Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan hematologia dalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
keadaan darah dan komponen-komponennya. Darah terdiri dari bagian padat yaitu
sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), trombosit dan bagian cairan
yang berwarna kekuningan yang disebut plasma. Pemeriksaan hematologi rutin
dapat menentukan kualitas kesehatan. Pemeriksaan pada sel darah meliputi kadar
hemoglobin, jumlah eritrosit, hematokrit, nilai eritrositrerata (nilai NER), jumlah
leukosit dan trombosit. Selain itu pemeriksaan hematologi meliputi pula hitung
retikulosit, hitung eosinofil, aktifitas glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD),
dayatahan osmotic eritrosit yang dikenal sebagai resistensi osmotikeritrosit,
penetapanfraksi hemoglobin dalameritrosit yang diperiksa dengan analisa
hemoglobin, pemeriksaan sel lupus eritematosus (LE) serta penetapan golongan
darah. Selain itu, pemeriksaan hematologi yang terpenting adalah pemeriksaan
hitung jenis leukosit disertai dengan penilaian morfologi sel darah yang dapat
diketahui dengan pemeriksaan gambaran darah tepi. Pemeriksaan gambaran darah
tepi dapat menilai kelainan bentuk dari eritrosit, leukosit dan trombosit yang dapat
menimbulkan kelainan secara hematologis.
Hemostasis adalahv kemampuan alami tubuh untuk menghentikan perdarahan
pada lokasi luka oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan keterlibatan
aktiffaktor koagulasi. Fungsi utama mekanisme koagulasia dalah menjaga keenceran
darah (blood fluidity) sehingga darah dapat mengalir dalam sirkulasi dengan baik,
serta membentuk thrombus sementara atau hemostatic thrombus pada dinding
pembuluh darah yang mengalami kerusakan (vascular injury). Analisa gas darah
merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk
mengetahui status oksigenasi dan keseimbangan asam basanya. Manfaat dari
pemeriksaan analisa gas darah tersebut bergantung pada kemampuan dokter untuk
menginterpretasi hasilnya secara tepat.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Pemeriksaan Hematologi?
2. Apa saja Jenis-Jenis Pemeriksaan Hematologi?
3. ApaPengertiandari Hemostasis?
4. BagaimanaPatofisiologidanPemeriksaanLaboratorium untuk Hemostasis?

C. Tujuan
MakalahinidibuatbertujuanuntukmengetahuiPengertiandari hemostasis, pemeriksaan
hematologi, jenis-jenis pemeriksaan hematologi, patofiologisdari hemostasis
danpemeriksaanlaboratoriumuntukkoagulasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengambilan Darah Vena


2.1.1Pengertian
Pengambilandarah vena yaitu suatu pengambilan darah yang diambil pada
pembuluh darah vena fossa cubiti, median cubital atau caphalic dan vena saphena
magma/vena superviciall lain yang cukup besar untuk mendapatkan sampel darah yang
baik dan representatif dengan menggunakan spuit atau vacumtainer. Pengambilan
sampel darah berhubungan dengan namanya Flebotomy berasal dari bahasa yunani yaitu
phleb dan toma. Phleb berarti pembuluh darah vena dan Toma berarti mengiris atau
memotong. Phlebotomy adalah proses pengeluaran bbbbbdarah .
Pengambilan darah ada tiga cara yaitu dengan melalui Tusukan vena
(Venipuncture), Tusukan kulit (Skinpuncture) dan Tusukan arteri atau nadi. Cara yang
sering digunakan adalah venipuncture dengan spuit. Pengambilan darah vena
(venipuncture) untuk mengambilan darah dalam jumlah yang banyak, tenaga medis
yang melakukan flebotomy disebut Phelobotomist. Pengambilan darah vena diutarakan
mengambil didaerah median cubital, karena daerah ini terletak lebih besar dan apabila
tidak memungkinkan pengambilan darah dibagian ini dapat dilakukan didaerah vena
caphalica atau juga vena basilica. Pengambilan pada vena Basilica harus dilakuan hati-
hati karena letanya berdekatan dengan arteri branchialisdansyaraf medina.

2.1.2 Alat dan Bahan


1. Alat
- Tourniquet (tali pembendung)
- Spuit
- Kapas kering
- Plester
- APD lengkap
2. Bahan
- Alkohol 70%

3
2.1.3 Cara Kerja
1. Persiapkan alat-alat yang diperlukan : syring, kapas alkohol 70%, tali
pembendung (turniket), plester, dan tabung. Untuk pemilihan syring, pilihlah
ukuran/volume sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil, pilih
ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan jarum terpasang dengan erat.
2. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien
senyaman mungkin.
3. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
4. Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila
pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
5. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan
aktifitas.
6. Minta pasien mengepalkan tangan.
7. Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
8. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi)
untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis
dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari
arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah
lengan.
9. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70%
dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
10. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika
jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam
semprit (dinamakan flash). Usahakan sekali tusuk kena.
11. Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien
membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali
jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
12. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan
kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik
jarumsebelumturniketdibuka.

4
2.1.4 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Adalah :
1. Pemasangan Tourniquet (tali pembendungan) :
 Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat mengakibatkan
hemokonsentrasi (peningkatan nilai alcohol atau pcv dan elemen sel)
 Melepas Tourniquet sesudah jarum dilepas dapat memyebabkan
hematoma
2. Jarum dilepaskan sebelum tabung alcohol terisi penuh sehingga
mengakibatkan masuknya udara kedalam tabung dan merusak sel darah
merah.

3. Penusukan
 Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan
jaringan sehingga dapat mengakibatkan pembekuan. Disamping itu
penusukan yang berkali-kali berpotensi menyebabkan hematoma.
 Tusukan jarum yang tidak dapat masuk kedalam vena menyebabkan
darah bocor dengan akibat hematoma.
4. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alcohol menyebabkan rasa terbakar dan
rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.

2.1.5 Komplikasi Pada Pengambilan Darah


a. Alergi terhadap atiseptik dan plester
b. Pendarahan berlebihan
c. Hematoma terjadi karena :
1. Vena terlalu kecil untuk jarum yang dipakai
2. Jarum menembus seluruh dinding vena
3. Jarum hanya menembus sebagian vena
4. Jarum dilepaskan pada saat tourniquet masih dipasang
5. Penekanan yang tidak adekuat setelah venipuncture
d. Muntah
e. Nyeri
f. Kerusakan vena

5
g. Kerusakan saraf
h. Terambilnya darah arteri
i. Petekiae
j. Vena Kolaps
k. Aliran balik antikoagulan

2.1.6 Faktor-Faktor Kegagalan


Posisijarumsalah :
a. Lubang jarum menempel pada bagian atas atau bawah dinding vena
b. Jarum masuk terlalu dalam
c. Jarum masuk sebagian atau kurang dalam
d. Jarum masuk kedalam vena yang kolaps

2.1.7 Koreksi Terhadap Kegagalan Venipuncture


a. Perlahan-lahan posisi jarum diubah kearah yang tepat
b. Pada vena yang kolaps : Tekatkan tourniquet
c. Bila darah tetap tidak keluar, lakukan venipuncture pada bagian yang lain
d. Bila dua kali pengambilan tetap gagal, ganti flebotomis. Bila perlu
pasiendiberiistirahatdahulu

2.1.8 Lokalisasi atau Tempat Pengambilan Darah Vena


Tempat-tempat yang memungkinkandilakukan pemngambilan darah vena
adalah sebagai berikut :
a. Lengan : Vena Basilica, Vena Cepalicha, Vena Mediana Cubiti, Vena
Medial/anterbracial, Vena Radialis
b. Tungkai : Vena Saphinous
Lokasi lain apabila vena lengan tidak dapat digunakan untuk dilakukan
pengambilan darah yaitu : Vena Pergelangan Tangan, Vena Jugulari atau Sinus
Sagitalis (pengambilan darah vena pada bayi), Vena Hermolaris, Vena Dorsalis
Pedis.

6
2.2 Macam – macam Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah.
Pemeriksaan di dalam laboratorium klnik tidak hanya satu atau dua, tetapi banyak
pemeriksaan, tergantung pada banyak spesimen yang masuk dan jenis pemeriksaan
yang diminta, sehingga tidak semua spesimen yang datang bisa langsung diperiksa.
Penambahan antikoagulan bertujuan supaya darah tidak membeku, sehingga kondisi
darah dapat dipertahankan walau tidak langsung diperiksaan atau pemeriksaan
memakan waktu yang lama. Setelah dilakukan pemeriksaan, darah yang
berantikoagulan bisa disimpan dalam lama waktu tertentu, sehingga apabila harus
dilakukan pemeriksaan ulang atau pemeriksaan tambahan lainnya dapat digunakan
kembali.
Ada banyak jenis antikoagulan, namun tidak semuanya dapat digunakan karena
ada yang terlalu banyak berpengaruh terhadap bentuk/morfologi eritrosit atau leukosit.
Antikoagulan yang dapat digunkan :
1. Garam Kalium atau Natrium dari Ethylen Diamine Tetra Asetat (EDTA)
Garam-garam tersebut mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk yang
bukan ion sehingga pembekuan dapat dicegah. EDTA tidak mempengaruh terhadap
besar dan bentuk dari Eritrosit dan leukosit. Selain itu EDTA juga dapat mencegah
penggumpalan trombosit, sehingga sangat baik sebagai antikoagulan untuk pemeriksaan
trombosit. Antikoagulan EDTA sangat luas pemakaiannya, dapat digunakan untuk
kebanyakan pemeriksaan hematologi. Dengan antikoagulan EDTA, sel-sel darah dapat
bertahan lebih lama dibanding dengan antikoagulan lain.
Ada tiga macam EDTA, yaitu dinatrium EDTA (Na2EDTA), dipotassium
EDTA (K2EDTA) dan tripotassium EDTA (K3EDTA). Dari ketiga jenis EDTA
tersebut, K2EDTA adalah yang paling baik dan dianjurkan oleh ICSH (International
Council for Standardization in Hematology) dan CLSI (Clinical and Laboratory
Standards Institute).
Jumlah EDTA yang Digunakan :
-EDTA kering: 1 mg EDTA/1 ml darah
-EDTA cair: 0.01ml EDTA/1 ml darah
-EDTA cair (laruatan EDTA 10 %) lebih sering digunakan.

7
Pada penggunaan EDTA kering, wadah yang berisi darah dan EDTA harus
digoyang(homogenkan) selama 1-2 menit karena EDTA kering lambat larut.
Penggunaan EDTA kurang atau lebih dari ketentuan seharusnya dihindari. Penggunaan
EDTA yang kurang dari ketentuan dapat menyebabkan darah membeku. Sedangkan
penggunaan yang lebih dari ketentuan dapat menyebabkan eritrosit mengkerut sehingga
nilai hematokrit rendah dari nilai yang sebenarnya.Saat ini sudah tersedia,Tabung
darah/tabung hampa udara (vacutainer tube) yang berisi EDTA. Tabung EDTA bertutup
lavender (Ungu) atau pink seperti yang diproduksi oleh Becton Dickinson.

Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan EDTA


-Penentuan kadar Hb
-Penentuan Hematokrit
-Penentuan Laju Endap Darah (LED)
-Penentuan Resisitensi osmotik darah
-Penentuan golongan darah
-Perhitungan sel-sel darah, termasuk retikulosit
-Pembuatan apusan darah

2. Natrium Sitrat (Trisodium Citrat)


Natrium Sitrat(Trisodium Citrat) yang digunakan berbentuk larutan 3,2 % dan
3,8%. Antikogulan ini mencegah pembekuan dengan cara mengikat ion kalsium.
Antikoagulan Natrium Sitrat tidak toksis sehingga dapat juga digunakan untuk transfusi
darah.
Banyaknya Natrium Sitrat yang Digunakan
-Larutan Natrium Sitrat 3,2 % digunakan untuk pemeriksaan soal-soal proses
pembekuan darah (Koagulasi) dan agregasi trombosit. Volume = 1 volume antikoagulan
: 9 volume darah
- Larutan Natrium Sitrat 3,8 % digunakan pemeriksaan Laju Endap Darah dan
Eritrosit Sedimen Rate (ESR), Volumenya : 1 volume antikoagulan : 4 volume darah
Saat ini sudah tersedia Tabung darah/tabung hampa udara (vacutainer tube)
yang berisi Natrium sitrat. Tabung sitrat 3,2% bertutup biru terang dan tabung sitrat
3,8% bertutup hitam.

8
Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan Natrium Citrat
-Penentuan Laju Endap Darah
-Eritrosit Sedimen Rate (ESR)
-Pemeriksaan soal-soal proses pembekuan darah
-Agregasi Trombosit
-Penentuan golongan darah
-Transfusi darah
3. Heparin
Heparin merupakan antikoagulan yang normal dalam tubuh, namun di
laboratorium heparin jarang digunakan dalam pemeriksaan-pemeriksaan di laboratorium
karena mahal harganya. Heparin berdaya seperti antitrombin. Heparin bekerja dengan
cara menghentikan pembentukan trombin dari prothrombin sehingga menghentikan
pembentukan fibrin dari fibrinogen.Heparin tidak mempengaruhi bentuk eritrosit
maupun trombosit.
Jenis heparin yang paling banyak digunakan adalah Lithium heparin karena
antikoagulan karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion dalam darah.
Banyaknya Heparin yang Digunakan:
-Heparin Kering : 0,1-0,2 mg/ml Darah
-Heparin Cair : 15 IU +/- 2.5 IU/ml darah
Saat ini telah tersedia tabung darah/tabung hampa udara (vacutainer tube) yang berisi
heparin. Tabung heparin bertutup Hijau muda (Lithium heparin) dan Hijau (Lithium
heparin dengan gel)
Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan Heparin :
-Penentuan hemoglobin
-Penentuan hematokrit
-Penentuan resistensi osmotik
-Penghitungan sel-sel darah
-Penentuan golongan darah
-Transfusi darah
*Heparin tidak bisa digunakan untuk membuat apusan darah karena menyebebabkan
dasar yang biru kehitaman bisa dicat dengan cat wright stain.

9
4. Natrium Oxalat
Bekerja dengan menikat ion Ca, sehingga terbentuk Ca Oxalat yang mengendap.
Na oxalat yang digunakan berbentuk larutan 0.1 N
Banyaknya Na-Oxalat yang Digunakan:
-Pemeriksaan Plasma Protrombin Time (PPT) : 1 volume darah: 9 volume darah
Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan Na-Oxalat
- Pemeriksaan Plasma Protrombin Time (PPT)
5. Double Oxalat
Nama lainnya dalah Balance Oxalat Mixture atau antikoagulan dari Heller dan
Paul. Antikoagulan ini mengandung kalium oxalat dan ammonium oxalat dengan
perbandingan 2:3. Kalium oxalat menyebebkan eritrosit mengkerut, sedangkan
ammonium oxalat menyebabkan eritrosit mengembang. Campuran kedua garam
tersebut bertujuan untuk menghindari perubahan perubahan volume eritrosit.
Banyaknya Antikoagulan Double Oxalat yang digunakan:
-Double oxalat kering : 2 mg Double oxalat / 1 ml darah
-Double oxalat cair 2%: 0.1 ml Double oxalat/ 1 ml darah
Double oxalat digunakan dalam bentuk kering. Sebelum ditambahkan darah,
double oxalat cair yang dimasukkan kedalam tabung penampung darah harus di
keringkan terlebih dahulu pada suhu yang kurang 600C, menghindari perubahan
menjadi Karbonat (Sifat antikoagulannya hilang).
Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan Double Oxalat
-Penentuan hemoglobin
-Penentuan hematokrit
-Penentuan Laju Endap Darah (LED)
-Penentuak resistensi eritrosit
-Penentuan golongan darah

2.2.1 Macam - Macam Tabung Vakum Untuk Phlebotomi

Tabung vakum pertama kali dipasarkan dengan nama dagang Vacutainer. Jenis
tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika
tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan
berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai. Tabung vakum

10
pertama kali dipasarkan dengan nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa
tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung
dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti
mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.

1. Tabung dengan Tutup Merah

Tabung Phlebotomi Warna Tutup Merah

Keterangan :
- Tidak terdapat zat Additive
- Tindakan : Darah Beku, dan serum dipisahkan oleh sentrifius
- Digunakan untuk pemeriksaan : Kimia, Imunologi dan Serologi, Bank Darah
(crossmatch)

2. Tabung dengan Tutup Warna Emas

Tabung Phlebotomi Tutup Warna Emas

Keterangan :
- Tidak terdapat zat Additive
- Tindakan : Pemisah tabung serum (SST) berisi gel di bagian bawah untuk
memisahkan darah dari serum dengan cara sentrifugasi
- Digunakan untuk pemeriksaan : Kimia, Imunologi dan Serologi

11
3. Tabung dengan Tutup Warna Hijau Terang

Tabung Phlebotomi dengan tutup warna Hijau Terang

Keterangan :
- Zat Additive : Plasma Separating Tube (PST) dengan heparin Lithium
- Tindakan : Anticoagulates dengan heparin lithium; Plasma dipisahkan dengan
gel PST di bagian bawah tabung
- Digunakan untuk pemeriksaan : Kimia

4. Tabung dengan Tutup Warna Ungu

Tabung Phlebotomi dengan tutup warna Ungu

Keterangan :
- Zat Additive : EDTA

- Tindakan : Bentuk garam kalsium untuk menghilangkan kalsium


- Digunakan untuk pemeriksaan : Hematologi (CBC) dan Bank Darah
(crossmatch); requires full draw - invert 8 times untuk mencegah penggumpalan
dan pembekuan darah.

12
5. Tabung dengan Tutup Warna Biru Terang

Tabung Phlebotomi dengan tutup warna biru terang

Keterangan :
- Zat Additive : Natrium sitrat
- Tindakan : Bentuk garam kalsium untuk menghilangkan kalsium
- Digunakan untuk pemeriksaan : Tes koagulasi (protime dan waktu
protrombin), full draw required

6. Tabung dengan Tutup Warna Hijau

Tabung Phlebotomi dengan tutup warna Hijau

Keterangan :
- Zat Additive : Sodium heparin atau heparin lithium
- Tindakan : Inactivates trombin dan tromboplastin
- Digunakan untuk pemeriksaan : Untuk tingkat lithium, menggunakan heparin
natrium
Untuk level amonia, menggunakan heparin natrium atau lithium

13
7. Tabung dengan Tutup Warna Biru Tua

Tabung Phlebotomi dengan tutup warna biru tua

Keterangan :
- Zat Additive : EDTA-
- Tindakan : Tabung ini di design untuk tidak terkontaminasi oleh logam
- Digunakan untuk pemeriksaan : Untuk Test Trace Elemen (seng, tembaga,
timah, merkuri) dan toksikologi

8. Tabung dengan Tutup Warna Gray Terang

Tabung Phlebotomi dengan tutup warna Gray terang

Keterangan:
- Zat Additive : Sodium fluoride dan kalium oksalat
- Tindakan : Agen Antiglycolytic mempertahankan glukosa sampai 5 hari
- Digunakan untuk pemeriksaan : Glucoses, requires full draw (may cause
hemolysis if short draw)

14
9. Tabung dengan Tutup Warna Kuning

Tabung Phlebotomi dengan tutup warna Kuning

Keterangan :
- Zat Additive : ACD (acid-citrate-dextrose)
- Tindakan : Complement inactivation
- Digunakan untuk pemeriksaan : HLA tissue typing, paternity testing, DNA
studies

10. Tabung dengan Tutup Warna Kuning - Hitam

Tabung Phlebotomi dengan tutup warna Kuning - HItam

Keterangan :
- Zat Additive : Kaldu campuran
- Tindakan : Menjaga kelangsungan hidup mikroorganisme
- Digunakan untuk pemeriksaan : Mikrobiologi - aerob, anaerob, jamur

11. Tabung dengan Tutup Warna Hitam

Tabung Phlebotomi dengan tutup warna Hitam

15
Keterangan :
- Zat Additive : Natrium sitrat (buffered)
- Tindakan : Forms calcium salts to remove calcium
- Digunakan untuk pemeriksaan : Westergren Sedimentation Rate; requires full
draw

12. Tabung dengan Tutup Warna Orange

Tabung Phlebotomi dengan tutup warna Orange

Keterangan :
- Zat Additive : Trombin
- Tindakan : Untuk memeriksa cepat bekuan darah
- Digunakan untuk pemeriksaan : STAT serum kimia

13. Tabung dengan Tutup Warna Coklat Terang

Tabung Phlebotomi dengan tutup warna Coklat Terang

Keterangan :
- Zat Additive : Sodium heparin
- Tindakan : Inactivates trombin dan tromboplastin; isinya hampir tidak ada
timbal
- Digunakan untuk pemeriksaan : Serum lead determination

16
13. Tabung dengan Tutup Warna Pink

Tabung Phlebotomi dengan tutup warna Pink

Keterangan :
- Zat Additive : Kalium EDTA
- Tindakan : Bentuk garam kalsium
- Digunakan untuk pemeriksaan : Immunohematology

13. Tabung dengan Tutup Warna Putih

Tabung Phlebotomi dengan tutup warna Putih

Keterangan :
- Zat Additive : Kalium EDTA
- Tindakan : Bentuk garam kalsium
- Digunakan untuk pemeriksaan : Molecular/PCR and bDNA testing

17
2.3 Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
keadaan darah dan komponen-komponennya. Darah terdiri dari bagian padat yaitu
sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), trombosit dan bagian cairan
yang berwarna kekuningan yang disebut plasma. Pemeriksaan hematologi rutin
dapat menentukan kualitas kesehatan.
Dalamsirkulasidarahdidapatkan sel darah dan cairan yang disebut plasma. Sel
darah tersebut terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih),
trombosit (sel pembeku darah). Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang
bertujuan untuk mengetahui kelainan dari kuantitas dan kualitas sel darah merah, sel
darah putih dan trombosit serta menguji perubahan yang terjadi pada plasma yang
terutama berperan pada proses pembekuan darah.
Pemeriksaanpadaseldarah meliputi kadar hemoglobin, jumlah eritrosit,
hematokrit, nilai eritrosit rerata (nilai NER), jumlah leukosit dan trombosit. Selain
itu pemeriksaan hematologi meliputi pula hitung retikulosit, hitung eosinofil,
aktifitas glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD), daya tahan osmotik eritrosit
yang dikenal sebagai resistensi osmotik eritrosit, penetapan fraksi hemoglobin
dalam eritrosit yang diperiksa dengan analisa hemoglobin, pemeriksaan sel lupus
eritematosus (LE) serta penetapan golongan darah. Selain itu, pemeriksaan
hematologi yang terpenting adalah pemeriksaan hitung jenis leukosit disertai
dengan penilaian morfologi sel darah yang dapat diketahui dengan pemeriksaan
gambaran darah tepi. Pemeriksaan gambaran darah tepi dapat menilai kelainan
bentuk dari eritrosit, leukosit dan trombosit yang dapat menimbulkan kelainan
secara hematologis

Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter pemeriksaan,


yaitu :
 Hemoglobin
 Hematokrit
 Leukosit (White Blood Cell / WBC)
 Trombosit (platelet)
 Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)

18
 Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
 Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)
 Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
 Platelet Disribution Width (PDW)
 Red Cell Distribution Width (RDW)
Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien yang
datang ke suatu Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika
didapatkan hasil yang diluar nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan lanjutan yang
lebih spesifik terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnosa dan terapi yang tepat bisa
segera dilakukan. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu laboratorium untuk
melakukan pemeriksaan ini berkisar maksimal 2 jam.

1. Prosedur Pemeriksaan HB metode Sahli


Metode pemeriksaan Hemoglobin (HB) secara Sahli memang sudah ketinggalan
jaman dan makin ditinggalkan orang, mengingat kelemahan yang dimiliki oleh metode
ini. Tetapi bagi yang memerlukan prosedur kerjanya, silahkan dibaca :
Prinsip : Hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian warna yang terjadi
dibandingkan dengan standar warna dalam alat sahli.
 Alat :
Standar Sahli Hemometer.
Pipet HB 20 µl.
Pipet Tetes
Batang pengaduk
Tabung Pengencer haemometer
 Bahan :
Hcl 0,1 N
Aquadest

Cara Kerja :
1) Masukan 5 tetes Hcl 0,1N ke dalam tabung pengencer Hemometer.

19
2) Isaplah darah (kapiler, EDTA/Oxalat) dengan pipet HB sampai garis tanda 20µl.
hapus darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet.
3) Catatlah waktunya dan segeralah alirkan darah dari pipet kedalam dasar tabung
pengencer yang berisi Hcl 0,1N tadi. Jangan sampai terjadi gelembung udara.
4) Angkat pipet sedikit, lalu isap Hcl 0,1N yang jernih ke dalam pipet 2-3 kali untuk
membersihkan darah yang masih tertinggal di pipet.
5) Campurlah isi tabung itu supaya darah dan Hcl bersenyawa; warna campuran
menjadi coklat tua.
6) Tambahkan aquadest setetes demi setetes, aduk dengan batang pengaduk.
Perbandingan warna campuran dengan warna standar harus dicapai dalam waktu 3-5
menit setelah saat darah dan Hcl dicampurkan. Pada saat menyamakan warna tabung
diputar hingga garis bagi tidak terlihat.
7) Baca kadar HB dalam gram/100 ml darah.

2. Pemeriksaan HB cara Sianmethemoglobin


Tujuan Umum : Menetapkan kadar HB secara Fotometri menggunakan Metode
Sianmethaemoglobin.
Prinsip : Hemoglobin darah diubah menjadi sianmethaemoglobin (hemoglobin sianida)
Dalam larutan yang berisi kalium ferisianida dan kalium sianida. Absorbansi Larutan
diukur pada gelombang 540 nm. Kadar HB ditentukan dari Perbandingan
absorbansinya dengan absorbansi standar.

 Alat :
Tabung reaksi
HB Meter
Pipet ukur 5 ml
Pipet HB 20µl.
 Bahan :
Larutan Drabkin.

Cara Kerja :
1. Masukan 5 ml larutan Drabkin kedalam tabung reaksi.

20
2. Dengan pipet HB ambil 20 µl darah (kapiler, EDTA,Oxalat); disebelah luar ujung
pipet dibersihkan, lalu darah itu dimasukan kedalam tabung reaksi yang berisi lar.
Drabkin tadi. Bilas beberapa kali.
3. Campur isi tabung dengan membolak-balikannya beberapa kali. Inkubasi 5 sampai 10
menit.
4. Bacalah dengan HB meter pada panjang gelombang 540 nm. Sebagai blanko
gunakan larutan drabkin

3. Pemeriksaan Hitung Jumlah Trombosit


Tujuan Umum : Menghitung Jumlah trombosit dalam 1 mm³ darah.
Prinsip : Darah diencerkan dalam pipet eritrosit, kemudian dimasukkan ke dalam
kamar Hitung. Jumlah trombosit dihitung dalam volume tertentu; dengan
Menggunakan factor konversi jumlah trombosit per µl darah dapat diperhitungkan.

 Alat :
Pipet thoma Eritrosit
Kamar Hitung Improved Neubauer
Cawan Perti berisi kapas basah
 Bahan :
Larutan Ammonium oxalate / Rees Ecker

Cara Kerja :
1. Isaplah darah(kapiler, EDTA,Oxalat) dengan pipet eritrosit sampai garis tanda 1
tepat.
2. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
3. Masukan ujung pipet kedalam Ammonium Oxalat/ Rees Ecker sambil menahan
darah pada garis tadi. Pipet dipegang dengan sudut 45° dan lar. Ammonium Oxalat/
Rees Ecker diisap perlahan sampai garis tanda 101. Jangan sampai ada gelembung
udara.
4. Angkat pipet dari cairan; tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet
penghisap. Kocok pipet itu selama 3 menit.

21
5. Buang cairan dari pipet 3-4 tetes dan segera sentuhkan ujung pipet dengan sudut 30°
pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Biarkan
kamar hitung itu terisi cairan dengan daya kapilernya.
6. Biarkan kamar hitung itu 2-3 menit pada cawan petri yang telah berisi kapas basah
supaya leukosit mengendap.
7. Hitung jumlah Trombosit dengan menggunakan objectif kecil 40x pada 5 bidang
kecil.
Pengenceran yang terjadi ialah 100x. luas tiap bidang kecil 1/400 mm², tinggi
kamar hitung 1/10 mm sedangkan eritrosit dihitung salam 5x16 bidang kecil = 80
bidang kecil yang jumlah luasnya 1/5 mm². factor untuk mendapatkan jumlah eritrosit
per µl darah menjadi 5x10x00 = 5.000.
Rumus : Σ Trombosit = N x 5.000

4. Pemeriksaan Hitung Jumlah Eritrosit


Tujuan Umum : Menghitung jumlah eritrosit dalam 1 mm³ darah.
Prinsip : Darah diencerkan dalam pipet eritrosit, kemudian dimasukkan ke dalam
kamar Hitung. Jumlah eritrosit dihitung dalam volume tertentu; dengan menggunakan
Factor konversi jumlah eritrosit per µl darah dapat diperhitungkan.
 Alat :
Pipet thoma eritrosit.
Kamar Hitung Improved neubauer.
 Bahan :
Larutan hayem.

Cara kerja :
1) Isaplah darah(Kapiler, EDTA, Oxalat) dengan pipet eritrosit sampai garis tanda
0,5 tepat.
2) Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
3) Masukan ujung pipet kedalam lar. Hayem sambil menahan darah pada garis tadi.
Pipet dipegang dengan sudut 45° dan lar. Hayem diisap perlahan sampai garis tanda
101. Jangan sampai ada gelembung udara.

22
4) Angkat pipet dari cairan; tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet
penghisap. Kocok pipet itu selama 3 menit.
5) Buang cairan dari pipet 3-4 tetes dan segera sentuhkan ujung pipet dengan sudut
30° pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Biarkan
kamar hitung itu terisi cairan dengan daya kapilernya.
6) Biarkan kamar hitung itu 2-3 menit pada cawan petri yang telah berisi kapas basah
supaya leukosit mengendap.
7) Hitung jumlah Eritrosit dengan menggunakan objectif kecil 40x pada 5 bidang
kecil.
8) Pengenceran yang terjadi ialah 200x. luas tiap bidang kecil 1/400 mm², tinggi
kamar hitung 1/10 mm sedangkan eritrosit dihitung salam 5x16 bidang kecil = 80
bidang kecil yang jumlah luasnya 1/5 mm². factor untuk mendapatkan jumlah eritrosit
per µl darah menjadi 5x10x200 = 10.000.
9) Rumus : Σ Eritrosit = N x 10.000

5. Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit


Tujuan Umum : Menghitung jumlah Leukosit dalam 1 mm³ darah.
Prinsip : Darah diencerkan dalam pipet Leukosit, kemudian dimasukan ke dalam
kamar Hitung. Jumlah leukosit dihitung dalam volume tersebut; dengan menggunakan
Factor konversi jumlah leukosit per µl darah dapat diperhitungkan.

 Alat :
Pipet Thoma Leukosit.
Kamar hitung Improved Neubauer.
Cawan petri berisi kapas basah.
 Bahan :
Larutan Turk.

Cara kerja :
1. Isaplah darah (kapiler,EDTA,Oxalat) dengan pipet Leukosit sampai garis tanda 0,5
tepat.

23
2. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
3. Masukan ujung pipet kedalam lar. Turk sambil menahan darah pada garis tadi. Pipet
dipegang dengan sudut 45° dan lar. Turk diisap perlahan sampai garis tanda 11. Jangan
sampai ada gelembung udara.
4. Angkat pipet dari cairan; tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet
penghisap. Kocok pipet itu selama 3 menit.
5. Buang cairan dari pipet 3-4 tetes dan segera sentuhkan ujung pipet dengan sudut 30°
pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Biarkan
kamar hitung itu terisi cairan dengan daya kapilernya.
6. Biarkan kamar hitung itu 2-3 menit pada cawan petri yang telah berisi kapas basah
supaya leukosit mengendap.
7. Hitung jumlah leukosit dengan menggunakan objectif kecil 10x/40x pada 4 bidang
besar.
Pengenceran yang terjadi ialah20x. jumlah sel yang sudah dihitung dalam 4
bidang besar itu dibagi 4 menunjukan jumlah sel leukosit dalam 0,1 µl. kalikan itu
dengan 10 (tinggi) dan 20 (pengenceran) untuk mendapatkan jumlah leukosit dalam 1 µl
darah.
Rumus : Σ leukosit = N x 50

6. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED)


Tujuan Umum : Menetapkan nilai Laju endap darah pasien dalam satu jam
menggunakan metode westergren.
Prinsip : Laju endap darah ditetapkan sebagai laju eritrosit-eritrosit mengendap pada
darah yang telah diberi anti koagulan dalam waktu satu jam.

 Alat :
Pipet Westergren.
Standar/rak Pipet westergren.
Timer.
 Bahan :
Larutan Na.sitrat 3,8%

24
Cara Kerja :
1. Masukan 0,4 ml larutan Na.sitrat 3,8% kedalam tabung.
2. Masukan 1,6 ml darah ke dalam tabung yang telah diberi larutan Na.sitrat 3,8%
tersebut, campur homogen. (perbandingan Na.sitrat : Darah = 1 : 4 ).
3. Isaplah darah menggunakan pipet Westergren sampai garis bertanda 0. Kemudian
biarkabn pipet itu dalam sikap tegak lurus dalam rak westergren selam 60 menit.
4. Bacalah tinggi lapisan plasma dalam mm dan dilaporkan angka itu sebagai laju endap
darah.

7. Penetapan Nilai Hematokrit


Tujuan Umum : Menetapkan nilai hematokrit darah dengan cara mirohematokrit. Nilai
hematokrit adalah % eritrosit dalam 100 ml darah.
Prinsip : Darah dengan antikoagulan diputar dalam kecepatan tinggi dalam waktu
Tertentu , maka sel-sel eritrosit akan mengendap; tinggi endapan dihitung dengan
menggunakan alat khusus dan dinyatakan dalam %.
 Alat :
Tabung mikrohematokrit.
Microcentrifuge.
Microhaematocrite reader.
 Bahan :
Creatoseal
Antikoagulan (EDTA, Oxalat, Heparine)

Cara Kerja :

1) Isilah tabung microhematokrit dengan darah yang telah diberi antikoagulan


sampai kira-kira ¾ Volume Tabung.
2) Tutup salah satu ujung tabung pada bagian yang digunakan untuk menghisap
darah dengan creatoseal.
3) Masukan tabung microhematokrit itu kedalam microcentifuge, putar dengan
kecepatan 16.000 rpm selama 3-5 menit.
4) Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan microhaematokrite reader.

25
8. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (Suatu
kondisi di mana ada terlalu sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang biasanya dipakai
antara lain :
MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu
volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl)
MCV = Hematokrit x 10
Eritrosit
Nilai normal = 82-92 fl

MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER),


yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram (pg)
MCH = Hemoglobin x 10
Eritrosit
Nilai normal = 27-31 pg

MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi Hemoglobin


Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt per eritrosit,
dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah “gr/dl”)
MCHC = Hemoglobin x 100
Hematokrit
Nilai normal = 32-37 %

9. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)


Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis
leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang
khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil,
dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik
mengenai infeksi dan proses penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan
jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari

26
masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total dan
hasilnya dinyatakan dalam sel/μl.

Nilai normal : Eosinofil 1-3%, Netrofil 55-70%, Limfosit 20-40%, Monosit 2-8%

10. Platelet Disribution Width (PDW)


PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar PDW tinggi dapat
ditemukan pada sickle cell disease dan trombositosis, sedangkan kadar PDW yang
rendah dapat menunjukan trombosit yang mempunyai ukuran yang kecil.
Red Cell Distribution Width (RDW)RDW merupakan koefisien variasi dari volume
eritrosit. RDW yang tinggi dapat mengindikasikan ukuran eritrosit yang heterogen, dan
biasanya ditemukan pada anemia defisiensi besi, defisiensi asam folat dan defisiensi
vitamin B12, sedangkan jika didapat hasil RDW yang rendah dapat menunjukan
eritrosit yang mempunyai ukuran variasi yang kecil.

 Jumlah Sampel
Jenis Pemeriksaan Spesimen Antikoagulan
Jenis Jumlah
Hematokrit Darah 2ml Na2EDTA 1-1,5 Mg/ml darah
LED Darah 2ml Na2EDTA 1-1,5 Mg/ml darah
Retikulosit Darah 2ml Na2EDTA 1-1,5 Mg/ml darah
Hitung jumlah leukosit Darah 2ml Na2EDTA 1-1,5 Mg/ml darah
Trombosit Darah 2ml Na2EDTA 1-1,5 Mg/ml darah

 Kriteria Penolakan Sampel


- tidak berlabel
- sampel hemolisis / lipemik / ikterik
- penggunaan tabung yang salah
- salah sampel ( tidak sesuai dengan formulir)
- volume sampel tidak adekuat
- stabilitas sampel tidak baik ( selisih lama waktu mulai dari pengambilan
sampel dan penerimaan sampel

27
 Perlakuan Sampel Jika Tidak Langsung Diperiksa
Spesimen darah rutin idealnya harus tiba laboatorium dalam waktu maksimal 45
menit setelah pengambilan sempel. Bila karena sesuatusebab spesimen harus disimpan
atau atau dikirim ke laboratorium rujukan, maka sebaiknya spesimen disimpan atau
dikirim dalam wadah tertutup rapat untuk mencegah pencemaran atau penguapan dan
diberi label identitas penderita.

Batas waktu penyimpanan tergantung dari suhu, jenis antikoagulan dan jenis
pemeriksaan. Batas waktu pemeriksaan spesimen darah EDTA pada suhu kamar harus
dilakukan sebagai berikut:

1. Hitung trombosit dan preparat apus yang belum di fiksasi harus diperiksa
dalam waktu kurang dari 1 jam
2. Hitung lekosit dan KED harus di periksa dalam waktu kurang dari 2 jam.

3. Hitung eritrosit, hematokrit dan retikulosit harus diperiksa dalam waktu


kurang dari 6 jam.

4. Kadar hemoglobin lebih stabil.

Spesimen darah sitrat pada suhu kamar untuk pemeriksaan hemostatis harus
diperiksa dalam waktu 30 menit. Jika karena suatu sebab pemeriksaan di tunda,plasma
yang dapat disimpan pada suhu 20 ± 5 ̊C hingga 4 jam,bahkan untuk pemeriksaan masa
protrombin (PPT), Sampel plasma tahan sampai 8 jam. Untuk penyimpanan pada suhu
2-8 ̊C dianjurkan dalam bentuk plasma dan dapat diperiksa dalam waktu 2 jam; untuk
pemeriksaan PPT, Penyimpanan sempelplsma pada suhu ini dapat menstabilkan faktor
V, tetapi menyebabkan teraktivitasinya faktor VII (prokonvertin) oleh sistem kalikrien.
Penundaan pemeriksaan dapat menyebabkan perubahan hasil pemeriksaan seperti PPT
dan APTT memanjang, fibrinogen dan faktor koagulasi lainnya berubah.Lemari
pendingin untuk penyimpanan sampel hendaknya mempunyai suhu antara 0 ̊C dan 4 C
̊
dan harus selalu dipantau.

28
2.4 Pemeriksaan Koagulasi Darah
2.4.1 PENGERTIAN

Hemostasis adalahkemampuanalami tubuh untuk menghentikan perdarahan pada


lokasi luka oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan keterlibatan aktif
faktor koagulasi.
Fungsiutamamekanismekoagulasi adalah menjaga keenceran darah (blood
fluidity) sehingga darah dapat mengalir dalam sirkulasi dengan baik, serta
membentuk trombus sementara atau hemostatic thrombus pada dinding pembuluh
darah yang mengalami kerusakan (vascular injury).
Hemostasis terdiri dari enam komponen utama, yaitu:
- Trombosit
- Endotel vaskuler
- Procoagulant plasma protein faktors
- Natural anticoagulant proteins
- Protein fibrinolitik
- Protein antifibrinolitik
Semua komponen ini harus tersedia dalam jumlah cukup, dengan fungsi yang
baik serta tempat yang tepat untuk dapat menjalankan faal hemostasis dengan baik.
Interaksi komponen ini dapat memacu terjadinya thrombosis disebut sebagai sifat
prothrombotik dan dapat juga menghambat proses thrombosis yang berlebihan,
disebut sebagai sifat antithrombotik.
Faal hemostasis dapat berjalan normal jika terdapat keseimbangan antara faktor
prothrombotik dan faktor antithrombotik.

 Padapemeriksaan hemostasis, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :


- Antikoagulan : Natrium sitrat 0,109 M dengan pernbandingan 9 bagian darah
dan 1 bagian Natrium sitrat. Untuk hitung trombosit antikoagulan yang dipakai
adalah Na2EDTA
- Penampung : Bahan plastik atau gelas yang dilapisi silikon, untuk mencegah
terjadinya aktivasi faktor pembekuan
- Semprit dan jarum : ukuran besar, paling kecil nomor 20

29
- Cara pengambilan darah : Hindari masuknya tromboplastin jaringan, sebaiknya
digunakan 2 semprit dimana darah pada semprit pertama dibuang karena
dikhawatirkan tercemar tromboplastin jaringan
- Kontrol : Diperiksa 1 kontrol normal (tersedia secara komersial) dan 1 kontrol
abnormal
- Penyimpanan dan pengiriman bahan : Sampel darah segera dikerjakan, harus
selesai dalam 3 jam setelah pengambilan darah. Bila harus ditunda, plasma
sitrat disimpan dalam tempat plastik tertutup dalam keadaan beku
-

2.4.2 Jenis – jenisPemeriksaan

a) Bleeding Time
Bleeding time (BT) menilai kemampuan darah untuk membeku setelah
adanya luka atau trauma, dimana trombosit berinteraksi dengan dinding
pembuluh darah untuk membentuk bekuan. Prinsip pemeriksaannya
adalah mengukur lamanya waktu perdarahan setelah insisi standart pada
lengan bawah atau cuping telinga. Bleeding time digunakan untuk
pemeriksaan penyaring hemostasis primer atau interaksi antara trombosit
dan pembuluh darah dalam membentuk sumbat hemostatik, pasien
dengan perdarahan yang memanjang setelah luka, pasien dengan
riwayatkeluargagangguanperdarahan.
Pemeriksaan BT dapatdilakukan dengan metoda Ivy , yaitu dilakukan
insisi dengan lanset sepanjang 10 mm dan kedalaman 1 mm di lengan
bawah kemudian setiap 30 detik darah dihapus dengan kertas filter
sampai perdarahan berhenti, atau dengan metoda Duke dengan cara yang
sama insisi di lokasi cuping telingasedalam 3-4 mm.
BT memanjangpadagangguan fungsi trombosit atau jumlah trombosit
dibawah 100.000/ mm3. Pemanjangan BT menunjukkan adanya defek
hemostasis, termasuk didalamnya trombositopenia (biasanya dibawah
100.000/ mm3), gangguan fungsi trombosit heriditer, defek vaskuler
kegagalan vasokonstriksi), Von Willebrand's disease, disseminated
intravascular coagulation (DIC), defek fungsi trombosit (Bernard-Soulier

30
disease dan Glanzmann’s thrombasthenia) , obat-obatan (aspirin/ ASA,
inhibitor siklooksigenase, warfarin, heparin, nonsteroidal anti-
inflammatory drugs (NSAID), beta-blockers, alkohol, antibiotika)
danhipofibrinogenemia.
Trombositopeniaakibatdefekproduksi oleh sumsum tulang menyebabkan
pemanjangan BT lebih berat dibandingkan trombositopenia akibat
destruksi berlebih trombosit. Pasien dengan von Willebrand’s disease
hasil BT memanjang karena faktor von Willebrand merupakan trombosit
agglutination protein. BT normal tidak menyingkirkan kemungkinan
terjadinya perdarahan hebat pada tindakan invasif.

b. Activated Clotting Time (ACT)


ACT pertama kali ditemukan oleh Hatterseley pada tahun 1966, adalah
pemeriksaan waktu pembekuan untuk monitoring terapi antikoagulasi
Heparin, digunakan terutama pada kateterisasi jantung dan bedah jantung
terbuka CABG. Heparin adalah polisakarida, suatu inhibitor pembekuan
darah yang diberikan secara intravena karena tidak efektif diabsorbsi dari
traktus digestivus, digunakan sebagai pencegahan dan terapi
tromboemboli. Heparin memerlukan kofaktor AT III (anti trombin III),
suatu antikoagulan alami pada jalur intrinsik, untuk dapat bertindak
sebagai antikoagulan. AT III bersama Heparin mengikat faktor koagulasi
yang teraktivasi dan trombin sehingga menghambat terbentuknya fibrin.
Sensitivitas pasien terhadap Heparin sangat bervariasi dipengaruhi oleh
obat-obatan seperti nitrogliserin. Resistensi Heparin dapat disebabkan
oleh penurunan kemampuan dan fungsi AT III, trombositopenia,
trombositosis, umur pasien, konsentrasi hemoglobin, nitrogliserin,
antikoagulan oral (memperpanjang waktu pembekuan). Hipotermia
akanmemperlambatpembentukanbekuandarah.
Monitoring sangatpentingpada terapi Heparin ok bila dosis tidak
mencukupi untuk menghambat koagulasi akan terbentuk bekuan darah di
sepanjang pembuluh darah dan bila dosis heparin berlebihan akan terjadi
komplikasi perdarahan yang mangancam jiwa. Heparin dosis tinggi

31
diberikan sebelum, selama dan beberapa saat setelah operasi jantung
Selama operasi berlangsung, darah difiltrasi dan dioksigenasi diluar
tubuh menggunakan mesin jantung paru, dimana kontak darah dengan
permukaan artifisial mesin akan memacu koagulasi membentuk bekuan
darah, dengan dosis tinggi Heparin akan
mencegahterbentuknyabekuandarah.
Indikasipemeriksaan ACT adalah setelah pemberian dosis awal bolus
Heparin, bedah jantung terbuka (sebelum, selama dan beberapa saat
setelahnya), tindakan kateterisasi jantung, tindakan lain yang
memerlukan antikoagulan dosis tinggi, pemeriksaan biasanya dilakukan
secara serial. ACT mengukur efek inhibisi Heparin terhadap koagulasi
bukan konsentrasi Heparin dalamdarah.

 Prinsip pemeriksaan ACT


Prinsippemeriksaan ACT adalahmengukurwaktuterbentuknya fibrin
dengancarainteraksisampeldarahdengan activating agent Kaolin padaalat,
kemudiansecaraelektronikdiukurwaktuterbentuknyaserabut fibrin. Sampel darah
dapat berupa whole blood ataudarahsitrat.

 Beberapakeadaan yang dapat mempengaruhi hasil ACT adalah :


- Tidak dilakukannya pemanasan alat hingga 37º C
- Hipotermia
- Bahan kateter jantung dan clearing heparin flush
- Hemodilusi
- Jumlah dan fungsi trombosit
- Trombosit yang teraktivasi selama operasi biasanya menjadi
- Disfungsional
- Pemberian Protamine sulfate
- Keadaan tertentu misalnya antibodi lupus dan defisiensi faktor pembekuan
darah

ACT diukurdalamsatuan detik. Makin tinggi hasil ACT maka makin tinggi
derajat inhibisi pembekuan darah. Clotting time memanjang bila terdapat defisiensi

32
berat faktor pembekuan pada jalur intrinsik dan jalur bersama, misalnya pada
hemofilia (defisiensi F VIIc dan F Ixc), terapi antikoagulan sistemik (Heparin).
Selama operasi CABG, ACT dipertahankan pada batas bawah dimana pasien
diharapkan tidak dapat membentuk bekuan darah. Setelah operasi, ACT
dipertahankan dalam batas 175-225 detik sampai keadaan pasien stabil.

c. MasaProtrombin Plasma (PT)


Protrombindisintesisolehhati dan merupakan prekursor tidak aktif dalam
proses pembekuan. Protrombin (F II) dikonversi menjadi thrombin oleh
tromboplastin untuk membentuk bekuan darah.
Pemeriksaan PT digunakan untuk menilai kemampuan faktor koagulasi
jalur ekstrinsik dan jalur bersama, yaitu : faktor I (fibrinogen), faktor II
(prothrombin), faktor V (proakselerin), faktor VII (prokonvertin), dan
faktor X (faktor Stuart). Perubahan faktor V dan VII akan
memperpanjang PT selama 2 detik atau 10% dari nilai normal.
PT diukur dalam detik. Dilakukan dengan cara menambahkan campuran
kalsium dan tromboplastin pada plasma. Tromboplastin dapat dibuat
dengan berbagai metoda sehingga menimbulkan variasi kepekaan
terhadap penurunan faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K
dan menyebabkan pengukuran waktu protrombin yang sama sering
mencerminkan ambang efek antikoagulan yang berbeda. Usaha untuk
mengatasi variasi kepekaan ini dilakukan dengan menggunakan sistem
INR (International Normalized Ratio). International Committee for
Standardization in Hematology (ICSH) menganjurkan tromboplastin
jaringan yang digunakan harus distandardisasi dengan tromboplastin
rujukan dari WHO dimana tromboplastin yang digunakan dikalibrasi
terhadap sediaan baku atas dasar hubungan linier antara log rasio waktu
protrombin dari sediaan baku dengandaritromboplastinlokal.
INR didapatkandenganmembagi nilai PT yang didapat dengan nilai PT
normal kemudian dipangkatkan dengan ISI di mana ISI adalah
International Sensitivity Index. Jadi INR adalah rasio PT yang
mencerminkan hasil yang akan diperoleh bila tromboplastin baku WHO
yang digunakan, sedangkan ISI merupakan ukuran kepekaan sediaan

33
tromboplastin terhadap penurunan faktor koagulasi yang bergantung
pada vitamin K. Sediaan baku yang pertama mempunyai ISI = 1,0 (
tromboplastin yang kurang peka mempunyai ISI > 1,0). Dengan
demikian cara paling efektif untuk standardisasi pelaporan PT adalah
kombinasi sistim INR dengan pemakaian konsisten tromboplastin yang
peka yang mempunyainilai ISI sama.
INR digunakanuntuk monitoring terapi warfarin (Coumadin) pada pasien
jantung, stroke, deep vein thrombosis (DVT), katup jantung buatan,
terapi jangka pendek setelah operasi misal knee replacements. INR hanya
boleh digunakan setelah respons pasien stabil terhadap warfarin, yaitu
minimal satu minggu terapi. Standar INR tidak boleh digunakan jika
pasien baru memulai terapi warfarin untuk menghindari hasil yang salah
pada uji. Pasien dalam terapi antikoagulan diharapkan nilai INR nya 2-3 ,
bila terdapat resiko tinggi terbentuk bekuan, iperluakn INR sekitar 2,5 –
3,5.
Bahanpemeriksaan PT adalah plasma sitrat yang diperoleh dari sampel
darah vena dengan antikoagulan trisodium sitrat 3.2% (0.109 M) dengan
perbandingan 9:1. Darah sitrat harus diperiksa dalam waktu selambat-
lambatnya 2 jam setelah pengambilan. Sampel disentrifus selama 10
menit dengan kecepatan 2.500 g. Penyimpanan sampel plasma pada suhu
2-8 oC menyebabkan teraktivasinya F VII (prokonvertin) oleh sistem
kalikrein.
PT dapatdiukursecara manual (visual), foto-optik atau elektromekanik.
Teknik manual memiliki bias individu yang sangat besar sehingga tidak
dianjurkan lagi. Tetapi pada keadaan dimana kadar fibrinogen sangat
rendah dan tidak dapat dideteksi dengan alat otomatis, metode ini masih
dapat digunakan. Metode otomatis dapat memeriksa sampel dalam
jumlah besar dengan cepat dan teliti.

 Prinsp pemeriksaan PT
Prinsippengukuran PT adalah menilai terbentuknya bekuan bila ke dalam plasma
yang telah diinkubasi ditambahkan campuran tromboplastin jaringan dan ion

34
kalsium. Reagen yang digunakan adalah kalsium tromboplastin, yaitu
tromboplastin jaringan dalam larutan CaCl2.

 Beberapajenistromboplastin yang dapat dipergunakan misalnya :


- Tromboplastin jaringan berasal dari emulsi ekstrak organ otak, paru atau otak
dan paru dari kelinci dalam larutan CaCl2 dengan pengawet sodium azida
(misalnya Neoplastine CI plus)
- Tromboplastin jaringan dari plasenta manusia dalam larutan CaCl2 dan
pengawet (misalnya Thromborel S).

PT memanjangkarenadefisiensi faktor koagulasi ekstrinsik dan bersama jika


kadarnya <30%. Pemanjangan PT dijumpai pada penyakit hati (sirosis hati,
hepatitis, abses hati, kanker hati, ikterus), afibrinogenemia, defisiensi faktor
koagulasi (II, V, VII, X), disseminated intravascular coagulation (DIC), fibrinolisis,
hemorrhagic disease of the newborn (HDN), gangguan reabsorbsi usus. Pada
penyakit hati PT memanjang karena sel hati tidak dapat mensintesis protrombin.
Pemanjangan PT dapat disebabkan pengaruh obat-obatan : vitamin K antagonis,
antibiotik (penisilin, streptomisin, karbenisilin, kloramfenikol, kanamisin,
neomisin, tetrasiklin), antikoagulan oral (warfarin, dikumarol), klorpromazin,
klordiazepoksid, difenilhidantoin , heparin, metildopa), mitramisin, reserpin,
fenilbutazon , quinidin, salisilat/ aspirin, sulfonamide. PT memendek pada
tromboflebitis, infark miokardial, embolisme pulmonal. Pengaruh Obat :
barbiturate, digitalis, diuretik, difenhidramin, kontrasepsi oral, rifampisin dan
metaproterenol.

Faktor yang dapatmempengaruhi hasil pemeriksaan PT adalah sampel darah


membeku, membiarkan sampel darah sitrat disimpan pada suhu kamar selama
beberapa jam, diet tinggi lemak (pemendekan PT) dan penggunaan alkohol
(pemanjangan PT).

d. activated partial thromboplastin timeAPTT

35
Masatromboplastinparsialteraktivasi (activated partial thromboplastin
time, APTT) adalah uji laboratorium untuk menilai aktifitas faktor
koagulasi jalur intrinsik dan jalur bersama, yaitu faktor XII (faktor
Hagemen), pre-kalikrein, kininogen, faktor XI (plasma tromboplastin
antecendent, PTA), faktor IX (factor Christmas), faktor VIII
(antihemophilic factor, AHF), faktor X (faktor Stuart), faktor V
(proakselerin), faktor II (protrombin) dan faktor I (fibrinogen). Tes ini
untuk monitoring terapi heparin atau adanya circulating anticoagulant.
APTT memanjang karena defisiensi faktor koagulasi instrinsik dan
bersama jika kadarnya lebih dari 7 detik dari nilai normal, maka hasil
pemeriksaan itu dianggap abnormal.
Pemeriksaan APTT dapatdilakukan dengan cara manual (visual) atau
dengan alat otomatis (koagulometer), yang menggunakan metode foto-
optik dan elektro-mekanik. Teknik manual memiliki bias individu yang
sangat besar sehingga tidak dianjurkan lagi. Tetapi pada keadaan dimana
kadar fibrinogen sangat rendah dan tidak dapat dideteksi dengan alat
otomatis, metode ini masih dapat digunakan. Metode otomatis dapat
memeriksa sampel dalam jumlah besar dengan cepat dan teliti.

 Prinsip pemeriksaan APTT


Prinsipdaripemeriksaan APTT adalah menginkubasikan plasma sitrat yang
mengandung semua faktor koagulasi intrinsik kecuali kalsium dan trombosit
dengan tromboplastin parsial (fosfolipid) dengan bahan pengaktif (mis. kaolin,
ellagic acid, mikronized silica atau celite koloidal). Penambahan kalsium akan
memulai proses pembekuan (bekuan fibrin) dan waktu yang diperlukan untuk
membentuk bekuan fibrin dicatat sebagai APTT.
Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah darah vena dengan antikoagulan
trisodium sitrat 3.2% (0.109 M) dengan perbandingan 9:1. Gunakan tabung
plastik atau gelas yang dilapisi silikon. Sampel disentrifus selama 15 menit
dengan kecepatan 2.500 g. Plasma dipisahkan dalam tabung plastik tahan 4 jam
pada suhu 20 ± 5 oC. Jika dalam terapi heparin, plasma masih stabil dalam 2 jam
pada suhu 20 ± 5 oC kalau samplingdenganantikoagulan citrate.

36
 Nilai normal uji APTT adalah 20 – 35 detik, bervariasi untuk tiap laboratorium
tergantung pada peralatan dan reagen yang digunakan.
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil APTT adalah :
- Bekuan pada sampel darah
- Sampel darah hemolisis atau berbusa akibat dikocok-kocok
- Pengambilan sampel darah pada jalur intravena misal pada infus Heparin.

e. D- Dimer
D-Dimer adalahprodukdegradasi cross linked yang merupakan hasil
akhir dari pemecahan bekuan fibrin oleh plasmin dalam sistem
fibrinolitik. Pada proses pembentukan bekuan normal, bekuan fibrin
terbentuk sebagai langkah akhir dari proses koagulasi yaitu dari hasil
katalisis oleh trombin yang memecah fibrinogen menjadi fibrin monomer
dengan melepaskan fibrinopeptida A dan fibrinopeptida B ( FPA dan
FPB ). Fibrin monomer akan mengalami polimerisasi membentuk fibrin
polimer yang selanjutnya oleh pengaruh faktor XIII akan terjadi ikatan
silang, sehingga terbentuk cross-linked fibrin. Kemudian plasmin akan
memecah cross-linked fibrin yang akan menghasilkan D-Dimer.
D-dimer digunakanuntukmembantu melakukan diagnosis penyakit dan
kondisi yang menyebabkan hiperkoagulabilitas, suatu kecenderungan
darah untuk membeku melebihi ukuran normal. Paling sering ditemukan
pada trombosis vena dalam (DVT) yang berhubungan dengan
pembekuan darah di vena terutama di kaki yang menyebabkan
penyumbatan alirah darah di kaki sehingga menimbulkan nyeri dan
kerusakan jaringan. Keadaan ini dapat menimbulkan gumpalan kecil
yang terpecah dan berjalan mengikuti aliran darah menuju bagian lain di
tubuh sehingga dapat menimbulkan emboli paru (PE). sebagai positif.
Pada sebagian besar kasus, bekuan darah terjadi di pembuluh vena, tetapi
dapat juga terjadi pada arteri. Kombinasi dari dua jenis trombosis ini
diistilahkan dengan tromboembolisme vena (VTE, venous

37
thromboembolism). Bekuan darah pada arteri koronaria dapat berasal
dari aritmia jantung fibrilasi atrium atau kerusakan katup jantung yang
dapat berakibat heart attack. Bekuan dapat juga berasal dari kerusakan
aterosklerosis, pecahan bekuan menyebabkan emboli dan menyumbat
arteri organ lain seperti otak (stroke) danginjal.
Indikasipemeriksaan D-dimer adalah pasien dengan gejala DVT , PE
yang biasanya diikuti pemeriksaan PT, APTT dan jumlah trombosit
untuk mendukung diagnosis. D-dimer juga dipakai untuk membantu
melakukan diagnosis DIC , yang dapat timbul dari berbagai situasi
seperti pembedahan, gigitan ular berbisa, penyakit hati dan setelah
melahirkan. Pada DIC, faktor-faktor pembekuan darah diaktifkan secara
bersamaan di seluruh tubuh sehingga menyebabkan pembekuan darah di
bagian tubuh yang dapat beresiko pendarahan berlebihan.
Pemeriksaan D-Dimer menggunakanmetode latex agglutination yang
dimodifikasi atau menggunakan automated coagulation analyzer
(Coagulometer Sysmex CA-500) untuk mengukur D-Dimer secara
kuantitatif. Sampel darah vena dimasukan kedalam vacutainer yang
mengandung sodium citras 9:1 dan dikirim ke laboratorium tanpa
perlakuan khusus. Kemudian sampel ini disentrifugasi untuk
mendapatkan supernatan untuk dilakukan pemeriksaan kadar D-Dimer,
atau supernatan dapat disimpan pada suhu -200C stabil sampai 1 bulan.
Prinsip pemeriksaan D-dimer adalah terbentuknya ikatan kovalen
partikel polystyrene pada suatu antibodi monoklonal terhadap cross
linkage region dari D-Dimer. Cross-linkage region tersebut memiliki
struktur stereosimetrik yaitu epitop untuk antibodi monoklonal terjadi
dua kali, konsekwensinya satu antibodi cukup untuk memacu reaksi
aglutinasi yang kemudian di deteksi secara turbidimetrik dengan adanya
peningkatan keseluruhan. Hasil metode automatik ini sebanding metode
ELISA konvensional. Satuan untuk kadar D-dimer adalah g/L . Kadar D-
dimer yang dihitungsecaramotomatisdengananalysermempunyai Cut off
point 500 μg/L.
Kadar D-Dimer dalambatas nilai rujukan menunjukkan tidak terdapat

38
penyakit atau keadaan akut yang menyebabkan pembentukan dan
pemecahan bekuan, karena tes ini mengukur aktivitas fibrinolitik dalam
darah. Peningkatan kadar D-Dimer menunjukan peningkatan produksi
fibrin degradation products (FDP), terdapat pembentukan dan
pemecahan trombus yang signifikan dalam tubuh tetapi tidak
menunjukkan lokasinya. D-dimer meningkat pada post-operasi, trauma,
infeksi, post-partum, eklampsia, penyakit jantung, keganasan. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan D-dimer antaralain :
- Hasilnegatifpalsupadaterapiantikoagulan
- Hasilpositifpalsupadausia tua, Rheumatoid factor, trigliserid
tinggi, lipemia, bilirubin, hemolisis sampel darah.

f. Fibrinogen.
Fibrinogen (F I) adalah glikoprotein plasma terlarut yang disintesis oleh
hepatosit dan megakariosit. Fibrinogen sebagai prekursor fibrin, diubah
menjadi fibrin oleh thrombin dengan bantuan serine protease thrombin
selama proses pembekuan. Fibrinogen dapat membentuk jembatan
diantara trombosit dengan cara berikatan dengan protein membran
GpIIb/ IIIa di permukaan trombosit. Indikasi pemeriksaan fibrinogen
adalah bila dijumpai abnormalitas PT dan APTT, kasus perdarahan yang
belum diketahui penyebabnya, monitoring progresifitas suatu penyakit
(misalnya penyakit hepar) dan monitoring terapi DIC.
Fibrinogen dapatdiukurdalam darah vena menggunakan sampel darah
sitrate atau whole blood bila menggunakan metode viscoelastic methods
seperti thrombelastometry (fungsi trombosit
dihambatdengancytochalasin D).
Peningkatan fibrinogen dijumpaipada infeksi akut atau kerusakan
jaringan (perannya sebagai protein fase akut), keganasan, infark miokard,
stroke, inflamasi (arthritis rheumatoid, glomerulonephritis), kehamilan,
merokok sigaret, kontrasepsi oral, penggunaan preparat estrogen.
Hipertensi disertai peningkatan fibrinogen meningkatkan resiko stroke.

39
Beberapa klinisi melakukan pemeriksaan Fibrinogen disertai dengan C-
reactive protein (CRP) untuk menentukan resiko penyakit kardiovaskuler
dan sebagai pertimbangan dalam menangani faktor resiko lainnya seperti
kolesterol dan HDL. Peningkatan fibrinogen yang berkaitan dengan
infark miokard, stroke dan penyakit arteri perifer disebabkan oleh
peningkatan viskositas, peningkatan koagulasi, peningkatan availabilitas
untuk adhesidanagregasitrombosit.
Penurunan fibrinogen menyebabkanpenurunan kemampuan tubuh
membentuk bekuan darah yang stabil. Penurunan fibrinogen kronis
berkaitan dengan penurunan produksi akibat kelainan kongenital
(afibrinogenemia, hipofibrinogenemia) atau kelainan didapat (stadium
akhir penyakit hepar, malnutrisi). Penurunan fibrinogen akut disebabkan
oleh peningkatan konsumsi fibrinogen seperti pada DIC, fibrinolisis
abnormal, tranfusi darah masif dalam waktu singkat (hemodilusi),
trauma. Dikatakan DIC bila dijumpai penurunan fibrinogen disertai
pemanjangan PT atau APTT pada sepsis atau trauma. Obat-obatan
tertentu dapat menurunkan kadar fibrinogen, antara lain steroid anabolik,
androgen, phenobarbital, streptokinase, urokinase, asamvalproat.
Gangguanpolimerisasi fibrin dapat diinduksi oleh infus plasma
expanders yang berakibat perdarahan hebat. Pada kasus
dysfibrinogenemia, terdapat abnormalitas fungsi fibrinogen dengan
jumlah normal, hal ini disebabkan oleh mutasi gen yang mengontrol
produksi fibrinogen oleh hepar sehingga hepar memproduksi fibrinogen
abnormal yang resisten terhadap degradasi saat dikonversi menjadi
fibrin. Dysfibrinogenemia dapat meningkatkan resiko trombosis vena.
Pasien dengan defisiensi fibrinogen atau gangguan polimerisasi
fibrinogen dysfibrinogenemia dapat mengalami perdarahan sehingga
diperlukan koreksi dengan pemberian fresh frozen plasma (FFP),
cryoprecipitate (plasma kaya fibrinogen) atau konsentrat fibrinogen.

g. Thrombin time (TT)

40
Thrombin time (TT) diperoleh dengan menambahkan reagen thrombin
ke plasma sitrate, mengukur waktu sejak ditambahkannya thrombin
sampai terbentuknya bekuan darah pada suhu 37 oC, digunakan untuk
mengetahui jumlah dan kualitas fibrinogen dan konversi fibrinogen
(soluble protein) menjadi fibrin (insoluble protein). Bila pasien dalam
terapi Heparin, digunakan reptilase sebagai pengganti thrombin (efek
sama dengan thrombin tetapi tidak dihambat oleh Heparin). Reptilase
digunakan untuk identifikasi Heparin sebagaipenyebabpemanjangan TT.
Sampeldarahuntukpemeriksaan menggunakan darah sitrat (vacutainer
bertutup biru), dengan pengisian darah sesuai agar tercapai ratio
antikoagulant terhadap darah adalah satu bagian antikoagulan per
sembilan bagian darah. Nilai normal tergantung dari kadar thrombin
yang dipakai, umumnya kurang dari 22 detik, tergantung darimetode
yang digunakan.
Thrombin time digunakanmendiagnosis gangguan perdarahan,
mengetahui efektivitas terapi fibrinolitik. Thrombin time memanjang
pada afibrinogenemia, hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen kurang dari
100 mg/ mL), dysfibrinogenemia, sirosis hepatis, karsinoma
hepatoseluler, bayi baru lahir, terdapat inhibitor thrombin (Hepari, FDP,
DIC), multiple myeloma, procainamide-induced anticoagulant,
amiloidosis sistemik). Bila TT memanjang, pemeriksaan diulang dnegan
menggunakan campuran plasma penderita dengan plasma kontrol
(perbandingan 1:1) untuk mengetahui ada tidaknya inhibitor.

 Jumlah Sampel
Jenis Pemeriksaan Spesimen Antikoagulan
Jenis Jumlah
PT Darah 2ml Sitrat 3,8% (perbandingan 1:9)
APTT Darah 2ml Sitrat 3,8% (perbandingan 1:9)
TT Darah 2ml Sitrat 3,8% (perbandingan 1:9)
CT Darah 4ml -

41
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
keadaan darah dan komponen-komponennya. Darah terdiri dari bagian padat yaitu sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), trombosit dan bagian cairan yang
berwarna kekuningan yang disebut plasma. Pemeriksaan hematologi rutin dapat
menentukan kualitas kesehatan.
 Jenis-jenis pemeriksaan hematologi :
 Darah rutin
Hemoglobin (Hb), LED, hitung leukosit, hitung jenis leukosit
 Darah perifer lengkap (DPL) atau complete blood count (CBC)
Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), Jumlah trombosit, Jumlah leukosit
dan hitung jenis leukosit (differential count), Jumlah eritrosit, Nilai eritrosit rata-
rata (NER), RDW, MPV Laju Endap Darah (LED).

Hemostasis adalahkemampuanalami tubuh untuk menghentikan perdarahan pada


lokasi luka oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan keterlibatan aktif
faktor koagulasi.
Jenis-jenis pemeriksaan :
a. Bledding Time (BT)
b. Activated clotting time (APT)
c. Activated partial thromboplastin time (APTT)
d. D – Dimer
e. Fibrinogen
f. Thrombin time (TT)
3.2 Saran
Dalampemeriksaankitaharus lebih teliti, cepat, dan efisiensi waktu.Dan dengmelakukan
pemeriksaan yang sesuaiSOPyang berlaku.

42
DAFTAR PUSTAKA

http://praktekanalislab.blogspot.com
http://labkesehatan.blogspot.com-phlebotomy
www.academia.edu-laporan-praktikum.com
http://bangsalsehat.blogspot.com

43

Anda mungkin juga menyukai