Namun meski perkembangannya cukup pesat, negara ini masih dilanda beberapa masalah
kesehatan yang terus meningkat. Masalah-masalah ini masih menjadi beban dan tantangan utama di
dunia kesehatan Indonesia. Berikut beberapa masalah dan tantangan di dunia kesehatan Indonesia,
serta strategi pemerintah dalam mengatasinya!
Saat ini, angka kematian ibu ketika melahirkan sudah mengalami penurunan. Namun,
jumlahnya tetap masih jauh dari target yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh kualitas pelayanan
kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat, dan faktor-faktor lainnya.
Menurut data, penyebab utama kematian ibu adalah hipertensi kehamilan dan perdarahan
postpartum. Selain itu, kondisi yang sering kali menyebabkan kematian ibu adalah penanganan
komplikasi, anemia, diabetes, malaria, dan umur yang terlalu muda.
Dalam 5 tahun terakhir, angka kematian bayi dan balita memang sudah mengalami
penurunan. Namun serupa dengan angka kematian ibu akibat melahirkan, ini masih jauh dari target.
Penyebab kematian utama pada bayi dan balita adalah Intra Uterine Fetal Death (IUFD) dan Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR). Sedangkan untuk balita, penyebab kematian utama yang dialami adalah
pneumonia dan diare.
Artinya, faktor lingkungan serta kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan sangat
memengaruhi kondisi bayi. Maka dari itu, untuk menangani tantangan ini pemerintah akan
menciptakan langkah-langkah persiapan untuk calon ibu, agar mereka benar-benar siap menghadapi
kehamilan dan persalinan.
Untuk remaja, penyebab kematian utama di samping kecelakaan transportasi adalah DBD dan
tuberkulosis. Umumnya ini disebabkan karena penggunaan tembakau atau rokok. Untuk
menanggulangi masalah ini, pemerintah menetapkan pelaksanaan UKS yang diwajibkan di setiap
sekolah untuk mempromosikan masalah kesehatan. Prioritas program UKS adalah perbaikan gizi usia
sekolah, kesehatan reproduksi, dan deteksi dini penyakit tidak menular.
3. Meningkatnya Masalah Gizi Buruk
Saat ini, ternyata masalah gizi di Indonesia masih sangat kompleks. Tidak hanya masalah
kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang harus ditangani dengan serius.
Kondisi stunting (pendek) sendiri disebabkan oleh kemiskinan dan pola asuh yang tidak tepat,
sehingga mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang secara maksimal, mudah sakit,
maupun berdaya saing rendah.
Masalah ini paling fatal menyerang anak-anak, karena gangguan pertumbuhan yang serius ini
bisa merusak masa depan mereka. Apalagi, jika stunting terjadi lewat dari 1.000 hari, dampak
buruknya bisa sangat sulit diobati.
Masalah penyakit menular juga masih mendominasi dunia kesehatan Indonesia. Prioritas
utama pemerintah adalah membasmi HIV/AIDS, tuberkulosis, malaria, DBD, influenza, dan flu
burung. Indonesia juga masih belum sepenuhnya mampu mengendalikan penyakit seperti kusta,
filariasis, dan leptospirosis.
Strategi pemerintah dalam memberantas masalah ini adalah dengan meningkatkan vaksin dan
imunisasi, seperti polio, campak, difteri, pertusis, hepatitis B, dan tetanus. Strategi ini terbukti ampuh,
karena pada tahun 2014 Indonesia sudah dinyatakan bebas polio.
Selain itu, untuk menurunkan tingginya risiko penyakit menular, pemerintah juga
mengembangkan Early Warning and Respons System (EWARS) atau Sistem Kewaspadaan Dini dan
Respon (SKDR). Melalui sistem EWARS ini, diharapkan ada peningkatan dalam deteksi dini dan
respons terhadap peningkatan tren kasus penyakit tertentu.
Sistem tersebut juga semakin digencarkan karena banyaknya penyakit baru yang
bermunculan, seperti SARS dan flu burung. Penyakit-penyakit baru ini pada umumnya adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus yang berasal dari binatang.
Ternyata dalam beberapa tahun ini, masalah penyakit tidak menular telah menjadi beban
utama di Indonesia, ketimbang penyakit menular. Karenanya, saat ini Indonesia memang mengalami
tantangan dua kali lipat, yaitu penyakit tidak menular dan penyakit menular.
Penyakit tidak menular yang paling banyak menyerang masyarakat Indonesia meliputi
hipertensi, diabetes mellitus, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Selain itu, jumlah
kematian akibat rokok juga terus meningkat.
Strategi pemerintah dalam menanggulangi masalah ini adalah dengan melaksanakan Pos
Pembinaan Terpadu Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Posbindu-PTM), sebagai upaya
memonitor dan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular di masyarakat.
Deteksi dini sangat penting, karena sebagian besar masyarakat Indonesia tidak menyadari
bahwa dirinya menderita penyakit tidak menular. Oleh sebab itu, pemerintah juga berencana untuk
meningkatkan sosialisasi dan program jaminan kesehatan seperti BPJS.
Tanpa kita sadari, permasalahan kesehatan jiwa di Indonesia itu sangat besar dan
menimbulkan beban kesehatan yang signifikan. Berdasarkan data, lebih dari 14 juta jiwa masyarakat
Indonesia menderita gangguan mental dan emosional. Sementara itu, lebih dari 400.000 orang
menderita gangguan jiwa berat (psikotis).
Masalah gangguan jiwa di Indonesia berkaitan dengan masalah perilaku, dan sering kali
berujung pada kondisi yang membahayakan diri seperti bunuh diri. Dalam satu tahun, terdapat 1.170
kasus bunuh diri dan jumlahnya terus meningkat.
Tentunya, untuk mencapai kesehatan yang maksimal, pemerintah juga perlu mengedepankan
kesejahteraan dan kepentingan masyarakat. Dengan memasuki usia ke 72 tahun, sudah pasti Indonesia
harus terus meningkatkan kualitas dunia kesehatan demi kelangsungan hidup masyarakat juga!