X DENGAN
EPILEPSY DI RUANG MAWAR
RSUD BREBES
Disusun Oleh:
Nama : Wahyu Raharjo
Ony Ika Nailah
Akhmad Nurul H
M Faizal Tazaka
Muh Amarudin
Yayik Emalis S
Pembimbing : Sri Hidayati M.Kep., Ns., Sp. Kep., MB
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar yang berjudul ”ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN EPILEPSY ” kemudian sholawat beserta salam
kita sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan
pedoman hidup yaiutu Al-qur’an sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini salah satu tugas dari mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar di program
studi S1 keperawatan selnjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua yang selalu memberi motivasi
2. Kepada Ibu Sri Hidayati M.Kep., Ns., Sp. Kep., MB sebagai pembimbing
dan sebagai pembimbing yang telah memberikan arahan selama penulisan
makalah ini
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan
dalam penuliasan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran secara konstrukif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otak merupakan organ maha penting dalam tubuh kita, sebab dapat dikatakan
segala aktifitas tubuh dikoordinir oleh organ ini. Anggapan dewasa ini ialah bahwa
setelah kelahiran, tidak terjadi lagi penambahan jumlah sel otak. Tidak adanya
regenerasi dari jaringan otak ini merupakan sebab utama mengapa kerusakan dari otak
pada umumnya tidak dapat sembuh sempurna seperti organ-organ lain. Berbagai
keadaan/penyakit dapat menimbulkan herbagai gangguan fungsi otak yang dapat
menyerang baik bagian sensorik, motorik maupun pusat-pusat vital dengan akibat
kematian.
Bangkitan kejang merupakan satu manifestasi dari pada lepas muatan listrik
yang berlebihan di sel neuron saraf pusat. Keadaan ini merupakan gejala
terganggunya fungsi otak. Gangguan ini dapat disebabkan oleh factor fisiologi,
biokimiawi, anatomis atau gabungan factor tersebut. Tiap – tiap penyakit atau kelaian
yang dapat menganggu fungsi otak, dapat menyebabkan timbulnya bangkitan kejang.
Dengan demikian dapatlah difahami bahwa bangkitan kejang dapat disebabkan oleh
banyak macam penyakit atau kelainan diantaranya adalah trauma lahir, trauma kapitis,
radang otak, perdarahn otak, gangguan perdarahan otak, hipoksia, tumor otak dan
sebagainya.
Epilepsi merupakan suatu gangguan neurologik yang relative sering terjadi.
Epilepsy merupkan suatu gangguan fungsionalkronik dan banyak jenisnya dan
ditandai oleh aktivitas serangan yang berulang. Serangan Kejang merupakan gejala
atau manieftasi utama epilepsy dapat diakibatkan kelainan fungsional. Serangan
tersebut tidak terlalu lam, tidak terkontrol serta timbul secara episodic. Serangan ini
mengganggu kelangsungan kegiatan yang sedang dikerjakan pasien pada saat itu.
Serangan ini berkaitan dengan pengeluaran implus neuron serebral yang berlebihan
dan berlangsung local. (2004Epilepsy.com).
B. Rumusan Masalah
a. Definisi
b. Etiologi
c. Patofisioogi
d. Phatways
e. Manifestasi Klinis
f. Klasifikasi Epilepsi
g. Pemeriksaan Diagnostic
h. Penatalaksanaan medis
C. Tujuan Penuisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Asuhan
keperawatan epilepsi semester IV.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan metode
deskriptif yaitu dengan peninjauan pustaka.
BAB II
Tinjauan Teori
A. Definisi
Epilepsi merupakan gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak yang
dikarakteristikkan oleh kejang berulang. Kejang merupakan akibat dari pembebasan
listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan
serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas motorik, atau
gangguan fenomena sensori. (Jastremski, 1988)
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karakteristik kejang berulang
akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversible. ( Tarwato
2007)
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala
yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan
listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi.
Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan
ciri-ciri timbulnya serangan paroksimal dan berkala akibat lepas muatan listrik neron-
neron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik.
Epilepsi atau penyakit ayan dikenal sebagai satu penyakit tertua di dunia
(2000 tahun SM). Penyakit ini cukup sering dijumpai dan bersifat menahun. Penderita
akan menderita selama bertahun-tahun. Sekitar 0,5 – 1 % dari penduduk adalah
penderita epilepsy (Lumbantobing, 1998)
Pada tahun 2000, diperkirakan penyandang epilepsi di seluruh dunia
berjumlah 50 juta orang, 37 juta orang diantaranya adalah epilepsi primer, dan 80%
tinggal di negara berkembang. Laporan WHO (2001) memperkirakan bahwa rata-rata
terdapat 8,2 orang penyandang epilepsi aktif diantara 1000 orang penduduk, dengan
angka insidensi 50 per 100.000 penduduk. Angka prevalensi dan insidensi
diperkirakan lebih tinggi di negara-negara berkembang. Hasil penelitian Shackleton
dkk (1999) menunjukkan bahwa angka insidensi kematian di kalangan penyandang
epilepsi adalah 6,8 per 1000 orang. Sementara hasil penelitian Silanpaa dkk (1998)
adalah sebesar 6,23 per 1000 penyandang.
B. Etiologi
Penyebab spesifik dari epilepsi sebagai berikut :
Kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan ibu, seperti ibu
menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, mengalami infeksi,
minum alcohol, atau mengalami cidera.
Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang
mengalir ke otak (hipoksia), kerusakan karena tindakan.
Cidera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak
Tumor otak merupakan penyebab epilepsi yang tidak umum terutama pada
anak-anak.
C. Patofisiologi
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah
fokus kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan
patologik. Aktivitas kejang sebagian bergantung pada lokasi muatan yang berlebihan
tersebut. Lesi di otak tengah, talamus, dan korteks serebrum kemungkinan besar
bersifat apileptogenik, sedangkan lesi di serebrum dan batang otak umumnya tidak
memicu kejang.
Di tingkat membran sel, sel fokus kejang memperlihatkan beberapa fenomena
biokimiawi, termasuk yang berikut :
Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan.
D. Phatways
Lepasnya muatan
paroksimal
Lesi di Otak
Tengah
Menyerang Ke
Talamus
Terjadi kejang
Epilepsy
F. Klasifikasi Epilepsy
Fokal motorik tidak menjalar: sawan terbatas pada satu bagian tubuh saja
Fokal motorik menjalar : sawan dimulai dari satu bagian tubuh dan menjalar
meluas ke daerah lain. Disebut juga epilepsi Jackson.
Postural : sawan disertai dengan lengan atau tungkai kaku dalam sikap tertentu
Disertai gangguan fonasi : sawan disertai arus bicara yang terhenti atau pasien
mengeluarkan bunyi-bunyi tertentu
Disertai vertigo
3. Dengan gejala atau tanda gangguan saraf otonom (sensasi epigastrium, pucat,
berkeringat, membera, piloereksi, dilatasi pupil).
– Disfagia : gangguan bicara, misalnya mengulang suatu suku kata, kata atau
bagian kalimat.
– Ilusi : perubahan persepsi benda yang dilihat tampak lebih kecil atau lebih besar.
Dengan gejala parsial sederhana A1-A4 : gejala-gejala seperti pada golongan A1-
A4 diikuti dengan menurunnya kesadaran.
5. Sawan parsial sederhana yang menjadi bangkitan parsial kompleks lalu berkembang
menjadi bangkitan umum.
Pada sawan ini, kegiatan yang sedang dikerjakan terhenti, muka tampak
membengong, bola mata dapat memutar ke atas, tak ada reaksi bila diajak bicara.
Biasanya sawan ini berlangsung selama ¼ – ½ menit dan biasanya dijumpai pada
anak.
ii. Dengan komponen klonik ringan. Gerakan klonis ringan, biasanya dijumpai
pada kelopak mata atas, sudut mulut, atau otot-otot lainnya bilateral.
iii. Dengan komponen atonik. Pada sawan ini dijumpai otot-otot leher, lengan,
tangan, tubuh mendadak melemas sehingga tampak mengulai.
iv. Dengan komponen klonik. Pada sawan ini, dijumpai otot-otot ekstremitas, leher
atau punggung mendadak mengejang, kepala, badan menjadi melengkung ke
belakang, lengan dapat mengetul atau mengedang.
v. Dengan automatisme
Dapat disertai:
2 . Sawan Mioklonik
Pada sawan mioklonik terjadi kontraksi mendadak, sebentar, dapat kuat atau
lemah sebagian otot atau semua otot, seringkali atau berulang-ulang. Bangkitan ini
dapat dijumpai pada semua umur.
3. Sawan Klonik
Pada sawan ini tidak terjadi gerakan menyentak, repetitif, tajam, lambat, dan
tunggal multiple di lengan, tungkai atau torso. Dijumpai terutama sekali pada anak.
4. Sawan Tonik
Pada sawan ini tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya menjadi kaku pada
wajah dan bagian tubuh bagian atas, flaksi lengan dan ekstensi tungkai. Sawan ini
juga terjadi pada anak.
5. Sawan Tonik-Klonik
Sawan ini sering dijumpai pada umur di atas balita yang terkenal dengan nama
grand mal. Serangan dapat diawali dengan aura, yaitu tanda-tanda yang mendahului
suatu sawan. Pasien mendadak jatuh pingsan, otot-otot seluruh badan kaku. Kejang
kaku berlangsung kira-kira ¼ – ½ menit diikutti kejang kejang kelojot seluruh tubuh.
Bangkitan ini biasanya berhenti sendiri. Tarikan napas menjadi dalam beberapa saat
lamanya. Bila pembentukan ludah ketika kejang meningkat, mulut menjadi berbusa
karena hembusan napas. Mungkin pula pasien kencing ketika mendapat serangan.
Setelah kejang berhenti pasien tidur beberapa lamanya, dapat pula bangun dengan
kesadaran yang masih rendah, atau langsung menjadi sadar dengan keluhan badan
pegal-pegal, lelah, nyeri kepala.
6. Sawan atonik
Pada keadaan ini otot-otot seluruh badan mendadak melemas sehingga pasien
terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik atau menurun sebentar. Sawan ini terutama
sekali dijumpai pada anak.
Termasuk golongan ini ialah bangkitan pada bayi berupa gerakan bola mata yang
ritmik, mengunyah, gerakan seperti berenang, menggigil, atau pernapasan yang
mendadak berhenti sederhana.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pungsi Lumbar
Pungsi lumbar adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak
dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini
dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium,
fosfor, magnesium, atau gula darah tidak rutin dilakukan pada kejang demam
pertama. Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk mencari sumber
demam, bukan sekedar sebagai pemeriksaan rutin.
4. Neuroimaging
Yang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah
CT-scan dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang
demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya.
H. Penatalaksanaan Medis
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama : Tn X
TTL : Brebes, 21 Februari 1987
Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Pendidikan terahir : SMA
Alamat : Desa Kalimati, Jatibarang, Brebes
Status Pernikahan : Kawin
Orang yang biss dihibungi : Ny. B
Hubungan dengan klaien : Istri
Diagnosis Medis : Epilepsi
Tgl / jam Masuk : 26 Desember 2013 / 11:30
Tgl / Jam Pengkajian : 26 Desember 2013 / 12:30
No RM : 432987
2. Keluhan utama
Keluarga klien mengatakan klien sering kejang – kejang kejang kadang dimulai
dari kedua tangan kemudian menjalar ke seluruh tubuh dengan kejang tonik
klonik, pada saat kejang kesadaran menurun.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Sebelum dibawa ke rumah sakit klien sempat terjatuh kemudian kejang – kejang
selaa beberapa waktu, dan mulutnya mengeluarkan busa..
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan mmempunyai riwayat post partum kepala pada umur 21 tahun.
dan pernah menjalani pengobatan di Puskesmas Jatibarang kemudian di bawa ke
RSUD BREBES.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluaraga klien yang mengalami penyakit seperti
yang di alami seperti sekarang.
6. Riwayat Psikososial
Pada saat dilakukan wawancara dengan pasien, pasien mengatakan merasakan
malu dengan penyakit yang dideritanya, karena sering dipergunjing orang sekitar
sehingga jarang keluar rumah.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda – tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,6oC
b. Jantung : S1>S2 Reguler
c. Reflex :
- Fisiologis (+)
- Patologis (-)
d. Kekuatan Extremitas : Nornal
e. Kepala : bentuk bulat, rambut bersih, warna rambut hitam
f. Mata : konjungtuva anemid
g. Hidung : Tidak ada polip
h. Dada : Simetris kanan dan kiri, suara nafas vasikuler, tidak ada suara nafas
tambahan
B. Anaisa Data
Nama Pasien : Tn. X
Umur : 26 th
No RM : 432987
Nama Perawat
Tindakan :
Cegah dan kendalikan kejang
(WahyuRaharjo)
Hindarkan lingkungan agar aman
dari kemungkinan yang dapat
menimbulkan cedera bagi klien
Kesimpulan
A. Simpulan
Epilepsi merupakan gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak yang
B. Saran
Sebagai perawat yang profesional kita harus dapat memberikan pelayanan dan
terapi yang semaksimal mungkin kepada pasien agar dapat menunjang cepatnya
kesembuhan pasien, tentunya sesuai prosedur keperawatan. Semua yang perawat
professional kerjakanmerupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh pasien, oleh dari itu
jangan menyia – nyiakan harapan yang telah diberikan pasien kepada kita.
DAFTAR PUSTAKA
NANDA, 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005 – 2006 Alih bahasa
Budi Santosa. Prima Medika.
Wong, Donna L., et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Volume 2.
Alih bahasa Agus Sunarta, dkk. EGC : Jakarta.
http://www.pediatric.com