Anda di halaman 1dari 16

1

I. IDENTIFIKASI MORFOLOGI KELAPA SAWIT

A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara I adalah mengetahui bagian-bagian dari
tanaman kelapa sawit terutama bagian atas yang meliputi: batang, daun
bunga, dan buah kelapa sawit.
B. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Teknik Budidaya Tanaman Tahunan acara I dengan
judul Identifikasi Morfologi Kelapa Sawit dilaksanakan pada :
a. Tempat : Jumantono
b. Hari, tanggal : Sabtu, 7 Oktober 2017
c. Waktu : 07.30-selesai
2. Alat dan Bahan
a. Alat :
1) Sabit
2) Pisau Okulasi
3) Penggaris
4) Alat Tulis
5) Tali Rafia
6) Klinometer
7) Meteran
8) Oven
9) Timbangan
10) Gunting
11) Kertas
b. Bahan
1) Tanaman kelapa sawit dewasa
2) Pelepah daun kelapa sawit
3) Bunga jantan dan bunga betina
4) Buah kelapa sawit

1
2

3. Cara Kerja
a. Identifikasi Batang Kelapa Sawit
1) Menghitung jumlah daun kelapa sawit yang ada dari ujung
sampai pangkal terbawah.
2) Menentukan pola filotaksis/pola duduk daun dalam batang
tanaman kelapa sawit
3) Mengukur panjang satu pelepah daun
4) Mengukur diameter batang bagian bawah
5) Mengukur tinggi tanaman kelapa sawit secara simulasi dengan
menggunakan prinsip trigonometri yaitu :
𝑦1 𝑦2
=
𝑥1 + 𝑥2 𝑥2
y1 = tinggi tanaman
y2 = tinggi pembanding
x1 = jarak antara tanaman dengan pembanding
x2 = jarak antara pengamat dengan pembanding
b. Identifikasi Daun Kelapa Sawit
1) Mengambil satu pelepah daun yang utuh
2) Mengidentifikasi bagian – bagian daun kelapa sawit dan
menulisnya
3) Mengukur panjang pelepah daun (dari ujung pelepah sampai
dengan petiole)
4) Mengukur panjang pelepah total
5) Menghitung jumlah daun dalam satu pelepah dan mengukur
luas daun dan helaian daun kelapa sawit dengan metode
Gravimetri
𝐖𝐫
Rumus Gravimetri : 𝐋𝐃 = × 𝐋𝐊
𝐖𝐭

Wr = berat kertas replikasi daun


Wt = berat kertas total
LK = luas kertas total

2
3

6) Membagi pelepah daun menjadi tiga bagian, selanjutnya setiap


bagian diambil 4 daun, dua dari kiri dan dua lainnya dari kanan
dan daun ynag ditengan dari setiap bagian pelepah tersebut.
7) Menghitung luas daun yang diambil dan dirata – rata untuk
setiap bagiannya
8) Mengalikan rataan luas daun tersebut dengan jumlah helaian
pada setiap bagian
9) Hasil penghitungan luas daun masing-masing bagian kemudian
dijumlahkan
10) Menghitung panjang helaian daun yang terpanjang
c. Identifikasi Alat Reproduksi Kelapa Sawit
1) Menentukan bunga jantan dan bunga betina kelapa sawit
2) Menggambar masing-masing bunga tersebut lengkap dengan
nama bagian-bagiannya
3) Menentukan kemungkinan macam penyerbukan yang mungkin
terjadi pada tanaman kelapa sawit
d. Identifikasi Buah Kelapa Sawit
1) Mengambil buah dari tandan buah kelapa sawit yang ada
2) Mengamati warna bentuk dan ukuran buah mentah dan matang
3) Menggambar buah utuh, penampang melintang buah kelapa
sawit dan memberi keterangan lengkap bagian-bagiannya

3
4

C. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Identifikasi Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guinensis jacq)
No. Identifikasi Gambar Foto Keterangan
1. Batang a. Jumlah daun per
Kelapa pelepah : 256
Sawit b. Panjang pelepah : 510
c. Diameter batang bawah
: 21 cm
d. Tinggi tanaman :
464,70 cm
2. Daun a. Panjang pelepah daun
Kelapa tanpa petiole : 510
Sawit b. Panjang pelepah daun
dengan petiole : 575
c. Luas daun : 10656,6
mm2
d. Panjang helaian daun
terpanjang
3. Alat a. Bunga a. Fungsi bunga jantan :
Reproduksi jantan 1. Alat reproduksi
2. Penghasil aroma
harum
b. Fungsi bunga betina :
b. Bunga 1. Alat reproduksi
betina 2. Penghasil buah
kelapa sawit
4. Buah Bagian-bagian:
Kelapa 1. Eksokarp
Sawit 2. Mesokarp
3. Kernell
4. shell
Sumber :Logbook

4
5

Gambar 1.1 Pola Filotaksis Kelapa Sawit (Elaeis guinensis jacq)

D. Pembahasan
Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24
meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping.
Terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas
untuk mendapatkan tambahan aerasi. Daunnya tersusun majemuk menyirip
seperti jenis palma lainnya. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna
sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya
saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman
diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun
pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip
dengan kelapa.
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon
(monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga
sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk
lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga
sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul
digunakan sebagai tetua jantan.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga
merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan
yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan
minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang,
kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan
buah akan rontok dengan sendirinya. Buah terdiri dari tiga lapisan yaitu

5
6

eksoskarp merupakan bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin;


mesoskarp yang merupakan serabut buah, serta endoskarp merupakan
cangkang pelindung inti. Inti sawit atau kernel yang sebetulnya adalah biji
merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti
berkualitas tinggi.
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit
matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan
tunas (plumula) dan bakal akar (radikula). Menurut Sunarko (2007) kelapa
sawit merupakan tanaman monokotil yaitu batangnya tidak mempunyai
kambium dan tidak bercabang. Batangnya lurus, berbentuk bulat panjang
dengan diameter 25-75 cm. Batang kelapa sawit berfungsi sebagai
penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan.
Tanaman yang masih muda batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh
pelepah daun. Pertambahan tinggi batang terlihat jelas setelah tanaman
berumur 4 tahun. Tinggi batang bertambah 25-45 cm/tahun. Pertambahan
tinggi batang dapat mencapai 100 cm/th jika kondisi lingkungan sesuai.
Tinggi maksimum yang ditanam di perkebunan antara 15 sampai 18 m,
sedangkan yang dialam mencapai 30 m. Menurut Dewi (2015) pertumbuhan
batang tergantung pada jenis jenis tanaman,kesuburan lahan, dan iklim
setempat.
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan
yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan penyumbang devisa terbesar
bagi negara Indonesia dibandingkan dengan komoditi perkebunan lainnya.
Menurut Prayitna et al. (2008) kelapa sawit memiliki berbagai potensi untuk
dikembangkan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit dilakukan untuk
meningkatkan pemanfaatan potensi yang dimiliki oleh kelapa sawit. Kelapa
sawit (Elaeis) merupakan tumbuhan industri penting penghasil minyak
masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya
menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan
lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit.
Batang kelapa sawit yang diamati memiliki batang sebesar 106 cm
dan tinggi 464,70 cm Batang kelapa sawit berbentuk silinder. Menurut

6
7

Afdal (2011), kelapa sawit mengalami pertumbuhan terminal yang mula-


mula terjadi pembesaran batang tanpa diikuti pertambahan tinggi. Batang
kelapa sawit tidak bercabang dan berbentuk silinder dengan diameter 20-75
cm, tinggi batang dalam pembudidayaan kurang lebih 15-18 m. Besarnya
diameter dan tinggi batang kelapa sawit dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan.
Batang kelapa sawit mengandung banyak air yang digunakan untuk
mencukupi kebutuhan daun dalam proses metabolisme. Menurut Dwi
(2016), batang kelapa sawit mengandung kadar air yang sangat tinggi antara
60% sampai 300%. Banyaknya kadar air tersebut tergantung pada
ketinggian dan usianya. Oleh sebab itu, ada anggapan kualitas batang kelapa
sawit sangat rendah dan belum dimanfaatkan secara maksimal. Selain itu,
Iswanto et al. (2010) berpendapat bahwa batang kelapa sawit dihasilkan dari
tanaman jenis monokotil yang memiliki beberapa kelemahan diantaranya
berat jenis dan kekuatan yang relatif rendah, kadar air yang sangat tinggi,
kandungan pati yang relatif tinggi sehingga rentan serangan kapang (mold),
jamur pewarna (blue stain), jamur pelapuk dan serangga.
Angga (2016) menyatakan bahwa batang kelapa sawit dapat
terserang oleh hama. Hama dapat menyerang tanaman kelapa sawit mulai
dari pembibitan hingga tanaman menghasilkan. Sebagian besar hama
tanaman yang menyerang berasal dari golongan serangga seperti hama
utama kelapa sawit adalah rayap yang menyerang akar, batang, dan pangkal
pelepah terutama tanaman di lahan gambut. Gejala dapat diamati dengan
adanya kanal-kanal dari tanah pada batang atau pelepah berwarna coklat
agak lembab.
Daun merupakan organ yang penting pada tanaman atau tumbuhan
dimana sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis. Bentuk, jumlah
dan susunan daun sangat berpengaruh terhadap kemampuan menangkap
sinar matahari yang nantinya akan diubah menjadi proses energi. Saat
berkecambah, bakal daun pertama yang muncul adalah plumula, kemudian
membelah menjadi dua helai daun pada umur satu bulan. Seiring
bertambahnya daun, anak daun mulai membelah pada umur 3-4 bulan

7
8

sehingga terbentuk daun sempurna. Menurut Lubis dan Agus (2011) daun
kelapa sawit terdiri dari kumpulan anak daun (leaftet) yang memiliki tulang
anak daun dengan helai anak daun (lamina). Tangkai daun (rachis) berfungsi
sebagai tempat anak daun yang melekat akan semakin membesar menjadi
pelepah sawit. Bagian pelepah terdapat duri (spine) yang awalnya
merupakan barisan seludang yang gagal membentuk daun sehingga
menyempit dan membentuk duri.
Susunan daun tanaman kelapa sawit mirip dengan tanaman kelapa
yaitu membentuk susunan daun mejemuk. Daun-daun tersebut akan
membentuk suatu pelapah daun yang panjangnya dapat mencapai kurang
lebih 7,5 – 9 m. Kelapa sawit memiliki daun majemuk yang tersusun
menyirip dan membentuk pelepah. Satu pohon kelapa sawit budidaya
umumnya mempunyai 40-50 pelepah dan kebanyakan kelapa sawit liar
memiliki 60 pelepah. Setiap pelepah tersebut biasanya terdiri dari 250-400
helai daun. Menurut Fauzi et al. (2012) tanaman kelapa sawit yang berumur
tua memiliki jumlah pelepah dan anak daun yang banyak serta memiliki
pelepah yang lebih panjang dibanding tanaman yang masih muda. Berat
kering satu pelepah dapat mencapai 4,5 kg. Menurut literatur lain yang
disebutkan oleh Kurniawan (2010) bahwa tiap pelepah kelapa sawit
memiliki lebih kurang 100 pasang helai daun. Bilangan pelepah yang
dihasilkan juga meningkat dari 30 hingga 40 ketika berumur tiga sampai
empat tahun dan kemudian menurun 18 sampai 25 pelepah. Pelepah juga
menyelimuti batang kelapa sawit hingga umur 12 tahun kemudian ketika
lebih dari 12 tahun pelepah tersebut akan terlepas.
Daun kelapa sawit muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat,
lalu akan berubah menjadi hijau gelap setelah daun menua. Setiap bulan
tanaman sawit muda dapat menghasilkan 4-5 pelepah, sedangkan tanaman
sawit muda mampu membentuk 2-3 pelepah. Selain faktor usia, produksi
daun kelapa sawit ini juga dipengaruhi oleh genetik, lingkungan, dan iklim.
Luas permukaan daun kelapa sawit dapat mempengaruhi tingkat
produktifitasnya. Semakin luas permukaan tersebut, kian banyak pula buah-
buah sawit yang sanggup dihasilkan tanaman. Hal ini terjadi karena daun

8
9

yang luas memungkinkan proses fotosintesis berlangsung lebih maksimal.


Namun jika ukuran daun terlalu luas justru mengakibatkan laju transpirasi
tanaman tinggi.
Pengamatan pada daun meliputi jumlah daun atau pelepah, dihitung
mulai dari daun yang telah membuka sempurna. Perhitungan dengan cara
manual yaitu mengamati dan menghitung secara langsung jumlah pelepah
pada contoh tanaman kelapa sawit. Sesuai dengan pernyataan Suhatman
(2016), perhitungan filotaksis dilakukan secara manual yaitu dengan cara
menghitung secara langsung jumlah putaran pelepah pada tanaman kelapa
sawit.
Umumnya daun kelapa sawit memiliki filotaksis (susunan daun)
yang merupakan kelipatan angka delapan. Daun termuda yang sudah
mengembang sempurna secara konvensional dinamakan daun nomor satu,
sedangkan daun yang masih terbungkus seludung (pupus daun atau spear
leaf) dinamakan daun nomor negatif. Pertumbuhan melingkar duduk daun
mengarah ke kanan atau ke kiri menyerupai spiral. Arah duduk daun ini
sangat berguna untuk menentukan letak duduk daun ke-9 dan ke-17 saat
pengambilan contoh daun. Filotaksis (jumlah putaran pelepah) dalam 1
putaran ada 8 pelepah, tidak menutup kemungkinan dalam 1 putaran
terdapat filotaksis 5, 13 dan 21 (Pahan, 2015).
Berdasarkan identifikasi dan perhitungan batang kelapa sawit yang
dilakukan bahwa jumlah daun per pelapah sebanyak 256 helai, memiliki
panjang 510 cm, dan memiliki ketinggian tanaman sebesar 4,64 meter.
Pengamatan daun kelapa sawit didapat data panjang pelepah dan tanpa
petiol sepanjang 510 cm, panjang pelepah daun dengan petiole sepanjang
575 cm, adapun luas daun yang diamati pada bagian ujung, tengah, dan
bawah yang masing-masing dihitung dikedua sisinya. Daun kelapa sawit
terdiri atas bebrapa bagian yaitu kumpulan anak daun yang mempunyai
helaian (lamina) dan tulang anak daun, Rachis yang merupakan tempat
anakdaun melekat, Petiole (tangkai daun) yang merupakan bagian antara
daun dan batang, dan seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai
perlindungan dari kuncup dan membari kukuatan pada batang (Pahan 2010).

9
10

Luas permukaan daun sangat berpengaruh terhadap produktivitas


hasil tanaman. Semakin luas permukaan daun maka produktivitas hasil
tanaman akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena proses fotosintesis akan
berjalan dengan baik pada jumlah daun yang banyak, namun luas
permukaan daun yang melebihi titik optimal justru dapat menyebabkan laju
transpirasi tanaman tinggi, pemborosan fotosintat untuk pertumbuhan
vegetatif daun, dan penurunan produktivitas hasil tanaman. Proses
fotosintesis akan optimal jika luas permukaan daun mencapai 11
m2. Menurut Fauzi et al. (2012) luas daun dihitung dengan rumus sebagai
berikut : Luas daun = Ʃ (pxl ) / 6x 2n x k; dimana p = panjang anak daun
(cm),l = lebar anak daun (cm), n =jumlah helai anak daun sebelah kiri dan
kanan, k =konstanta (0.57 untuk TBM).
Menurut Suhatman et al. (2016) pengamatan pada daun sebelum
mengukur luas daun meliputi jumlah daun atau pelepah, dihitung mulai dari
daun yang telah membuka sempurna. Ada beberapa metode yang dapat
digunakan untuk melakukan pengukuran daun. Menurut Sitompul dan
Guritno (1995) dalam Haryadi (2013) menyatakan bahwa pengukuran luas
daun dapat dilakukan dengan (1) metode kertas millimeter, (2) gravimetric,
(3) planimeter (4) metode pengukuranpanjang dan lebar dan (5) metode
fotografi. Hasil pengamatan praktikum pada jumantono pada hari minggu,
tanggal 7 oktober 2017 pada luas daun pertama menghasilkan luas 20,67
cm2 dan pada luas daun ke dua menghasilkan luasan sebesar 26,10 cm2.
Bunga kelapa sawit terdapat bunga jantan dan betina. Bunga jantan
berbentuk lebih lonjong daripada bunga betina. Menurut Helen et al. (2007),
susunan organ bunga betina kelapa sawit meliputi daun pelindung,pelindung
bunga, dan bunga jantan berurutan terdapat pada lingkaran pertama, kedua
dan ketiga, kemudian perhiasan bunga sepaloid pada lingkaran empat
danlima, androsium rudimenter lingkaran keenam, dan lingkaran bunga
ketujuh adalah ovari dengan tiga karpel. Ada tujuh lingkaran organ bunga
dengan adanya androsium rudimenter pada posisi keenam.
Kemunculan bunga dipengaruhi banyak faktor sesuai Erwan dan Eka
(2015) yang mengungkapkan bahwa kemunculan pelepah dan bunga

10
11

mengawali proses pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit,


kemunculan tersebut dapat dipengaruhi oleh variasi iklim dan genetik.
Kemunculan pelepah dan bunga jantan kelapa sawit dipengaruhi curah
hujan, sedangkan kemunculan bunga betina dipengaruhi oleh radiasi
matahari.
Yan et al. (2015) menyatakan bahwa bunga kelapa sawit
menghasilkan serbuk sari. Bunga betina kelapa sawit menghasilkan putik.
Proses penyerbukan dan pembuahan akan terjadi antara bunga jantan dan
betina sehingga menghasilkan buah kelapa sawit yang berbentuk tandan.
Semakin banyak serbuk sari yang digunakan cenderung meningkat
pembentukan buah normal, berkisar anatar 70-76%, serta menurunkan buah
abnormal yang dibedakan atas buah partenokapri dan buah infertill.
Fungsi bunga kelapa sawit menjadi parameter kualitas dan kuantitas
kelapa sawit dikarenakan menghasilkan tandan (buah). Beberapa parameter
pertumbuhan memperngaruhi kualitas dan kuantitas hasil tanaman. Kolerasi
positif terdapat pada jumlah tandan dan jumlah pelepah. Semakin banyak
jumlah pelepah maka akan diikuti munculnya tandan. Jumlah tandan
dipengaruhi oleh jumlah bunga jantan dan betina serta pertumbuhan
vegetatif.
Morfologi buah kelapa sawit tersusun atas bagian-bagian yang
meliputi eksoskarp, mesoskarp, endoskarp, dan kernel. Eksoskarp
merupakan kulit kelapa sawit, sedangkan mesoskarp adalah serabut buah.
Sementara itu endoskarp ialah cangkang kelapa sawit yang melindungi inti
buah. Dan kernel atau inti sawit yaitu daging buah sawit yang mengandung
biji sebagai perkembangbiakan generatif tanaman. Buah yang dipanen
dalam bentuk tandan disebut dengan tandan buah segar (TBS). Bentuk,
susunan, dan komposisi tandan sangat ditentukan oleh jenis tanaman dan
kesempurnaan penyerbukan. Buah sawit yang berukuran 12-18 gr/butir,
dapat dipanen setelah berumur enam bulan terhitung sejak penyerbukan.
Menurut Renta (2015) setiap pohon kelapa sawit berpotensi menghasilkan
10-12 TBS/pohon setiap tahunnya. Bunga betina membutuhkan waktu

11
12

antara 4,5 sampai 6 bulan untuk mengembangkan dari bunga mekar ke


kematangan.
Buah kelapa sawit berwarna oranye. Ketika dilihat dari luar sampai
ke dalam terdapat bagian-bagiannya yaitu eksokarp, mesokarp, kernel dan
shell. Menurut Subramaniam et al. (2010) buah sawit adalah buah berbiji,
oval, dan berisi kernel yang benih (biji). Kernel dikelilingi oleh buah
dinding terbuat dari cangkang keras (endocarp), berserat bubur buah atau
minyak bearing jaringan (mesocarp).
Buah kelapa sawit mengandung minyak yang dapat digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari. Namun perlu proses yang panjang untuk
mendapatkan minyak. Menurut Fathurrahman (2013) kandungan minyak
kelapa sawit yang diperoleh dari minyak mesokarpmengandung lebih
kurang 44% asam palmitik (C16:0), 5% asam stearik (C18:0), 39% asam
oleik mono tak jenuh (C18:1) dan 10% asam linoleik poli tak jenuh (C18:2)
(Oo et al., 1985). Hal ini menunjukkan terdapat keseimbangan dalam
minyak sawit, yaitu antara kandungan asam lemak jenuh dan asam lemak
tak jenuh.
Kegiatan praktikum yang diadakan di Laboratorium Jumantono
adalah melakukan pengamatan morfologi dari pohon kelapa sawit. Hal
pertama yang dilakukan kelompok kami adalah identifikasi batang kelapa
sawit. Batang memiliki fungsi sebagai sistem pembuluh yang mengangkut
air dan hara mineral dari akar melalui xylem serta mengangkut hasil
fotosintesis melalui floem. Identifikasi tersebut meliputi daun per pelepah
memiliki jumlah 256, panjang pelepah 510 cm.Batang kelapa sawit
berbentuk silinder dengan diameter batang bawah yaitu 21 cm. Bagian
bawah batang yang agak membesar disebut bonggol. Terdapat daun pelepah
yang menempel dan membalut batang dengan susunan spiral yang disebut
filotaksis atau spiral genetik. Umumnya spiral genetik dapat memutar ke
kanan atau ke kiri mengikuti deret fibonacci dengan kelipatan 8. Tinggi
tanaman kelapa sawit adalah 464,70 cm.
Kegiatan kedua adalah mengidentifikasi daun kelapa sawit. Panjang
pelepah daun tanpa petiole yaitu 510 cm, panjang pelepah daun dengan

12
13

petiole 575 cm, sedangkan luas daun kelapa sawit yang dihitung
menggunakan metode gravimetri adalah 10656,6 mm2. Daun kelapa sawit
terdiri dari pelepah daun (vagina) dimana pada pangkal pelepah daun
terbentuk dua baris duri, tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina).
Kegiatan selanjutnya adalah mengidentifikasi alat reproduksi kelapa
sawit. Kelapa sawit mulai berbungan ada umur 2,5 tahun, tetapi umumnya
bunga tersebut gugur pada fase awal pertumbuhan generatifnya. Bunga
jantan dan bunga betina terletak pada satu pohon disebut tanaman
monoecious. Bunga sawit muncul dari ketiak daun yang dapat berkembang
menjadi bunga jantan atau bunga betina. Bagian bunga jantan kelapa sawit
terdiri dari ibu tangkai, resptaculum, dan pedunculus. Bunga jantan yang
ukurannya lebih panjang dari bunga betina berfungsi untuk membantu
penyerbukan. Penyerbukan siap ditandai dengan petak kelapa sawit berbau
harum yang disebabkan oleh bunga jantan. Sementara itu, bunga betina
kelapa sawit terdiri dari ibu tangkai (peduncule), daun pelindung (spatches),
dan spikelet atau tangkai bunga. Fungsi dari bunga betina ini adalah sebagai
tempat reproduksi biji.
Kegiatan selanjutnya adalah mengidentifikasi buah kelapa sawit.
Buah kelapa sawit berwarna oranye dan mengkilap. Apabila dilihat secara
melintang tampak bagian-bagiannya yaitu eksokarp (kulit), mesokarp,
kernel, dan shell. Tandan kelapa sawit terdiri dari dua ribu buat sawit
dengan tingkat kematangan yang bervariasi. Tandan yang matang ditandai
dengan warna merah jingga yang menandakan adanya kandungan karotena.

13
14

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Praktikum Teknologi Budidaya Tahunan Acara I tentang
identifikasi morfologi melapa sawit mendapatkan kesimpulan
diantaranya :
a. Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter bawah
batang 21 cm
b. Jumlah daun per pelepah yaitu 256
c. Panjang pelepah yaitu 510 cm
d. Tinggi tanaman kelapa sawit yaitu 464,70 cm
e. Panjang pelepah daun tanpa petiole dan tanpa petiole yaitu 510 cm
dan 575 cm
f. Daun kelapa sawit terdiri dari pelepah daun, tangkai daun dan
helaian daun
g. Kelapa sawit termasuk tanaman monoecious dimana bunga jantan
dan bunga betina terletak pada satu pohon
h. Bunga jantan terdiri dari ibu tangkai, resptacullum, da peduncullus.
Sedangkan, bunga betina terdiri dari ibu tangkai, daun pelindung dan
spikelet.
i. Buah kelapa sawit terdiri dari eksokarp, mesokarp, shell, dan kernel
2. Saran
Sebaiknya praktikum pengamatan morfologi tanaman kelapa sawit
dilakukan dengan cara satu kelompok kecil mengamati satu tanaman agar
lebih mengetahui dan paham. Pada praktikum tahun depan dapat
ditambah cara menghitung umur tanaman kelapa sawit.

14
15

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Taufiq. 2014. Identifikasi Masalah Keharaan Tanaman Kedelai.


Jakarta : Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Adelia, Prita F, Koesriharti S. 2013. Pengaruh penambahan unsur hara mikro (Fe
dan Cu) dalam media paitan cair dan kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan
hasil bayam merah (Amaranthustricolor L.) dengan sistem hidroponik dan
rakit apung. Jurusan budidaya fakultas pertanian, Universitas Brawijaya.
Malang
Adi Sumantri. 2017. Respon Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) pada
Prenursery terhadap Jenis Kompos dan Takaran Pupuk Urea. Palembang :
Fakultas Petanian Universitas Sjakhyakirti
Afdal J. 2011. Pengaruh Teknik Konservasi Air terhadap Ketersediaan Air pada
PerKebunan Kelapa Sawit. Bogor : Fakultas Ilmu dan Pengetahuan Alam
IPB.
Ai N, Banyo. 2011. Konsentrasi klorofil daun sebagai indikator kekurangan air
pada tanaman. J. Ilmiah Sains 11:168-173.
Amisnaipa, et al. 2009. Penentuan kebutuhan pupuk kalium untuk budidaya tomat
menggunakan irigasi tetes dan mulsa polyethylen. J. Agronomi Indonesia
37:115-122.
Charlos et al. 2015. Peran unsur mikro bagi tanaman karet. Balai penelitian
sembawa, JL raya palembang –Bentung KM 29
Fahmi et al. 2010. Pengaruh interaksi hara nitrogen dan fosfor terhadap
pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays) pada tanah regosol dan latosol.
Balai Penelitian dan Pengkaji Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Berita
Biologi
Fauzi et al. 2008. Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan
Pemasaran Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya
Khusrizal. 2015. Kontribusi macam bahan organik dan kalsit terhadap perubahan
kadar besi dan mangan dalam tanah serta serapannya oleh jagung pada
inceptisol Aceh Utara. J. Pertanian Tropik 2(2): 124–131
Prihutami Nurul D. 2011. Analisis faktor penentu produksi tandan buah segar
(tbs) tanaman kelapa sawit (elaeis guineensis jacq.) di sungai bahaur estate
(sbhe), pt bumitama gunajaya agro (pt bga), wilayah vi metro cempaga,
kotawaringin timur, kalimantan tengah.
Quansah, G.W. 2010. Improving soil productivity through biochar amendments to
soils. Africa J. Environ. Sci. and Tech. 3:34-41.
Risco H. 2010. Aplikasi Kompos Bunga Jantan Kelapa Sawit pada Pertumbuhan
Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) di Pembibitan Utama. Riau:
UNRI.

15
16

Siallagan et al. 2014. Optimasi dosis pupuk organik dan npk majemuk pada
tanaman kelapa sawit belum menghasilkan. J Agronomi Indonesia 42(2):
166-172
Sudradjat, Anita Darwis, dan Ade Wachjar. 2014. optimasi dosis pupuk nitrogen
dan fosfor pada bibit kelapa sawit (elaeis guineensis jacq. ) di pembibitan
utama. J. Agron Indonesia 42 (3) : 222 - 227
Tjahjana et al. 2015. Pengaruh lingkungan terhadap produksi dan mutu kakao. J.
Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar : 69 – 77
Wijaya, S Wahyuni. 2007. Respon tanaman jagung manis kultivar Hawaian super
sweet pada berbagai takaran pupuk kalium. J. Agrijati 6(1): 42 - 47

16

Anda mungkin juga menyukai