Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN REUMATOID ATRITIS

DI WISMA 1 PANTI PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA DEWANATA


CILACAP

Oleh :

Imron rosyadi

180104057

PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN GERONTIK


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO

TAHUN 2018
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Kenyamanan merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara mental,
fisik atau sosial. Kenyamanan fisik adalah rasa nyaman atau sejahtera dan
atau bebas dari rasa nyeri (Herdman, 2015).
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat
individual. Dikatakan bersifat individual karena respon individu terhadap
sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan lainnya
(Asmadi,2008)
Nyeri adalah sensori yang bersifat emosional dan subyektif berupa
keadaan yang tidak menyenangkan yang diakibatkan oleh kerusakan
jaringan yang benar- benar telah rusak ataupun yang berpotensi untuk
rusak (IASP- International Association for Study of Pain)

B. FISIOLOGI KEBUTUHAN DASAR


Fisiologi nyeri
Nyeri merupakan reaksi fisik, emosi, dan prilaku. Nyeri memiliki 3
komponen penting yaitu : resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus penghasil
nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri
memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute
saraf dan akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medula
spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf
inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau
ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral, maka otak
menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki serta asosiasi kebudayaan
dalam upaya mempersiapkan nyeri.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal
diantaranya adalah:
1. Arti Nyeri
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti
membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial
budaya, lingkunagn, dan pengalaman.
2. Persepsi Nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilainan yang sangat subjektif
tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluasi kognitif). Persepsi ini
dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nociceptor.
3. Toleransi Nyeri
Toleransi nyeri ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang
dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor
yang dapat mempengaruh peningkatan toleransi nyeri antara lain,
alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan
perhatian, kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor
yang menurunkan toleransi antara lain, kelelahan, rasa marah, bosan,
cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
4. Reaksi Terhadap Nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang
terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis dan
menjerit. Semua ini merupakan bentuk respon nyeri yang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti arti nyeri, tingkat persepsi
nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan
fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia, dan lain-lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri secara umum
1. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi
nyeri, khususnya pada anak-anak dan lansia. Anak kecil
mempunyai kesulitan memahami nyeri dan prosedur yang
dilakukan perawat yang menyebabkan nyeri. Anak-anak juga
mengalami kesulitan secara verbal dalam mengungkapkan dan
mengekspresikan nyeri. Sedangkan pasien yang berusia lanjut,
memiliki resiko tinggi mengalami situasi yang membuat mereka
merasakan nyeri akibat adanya komplikasi penyakit dan
degeneratif.
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor penting dalam merespons
adanya nyeri. Umumnya tidak ada perbedaan yang signifikan
antara laki-laki dalam merespon nyeri tetapi pada anak perempuan
lebih cenderung menangis bila mengalami nyeri dibandingkan
anak laki-laki
3. Kebudayaan
Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri
adalah sesuatu yang alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk
melatih perilaku yang tertutup (introvert). Sosialisasi budaya
menentukan perilaku psikologis seseorang. Dengan demikian hal
ini dapat mempengaruhi pengeluaran fisiologis opial endogen
sehingga terjadilah persepsi nyeri.
4. Makna nyeri
Individu akan mempersepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyeri
tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman dan
tantangan. Makna nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara
seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
5. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri
dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat
dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya
distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik
relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi
nyeri.
6. Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau,
dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah
mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri
tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.

D. MACAM-MACAM GANGGUAN YANG MUNGKIN TERJADI


Macam-macam gangguan pada kebutuhan rasa nyaman: nyeri
diartikan sesuai klasifikasinya yaitu:
1. Nyeri menurut tempat dan sumbernya
a) Peripheal pain
b) Superficial pain (nyeri permukaan)
c) Dreppain (nyeri dalam)
d) Defereed (nyeri alihan)
Nyeri fisik : nyeri fisik yang disebabkan karena kerusakan
jaringan yang timbul dari stimulasi serabut saraf pada struktur
somatik viseral
Nyeri somatic : nyeri yang terbatas waktu berlangsungnya kecuali
bila diikuti kerusakan jaringan diikuti rasa nyeri pada sigmen
spinal lokasi tertentu.
Nyeri viseral : nyeri yang sulit ditentukan lokasinya dari oragan
yang sulit keseluruh tubuh.
2. Nyeri menurut sifatnya
a) Seperti diiris benda tajam
b) Seperti ditusuk pisau
c) Seperti terbakar
d) Seperti diremas-remas

E. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian kebutuhan dasar kenyamanan : nyeri, data didapatkan
dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Anamnesa untuk mengkaji
karakteristik nyeri yang diungkapkan oleh pasien dengan pendekatan
OPQRSTUV (onset, provokatif/paliatif, quality, region, severity, time,
understanding, value). Pemeriksaan fisik dilakukan untuk
mendapatkan perubahan klinis yang diakibatkan oleh nyeri yang
dirasakan oleh pasien.
Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang bersifat
subyektif dan hanya yang menerimanya yang dapat menjelaskannya.
Tanda-tanda yang menunjukan seseorang mengalami sensasi nyeri:
a) Posisi yang memperlihatkan pasien
Pasien tampak takut bergerak, dan berusaha merusak posisi yang
memberikan rasa nyaman.
b) Ekspresi umum
Tampak meringis/ merintih, cemas, wajah pucat, keluar keringat
dingin, pasien tampak mengeliat karena kesakitan.
c) Pasien dengan nyeri perlu diperhatikan saat pengkajian adalah
Lokasi nyeri, waktu timbulnya nyeri, reaksi fisik/psikologis
terhadap pasien, faktor pencetus timbulnya nyeri.
Data yang didapatkan mencerminkan respons pasien terhadap nyeri
yang meliputi respon fisiologis, respon perilaku, dan respon
psikologis.
a) Respons Fisiologis
Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada klien yang
berupaya untuk tidak mengeluh atau mengakui
ketidaknyamanan. Sangat penting untuk mengkaji tanda-tanda
vital dan pemeriksaan fisik termasuk mengobservasi
keterlibatan saraf otonom. Saat awitan nyeri akut, denyut
jantung, tekanan darah, dan ftekuensi pernapasan meningkat.
b) Respons Perilaku
Pasien seringkali meringis, mengernyitkan dahi, menggigit
bibir, gelisah, imobilisasi, mengalami ketegangan otot,
melakukan gerakan melindungi bagian tubuh sampai dengan
menghindari percakapan, menghindari kontak sosial dan hanya
fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri.
c) Respons Psikologis
Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien
terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien. Arti nyeri
bagi setiap individu berbeda-beda antara lain : Bahaya atau
merusak, Komplikasi seperti infeksi, Penyakit yang berulang,
Penyakit baru, Penyakit yang fatal, Peningkatan
ketidakmampuan, dan Kehilangan mobilitas.

2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut
b. Nyeri kronis
(Nanda,2018)
3. Rencana asuhan keperawatan (NOC dan NIC)

Dx keperawatan NOC NIC


Nyeri akut Pain level (2102) Pain management
Indikator Awal Akhir (1400)
Faktor yang 1. Nyeri yang 1. Lakukan pengkajian
berhubungan : dilaporkan nyeri komprehensif
- Agen cedera 2. Kehilangan yang meliputi lokasi,
biologis nafsu karakteristik, onset,
- Agen cedea makan atau durasi, frekuensi,
kimia 3. Intoleransi kualitas, intensitas,
- Kerusakan makan atau beratnya nyeri
jaringan 4. Frekuensi dan faktor pencetus.
nafas 2. Gali pengetahuan dan
5. Tekanan kepercayaan pasien
darah mengenai nyeri
6. Nadi 3. Ajarkan prinsip-
prinsip manajemen
Ket : nyeri
1. Berat 4. Ajarkan metode
2. Cukup berat nonfarmakologi
3. Sedang untuk menurunkan
4. Ringan nyeri
5. Tidak ada 5. Berikan informasi
yang akurat untuk
meningkatkan
pengetahuan dan
respon keluarga
terhadap pengalaman
nyeri.
6. Menggunakan
komunikasi
teraupetik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-


2017. Jakarta: EGC.

Bulechek, M. Gloria.2013. Nursing Intervention Classification. Edisi 6.


ELSEVIER: Nocomodia
Morhead,S. 2013. Nursing Outcomes Classification. Edisi 5. ELSEVIER:
Nocomedia
Asmadi.2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai