Anda di halaman 1dari 4

Buah Tangan Khas Kalimantan di Citra Niaga

Diterbitkan dalam kategori: Kalimantan Timur, Tempat Wisata, Tips & Info
Mengunjungi suatu daerah, sambil jalan-jalan, sambil menikmati suasana, sambil
mengabadikan untuk dijadikan kenangan.
Selain kenangan berupa foto dan cerita ada satu lagi yang harus dibawa pulang! Yup! Itu dia
oleh-oleh khas daerah yang dikunjungi atau apa saja sebagai bukti kalau kita pernah ke sana.
Jika Anda kebetulan berada di Samarinda atau sedang tugas atau sekedar berlibur di
Samarinda, jangan lupa untuk mampir ke komplek perbelanjaan Citra Niaga. Sebuah
komplek tempat berbelanja berbagai hal kebutuhan mulai dari makanan, celana, baju, pernak-
pernik atau oleh-oleh khas Kalimantan semua ada di sini.
Sejarah Citra Niaga Samarinda

Tahun 80an Samarinda masih tergolong sepi,


sebagai sebuah Ibukota Provinsi jumlah penduduk yang hanya kurang lebih 300.000 jiwa
menyisakan ruang yang sangat banyak melihat luasnya Samarinda.
Lambat-laun penduduk Kota Samarinda mulai bertambah dengan pesat, orang-orang datang
dari berbagai tempat untuk mengadu nasib mengingat potensi tambang dan hasil alam yang
dimiliki Kalimantan Timur khususnya.
Dengan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat inilah tercetus sebuah ide untuk
membangun komplek hiburan dan perbelanjaan terlengkap bagi masyarakat, sebuah tempat
yang akan menjadi pusat tujuan untuk memenuhi segala jenis kebutuhan masyarakat Kota
Samarinda.
Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sebuah pusat perbelanjaan, Citra Niaga
juga diperuntukkan untuk menjaring dan menyediakan tempat bagi para pedagang kecil
sebanyak mungkin, itu terlihat dari presentase jumlah pedagang kecil yang mencapai 60%
dan sisanya di isi oleh pedang besar dan menengah.
Pada tahun 1987, tepatnya pada tanggal 27 Agustus 1987, dibangunlah sebuah komplek

perbelanjaan dengan luas mencapai 2,7 Hektar


yang diberi nama “Citra Niaga”. Bangunan-bangunan dikomplek Citra Niaga didominasi oleh
bahan kayu termasuk atapnya menggunakan sirap dari bahan kayu. Tak ayal ini menjadi
magnet bagi masyarakat Kota Samarinda. Mereka berbondong-bondong datang ke komplek
perbelanjaan Citra Niaga, hampir setiap hari Citra Niaga dipenuhi oleh pengunjung, terlebih
lagi di akhir pekan pengunjung yang datang tak hanya bertujuan berbelanja tapi juga mencari
hiburan atau sekedar berjalan-jalan bersama keluarga menikmati keramaian malam dan
hiburan-hiburan di Citra Niaga.
Itu semua tidak lepas dari peran serta sang arsitek jenius Ir. Antonio Ismail, penataan dan
bentuk bangunan yang menarik inilah yang akhirnya mengantarkan Citra Niaga meraih
kejayaan dan hati masyarakat Samarinda pada saat itu.
Kesuksesan ini pulalah yang mengantarkan Citra Niaga pada tahun 1989 terpilih menjadi
pemenang penghargaan di bidang arsitektur yaitu Aga Khan Award for Architecture (AKAA).
Mengalahkan pesaing kuat lainnya yaitu Bandara Soekarno-Hatta.
Pada tanggal 31 Oktober 2006 musibah kebakaran menimpa komplek perbelanjaan Citra
Niaga. Bangunan-bangunan pertokoan di Citra Niaga yang sebagian berbahan dasar kayu
menyebabkan api dengan ganas melahap banyak area pertokoan dan mengharuskan Citra
Niaga dibangun kembali dengan arstitektur baru dan bahan-bahan permanen.
Modernisasi dan investor yang melirik Samarinda sebagai lahan basah mulai berdatangan dan
membangun pusat-pusat perbelanjaan modern seperti Matahari dan mall. Pergesaran budaya
dan kebiasaan akhirnya sedikit-demi sedikit menggerus pengunjung Citra Niaga.
Objek Wisata Belanja

Citra Niaga kini tak seramai dahulu, walau


begitu sisa-sisa kejayaannya masih tampak dengan bertahannya banyak pedagang di komplek
perbelanjaan ini.
Bagi Anda yang ingin mencari oleh-oleh maupun pernak-pernik khas Kalimantan untuk
dibawa pulang sebagai buah tangan atau kenang-kenangan maka Citra Niaga adalah tempat
yang sempurna untuk memenuhi kebutuhan itu.
Berbagai macam oleh-oleh dan makanan khas Kalimantan seperti Amplang Kuku Macan,
berbagai jenis dodol khas Samarinda seperti dodol cempedak, nangka dan-lain-lain dapat
Anda temukan disini. Segala macam aksesoris yang berbahan dasar manik-manik atau batu-
batuan khas masyarakat Dayak seperti ikat kepala, tas, berbagai aksesoris, kalung dan gelang
hingga kain dan pakaian dengan ciri khas Kalimantan.
Kompleks perbelanjaan Citra Niaga buka hingga malam hari jadi Anda tidak perlu khawatir
dengan waktu apabila Anda masih disibukkan dengan berbagai hal di siang hari, Anda dapat
mengunjungi tempat ini di malam hari.

Akses Menuju Citra Niaga


Untuk mencapai Kota Samarinda bagi Anda yang bersal dari luar pulau Anda dapat
memanfaatkan transportasi udara menuju Bandara Sepinggan Balikpapan atau jika Anda
menggunakan transportasi laut Anda dapat menuju dermaga Kariangau Balikpapan. Dari
Balikpapan Anda dapat meneruskan perjalanan menuju Samarinda dengan menggunakan
kendaraan umum seperti bus atau taksi dari terminal Batu Ampar. Perjalanan dari Balikpapan
ke Samarinda memakan waktu kurang lebih 2 jam.
Tips Berbelanja
Jika Anda berbelanja di Citra Niaga, Anda boleh menawar barang yang akan Anda beli.
Teliti barang terlebih dahulu sebelum bertransaksi. Seperti batu-batuan Anda harus bisa
membedakan yang asli dengan yang imitasi. Yang asli biasanya sedikit berat dan tidak terlalu
bening dengan sedikit serat, bentuknya biasanya tidak rapi.
Bagi pengunjung wanita hindari menggunakan sepatu hak tinggi karena Anda akan berjalan
keliling Citra Niaga.
Jagalah kebersihan objek wisata dengan membuang sampah pada tempatnya.
Bermula dari gagasan Gubernur Kalimantan Timur H. Soewandi, untuk membangun
suatu pasar dengan konsep “membangun tanpa menggusur”. Citra Niaga menjadi pasar di
Samarinda yang menjadi Zona Ekonomi Terpadu. Citra Niaga dirancang khusus untuk
mengintegrasikan berbagi golongan ekonomi, mulai dari pedagang miskin/kaki lima hingga
pedagang ekonomi kuat. Konsep pasar ini sendiri diilhami oleh Pasar Quincy, di Boston AS.
Pembiyaan pembangunan dilakukan dengan subsidi silang, Sistem Bapak Angkat, Nantinya
dana yang didapat dari pedagang besar sebagian dipakai untuk menutupi kebutuhan
pembangunan sarana pedagang kaki limanya di sekitarnya.
Hal menarik dari pembangunan ini adalah proses perencanaan pembangunan pasar tersebut.
Dengan konsep “Participatif Project Planning”; yaitu melibatkan seluruh calon pengguna
dalam perencanaan Citra Niaga agar hasil yang dicapai memenuhi aspirasi mereka. Untuk itu,
diadakanlah pertemuan-pertemuan, diskusi-diskusi antara PT. Pandurata sebagai pihak
developer, PT Triaco Widya Cipta sebagai konsultan/perencana, pihak Pemda dan masyarakat
(calon pengguna pasar) yang dalam persiapannya dibantu oleh Lembaga Studi Pembangunan
(LSP), Jakarta. Pendekatan ini ternyata cukup efektif, terbukti dengan tetap berkumpulnya
pedagang lama ketika pasar itu telah selesai dibangun. Tidak seperti kejadian di banyak
pembangunan pasar yang lain, di mana ketika suatu pasar selesai dibangun maka yang
menempati kios-kiosnya adalah justru pedagang baru yang mempunyai modal untuk
menyewa kios, sedang pedagang lama malah tergusur karena tidak mampu membayar sewa.
Sejak pembangunan tahap satu pada tahun 1984, hingga tahun 1987, telah berhasil dibangun
141 Ruko (untuk golongan pedagang ekonomi kuat) 25 Kios, 54 Toko Plaza (untuk pedagang
ekonomi menengah), dan 224 petak yang disediakan cuma-cuma untuk pedagang kaki lima.
Mereka hidup berdampingan dan saling. Pedagang besar tidak akan hidup tanpa kaki lima
yang selama ini menyuplai “jajanan” di sekitar pasar. Mereka pun menyadari bahwa masing-
masing pedagang punya “pasar” sendiri. Bahkan, melalui Koperasi Pasar yang mereka bentuk
sendiri, saat ini pedagang Citra Niaga telah berhasil membangun suatu perumahan mereka.
Atas keberhasilan pembangunan pasar ini beberapa penghargaan diperoleh oleh Citra Niaga.
Penghargaan tersebut adalah Aga Khan Award pada tahun 1989, dan IAI award pada tahun
1991.

Anda mungkin juga menyukai