-16
Gejala yang umumnya dikeluhkan pada pasien dengan colitis adalah diare
yang disertai darah dan lendir, nyeri perut, tenesmus, demam dan terkadang
disertai penurunan berat badan. Selain gejala tersebut terdapat variasi gejala yang
ditimbulkan bergantung dengan penyebab terjadinya colitis.
Pada colitis amebik dan shigellosis yang membedakan keduanya adalah
onset timbulnya gejala. Pada colitis amebik gejala dapat timbul setelah 1 – 2
minggu mengonsumsi makanan yg mengandung amoeba (onset lambat) dan
didapatkan riwayat berpergian dari lokasi endemis, sedangkan onset pada
shigellosis berlangsung cepat dengan gejala timbul 1 – 2 hari setelah penderita
mengonsumsi makanan yang terkontaminasi Shigella.
Pada colitis pseudomembran saat dilakukan anamnesis didapatkan riwayat
konsumsi antibiotik baik secara oral maupun intravena sebelumnya. Pada colitis
yang disebabkan tuberculosis didapatkan riwayat kontak dengan pasien TB atau
terdapat riwayat TB sebelumnya, keluhan keringat malam, dan konstipasi
Secara umum yang didapatkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik
penderita Crohn’s Disease dengan Colitis Ulserative adalah sama yaitu gejala
timbul bertahap dan progresif. Terdapat keluhan ekstraintestinal seperti terdapat
ruam dan lesi pada kulit (erythema nodosum dan pyoderma gangrenosum), nyeri
pada sendi perifer ataupun axial (arthritis), keluhan pada mata berupa uveitis
maupun gejala pada sclerosis cholangitis, hipertensi portal, dan sirosis.12 Pada
penderita Crohn’s Disease lokasi keluhan nyeri pada perut berdasarkan organ
yang mengalami inflamasi dan adanya keluhan berupa lesi di perianal sedangkan
pada colitis ulcerative nyeri abdomen di rasakan pada perut kiri bawah dan tidak
disertai adanya lesi perianal. 15

PEMERIKSAAN FISIK1-16
Pada pemeriksaan fisik secara umum didapatkan demam tinggi 38℃, nyeri
tekan saat dilakukan palpasi abdomen, bising usus dapat normal atau meningkat,
dan dapat disertai tanda-tanda dehidrasi. Yang membedakan umumnya letak nyeri
tekan pada abdomen.
Pada colitis amebik dapat ditemukan distensi abdomen. Pada colitis
amebik, Shigellosis, colitis tuberkulosa, colitis pseudomembranous nyeri tekan
pada perut terutama pada perut kanan bawah, sedangkan pada colitis ulcerative
nyeri tekan di kuadran kiri bawah, dan pada crohn’s disease nyeri tekan
berdasarkan lokasi terjadinya inflamasi.
Pada colitis tuberculosis pada pemeriksaan fisik dapat teraba massa,
tersering di kuadran kanan bawah, dan didapatkan asites.
Gejala colitis ischemic bermanifestasi dalam hitungan jam dan akan terus
memburuk disertai dengan ketidakstabilan sistemik. Colitis ischemic dapat
menyebabkan systemic inflammatory response syndrome (SIRS) terkait dengan
takikardi, hipotensi, takipnea, dan terjadi peningkatan suhu.
Untuk membedakan crohn’s disease dan colitis ulcerative, pada crohn’s
disease dapat ditemukan fistula perianal.
Penyebab pasti dari colitis dapat dibedakan dan diketahui dengan dilakukan
pemeriksaan penunjang lanjutan.
REFERENSI
1. Fleming R, Cooper CJ, Ramirez-Vegal R. Huerta-Alardin A, Boman D,
Zuckerman MJ. Clinical manifestations and endoscopic findings
of amebic colitis in a United States-Mexico border city: a case series.
BMC Res Notes 2015 8;781:1-9
2. Dhawan VK. Amebiasis Clinical Presentation. Available at
https://emedicine.medscape.com/article/212029-clinical#b1 Accessed
8 Agustus 2018
3. Anorital, Andayasari L. Kajian Epidemiologi Penyakit Infeksi Saluran
Pencernaan yang Disebabkan oleh Amuba di Indonesia. Media Litbang
Kesehatan 2011; 21(1) : 1-9
4. National Center for Emerging and Zoonotic Infectious Diseases .
Shigella – Shigellosis. Available at
https://www.cdc.gov/shigella/pdf/shigella-fact-sheet.pdf Accessed 8
Agustus 2018
5. World Health Organization. Guidelines for the control of shigellosis,
including epidemics due to Shigella dysenteriae type 1. Available at
http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/43252/9241592330.pdf
;jsessionid=DC7909DA330BEDD56549A3B527D68AF4?sequence=1
Accessed 8 Agustus 2018
6. Kroser JA. Shigellosis Clinical Presentation. Available at
https://emedicine.medscape.com/article/182767-clinical Accessed 8
Agustus 2018
7. Oto BT, Fauzi A, Syam AF, Simadibrata M, Abdullah M, Makmun D,
et al. Colitis Tuberculosis. The Indonesian Journal of Gastroenterology,
Hepatology, and Digestive Endoscopy 2010;11(3):143-9
8. Mukewar S, Mukewar S, Ravi R, Prasad A, Dua KS. Colon
Tuberculosis: Endoscopic Features and Prospective Endoscopic
Follow-Up After Anti-Tuberculosis Treatment. Clinical and
Translational Gastroenterology 2012;3(24): 1-9)
9. Farooq PD, Urrunaga NH, Tang DM, Von Rosenvinge EC.
Pseudomembranous Colitis. Dis Mon 2015;61(5):181–206
10. Kumala W. Clostridium difficile: penyebab diare dan kolitis
pseudomembranosa, akibat konsumsi antibiotika yang irasional. J
Kedokter Trisakti 2004; 23(1):34-8
11. Yassin SF. Pseudomembranous Colitis Surgery Clinical Presentation.
Available at https://emedicine.medscape.com/article/193031-
clinical#b4 Accessed 9 Agustus 2018
12. Feuerstein JD, Cheifetz AS. Ulcerative Colitis: Epidemiology,
Diagnosis, and Management. Mayo Clin Proc 2014;89(11):1553-1563
13. Basson MD. Ulcerative Colitis Clinical Presentation. Available at
https://emedicine.medscape.com/article/183084-clinical#b3 Accessed
9 Agustus 2018
14. Kefalides PT. Hanauer SB. Ulcerative Colitis: Diagnosis and
Management Case Study and Commentary. Hospital Physician 2002;
53-63
15. Hart AL, Ng SC. Crohn’s disease. Medicine 2015;1-9
16. Trotter JM, Hunt L. Peter MB. Ischaemic colitis J M Trotter specialist
registrar in general surgery. BMJ 2016;355:1-8

Anda mungkin juga menyukai