Anda di halaman 1dari 5

Strategy Supply Chain

Strategi Supplu Chain didefinisikan sebagai : Kumpulan kegiatan dan aksi strategis di sepanjang supply
chain yang menciptakan rekonsiliasi antara apa yang dibutuhkan pelanggan akhir dengan kemampuan
sumber daya yang ada pada supply chain tersebut.

Kemampuan Strategis SC Tujuan Strategis SC (Aspirasi Pelanggan)

1. Beroperasi Secara Efisien 1. Murah


2. Menciptakan kualitas
2. Berkualitas
3. Cepat
3. Tepat waktu
4. Fleksibel
5. inovatif 4. Bervariasi

Dalam konteks operasi, kemampuan menciptakan kualitas tidak selalu diasosiasikan dengan produk,
tetapi juga dengan proses. Kualitas proses yang dijaga dengan baik akan banyak memberikan
penghematan sehingga supply chain juga mampu menawarkan produk dengan harga yang lebih murah.

Karakteristik Produk dan Pasar

Produk fungsional : Produk dengan konfigurasi standard, memiliki sedikit variasi dan sikus hidup
panjang.

Produk inovatif : Produk yang memiliki variasi yang banyak, hanya akan bertahan sebentar di pasar dan
akan digantkan oleh variasi produk lain yang baru dikembangkan.

Perbedaan Karakteristik Produk Fungsional dan Produk Inovatif

Aspek Fungsional Inovatif


Sikus Hidup Panjang, bias lebih dari 2 tahun Pendek, antara 3 bulan – 1 tahun
Variasi Per Kategori Sedikit, 10-20 variasi Banyak, bias mencapai ribuan
Volume Per SKU Tinggi Rendah
Peramalan Permintaan Relatif mudah, akurasi tinggi Sangat sulit, kesalahan ramalan
tinggi
Tingkat kekurangan produk Hanya 1% - 2% Bisa sampai 10% - 40%
(stockout rate)
Kelebihan persediaan di akhir Jarang karena musim jual sangat Sering terjadi
musim jual panjang

1
Biaya penurunan harga jual Mendekati 0% 10 – 25 %
(markdown)
Marjin keuntungan per unit yang Rendah tinggi
terjual dengan harga normal

Strategi Supply Chain : Efisien atau Responsif

Supply chain untuk produk fungsional seharusnya berfokus pada upaya untuk meminimumkan
ongkos-ongkos fisik di sepanjang supply chain.

Pada produk inovatif, bisa dilakukan dengan metode peramalan dan meningkatkan kemampuan
untuk lebih responsive pada pasar (seperti: riset pasar), meningkatkan kemampuan inovasi, atau dengan
memperpendek time to market sehingga efek kesalahan menangkap aspirasi pasar pada suatu musim jual
bisa cepat.

Menciptakan kesesuaian antara karakteristik produk (atau pasar) dengan strategi supply chain
sangatlah penting. Kesesuaian ini disebut dengan Strategic Fit, akan menyebabkan supply chain bertahan
atau unggul di pasaran.

≡ Strategi efisiensi cocok untuk produk fungsional, strategi responsive untuk produk inovatif.

Area stratefic fit ada di tengah-tengah untuk menunjukkan bahwa tidak semua produk ada di
kategori murni fungsional atau murni inovatif, sehingga strategi SC tidak selalu harus murni berfokus
pada efisiensi atau kecepatan respon.

Kesesuaian Antara Strategi Supply Chain dengan Kebijakan Taktis

Keputusan Taktis Efisien Responsif


Lokasi Fasilitas Tempatkan pabrik di negara mana yang Cari lokai yang dekat pasar,
ongkos tenaga kerjanya murah punya akses tenaga terampil dan
teknologi yang memadai
Sistem Produksi Tingkat utilitas system produksi harus tinggi Sistem produksi harus fleksibel
dan ada kapasitas ekstra
Persediaan Perlu upaya meminimasi tingkat persediaan Diperlukan persediaan pengaman yang
cukup di lokasi yang tepat
Transportasi Pengiriman TL/CL atau subkontakan ke pihak Diperlukan transportasi cepat.
ketiga. Bila perlu tetapkan kebijakan
LTL/LCL.

2
Pasokan Pilih supplier dengan harga dan kualitas Pilih supplier berdasarkan
sebagai criteria utama. kecepatan, fleksibilitas dan
kualitas.
Pengembangan Fokus ke minimasi ongkos. Gunakan modular design dan
produk tunda differensiasi produk sebisa
mungkin (postponement)

Konfigurasi dan pengelolaan system produksi juga menentukan efisiensi maupun kecepatan
respon suatu supply chain. Sistem produksi yang memiliki konfigurasi relative tetap, diatur dengan tipe
product layout, memiliki fasilitas-fasilitas yang spesialis akan mudah mendukung strategi untuk efesiensi
fisik, tetapi tidak akan mendukung strategi responsiveness. Untuk menciptakan efisiensi fisik, utilitas
system produksi harus tinggi. Disini konsep-konsep seperti lean manufacturing dan just in time (JIT) kan
sangat relevan untuk menciptakan efisiensi di lantai produksi.

Strategi persediaan juga besar pengaruhnya terhadap efisiensi fisik dan kecepatan merespon
pasar. Efisiensi pada supply chain bisa dicapai apabila ada upaya untuk meminimumkan persediaan
secara terus-menerus. Salah satu ukuran kinerja yang penting diukur adalah tingkat perputaran persediaan
(inventory turnover rate).

Keputusan tentang alat transportasi apa yang akan digunakan dan apakah akan memperbolehkan
pengiriman di bawah beban penuh (less than truck load, LTL atau less than container load, LCL)
berpengaruh langsung terhadap efisiensi maupun kecepatan respon pada supply chain.

Dalam memilih supplier, strategi efisiensi harus didukung dengan melihat ongkos sebagai criteria
utama dalam memilih maupun mengevaluasi kinerja supplier. Kalau supplier ingin responsive terhadap
pasar, memilih supplier yang paling murah tidak akan menciptakan sinergi.

Untuk menciptakan sinergi, focus pengembangan produk pada supply chain yang ingin
responsive harus didukung dengan kemampuan ini. Fleksibilitas dan kecepatan dalam merancang produk-
produk baru bisa ditingkatkan dengan menggunakan modul-modul standar.

Postponement: Menunda konfigurasi akhir produk sampai ada permintaan yang difinitif bisa
mengurangi terjadinya kekurangan atau kelebihan produk yang tidak terkendali.

Decoupling Point pada Supply Chain


Definisi Decoupling Point (DP) atau Order Penetration Point (OPP) : Titik temu sampai dimana
suatu kegiatan bisa dilakukab atas dasar ramalan (tanpa menunggu permintaan dari pelanggan)
dan darimana kegiatan harus ditunda sampai ada permintaan yang pasti.
3
Perbedaan Karakteristik dan focus supply chain sebelum dan sesudah OP

Lean Agile
Komponen / modul standar Customized Products

Fokus pada efisiensi fisik Fokus pada kecepatan dan flexibility

Sedikit variasi Banyak variasi

Volume tinggi Volume rendah

Ketidakpastian permintaan rendah Ketidakpastiaan permintaan tinggi

Produksi berdasarkan peramalan Produksi berdasarkan permintaan

Independent demand Dependent demand

Sistem produksi : Flow shop / batch Sistem produksi: job shop/project

SL berdasarkan ketersediaan SL berdasarkan kesepakatan lead time

Biasanya proses produksi secara umum bisa diklasifikasikan menjadi:

1. Make to stock (MOS)


2. Assembly to Order (ATO)
3. Make to order (MTO)
4. Engineer to order (ETO)

Ad. 1 : Sistem MTS akan cocok untuk produk-produk fungsional. Aspek kunci dalam mengelola SC pada
lingkungan MTS adalah penentuan berapa dan dimana persediaan produk akhir harus disimpan dan
bagaimana mekanisme atau aturan pengiriman produk jadi ke suatu lokasi pemasaran.

Ad. 2 : ATO adalah system dimana hanya kegiatan perakitan yang menunggu pesanan dari pelanggan,
sedangkan kegiatan fabrikasi komponen dilakukan atas dasar ramalan. ATO cocok pada system yang
memproduksi banyak variasi produk yang cukup tinggi. Jadi, DP ditempatkan setelah proses fabrikasi
atau di awal proses perakitan yang berarti bahwa persediaan akan disimpan dalam bentuk komponen
(modul) yang sudah siap dirakit.

Ad. 3: Pada system yang mengikuti MTO, kegiatan fabrikasi komponen tidak bisa dikerjakan tanpa
menunggu pesanan dari pelanggan karena setiap pesanan mungkin membutuhkan jenis komponen yang
berbeda.

4
Ad.4 : ETO memiliki DP di awal proses perancangan produk. Artinya, produk baru dirancang setelah ada
pesanan dari pelanggan. Model ini biasanya cocok kalau tiap pelanggan membutuhan produk dengan
rancangan yang spesifik.

Perbedaan Supply Chain berdasarkan Posisi DP/OPP

Perancangan Fabrikasi Perakitan Pengiriman


Produk
MTS

ATO

MTO

ETO

Posponement: Menggeser posisi DP/OPP ke hilir

Posisi DP bisa diubah maju atau mundur pada suatu SC tergantung pada arah strategi yang
ditetapkan. Menggeser DP perlu dilakukan untuk menyesuaikan SC dengan perubahan karakteristik pasar.
Menggeser DP ke arah hulu akan bisa menciptakan produk dengan variasi-variasi yang lebih
fundamental, mengurangi ketergantungan terhadap ramalan permintaan, mengurangi persediaan barang
setelah jadi dan mengurangi resiko keusangan persediaan (obselence).

Mengubah posisi maju (ke arah hilir) berarti memperbanyak proses-proses standar dalam supply chain
dan membatasi proses spesifik (customized) hanya pada langkah-langkah terakhir.

Salah satu strategi penting pada supply chain yang terkait dengan penggeseran posisi OPP/DP adalah
postponement. Posponement pada dasarnya menunda diferensiasi produk sampai ada pesanan dari
pelanggan. Strategi ini sangat penting bagi SC yang menangani produk-produk inovativ. Postponement
bisa mengurangi resiko suatu produk menumpuk berlebih di akhir musim jualnya karena tidak terserap
oleh pasar dan maupun resiko kekurangan pada produk jenis lain.

Kegiatan-kegiatan yang potensial untuk ditunda pada SC antara lain adalh pemberian label, pengepakan
dan perakitan.

Transhipment: Kegiatan pengiriman antar dua eselon yang sejajar pada jaringan distribusi.

Anda mungkin juga menyukai