PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan hematologia dalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
keadaan darah dan komponen-komponennya. Darah terdiri dari bagian padat yaitu
sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), trombosit dan bagian cairan
yang berwarna kekuningan yang disebut plasma. Pemeriksaan hematologi rutin
dapat menentukan kualitas kesehatan. Pemeriksaan pada sel darah meliputi kadar
hemoglobin, jumlah eritrosit, hematokrit, nilai eritrositrerata (nilai NER), jumlah
leukosit dan trombosit. Selain itu pemeriksaan hematologi meliputi pula hitung
retikulosit, hitung eosinofil, aktifitas glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD),
dayatahan osmotic eritrosit yang dikenal sebagai resistensi osmotikeritrosit,
penetapanfraksi hemoglobin dalameritrosit yang diperiksa dengan analisa
hemoglobin, pemeriksaan sel lupus eritematosus (LE) serta penetapan golongan
darah. Selain itu, pemeriksaan hematologi yang terpenting adalah pemeriksaan
hitung jenis leukosit disertai dengan penilaian morfologi sel darah yang dapat
diketahui dengan pemeriksaan gambaran darah tepi. Pemeriksaan gambaran darah
tepi dapat menilai kelainan bentuk dari eritrosit, leukosit dan trombosit yang dapat
menimbulkan kelainan secara hematologis.
Hemostasis adalahv kemampuan alami tubuh untuk menghentikan perdarahan
pada lokasi luka oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan keterlibatan
aktiffaktor koagulasi. Fungsi utama mekanisme koagulasia dalah menjaga keenceran
darah (blood fluidity) sehingga darah dapat mengalir dalam sirkulasi dengan baik,
serta membentuk thrombus sementara atau hemostatic thrombus pada dinding
pembuluh darah yang mengalami kerusakan (vascular injury). Analisa gas darah
merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk
mengetahui status oksigenasi dan keseimbangan asam basanya. Manfaat dari
pemeriksaan analisa gas darah tersebut bergantung pada kemampuan dokter untuk
menginterpretasi hasilnya secara tepat.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Pemeriksaan Hematologi?
2. Apa saja Jenis-Jenis Pemeriksaan Hematologi?
3. ApaPengertiandari Hemostasis?
4. BagaimanaPatofisiologidanPemeriksaanLaboratorium untuk Hemostasis?
C. Tujuan
MakalahinidibuatbertujuanuntukmengetahuiPengertiandari hemostasis, pemeriksaan
hematologi, jenis-jenis pemeriksaan hematologi, patofiologisdari hemostasis
danpemeriksaanlaboratoriumuntukkoagulasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1.3 Cara Kerja
1. Persiapkan alat-alat yang diperlukan : syring, kapas alkohol 70%, tali
pembendung (turniket), plester, dan tabung. Untuk pemilihan syring, pilihlah
ukuran/volume sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil, pilih
ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan jarum terpasang dengan erat.
2. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien
senyaman mungkin.
3. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
4. Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila
pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
5. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan
aktifitas.
6. Minta pasien mengepalkan tangan.
7. Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
8. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi)
untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis
dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari
arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah
lengan.
9. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70%
dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
10. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika
jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam
semprit (dinamakan flash). Usahakan sekali tusuk kena.
11. Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien
membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali
jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
12. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan
kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik
jarumsebelumturniketdibuka.
4
2.1.4 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Adalah :
1. Pemasangan Tourniquet (tali pembendungan) :
Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat mengakibatkan
hemokonsentrasi (peningkatan nilai alcohol atau pcv dan elemen sel)
Melepas Tourniquet sesudah jarum dilepas dapat memyebabkan
hematoma
2. Jarum dilepaskan sebelum tabung alcohol terisi penuh sehingga
mengakibatkan masuknya udara kedalam tabung dan merusak sel darah
merah.
3. Penusukan
Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan
jaringan sehingga dapat mengakibatkan pembekuan. Disamping itu
penusukan yang berkali-kali berpotensi menyebabkan hematoma.
Tusukan jarum yang tidak dapat masuk kedalam vena menyebabkan
darah bocor dengan akibat hematoma.
4. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alcohol menyebabkan rasa terbakar dan
rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.
5
g. Kerusakan saraf
h. Terambilnya darah arteri
i. Petekiae
j. Vena Kolaps
k. Aliran balik antikoagulan
6
2.2 Macam – macam Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah.
Pemeriksaan di dalam laboratorium klnik tidak hanya satu atau dua, tetapi banyak
pemeriksaan, tergantung pada banyak spesimen yang masuk dan jenis pemeriksaan
yang diminta, sehingga tidak semua spesimen yang datang bisa langsung diperiksa.
Penambahan antikoagulan bertujuan supaya darah tidak membeku, sehingga kondisi
darah dapat dipertahankan walau tidak langsung diperiksaan atau pemeriksaan
memakan waktu yang lama. Setelah dilakukan pemeriksaan, darah yang
berantikoagulan bisa disimpan dalam lama waktu tertentu, sehingga apabila harus
dilakukan pemeriksaan ulang atau pemeriksaan tambahan lainnya dapat digunakan
kembali.
Ada banyak jenis antikoagulan, namun tidak semuanya dapat digunakan karena
ada yang terlalu banyak berpengaruh terhadap bentuk/morfologi eritrosit atau leukosit.
Antikoagulan yang dapat digunkan :
1. Garam Kalium atau Natrium dari Ethylen Diamine Tetra Asetat (EDTA)
Garam-garam tersebut mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk yang
bukan ion sehingga pembekuan dapat dicegah. EDTA tidak mempengaruh terhadap
besar dan bentuk dari Eritrosit dan leukosit. Selain itu EDTA juga dapat mencegah
penggumpalan trombosit, sehingga sangat baik sebagai antikoagulan untuk pemeriksaan
trombosit. Antikoagulan EDTA sangat luas pemakaiannya, dapat digunakan untuk
kebanyakan pemeriksaan hematologi. Dengan antikoagulan EDTA, sel-sel darah dapat
bertahan lebih lama dibanding dengan antikoagulan lain.
Ada tiga macam EDTA, yaitu dinatrium EDTA (Na2EDTA), dipotassium
EDTA (K2EDTA) dan tripotassium EDTA (K3EDTA). Dari ketiga jenis EDTA
tersebut, K2EDTA adalah yang paling baik dan dianjurkan oleh ICSH (International
Council for Standardization in Hematology) dan CLSI (Clinical and Laboratory
Standards Institute).
Jumlah EDTA yang Digunakan :
-EDTA kering: 1 mg EDTA/1 ml darah
-EDTA cair: 0.01ml EDTA/1 ml darah
-EDTA cair (laruatan EDTA 10 %) lebih sering digunakan.
7
Pada penggunaan EDTA kering, wadah yang berisi darah dan EDTA harus
digoyang(homogenkan) selama 1-2 menit karena EDTA kering lambat larut.
Penggunaan EDTA kurang atau lebih dari ketentuan seharusnya dihindari. Penggunaan
EDTA yang kurang dari ketentuan dapat menyebabkan darah membeku. Sedangkan
penggunaan yang lebih dari ketentuan dapat menyebabkan eritrosit mengkerut sehingga
nilai hematokrit rendah dari nilai yang sebenarnya.Saat ini sudah tersedia,Tabung
darah/tabung hampa udara (vacutainer tube) yang berisi EDTA. Tabung EDTA bertutup
lavender (Ungu) atau pink seperti yang diproduksi oleh Becton Dickinson.
8
Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan Natrium Citrat
-Penentuan Laju Endap Darah
-Eritrosit Sedimen Rate (ESR)
-Pemeriksaan soal-soal proses pembekuan darah
-Agregasi Trombosit
-Penentuan golongan darah
-Transfusi darah
3. Heparin
Heparin merupakan antikoagulan yang normal dalam tubuh, namun di
laboratorium heparin jarang digunakan dalam pemeriksaan-pemeriksaan di laboratorium
karena mahal harganya. Heparin berdaya seperti antitrombin. Heparin bekerja dengan
cara menghentikan pembentukan trombin dari prothrombin sehingga menghentikan
pembentukan fibrin dari fibrinogen.Heparin tidak mempengaruhi bentuk eritrosit
maupun trombosit.
Jenis heparin yang paling banyak digunakan adalah Lithium heparin karena
antikoagulan karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion dalam darah.
Banyaknya Heparin yang Digunakan:
-Heparin Kering : 0,1-0,2 mg/ml Darah
-Heparin Cair : 15 IU +/- 2.5 IU/ml darah
Saat ini telah tersedia tabung darah/tabung hampa udara (vacutainer tube) yang berisi
heparin. Tabung heparin bertutup Hijau muda (Lithium heparin) dan Hijau (Lithium
heparin dengan gel)
Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan Heparin :
-Penentuan hemoglobin
-Penentuan hematokrit
-Penentuan resistensi osmotik
-Penghitungan sel-sel darah
-Penentuan golongan darah
-Transfusi darah
*Heparin tidak bisa digunakan untuk membuat apusan darah karena menyebebabkan
dasar yang biru kehitaman bisa dicat dengan cat wright stain.
9
4. Natrium Oxalat
Bekerja dengan menikat ion Ca, sehingga terbentuk Ca Oxalat yang mengendap.
Na oxalat yang digunakan berbentuk larutan 0.1 N
Banyaknya Na-Oxalat yang Digunakan:
-Pemeriksaan Plasma Protrombin Time (PPT) : 1 volume darah: 9 volume darah
Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan Na-Oxalat
- Pemeriksaan Plasma Protrombin Time (PPT)
5. Double Oxalat
Nama lainnya dalah Balance Oxalat Mixture atau antikoagulan dari Heller dan
Paul. Antikoagulan ini mengandung kalium oxalat dan ammonium oxalat dengan
perbandingan 2:3. Kalium oxalat menyebebkan eritrosit mengkerut, sedangkan
ammonium oxalat menyebabkan eritrosit mengembang. Campuran kedua garam
tersebut bertujuan untuk menghindari perubahan perubahan volume eritrosit.
Banyaknya Antikoagulan Double Oxalat yang digunakan:
-Double oxalat kering : 2 mg Double oxalat / 1 ml darah
-Double oxalat cair 2%: 0.1 ml Double oxalat/ 1 ml darah
Double oxalat digunakan dalam bentuk kering. Sebelum ditambahkan darah,
double oxalat cair yang dimasukkan kedalam tabung penampung darah harus di
keringkan terlebih dahulu pada suhu yang kurang 600C, menghindari perubahan
menjadi Karbonat (Sifat antikoagulannya hilang).
Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan Double Oxalat
-Penentuan hemoglobin
-Penentuan hematokrit
-Penentuan Laju Endap Darah (LED)
-Penentuak resistensi eritrosit
-Penentuan golongan darah
Tabung vakum pertama kali dipasarkan dengan nama dagang Vacutainer. Jenis
tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika
tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan
berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai. Tabung vakum
10
pertama kali dipasarkan dengan nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa
tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung
dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti
mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.
Keterangan :
- Tidak terdapat zat Additive
- Tindakan : Darah Beku, dan serum dipisahkan oleh sentrifius
- Digunakan untuk pemeriksaan : Kimia, Imunologi dan Serologi, Bank Darah
(crossmatch)
Keterangan :
- Tidak terdapat zat Additive
- Tindakan : Pemisah tabung serum (SST) berisi gel di bagian bawah untuk
memisahkan darah dari serum dengan cara sentrifugasi
- Digunakan untuk pemeriksaan : Kimia, Imunologi dan Serologi
11
3. Tabung dengan Tutup Warna Hijau Terang
Keterangan :
- Zat Additive : Plasma Separating Tube (PST) dengan heparin Lithium
- Tindakan : Anticoagulates dengan heparin lithium; Plasma dipisahkan dengan
gel PST di bagian bawah tabung
- Digunakan untuk pemeriksaan : Kimia
Keterangan :
- Zat Additive : EDTA
12
5. Tabung dengan Tutup Warna Biru Terang
Keterangan :
- Zat Additive : Natrium sitrat
- Tindakan : Bentuk garam kalsium untuk menghilangkan kalsium
- Digunakan untuk pemeriksaan : Tes koagulasi (protime dan waktu
protrombin), full draw required
Keterangan :
- Zat Additive : Sodium heparin atau heparin lithium
- Tindakan : Inactivates trombin dan tromboplastin
- Digunakan untuk pemeriksaan : Untuk tingkat lithium, menggunakan heparin
natrium
Untuk level amonia, menggunakan heparin natrium atau lithium
13
7. Tabung dengan Tutup Warna Biru Tua
Keterangan :
- Zat Additive : EDTA-
- Tindakan : Tabung ini di design untuk tidak terkontaminasi oleh logam
- Digunakan untuk pemeriksaan : Untuk Test Trace Elemen (seng, tembaga,
timah, merkuri) dan toksikologi
Keterangan:
- Zat Additive : Sodium fluoride dan kalium oksalat
- Tindakan : Agen Antiglycolytic mempertahankan glukosa sampai 5 hari
- Digunakan untuk pemeriksaan : Glucoses, requires full draw (may cause
hemolysis if short draw)
14
9. Tabung dengan Tutup Warna Kuning
Keterangan :
- Zat Additive : ACD (acid-citrate-dextrose)
- Tindakan : Complement inactivation
- Digunakan untuk pemeriksaan : HLA tissue typing, paternity testing, DNA
studies
Keterangan :
- Zat Additive : Kaldu campuran
- Tindakan : Menjaga kelangsungan hidup mikroorganisme
- Digunakan untuk pemeriksaan : Mikrobiologi - aerob, anaerob, jamur
15
Keterangan :
- Zat Additive : Natrium sitrat (buffered)
- Tindakan : Forms calcium salts to remove calcium
- Digunakan untuk pemeriksaan : Westergren Sedimentation Rate; requires full
draw
Keterangan :
- Zat Additive : Trombin
- Tindakan : Untuk memeriksa cepat bekuan darah
- Digunakan untuk pemeriksaan : STAT serum kimia
Keterangan :
- Zat Additive : Sodium heparin
- Tindakan : Inactivates trombin dan tromboplastin; isinya hampir tidak ada
timbal
- Digunakan untuk pemeriksaan : Serum lead determination
16
13. Tabung dengan Tutup Warna Pink
Keterangan :
- Zat Additive : Kalium EDTA
- Tindakan : Bentuk garam kalsium
- Digunakan untuk pemeriksaan : Immunohematology
Keterangan :
- Zat Additive : Kalium EDTA
- Tindakan : Bentuk garam kalsium
- Digunakan untuk pemeriksaan : Molecular/PCR and bDNA testing
17
2.3 Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
keadaan darah dan komponen-komponennya. Darah terdiri dari bagian padat yaitu
sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), trombosit dan bagian cairan
yang berwarna kekuningan yang disebut plasma. Pemeriksaan hematologi rutin
dapat menentukan kualitas kesehatan.
Dalamsirkulasidarahdidapatkan sel darah dan cairan yang disebut plasma. Sel
darah tersebut terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih),
trombosit (sel pembeku darah). Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang
bertujuan untuk mengetahui kelainan dari kuantitas dan kualitas sel darah merah, sel
darah putih dan trombosit serta menguji perubahan yang terjadi pada plasma yang
terutama berperan pada proses pembekuan darah.
Pemeriksaanpadaseldarah meliputi kadar hemoglobin, jumlah eritrosit,
hematokrit, nilai eritrosit rerata (nilai NER), jumlah leukosit dan trombosit. Selain
itu pemeriksaan hematologi meliputi pula hitung retikulosit, hitung eosinofil,
aktifitas glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD), daya tahan osmotik eritrosit
yang dikenal sebagai resistensi osmotik eritrosit, penetapan fraksi hemoglobin
dalam eritrosit yang diperiksa dengan analisa hemoglobin, pemeriksaan sel lupus
eritematosus (LE) serta penetapan golongan darah. Selain itu, pemeriksaan
hematologi yang terpenting adalah pemeriksaan hitung jenis leukosit disertai
dengan penilaian morfologi sel darah yang dapat diketahui dengan pemeriksaan
gambaran darah tepi. Pemeriksaan gambaran darah tepi dapat menilai kelainan
bentuk dari eritrosit, leukosit dan trombosit yang dapat menimbulkan kelainan
secara hematologis
18
Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)
Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
Platelet Disribution Width (PDW)
Red Cell Distribution Width (RDW)
Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien yang
datang ke suatu Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika
didapatkan hasil yang diluar nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan lanjutan yang
lebih spesifik terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnosa dan terapi yang tepat bisa
segera dilakukan. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu laboratorium untuk
melakukan pemeriksaan ini berkisar maksimal 2 jam.
Cara Kerja :
1) Masukan 5 tetes Hcl 0,1N ke dalam tabung pengencer Hemometer.
19
2) Isaplah darah (kapiler, EDTA/Oxalat) dengan pipet HB sampai garis tanda 20µl.
hapus darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet.
3) Catatlah waktunya dan segeralah alirkan darah dari pipet kedalam dasar tabung
pengencer yang berisi Hcl 0,1N tadi. Jangan sampai terjadi gelembung udara.
4) Angkat pipet sedikit, lalu isap Hcl 0,1N yang jernih ke dalam pipet 2-3 kali untuk
membersihkan darah yang masih tertinggal di pipet.
5) Campurlah isi tabung itu supaya darah dan Hcl bersenyawa; warna campuran
menjadi coklat tua.
6) Tambahkan aquadest setetes demi setetes, aduk dengan batang pengaduk.
Perbandingan warna campuran dengan warna standar harus dicapai dalam waktu 3-5
menit setelah saat darah dan Hcl dicampurkan. Pada saat menyamakan warna tabung
diputar hingga garis bagi tidak terlihat.
7) Baca kadar HB dalam gram/100 ml darah.
Alat :
Tabung reaksi
HB Meter
Pipet ukur 5 ml
Pipet HB 20µl.
Bahan :
Larutan Drabkin.
Cara Kerja :
1. Masukan 5 ml larutan Drabkin kedalam tabung reaksi.
20
2. Dengan pipet HB ambil 20 µl darah (kapiler, EDTA,Oxalat); disebelah luar ujung
pipet dibersihkan, lalu darah itu dimasukan kedalam tabung reaksi yang berisi lar.
Drabkin tadi. Bilas beberapa kali.
3. Campur isi tabung dengan membolak-balikannya beberapa kali. Inkubasi 5 sampai 10
menit.
4. Bacalah dengan HB meter pada panjang gelombang 540 nm. Sebagai blanko
gunakan larutan drabkin
Alat :
Pipet thoma Eritrosit
Kamar Hitung Improved Neubauer
Cawan Perti berisi kapas basah
Bahan :
Larutan Ammonium oxalate / Rees Ecker
Cara Kerja :
1. Isaplah darah(kapiler, EDTA,Oxalat) dengan pipet eritrosit sampai garis tanda 1
tepat.
2. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
3. Masukan ujung pipet kedalam Ammonium Oxalat/ Rees Ecker sambil menahan
darah pada garis tadi. Pipet dipegang dengan sudut 45° dan lar. Ammonium Oxalat/
Rees Ecker diisap perlahan sampai garis tanda 101. Jangan sampai ada gelembung
udara.
4. Angkat pipet dari cairan; tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet
penghisap. Kocok pipet itu selama 3 menit.
21
5. Buang cairan dari pipet 3-4 tetes dan segera sentuhkan ujung pipet dengan sudut 30°
pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Biarkan
kamar hitung itu terisi cairan dengan daya kapilernya.
6. Biarkan kamar hitung itu 2-3 menit pada cawan petri yang telah berisi kapas basah
supaya leukosit mengendap.
7. Hitung jumlah Trombosit dengan menggunakan objectif kecil 40x pada 5 bidang
kecil.
Pengenceran yang terjadi ialah 100x. luas tiap bidang kecil 1/400 mm², tinggi
kamar hitung 1/10 mm sedangkan eritrosit dihitung salam 5x16 bidang kecil = 80
bidang kecil yang jumlah luasnya 1/5 mm². factor untuk mendapatkan jumlah eritrosit
per µl darah menjadi 5x10x00 = 5.000.
Rumus : Σ Trombosit = N x 5.000
Cara kerja :
1) Isaplah darah(Kapiler, EDTA, Oxalat) dengan pipet eritrosit sampai garis tanda
0,5 tepat.
2) Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
3) Masukan ujung pipet kedalam lar. Hayem sambil menahan darah pada garis tadi.
Pipet dipegang dengan sudut 45° dan lar. Hayem diisap perlahan sampai garis tanda
101. Jangan sampai ada gelembung udara.
22
4) Angkat pipet dari cairan; tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet
penghisap. Kocok pipet itu selama 3 menit.
5) Buang cairan dari pipet 3-4 tetes dan segera sentuhkan ujung pipet dengan sudut
30° pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Biarkan
kamar hitung itu terisi cairan dengan daya kapilernya.
6) Biarkan kamar hitung itu 2-3 menit pada cawan petri yang telah berisi kapas basah
supaya leukosit mengendap.
7) Hitung jumlah Eritrosit dengan menggunakan objectif kecil 40x pada 5 bidang
kecil.
8) Pengenceran yang terjadi ialah 200x. luas tiap bidang kecil 1/400 mm², tinggi
kamar hitung 1/10 mm sedangkan eritrosit dihitung salam 5x16 bidang kecil = 80
bidang kecil yang jumlah luasnya 1/5 mm². factor untuk mendapatkan jumlah eritrosit
per µl darah menjadi 5x10x200 = 10.000.
9) Rumus : Σ Eritrosit = N x 10.000
Alat :
Pipet Thoma Leukosit.
Kamar hitung Improved Neubauer.
Cawan petri berisi kapas basah.
Bahan :
Larutan Turk.
Cara kerja :
1. Isaplah darah (kapiler,EDTA,Oxalat) dengan pipet Leukosit sampai garis tanda 0,5
tepat.
23
2. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
3. Masukan ujung pipet kedalam lar. Turk sambil menahan darah pada garis tadi. Pipet
dipegang dengan sudut 45° dan lar. Turk diisap perlahan sampai garis tanda 11. Jangan
sampai ada gelembung udara.
4. Angkat pipet dari cairan; tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet
penghisap. Kocok pipet itu selama 3 menit.
5. Buang cairan dari pipet 3-4 tetes dan segera sentuhkan ujung pipet dengan sudut 30°
pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Biarkan
kamar hitung itu terisi cairan dengan daya kapilernya.
6. Biarkan kamar hitung itu 2-3 menit pada cawan petri yang telah berisi kapas basah
supaya leukosit mengendap.
7. Hitung jumlah leukosit dengan menggunakan objectif kecil 10x/40x pada 4 bidang
besar.
Pengenceran yang terjadi ialah20x. jumlah sel yang sudah dihitung dalam 4
bidang besar itu dibagi 4 menunjukan jumlah sel leukosit dalam 0,1 µl. kalikan itu
dengan 10 (tinggi) dan 20 (pengenceran) untuk mendapatkan jumlah leukosit dalam 1 µl
darah.
Rumus : Σ leukosit = N x 50
Alat :
Pipet Westergren.
Standar/rak Pipet westergren.
Timer.
Bahan :
Larutan Na.sitrat 3,8%
24
Cara Kerja :
1. Masukan 0,4 ml larutan Na.sitrat 3,8% kedalam tabung.
2. Masukan 1,6 ml darah ke dalam tabung yang telah diberi larutan Na.sitrat 3,8%
tersebut, campur homogen. (perbandingan Na.sitrat : Darah = 1 : 4 ).
3. Isaplah darah menggunakan pipet Westergren sampai garis bertanda 0. Kemudian
biarkabn pipet itu dalam sikap tegak lurus dalam rak westergren selam 60 menit.
4. Bacalah tinggi lapisan plasma dalam mm dan dilaporkan angka itu sebagai laju endap
darah.
Cara Kerja :
25
8. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (Suatu
kondisi di mana ada terlalu sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang biasanya dipakai
antara lain :
MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu
volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl)
MCV = Hematokrit x 10
Eritrosit
Nilai normal = 82-92 fl
26
masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total dan
hasilnya dinyatakan dalam sel/μl.
Nilai normal : Eosinofil 1-3%, Netrofil 55-70%, Limfosit 20-40%, Monosit 2-8%
Jumlah Sampel
Jenis Pemeriksaan Spesimen Antikoagulan
Jenis Jumlah
Hematokrit Darah 2ml Na2EDTA 1-1,5 Mg/ml darah
LED Darah 2ml Na2EDTA 1-1,5 Mg/ml darah
Retikulosit Darah 2ml Na2EDTA 1-1,5 Mg/ml darah
Hitung jumlah leukosit Darah 2ml Na2EDTA 1-1,5 Mg/ml darah
Trombosit Darah 2ml Na2EDTA 1-1,5 Mg/ml darah
27
Perlakuan Sampel Jika Tidak Langsung Diperiksa
Spesimen darah rutin idealnya harus tiba laboatorium dalam waktu maksimal 45
menit setelah pengambilan sempel. Bila karena sesuatusebab spesimen harus disimpan
atau atau dikirim ke laboratorium rujukan, maka sebaiknya spesimen disimpan atau
dikirim dalam wadah tertutup rapat untuk mencegah pencemaran atau penguapan dan
diberi label identitas penderita.
Batas waktu penyimpanan tergantung dari suhu, jenis antikoagulan dan jenis
pemeriksaan. Batas waktu pemeriksaan spesimen darah EDTA pada suhu kamar harus
dilakukan sebagai berikut:
1. Hitung trombosit dan preparat apus yang belum di fiksasi harus diperiksa
dalam waktu kurang dari 1 jam
2. Hitung lekosit dan KED harus di periksa dalam waktu kurang dari 2 jam.
Spesimen darah sitrat pada suhu kamar untuk pemeriksaan hemostatis harus
diperiksa dalam waktu 30 menit. Jika karena suatu sebab pemeriksaan di tunda,plasma
yang dapat disimpan pada suhu 20 ± 5 ̊C hingga 4 jam,bahkan untuk pemeriksaan masa
protrombin (PPT), Sampel plasma tahan sampai 8 jam. Untuk penyimpanan pada suhu
2-8 ̊C dianjurkan dalam bentuk plasma dan dapat diperiksa dalam waktu 2 jam; untuk
pemeriksaan PPT, Penyimpanan sempelplsma pada suhu ini dapat menstabilkan faktor
V, tetapi menyebabkan teraktivitasinya faktor VII (prokonvertin) oleh sistem kalikrien.
Penundaan pemeriksaan dapat menyebabkan perubahan hasil pemeriksaan seperti PPT
dan APTT memanjang, fibrinogen dan faktor koagulasi lainnya berubah.Lemari
pendingin untuk penyimpanan sampel hendaknya mempunyai suhu antara 0 ̊C dan 4 C
̊
dan harus selalu dipantau.
28
2.4 Pemeriksaan Koagulasi Darah
2.4.1 PENGERTIAN
29
- Cara pengambilan darah : Hindari masuknya tromboplastin jaringan, sebaiknya
digunakan 2 semprit dimana darah pada semprit pertama dibuang karena
dikhawatirkan tercemar tromboplastin jaringan
- Kontrol : Diperiksa 1 kontrol normal (tersedia secara komersial) dan 1 kontrol
abnormal
- Penyimpanan dan pengiriman bahan : Sampel darah segera dikerjakan, harus
selesai dalam 3 jam setelah pengambilan darah. Bila harus ditunda, plasma
sitrat disimpan dalam tempat plastik tertutup dalam keadaan beku
-
a) Bleeding Time
Bleeding time (BT) menilai kemampuan darah untuk membeku setelah
adanya luka atau trauma, dimana trombosit berinteraksi dengan dinding
pembuluh darah untuk membentuk bekuan. Prinsip pemeriksaannya
adalah mengukur lamanya waktu perdarahan setelah insisi standart pada
lengan bawah atau cuping telinga. Bleeding time digunakan untuk
pemeriksaan penyaring hemostasis primer atau interaksi antara trombosit
dan pembuluh darah dalam membentuk sumbat hemostatik, pasien
dengan perdarahan yang memanjang setelah luka, pasien dengan
riwayatkeluargagangguanperdarahan.
Pemeriksaan BT dapatdilakukan dengan metoda Ivy , yaitu dilakukan
insisi dengan lanset sepanjang 10 mm dan kedalaman 1 mm di lengan
bawah kemudian setiap 30 detik darah dihapus dengan kertas filter
sampai perdarahan berhenti, atau dengan metoda Duke dengan cara yang
sama insisi di lokasi cuping telingasedalam 3-4 mm.
BT memanjangpadagangguan fungsi trombosit atau jumlah trombosit
dibawah 100.000/ mm3. Pemanjangan BT menunjukkan adanya defek
hemostasis, termasuk didalamnya trombositopenia (biasanya dibawah
100.000/ mm3), gangguan fungsi trombosit heriditer, defek vaskuler
kegagalan vasokonstriksi), Von Willebrand's disease, disseminated
intravascular coagulation (DIC), defek fungsi trombosit (Bernard-Soulier
30
disease dan Glanzmann’s thrombasthenia) , obat-obatan (aspirin/ ASA,
inhibitor siklooksigenase, warfarin, heparin, nonsteroidal anti-
inflammatory drugs (NSAID), beta-blockers, alkohol, antibiotika)
danhipofibrinogenemia.
Trombositopeniaakibatdefekproduksi oleh sumsum tulang menyebabkan
pemanjangan BT lebih berat dibandingkan trombositopenia akibat
destruksi berlebih trombosit. Pasien dengan von Willebrand’s disease
hasil BT memanjang karena faktor von Willebrand merupakan trombosit
agglutination protein. BT normal tidak menyingkirkan kemungkinan
terjadinya perdarahan hebat pada tindakan invasif.
31
diberikan sebelum, selama dan beberapa saat setelah operasi jantung
Selama operasi berlangsung, darah difiltrasi dan dioksigenasi diluar
tubuh menggunakan mesin jantung paru, dimana kontak darah dengan
permukaan artifisial mesin akan memacu koagulasi membentuk bekuan
darah, dengan dosis tinggi Heparin akan
mencegahterbentuknyabekuandarah.
Indikasipemeriksaan ACT adalah setelah pemberian dosis awal bolus
Heparin, bedah jantung terbuka (sebelum, selama dan beberapa saat
setelahnya), tindakan kateterisasi jantung, tindakan lain yang
memerlukan antikoagulan dosis tinggi, pemeriksaan biasanya dilakukan
secara serial. ACT mengukur efek inhibisi Heparin terhadap koagulasi
bukan konsentrasi Heparin dalamdarah.
ACT diukurdalamsatuan detik. Makin tinggi hasil ACT maka makin tinggi
derajat inhibisi pembekuan darah. Clotting time memanjang bila terdapat defisiensi
32
berat faktor pembekuan pada jalur intrinsik dan jalur bersama, misalnya pada
hemofilia (defisiensi F VIIc dan F Ixc), terapi antikoagulan sistemik (Heparin).
Selama operasi CABG, ACT dipertahankan pada batas bawah dimana pasien
diharapkan tidak dapat membentuk bekuan darah. Setelah operasi, ACT
dipertahankan dalam batas 175-225 detik sampai keadaan pasien stabil.
33
tromboplastin terhadap penurunan faktor koagulasi yang bergantung
pada vitamin K. Sediaan baku yang pertama mempunyai ISI = 1,0 (
tromboplastin yang kurang peka mempunyai ISI > 1,0). Dengan
demikian cara paling efektif untuk standardisasi pelaporan PT adalah
kombinasi sistim INR dengan pemakaian konsisten tromboplastin yang
peka yang mempunyainilai ISI sama.
INR digunakanuntuk monitoring terapi warfarin (Coumadin) pada pasien
jantung, stroke, deep vein thrombosis (DVT), katup jantung buatan,
terapi jangka pendek setelah operasi misal knee replacements. INR hanya
boleh digunakan setelah respons pasien stabil terhadap warfarin, yaitu
minimal satu minggu terapi. Standar INR tidak boleh digunakan jika
pasien baru memulai terapi warfarin untuk menghindari hasil yang salah
pada uji. Pasien dalam terapi antikoagulan diharapkan nilai INR nya 2-3 ,
bila terdapat resiko tinggi terbentuk bekuan, iperluakn INR sekitar 2,5 –
3,5.
Bahanpemeriksaan PT adalah plasma sitrat yang diperoleh dari sampel
darah vena dengan antikoagulan trisodium sitrat 3.2% (0.109 M) dengan
perbandingan 9:1. Darah sitrat harus diperiksa dalam waktu selambat-
lambatnya 2 jam setelah pengambilan. Sampel disentrifus selama 10
menit dengan kecepatan 2.500 g. Penyimpanan sampel plasma pada suhu
2-8 oC menyebabkan teraktivasinya F VII (prokonvertin) oleh sistem
kalikrein.
PT dapatdiukursecara manual (visual), foto-optik atau elektromekanik.
Teknik manual memiliki bias individu yang sangat besar sehingga tidak
dianjurkan lagi. Tetapi pada keadaan dimana kadar fibrinogen sangat
rendah dan tidak dapat dideteksi dengan alat otomatis, metode ini masih
dapat digunakan. Metode otomatis dapat memeriksa sampel dalam
jumlah besar dengan cepat dan teliti.
Prinsp pemeriksaan PT
Prinsippengukuran PT adalah menilai terbentuknya bekuan bila ke dalam plasma
yang telah diinkubasi ditambahkan campuran tromboplastin jaringan dan ion
34
kalsium. Reagen yang digunakan adalah kalsium tromboplastin, yaitu
tromboplastin jaringan dalam larutan CaCl2.
35
Masatromboplastinparsialteraktivasi (activated partial thromboplastin
time, APTT) adalah uji laboratorium untuk menilai aktifitas faktor
koagulasi jalur intrinsik dan jalur bersama, yaitu faktor XII (faktor
Hagemen), pre-kalikrein, kininogen, faktor XI (plasma tromboplastin
antecendent, PTA), faktor IX (factor Christmas), faktor VIII
(antihemophilic factor, AHF), faktor X (faktor Stuart), faktor V
(proakselerin), faktor II (protrombin) dan faktor I (fibrinogen). Tes ini
untuk monitoring terapi heparin atau adanya circulating anticoagulant.
APTT memanjang karena defisiensi faktor koagulasi instrinsik dan
bersama jika kadarnya lebih dari 7 detik dari nilai normal, maka hasil
pemeriksaan itu dianggap abnormal.
Pemeriksaan APTT dapatdilakukan dengan cara manual (visual) atau
dengan alat otomatis (koagulometer), yang menggunakan metode foto-
optik dan elektro-mekanik. Teknik manual memiliki bias individu yang
sangat besar sehingga tidak dianjurkan lagi. Tetapi pada keadaan dimana
kadar fibrinogen sangat rendah dan tidak dapat dideteksi dengan alat
otomatis, metode ini masih dapat digunakan. Metode otomatis dapat
memeriksa sampel dalam jumlah besar dengan cepat dan teliti.
36
Nilai normal uji APTT adalah 20 – 35 detik, bervariasi untuk tiap laboratorium
tergantung pada peralatan dan reagen yang digunakan.
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil APTT adalah :
- Bekuan pada sampel darah
- Sampel darah hemolisis atau berbusa akibat dikocok-kocok
- Pengambilan sampel darah pada jalur intravena misal pada infus Heparin.
e. D- Dimer
D-Dimer adalahprodukdegradasi cross linked yang merupakan hasil
akhir dari pemecahan bekuan fibrin oleh plasmin dalam sistem
fibrinolitik. Pada proses pembentukan bekuan normal, bekuan fibrin
terbentuk sebagai langkah akhir dari proses koagulasi yaitu dari hasil
katalisis oleh trombin yang memecah fibrinogen menjadi fibrin monomer
dengan melepaskan fibrinopeptida A dan fibrinopeptida B ( FPA dan
FPB ). Fibrin monomer akan mengalami polimerisasi membentuk fibrin
polimer yang selanjutnya oleh pengaruh faktor XIII akan terjadi ikatan
silang, sehingga terbentuk cross-linked fibrin. Kemudian plasmin akan
memecah cross-linked fibrin yang akan menghasilkan D-Dimer.
D-dimer digunakanuntukmembantu melakukan diagnosis penyakit dan
kondisi yang menyebabkan hiperkoagulabilitas, suatu kecenderungan
darah untuk membeku melebihi ukuran normal. Paling sering ditemukan
pada trombosis vena dalam (DVT) yang berhubungan dengan
pembekuan darah di vena terutama di kaki yang menyebabkan
penyumbatan alirah darah di kaki sehingga menimbulkan nyeri dan
kerusakan jaringan. Keadaan ini dapat menimbulkan gumpalan kecil
yang terpecah dan berjalan mengikuti aliran darah menuju bagian lain di
tubuh sehingga dapat menimbulkan emboli paru (PE). sebagai positif.
Pada sebagian besar kasus, bekuan darah terjadi di pembuluh vena, tetapi
dapat juga terjadi pada arteri. Kombinasi dari dua jenis trombosis ini
diistilahkan dengan tromboembolisme vena (VTE, venous
37
thromboembolism). Bekuan darah pada arteri koronaria dapat berasal
dari aritmia jantung fibrilasi atrium atau kerusakan katup jantung yang
dapat berakibat heart attack. Bekuan dapat juga berasal dari kerusakan
aterosklerosis, pecahan bekuan menyebabkan emboli dan menyumbat
arteri organ lain seperti otak (stroke) danginjal.
Indikasipemeriksaan D-dimer adalah pasien dengan gejala DVT , PE
yang biasanya diikuti pemeriksaan PT, APTT dan jumlah trombosit
untuk mendukung diagnosis. D-dimer juga dipakai untuk membantu
melakukan diagnosis DIC , yang dapat timbul dari berbagai situasi
seperti pembedahan, gigitan ular berbisa, penyakit hati dan setelah
melahirkan. Pada DIC, faktor-faktor pembekuan darah diaktifkan secara
bersamaan di seluruh tubuh sehingga menyebabkan pembekuan darah di
bagian tubuh yang dapat beresiko pendarahan berlebihan.
Pemeriksaan D-Dimer menggunakanmetode latex agglutination yang
dimodifikasi atau menggunakan automated coagulation analyzer
(Coagulometer Sysmex CA-500) untuk mengukur D-Dimer secara
kuantitatif. Sampel darah vena dimasukan kedalam vacutainer yang
mengandung sodium citras 9:1 dan dikirim ke laboratorium tanpa
perlakuan khusus. Kemudian sampel ini disentrifugasi untuk
mendapatkan supernatan untuk dilakukan pemeriksaan kadar D-Dimer,
atau supernatan dapat disimpan pada suhu -200C stabil sampai 1 bulan.
Prinsip pemeriksaan D-dimer adalah terbentuknya ikatan kovalen
partikel polystyrene pada suatu antibodi monoklonal terhadap cross
linkage region dari D-Dimer. Cross-linkage region tersebut memiliki
struktur stereosimetrik yaitu epitop untuk antibodi monoklonal terjadi
dua kali, konsekwensinya satu antibodi cukup untuk memacu reaksi
aglutinasi yang kemudian di deteksi secara turbidimetrik dengan adanya
peningkatan keseluruhan. Hasil metode automatik ini sebanding metode
ELISA konvensional. Satuan untuk kadar D-dimer adalah g/L . Kadar D-
dimer yang dihitungsecaramotomatisdengananalysermempunyai Cut off
point 500 μg/L.
Kadar D-Dimer dalambatas nilai rujukan menunjukkan tidak terdapat
38
penyakit atau keadaan akut yang menyebabkan pembentukan dan
pemecahan bekuan, karena tes ini mengukur aktivitas fibrinolitik dalam
darah. Peningkatan kadar D-Dimer menunjukan peningkatan produksi
fibrin degradation products (FDP), terdapat pembentukan dan
pemecahan trombus yang signifikan dalam tubuh tetapi tidak
menunjukkan lokasinya. D-dimer meningkat pada post-operasi, trauma,
infeksi, post-partum, eklampsia, penyakit jantung, keganasan. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan D-dimer antaralain :
- Hasilnegatifpalsupadaterapiantikoagulan
- Hasilpositifpalsupadausia tua, Rheumatoid factor, trigliserid
tinggi, lipemia, bilirubin, hemolisis sampel darah.
f. Fibrinogen.
Fibrinogen (F I) adalah glikoprotein plasma terlarut yang disintesis oleh
hepatosit dan megakariosit. Fibrinogen sebagai prekursor fibrin, diubah
menjadi fibrin oleh thrombin dengan bantuan serine protease thrombin
selama proses pembekuan. Fibrinogen dapat membentuk jembatan
diantara trombosit dengan cara berikatan dengan protein membran
GpIIb/ IIIa di permukaan trombosit. Indikasi pemeriksaan fibrinogen
adalah bila dijumpai abnormalitas PT dan APTT, kasus perdarahan yang
belum diketahui penyebabnya, monitoring progresifitas suatu penyakit
(misalnya penyakit hepar) dan monitoring terapi DIC.
Fibrinogen dapatdiukurdalam darah vena menggunakan sampel darah
sitrate atau whole blood bila menggunakan metode viscoelastic methods
seperti thrombelastometry (fungsi trombosit
dihambatdengancytochalasin D).
Peningkatan fibrinogen dijumpaipada infeksi akut atau kerusakan
jaringan (perannya sebagai protein fase akut), keganasan, infark miokard,
stroke, inflamasi (arthritis rheumatoid, glomerulonephritis), kehamilan,
merokok sigaret, kontrasepsi oral, penggunaan preparat estrogen.
Hipertensi disertai peningkatan fibrinogen meningkatkan resiko stroke.
39
Beberapa klinisi melakukan pemeriksaan Fibrinogen disertai dengan C-
reactive protein (CRP) untuk menentukan resiko penyakit kardiovaskuler
dan sebagai pertimbangan dalam menangani faktor resiko lainnya seperti
kolesterol dan HDL. Peningkatan fibrinogen yang berkaitan dengan
infark miokard, stroke dan penyakit arteri perifer disebabkan oleh
peningkatan viskositas, peningkatan koagulasi, peningkatan availabilitas
untuk adhesidanagregasitrombosit.
Penurunan fibrinogen menyebabkanpenurunan kemampuan tubuh
membentuk bekuan darah yang stabil. Penurunan fibrinogen kronis
berkaitan dengan penurunan produksi akibat kelainan kongenital
(afibrinogenemia, hipofibrinogenemia) atau kelainan didapat (stadium
akhir penyakit hepar, malnutrisi). Penurunan fibrinogen akut disebabkan
oleh peningkatan konsumsi fibrinogen seperti pada DIC, fibrinolisis
abnormal, tranfusi darah masif dalam waktu singkat (hemodilusi),
trauma. Dikatakan DIC bila dijumpai penurunan fibrinogen disertai
pemanjangan PT atau APTT pada sepsis atau trauma. Obat-obatan
tertentu dapat menurunkan kadar fibrinogen, antara lain steroid anabolik,
androgen, phenobarbital, streptokinase, urokinase, asamvalproat.
Gangguanpolimerisasi fibrin dapat diinduksi oleh infus plasma
expanders yang berakibat perdarahan hebat. Pada kasus
dysfibrinogenemia, terdapat abnormalitas fungsi fibrinogen dengan
jumlah normal, hal ini disebabkan oleh mutasi gen yang mengontrol
produksi fibrinogen oleh hepar sehingga hepar memproduksi fibrinogen
abnormal yang resisten terhadap degradasi saat dikonversi menjadi
fibrin. Dysfibrinogenemia dapat meningkatkan resiko trombosis vena.
Pasien dengan defisiensi fibrinogen atau gangguan polimerisasi
fibrinogen dysfibrinogenemia dapat mengalami perdarahan sehingga
diperlukan koreksi dengan pemberian fresh frozen plasma (FFP),
cryoprecipitate (plasma kaya fibrinogen) atau konsentrat fibrinogen.
40
Thrombin time (TT) diperoleh dengan menambahkan reagen thrombin
ke plasma sitrate, mengukur waktu sejak ditambahkannya thrombin
sampai terbentuknya bekuan darah pada suhu 37 oC, digunakan untuk
mengetahui jumlah dan kualitas fibrinogen dan konversi fibrinogen
(soluble protein) menjadi fibrin (insoluble protein). Bila pasien dalam
terapi Heparin, digunakan reptilase sebagai pengganti thrombin (efek
sama dengan thrombin tetapi tidak dihambat oleh Heparin). Reptilase
digunakan untuk identifikasi Heparin sebagaipenyebabpemanjangan TT.
Sampeldarahuntukpemeriksaan menggunakan darah sitrat (vacutainer
bertutup biru), dengan pengisian darah sesuai agar tercapai ratio
antikoagulant terhadap darah adalah satu bagian antikoagulan per
sembilan bagian darah. Nilai normal tergantung dari kadar thrombin
yang dipakai, umumnya kurang dari 22 detik, tergantung darimetode
yang digunakan.
Thrombin time digunakanmendiagnosis gangguan perdarahan,
mengetahui efektivitas terapi fibrinolitik. Thrombin time memanjang
pada afibrinogenemia, hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen kurang dari
100 mg/ mL), dysfibrinogenemia, sirosis hepatis, karsinoma
hepatoseluler, bayi baru lahir, terdapat inhibitor thrombin (Hepari, FDP,
DIC), multiple myeloma, procainamide-induced anticoagulant,
amiloidosis sistemik). Bila TT memanjang, pemeriksaan diulang dnegan
menggunakan campuran plasma penderita dengan plasma kontrol
(perbandingan 1:1) untuk mengetahui ada tidaknya inhibitor.
Jumlah Sampel
Jenis Pemeriksaan Spesimen Antikoagulan
Jenis Jumlah
PT Darah 2ml Sitrat 3,8% (perbandingan 1:9)
APTT Darah 2ml Sitrat 3,8% (perbandingan 1:9)
TT Darah 2ml Sitrat 3,8% (perbandingan 1:9)
CT Darah 4ml -
41
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
keadaan darah dan komponen-komponennya. Darah terdiri dari bagian padat yaitu sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), trombosit dan bagian cairan yang
berwarna kekuningan yang disebut plasma. Pemeriksaan hematologi rutin dapat
menentukan kualitas kesehatan.
Jenis-jenis pemeriksaan hematologi :
Darah rutin
Hemoglobin (Hb), LED, hitung leukosit, hitung jenis leukosit
Darah perifer lengkap (DPL) atau complete blood count (CBC)
Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), Jumlah trombosit, Jumlah leukosit
dan hitung jenis leukosit (differential count), Jumlah eritrosit, Nilai eritrosit rata-
rata (NER), RDW, MPV Laju Endap Darah (LED).
42
DAFTAR PUSTAKA
http://praktekanalislab.blogspot.com
http://labkesehatan.blogspot.com-phlebotomy
www.academia.edu-laporan-praktikum.com
http://bangsalsehat.blogspot.com
43