Anda di halaman 1dari 8

Ines Riva Yulia

1210852011

Krisis Ekonomi Amerika Serikat Tahun 2008 dan Dampaknya pada Perekonomian

Dunia

A. Latar Belakang

Meningkatnya hubungan interdepensi antar negara-negara di dunia tidak dipungkiri

sewaktu-waktu dapat menimbulkan suatu masalah baru, seperti timbulnya krisis ekonomi

maupun finansial secara global. Musibah krisis global ekonomi dan finansial dewasa ini

membuat semua pihak baik pemerintah, dunia usaha, pelaku ekonomi dan masyarakat luas

merasa ketar-ketir. Seperti krisis finansial yang baru-baru ini menimpa Amerika Serikat pada

tahun 2008 dan negara-negara di kawasan Eropa Barat terutama yang tergabung dalam

organisasi supra-nasional Uni Eropa yang mencapai puncaknya di tahun 2011.1 Namun jauh

sebelum krisis finansial global yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa Barat, krisis

finansial global sebenarnya sudah terjadi berpuluh-puluh tahun yang lalu, salah satunya

adalah peristiwa krisis finansial global yang terjadi paska runtuhnya tahun Bretton Wood

system di tahun 1970.2

Krisis finansial yang terjadi tahun 1970-an berangkat dari berakhirnya Perang Dunia

II tahun 1945 dimana Amerika Serikat dan aliansinya mulai mempromosikan suatu kondisi

interdependensi ekonomi antar negara-negara di dunia. Namun, pada tahun 1970an,

meskipun kondisi interdependensi ini dinilai berhasil dimana ditandai dengan barang dan jasa

1
http://ec.europa.eu/economy_finance/publications/publication15887_en.pdf, pada tanggal 9 Juni 2015
2
Louis W Pauly,. 2008. “The Political Economy of Global Financial Crises” Oxford: Oxford University Press,
pp. 241-272
yang mulai banyak diproduksi secara massal, terdapat kelemahan tersendiri dari kondisi

interdependensi ekonomi yaitu memunculkan krisis finansial yang memiliki dampak global.

Dan bersamaan dengan krisis finansial tersebut terjadi sebuah fenomena baru yaitu runtuhnya

sistem Bretton Wood yang berdampak pada berubahnya tatanan sistem finansial dan moneter

internasional serta memunculkan liberalisasi pasar kapital di seluruh dunia.3

Krisis finansial sendiri terjadi karena likuiditas yang cepat menguap, uang yang

tersedia ditarik dari bank, serta memaksa bank untuk menjual investasi lain untuk menebus

kekurangan dan menghindari kebangkrutan. Tidak hanya itu saja, terjadinya krisis finansial

diawali dengan perubahan tajam pada harga barang-barang pokok yang berdampak pada

sistem moneter internasional. Ekspektasi dari para pemain di pasar finansial pun berubah.

Mereka menjual aset-aset yang akan menurun nilainya dan membeli aset-aset yang lainnya

yang akan meningkat nilainya. Krisis finansial juga dapat terjadi akibat ketidakpastian

mengenai sistem moneter dan finansial ekonomi dunia yang sewaktu-waktu dapat berubah

dengan cepat.4 Dampak yang ditimbulkan dari terjadinya krisis finansial global pun tidak

dapat dihindari seperti pengangguran, meningkatnya pajak, keputusasaan, meningkatnya

kriminalitas, dll.5

Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 sebenarnya bermula pada krisis

ekonomi Amerika Serikat yang lalu menyebar ke negara-negara lain di seluruh dunia. Krisis

ekonomi Amerika diawali karena adanya dorongan untuk konsumsi (propincity to Consume).

Rakyat Amerika hidup dalam konsumerisme di luar batas kemampuan pendapatan yang

diterimanya. Mereka hidup dalam hutang, belanja dengan kartu kredit, dan kredit perumahan.

3
Ibid
4
Ibid, 247
5
Ibid, 252
Akibatnya lembaga keuangan yang memberikan kredit tersebut bangkrut karena kehilangan

likuiditasnya, karena piutang perusahaan kepada para kreditor perumahan telah digadaikan

kepada lembaga pemberi pinjaman. Pada akhirnya perusahaan –perusahaan tersebut harus

bangkrut karena tidak dapat membayar seluruh hutang-hutangnya yang mengalami jatuh

tempo pada saat yang bersamaan. Runtuhnya perusahaan-perusahaan finansial tersebut

mengakibatkan bursa saham Wall Street menjadi tak berdaya, perusahaan-perusahaan besar

tak sanggup bertahan seperti Lehman Brothers dan Goldman Sachs.

Krisis tersebut terus merambat ke sektor riil dan non-keuangan di seluruh dunia.

Krisis keuangan di Amerika Serikat pada awal dan pertengahan tahun 2008 telah

menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat Amerika Serikat yang selama ini dikenal

sebagai konsumen terbesar atas produk-produk dari berbagai negara di seluruh dunia.

Penurunan daya serap pasar itu menyebabkan volume impor menurun drastis yang berarti

menurunnya ekspor dari negara-negara produsen berbagai produk yang selama ini

dikonsumsi ataupun yang dibutuhkan oleh industri Amerika Serikat. Oleh karena volume

ekonomi Amerika Serikat itu sangat besar, maka sudah tentu dampaknya kepada semua

negara pengekspor di seluruh dunia menjadi serius pula, terutama negara-negara yang

mengandalkan ekspornya ke Amerika Serikat.

B. Pertanyaan Esai

Bagaimana krisis ekonomi Amerika Serikat tahun 2008 mempengaruhi stabilitas

perekonomian dunia?

C. Pembahasan
Kondisi perekonomian dunia sangat berpengaruh dalam perdagangan internasional.

Begitu pula saat krisis ekonomi global muncul perdagangan internasional terkena

dampaknya. Krisis ekonomi global 2008 bermula pada krisis Subprime Mortgage di Amerika

Serikat memberikan efek domino ke berbagai negara di dunia, khususnya negara-negara yang

perekonomiannya memiliki keterkaitan dengan perekonomian Amerika.

Dipicu oleh perubahan arah kebijakan moneter AS yang mulai berubah menjadi ketat

memasuki pertengahan 2004, tren peningkatan suku bunga mulai terjadi dan terus

berlangsung sampai dengan 2006. Kondisi ini pada akhirnya memberi pukulan berat pada

pasar perumahan AS, yang ditandai dengan banyaknya debitur yang mengalami gagal bayar.

Bank Federal Amerika (The Fed) menaikan suku bunga, Subprime Mortgage mengalami

kemacetan. Banyak pemilik rumah yang menyerah karena tidak mampu membayar cicilan

utang dikarenakan meningkatnya bunga kredit dan sehingga menyerahkan rumahnya untuk

disita oleh bank. Kondisi ini terjadi tidak pada satu atau dua pemilik rumah, tetapi pada

banyak pemilik rumah dengan Subprime Mortgage. Pasar perumahan menjadi oversupply,

serta bad debt ratio yang tinggi. Hal ini memberikan dampak yang buruk bagi sektor properti

di Amerika Serikat. Tidak hanya menyerang sektor properti, namun akibat kredit macet ini

juga merupakan awal dari krisis ekonomi di Amerika Serikat.

Kredit perumahan yang awalnya berjalan baik karena ditujukan kepada nasabah

prima akhirnya meluas kepada nasabah-nasabah yang tidak layak, Nasabah yang pernah

dilanda kredit macet memperoleh kembali kredit baru. Selain itu, banyak kredit yang

diberikan dengan uang muka yang sangat rendah atau bahkan tanpa uang muka sama sekali.

Banyak pula kredit yang hanya mempersyaratkan pembayaran bunga (interest only) sehingga

banyak sekali nasabah-nasabah baru termasuk di dalamnya nasabah yang tidak layak yang
ditandai dengan kemacetan dalam pembayaran angsuran kredit oleh nasabah-nasabah yang

tidak layak tersebut, dari sini bank mulai hati-hati menyalurkan kredit. Dampaknya, kehati-

hatian bank tersebut menyebabkan harga rumah berhenti naik, bahkan mulai turun.

Penurunan harga itu menyebabkan nasabah kredit pemilikan rumah mulai berpikir untuk

meneruskan cicilan. Akhirnya, kredit macet pun membesar. Jadilah problem kemacetan

kredit subprime menggelinding seperti bola salju.

Krisis keuangan yang bermula di Amerika Serikat menimbulkan goncangan ekonomi,

sosial dan politik. Terjadi keruntuhan perusahaanperusahaan besar, peningkatan jumlah

pengangguran, perlambatan pertumbuhan ekonomi tidak hanya terjadi di Amerika tetapi juga

di beberapa negara. Perwujudan dari penyebaran krisis itu sendiri bermacam-macam dan

tergantung pada keadaan perekonomian domestik negara yang terkena imbasnya.Penurunan

atau perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, selain menyebabkan volume perdagangan

global pada tahun 2009 merosot tajam, juga akan berdampak pada banyaknya industri besar

yang terancam bangkrut, terjadinya penurunan kapasitas produksi, dan terjadinya lonjakan

jumlah pengangguran dunia.

Dampak krisis yang menyebar melalui jalur perdagangan ke negara-negara

berkembang, walaupun lebih merupakan dampak kelanjutan (contagion effect) dari krisis

subprime mortgage, karena tidak semua negara-negara kawasan tersebut yang memiliki

hubungan secara langsung dengan aset-aset yang berbasis mortgage, namun dampaknya

nyata dan dapat mengganggu kinerja perekonomian riil.6

6
Meier Gerald M. dan R.E. Baldwin. 1957. Economic Developedment. John Wiley & Sons Inc. New York,
New York. hal 15
Sektor finansial tergoncang, tidak hanya sampai di situ, dampak krisis keuangan

semakin berimbas ke sektor riil, seperti tercermin dari meningkatnya pengangguran serta

menurunnya angka penjualan di Amerika Serikat dan di berbagai negara di Eropa. Pada

Desember 2008 tercatat angka pengangguran di Amerika Serikat sebagai angka tertinggi

dalam 16 tahun terakhir. Tingkat pengangguran merupakan salah satu indikator yang diyakini

dari adanya sebuah resesi.7

Di Amerika Serikat, industri keuangan sudah berada pada titik maju. Kredit-kredit

perumahan itu akhirnya oleh bank yang bersangkutan dikumpulkan dan kemudian

disekuritisasi. Ini adalah suatu proses mentransformasikan kredit pemilikan rumah menjadi

surat berharga (sekuritas). Istilah yang sering dipergunakan untuk surat berharga yang

dijamin oleh kredit pemilikan rumah tersebut adalah mortgage back securities (MBS) dengan

varian yang bernama collateralized debt obligation (CDO).

Nasabah tetap membayar cicilan kepada bank asalnya, tapi bank itu kemudian

meneruskan pembayarannya kepada pihak yang membeli surat berharga tersebut. Dari sini

dapat diketahui bahwa sumber pembayaran dari bank kepada pemegang surat utang adalah

berasal dari nasabah. Namun, hal ini menjadi permasalahan apabila nasabah mengalami

kemacetan.

Proses sekuritisasi kedua varian surat utang tersebut banyak dibantu oleh lembaga

keuangan yang awalnya didirikan pemerintah Amerika untuk tujuan itu, yaitu Fannie Mae

dan Freddie Mac. Karena tugas tersebut, kedua lembaga itu juga memberikan jaminan. Juga

7
BLS Spotlight on Statistics “The Recession of 2007-2009” http://www.bls.gov/ diakses tanggal 10 Juni 2015
karena perannya, mereka akhirnya memiliki stock MBS dan CDO yang belum laku atau

mereka memang ingin memilikinya.

Dengan peran tersebut, pada saat terjadi kemacetan pembayaran oleh nasabah, pasar

memperkirakan kedua lembaga yang sahamnya sudah dicatatkan di New York Stock

Exchange rugi besar. Investor pun melepas saham kedua perusahaan itu, yang berujung pada

anjloknya harga saham. Dalam keadaan yang genting tersebut, pemerintah Amerika

menolong kedua lembaga itu.

Lembaga lain yang memiliki MBS dan CDO amat banyak, antara lain bank besar

seperti Citigroup atau UBS. Karena nilai kedua jenis surat utang tersebut jatuh, bank-bank itu

harus mulai melakukan penghapusan (write down), yang akhirnya membuat mereka rugi dan

modalnya tergerus. Investor pun melepas saham bank-bank, sehingga harga saham mereka

turun.

Dalam dinamika ekonomi semua negara di dunia yang saat ini makin mengglobal,

tampak kecenderungan universal, manakala terjadi gejolak di sebuah kawasan suatu negara,

akan menimbulkan dampak kehidupan tata perekonomian nasional pada negara-negara

seluruh dunia (seperti yang terjadi di Amerika Serikat).

Pergeseran nilai-nilai ekonomi dunia yang mengancam ke arah resesi diperkirakan

akan mempengaruhi kondisi perekonomian nasional pada semua negara di dunia yang

melakukan perdagangan internasional. Inilah resesi yang belakangan ini menjadi wacana

masyarakat internasional, semenjak merebaknya isu perlambatan ekonomi Amerika Serikat.8

8
Budi Sudjijono. 2008. Resesi Dunia dan Ekonomi Indonesia. Golden Terayon Press, Jakarta hal 1
Pengertian resesi dalam ekonomi konjungtur yaitu: penurunan aktivitas ekonomi yang

terjadi di atas pertumbuhan yang normal (Alvin H. Hansen, 1951: 8).9 Secara ekonomi makro

resesi mengandung pengertian: suatu periode di mana produk domestik bruto (GDP)

menurun pada saat pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif. Beberapa gejala yang dapat di

amati meliputi: kenaikan harga minyak dunia yang menembus kisaran US$ 110 per barel

pada awal tahun 2008 yang menggoncangkan stabilitas ekonomi makro di banyak Negara

(kenaikan inflasi dan pengeluaran negara bagi subsidi).

D. Penutup

Dari beberapa hal di atas terjadilah krisis ekonomi pada institusi keuangan Amerika

serikat yang berdampak pada kinerja saham mereka di bursa saham yang terjun bebas,

sehingga dampaknya juga ke indeks bursa saham Amerika, karena institusi keuangan

memiliki kapitalisasi pasar yang cukup signifikan. Akhirnya investor-investor mulai menarik

dananya dari bursa, sehingga indeks bursa semakin merosot. Penarikan dana juga dilakukan

di bursa-bursa global, karena umumnya pihak asing juga memiliki banyak dana di bursa

asing. Inilah mengapa dampak merosotnya index bursa di Amerika juga mengimbas bursa-

bursa di seluruh dunia.

9
Alvin Hansen H. 1951, Business Cycles and National Income. W.W. Norton & Company Inc., New York
hal 8

Anda mungkin juga menyukai